Disusun oleh:
Ridhan habibie Hussein
G4A016031
Pembimbing:
dr. Kuntoro
2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Ridhan Habibie Hussein H
G4A016031
Pembimbing Lapangan
dr. Kuntoro
NIP 19880214 201502 1 001
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam
yang berbentuk padat. Menurut definisi WHO, sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang
yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Sampah yang dibuang oleh masyarakat setiap harinya berasal dari kegiatan
pertanian, pasar, rumah tangga, hiburan dan industri. Sampah rumah tangga
adalah sampah yang dihasilkan oleh satu atau beberapa keluarga yang tinggal
dalam suatu bangunan atau asrama yang terdapat di desa atau kota (Ramon,
2015).
Fenomena sampah di Indonesia sangat sukar dihilangkan, tetapi hal ini
tidak akan menjadi lama jika setiap orang sadar dan mengerti akan dampak
yang ditimbulkan dari sampah. Di Indonesia, 60-70% dari total sampah yang
dihasilkan merupakan sampah organik dengan kadar air antara 65-75%.
Sumber sampah terbanyak berasal dari pasar tradisional dan pemukiman.
Pertambahan penduduk yang semakin pesat di Indonesia, menimbulkan akibat
bertambahnya pola konsumsi masyarakat yang akhirnya menyebabkan
bertambahnya volume sampah. Sampah di pemukiman akan berpengaruh
terhadap kesehatan masayarakat. Penyakit berbasis sanitasi/lingkungan seperti
pes/sampar yang disebabkan oleh pinjal tikus, malaria yang disebabkan oleh
gigitan Nyamuk Anopheles sp, filariasis yang disebabkan oleh Nyamuk Culex
sp, DBD yang disebabkan oleh Nyamuk Aedes sp akan meningkat jika
perilaku masyarakat tidak bersih, sehat, dan ramah lingkungan (Tuahuns dkk,
2015).
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut
STBM merupakan pendekatan dan paradigma baru pembangunan sanitasi di
Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan
perilaku. STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No.3 Tahun 2014 tentang STBM. Tujuannya
penyelenggaraan STBM adalah untuk mewujudkan perilaku masyarakat yang
higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka meningkatkan derajat
3
cakupan akses air bersih, cakupan jamban, cakupan SPAL, cakupan rumah
sehat, cakupan TUMP sehat, cakupan rumah/bangunan bebas jentik nyamuk
aedes, dan cakupan tempat sampah sehat di rumah tanngga.
Keberhasilan masing-masing program ini dinilai berdasarkan angka
pencapaiannya, program tempat sampah sehat merupakan program yang
belum mencapai target bidang pelayanan kesehatan lingkungan di Puskesmas
II Tambak. Menurut profil kesehatan Puskesmas II Tambak target untuk
program tempat sampah sehat di Rumah Tangga adalah 76% untuk satu tahun
atau setara dengan 4855 KK yang sudah memiliki tempat sampah sehat.
Permasalaham yang muncul adalah capaian target yang belum terpenuhi
secara maksimal pada tahun 2017. Berdasarkan masalah di atas, maka perlu
dilakukan evaluasi terkait program tempat sampah sehat di rumah tangga
wilayah kerja Puskesmas II Tambak.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Membantu mengevaluasi program puskesmas yang belum tercapai
khususnya cakupan tempat sampah sehat di rumah tangga dalam upaya
untuk menurunkan angka kesakitan penyakit menular akibat lingkungan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum kondisi kesehatan di wilayah kerja
puskesmas II Tambak.
b. Mengetahui secara umum program dan cakupan program Tempat
Sampah Sehat Di Rumah Tangga di Puskesmas II Tambak.
c. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program Tempat Sampah
Sehat Di Rumah Tangga di Puskesmas II Tambak.
d. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program Tempat
Sampah Sehat Di Rumah Tangga di Puskesmas II Tambak.
C. Manfaat Penulisan
5
Jenis Kelamin
No Jenis Pendidikan Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. Tidak Tamat SD 1.197 1.305 2.502
2. SD/MI 2.848 3.469 6.317
3. SMP/MTs 2.052 1.988 4.040
4. SMA/MA 2.193 1.836 4.029
5. SMK 353 227 580
6. Diploma II 27 61 88
7. Diploma III 84 98 182
8. Uiversitas/DIV 194 185 379
9. S2 / S3 5 0 5
Dilihat dari data pendidikan, masyarakat dalam wilayah Puskesmas
4. Petugas kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan tenaga kunci dalam mencapai
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan
dalam wilayah Puskesmas II Tambak adalah sebagai berikut :
a. Tenaga Medis
Tenaga Medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah
Puskesmas II Tambak ada 2 (dua) orang dokter umum yang bekerja di
wilayah Puskesmas II Tambak atau dengan rasio sebesar 9,64/100.000
penduduk.
b. Dokter Spesialis
Dokter spesialis tidak ada. Standar IIS 2010, 6/100.000 penduduk.
c. Dokter Gigi
Dokter gigi tidak ada. Standar IIS 2010, 11/100.000 penduduk
d. Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi pada Puskesmas II Tambak sebanyak 1 (satu) orang atau
rasio terhadap 100.000 penduduk sebesar 4,79 dan untuk standar IIS
2010, 10/100.000 penduduk
9
e. Tenaga Bidan
Tenaga Kebidanan jumlahnya 11 orang.Berarti ratio tenaga bidan
adalah 53,02/100.000 penduduk. Standar IIS 2010, jumlah tenaga bidan
100/100.000 atau 16 bidan.
f. Tenaga Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang ada di Puskesmas II Tambak lulusan
SPK ada 4 orang dan D-III Keperawatan 5 orang, jumlah seluruhnya
ada 9 orang perawat (ratio 43,38/100.000 jumlah penduduk). Standar
IIS tahun 2010, adalah 117,5/100.000 penduduk (sekitar 19 perawat).
g. Tenaga Gizi
Tenaga Gizi di Puskesmas II Tambak jumlahnya 1 orang, lulusan D-III
Gizi, ratio 4,8202/100.000 penduduk. Standar IIS 2010, 22/100.000
penduduk.
h. Tenaga Sanitasi
Tenaga kesehatan masyarakat ada 1 (satu) orang dengan ratio
4,791/100.000 penduduk dan untuk tenaga Sanitasi ada 1 orang dengan
pendidikan D-I dengan ratio 4,791/100.000 penduduk. Standar IIS
2010, 40/100.000 penduduk (6,5 tenaga sanitasi).
i. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tabel 2.1 Ratio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Jumlah Penduduk di Puskesmas II
Tambak, tahun 2017.
Jenis Jumlah Tenaga Ratio per Target IIS per
No
Tenaga Kesh 100.000 pddk 100.000 pddk
1. Dokter 2 9,6404 40
Umum
2. Dokter 0 0 6
Spesialis
3. Dokter 0 0 11
10
Gigi
4. Farmasi 1 4,79 10
5. Bidan 11 53,02 100
6. Perawat 9 43,38 117,5
7. Ahli Gizi 1 4,791 22
8. Sanitarian 2 4,791 40
9. Kesh. 2 9,640 40
Masy
5. Sarana Kesehatan
a. Sarana Kesehatan Dengan Kemampuan Labkes
Puskesmas II Tambak satu-satunya sarana kesehatan yang mempunyai
kemampuan Labkes di wilayah Puskesmas II Tambak.
b. Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan 4 Pelayanan Dasar
Rumah Sakit yang menyelenggarakan 4 pelayanan dasar tidak ada.
c. Pelayanan Gawat Darurat
Pelayanan gawat darurat di wilayah Puskesmas II Tambak hanya ada di
Puskesmas.
6. Pembiayaan Kesehatan
Penyelenggaraan pembiayaan di Puskesmas terdiri dari operasional
umum, BPJS, Jamkesmas, Jamkesda dan dana BOK. Semua anggaran ini
tujuannya adalah agar semua program kesehatan di puskesmas bisa
berjalan sesuai yang diharapkan dan bisa mencapai target target yang telah
ditentukan. Oleh karena itu semua anggaran ini saling melengkapi satu
sama lain.
Anggaran dana operasional umum di Rencana Kerja Anggaran tahun
2017 berasal dari APBN (Dana Alokasi Khusus) sebesar 437.500.000
(empat ratus tiga puluh tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dan dari sumber
pemerintahan lain yaitu BLUD sebesar 1.103.252.498 (satu milyar seratus
tiga juta dua ratus lima puluh dua ribu empat ratus sembilan puluh
delapan)
11
Gambar 2.1 Grafik Angka Kematian Bayi Per 1.000 Kelahiran Hidup
Di Puskesmas II Tambak Tahun 2013 – 2017
b. Angka Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah kematian yang terjadi pada ibu
karena peristiwa kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Angka
kematian ibu (AKI) tahun 2017 tidak ada kasus, sedangkan tahun 2016
terdapat 1 kasus, pada tahun 2015 terdapat 1 kasus, Tahun 2014 dan
tahun 2013 tidak ada kasus.
c. Angka Kematian Balita
Dilihat angka kematian balita pada tahun 2017 terdapat 2 kasus
sedangkan tahun 2016 ada 5,pada tahun 2015 ada 3, tahun 2014 ada 3,
tahun 2013 ada 2. Ini menunjukan adanya penurunan angka kematian
balita di wilayah puskesmas II Tambak.
2. Morbiditas
13
a. Malaria
Pada tahun 2017 ditemukan kasus malaria positif maupun malaria
klinis sebanyak 1 kasus di desa Buniayu. Sedangkan pada tahun 2016
ada 1 kasus, tahun 2014 dan 2015 tidak ditemukan kasus malaria.
Kasus malaria terakhir pada tahun 2010 ditemukan malaria klinis
sebanyak 32 atau 1,61 per 1000 penduduk. Positif malaria 3 kasus
(1,6/1000 pddk) atau 9 % dari jumlah malaria klinis dan semua
mendapatkan pengobatan.
Walau angkanya termasuk kecil, dan tidak menunjukan endemis
malaria namun demikian perlu diwaspadai karena semua kasus malaria
disini adalah eksodan dari luar jawa.
b. TB Paru
Jumlah penemuan TB Paru BTA positif tahun 2017 sebanyak 8
kasus atau CNR 38,56/100.000 penduduk.Kasus TB Paru BTA positif
diobati 7, sembuh 5, pengobatan lengkap 3. Dengan angka kesuksesan
(seccess rate/sr) 38%. Tahun 2016 sebanyak 4 kasus atau CDR
38,33/100.000 penduduk, 2015 adalah 6 kasus atau CDR 28/100.000
penduduk, tahun 2014 adalah sebanyak 6 kasus atau CDR 35/100.000
penduduk. Sedangkan tahun 2013 sebanyak 9 kasus atau CDR
45/100.000 penduduk.
c. HIV/AIDS
Kasus HIV tidak pernah ada yang terdeteksi dalam wilayah kerja
atau tidak pernah ada kasus positif HIV.Hal ini tidak bisa menunjukan
secara pasti tidak adanya kasus HIV, sebab bisa dimungkinkan ada
kasus tetapi tidak karena pemeriksaan laborat untuk penderita HIV
sementara baru dilakukan pada klinik VCT atau di PMI pada waktu
donor darah.Dan Puskesmas selaku yang mempunyai wilayah belum
pernah mendapatkan tembusan hasil pemeriksaan laborat dari klinik
VCT maupun PMI karena laporan langsung ke tingkat kabupaten.
A. Analisis Potensi
17
d. Method
Metode yang dilakukan pada program tempat sampah ini yaitu
dilakukan dengan 2 kegiatan yaitu penyuluhan (pemberdayaan
masyarakat dalam rangka pemicu STBM) dan inspeksi (Identifikasi
masalah dan analisis situasi/IMAS perilaku kesehatan). Penyuluhan
yang dilakukan ini mengenai STBM terutama pilar ke empat yaitu
pengamanan sampah rumah tangga dan mengenai pengelolaan sampah
berdasarkan modul yang di berikan oleh Badan Lingkungan Hidup
kepada masyarakat oleh pemegang program kesehatan lingkungan.
Frekuensi penyuluhan yang sudah dilakukan sebanyak 5 kali selama 7
bulan dihitung dari bulan Januari-Juli 2018 dengan capaian 14
kali/desa selama satu tahun. Penyuluhan ini dilakukan dengan
memanfaatkan kegiatan ibu-ibu PKK dan pertemuan bulanan tingat
desa agar berjalan lebih efektif dan efisien.
Sedangkan kegiatan inspeksi dilakukan bersamaan dengan
sanitasi dasar ke setiap rumah warga seperti jamban dan rumah sehat.
Inspeksi ini dilakukan 6 kali/desa selama satu tahun. Inspeksi terutama
dilakukan jika sudah terdapat KK yang memiliki tempat sampah sehat
berdasarkan laporan dari kader desa. Frekuensi inspeksi yang sudah
dilakukan sebanyak 1 kali di desa Buniayu dihitung 7 bulan mulai dari
bulan Januari-Juli 2018. Kegitan inspeksi yang dilakukan pada
program tempat sampah sehat di rumah tangga ini dengan melihat
sanitasi dasar yang ada di setiap KK, intervensi yang dilakukan
masyarakat yaitu apakah tempat sampah sudah memenuhi kriteria
tempat sampah sehat dan sudah dapat memilah sampah organic dan
non organik, dan mengedukasi kepada masyarakat agar tidak buang
sampah sembarangan.
e. Minute
Adanya inspeksi dan penyuluhan yang diadakan oleh Puskesmas II
Tambak dengan frekuensi yang dijadwalkan sudah cukup baik yaitu
masing-masingnya inspeksi sebanyak 6 kali selama satu tahun dan
penyuluhan sebanyak 14 kali selama satu tahun.
a. Market
19
4. Outcome
Outcome dilihat dari tujuan utama pelaksanaan program tempat
sampah sehat rumah tangga, dalam hal ini adalah angka kesakitan penyakit
menular atau wabah yaitu DBD dan Malaria akibat lingkungan yang kotor
di Wilayah kerja Puskesmas II Tambak. Meskipun program tempat sampah
21
sehat di rumah tangga belum tercapai, angka kejadian malaria kecil (yaitu
1 kasus pada tahun 2016 dan 2017, serta tidak ada kasus pada tahun 2014
dan 2015) dan tidak menunjukkan endemis malaria di wilayah kerja
Puskesmas II Tambak. Dan terdapat penurunan kasus DBD dari 7 kasus
pada tahun 2016, hingga ditemukan 3 kasus pada tahun 2017.
2. Weakness
a. Input
1) Man
Jumlah sanitarian Puskesmas yang hanya sebanyak 1 orang dan 1
sanitarian kontrak sebanyak 1 orang menjadi kelemahan,
sedangkan standard IIS 2010, 40/100.000 sehingga seharusnya
wilayah kerja Puskesmas II Tambak ini terdapat 5 sanitarian.
Sumber daya manusia belum dapat menunjang pelaksanaan yang
maksimal dari program ini. Terbatasnya SDM sehingga
mempengaruhi sistem metode inspeksi dan penyuluhan yang
kurang efisien.
2) Material
Sarana dan prasarana yang masih kurang memadai, dilihat dari
data bawah belum adanya TPS (Tempat Pembuangan Sementara)
atau bank sampah di setiap desa.
3) Money
Walaupun terdapat anggaran BOK ke program kesehatan
lingkungan khususnya pembuangan sampah, namun masih
terdapat kelemahan dalam hal ini. Dimana dana yang tersedia
23
A. Opportunity
a. Adanya program pemicuan STBM dari pemerintah
b. Adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah setempat.
c. Adanya warga yang bersedia rumahnya dilakukan inspeksi program
kesehatan lingkungan.
d. Adanya warga yang bersedia menjadi kader desa untuk program
kesehatan lingkungan khususnya secara sukarela.
e. Adanya kerjasama dengan lintas sectoral yaitu Dinas Lingkungan
Hidup terkait modul panduan penyuluhan.
B. Threat
a. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat sehingga menjadi
pasif unuk memperbaiki masalah kesehatan lingkungan, hal ini dilihat
dari belum tercapainya program tempat sampah sehat.
b. Tingkat pemahaman keluarga akan manfaat tempat sampah sehat masih
rendah hal ini di lihat dari data profil kesehatan, dimana prosentase
tertinggi adalah tamatan SD/MI yaitu 6.317 (30,44%).
c. Terdapat beberapa kader desa yang kurang aktif dalam mengikuti
kegiatan program kesehatan lingkungan ini.
24
keranjang bambu, kardus, karung, dan lainnya karena mudah didapat dan
dapat menampung sampah. Tempat sampah yang direkomendasikan oleh
Depkes RI adalah tempat sampah yang kedap air dan memiliki penutup.
Tempat pembuangan sampah tersebut seharusnya mampu menjamin tikus,
lalat dan binatang pengganggu lainnya tidak bersarang disana serta tidak
menimbulkan bau ke sekitar (Wijaya, 2016). Penelitian Subakti (2014) juga
Beralih ke Threat atau kendala yang dihadapi di lapangan, adalah
kurangnya kesadaran, ilmu pengetahuan, dan keadaan sosial ekonomi
masyarakat yang masih kurang, khususnya terkait sampah sehingga
mempengaruhi pola perilaku hidup yang kurang sehat, seperti buang samah
sembarangan ke saluran-saluran air seperti selokan ataupun sungai. Hal ini
juga menyebabkan masyarakat menjadi lebih pasif dalam memperbaiki
masalah kesehatan lingkungan.
Kelemahan utama dalam proses adalah dalam hal Penggerakan dan
pelaksanaan program. Beberapa komponen P4K tidak bisa dilaksanakan.
Seperti pengelolaan donor darah karena banyak masyarakat yang tidak tau
golongan darahnya sehingga tidak bisa didaftarkan sebagai kandidat pendonor.
Selain itu Dasolin atau Tabulin sebagian besar tidak ada di desa wilayah kerja
Puskesmas 1 Sumpiuh. Hanya desa Kuntili yang memiliki Dasolin atau
Tabulin. Proses kunjungan rumah juga tidak terlaksana dengan baik karena
ada desa yang tidak memiliki bidan desa, sehingga tidak ada yang memegang
tanggung jawab kunjungan rumah ibu hamil di desa tersebut.
B. Kesimpulan
1. Tercapainya lingkungan dan pemukiman yang sehat merupakan salah satu
sasaran dari program kesehatan lingkungan dalam 6 program pokok
Puskesmas.
2. Kekuatan yang dimiliki program kesehatan lingkungan Puskesmas II
Tambak antara lain tersedianya terdapat sanitarian yang kompeten, adanya
metode penyuluhan dan inspeksi yang sistematis, frekuensi inspeksi dan
penyuluhan yang sudah baik dan terjadwalkan, serta adanya dana retribusi
dari iuran warga setiap bulannya untuk progrsm tempat sampah sehat ini.
3. Kelemahan yang dimiliki program kesehatan lingkungan antara lain
keterbatasan SDM, kurangnya sarana prasarana yang tersedia,
pengalokasian anggaran BOK yang belum tepat, serta metode dalam
penyuluhan yang masih kurang inovatif
4. Kesempatan yang dimiliki program kesehatan lingkungan antara lain
mudahnya warga diajak bekerjasama termasuk semua warga yang bersedia
rumahnya dilakukan inspeksi, adanya program STBM dari pemerintah,
serta adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah setempat,
adanya warga yang bersedia menjadi kader secara sukarela.
5. Ancaman yang ditemui program kesehatan lingkungan antara lain sebagian
besar masyarakat masih dalam taraf berpendidikan rendah sehingga kurang
kesadaran dan pengetahuan terkait sampah, kader yang kurang aktif
berpartisipasi.