Anda di halaman 1dari 36

Kementerian Keuangan RI

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

Mekanisme
PERENCANAAN DAN PENGALOKASIAN
DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)
Disampaikan pada acara:
Sosialisasi Kebijakan Peningkatan Efektivitas Pendanaan
Pembangunan di Bidang Perumahan dan Kawasan Pemukiman TA 2014

Jakarta, 21 Maret 2014


DEFINISI TRANSFER KE DAERAH

Dana yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai


kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
Dana Perimbangan fiskal, yang terdiri dari:
1. DBH, dialokasikan kepada daerah berdasarkan angka
persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi
2. DAU, dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
TRANSFER dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
KE DAERAH 3. DAK, Dialokasikan kepada daerah tertentu untuk membantu
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah
dan sesuai prioritas nasional

Dana Dana yang dialokasikan untuk membiayai


pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah
Otsus
sebagaimana ditetapkan dalam UU Otsus
Dana Otsus &
Penyesuaian
Dana yang dialokasikan untuk membantu daerah
Dana dalam rangka melaksanakan kebijakan tertentu
Penyesuaian sesuai peraturan perundangan

4
TREN TRANSFER KE DAERAH TAHUN 2008 - 2013

dalam miliar rupiah

Komponen Transfer 2008 2009 2010 2011 2012 2013


DAU 179.5 186.4 203.6 225.5 273.8 311.1
DAK 20.8 24.7 21 24.8 25.9 31.7
DBH 78.4 76.1 92.2 96.9 111.5 102.7
Dana Otsus 7.5 9.5 9.1 10.4 11.9 13.4
Dana Penyesuaian 6.2 11.8 18.9 53.7 57.4 70.4
Total 292.4 308.6 344.7 411.3 480.6 529.4
Keterangan: Tahun 2008 – 2010 data diambil berdasarkan LKPP
Tahun 2011 data realisasi unaudited 3
Tahun 2012 data pagu APBN
TRILOGI DANA PERIMBANGAN

 Trilogi Bentuk yang terdiri


dari 3 komponen yang saling
berhubungan dan membangun
tema tertentu.
 Prinsip Memandang Dana
Perimbangan (DBH, DAU,

DAU DAK) sebagai satu kesatuan

DBH yang tidak terpisahkan.


 Temanya : pemerataan 
mengatasi vertical fiscal
imbalance dan horizontal
Fiscal imbalance.
 Simulasi mekanisme  pada
saat DBH meningkat (berputar
ke kanan), maka pada

Dana perimbangan
alokasinya dalam
DAK Masing-masing jenis
umumnya DAU menurun
(berputar ke kiri), demikian
pula DAK, atau sebaliknya.
APBN tidak dapat dana perimbangan
dipisahkan satu saling mengisi dan  Prinsip ini digunakan dlm
sama lain saling melengkapi perhitungan DAU & DAK per
daerah

8
KONSEPSI DANA PERIMBANGAN

\
DBH DAU DAK

Fiscal Capacity
Indicator Fiscal Equalization Infrastructure
Indikator Instrument Suporting
menunjukkan tingkat Upaya untuk Instrument
kapasitas fiskal mengatasi Membantu daerah
daerah. Salah satu kesenjangan fiskal untuk memperbaiki
penyebab antar daerah. kerusakan
kesenjangan fiskal. infrastruktur

DBH indikator kapasitas fiskal: DAU : Equalisasi DAK : Supporting


1. kapasitas fiskal tinggi DAU  upaya equalisasi Meskipun diberi DAU masih
a. DKI karena DBH Pajak ada daerah yg tidak mampu
mengatasi kesenjangan
b. Kaltim, Riau, Sumsel  karena DBH SDA memperbaiki infrastruktur,
kapasitas fiskal tinggi dan
2. kapasitas fiskal rendah maka diberikan DAK
• Daerah bukan penghasil pajak & SDA rendah

9
TRANSFER KE DAERAH APBN 2014

Dana Bagi Hasil (DBH) 113,71


487,93
Dana Dana Alokasi Umum (DAU) 341,22 DBH Pajak 51,79

Perimbangan 33,00 DBH PBB 23,86


Dana Alokasi Khusus (DAK)
DBH PPh 25,71
Dana Otsus Papua 4,78
16,15 DBH CHT 2,21
Dana Otsus Papua Barat 2,05
TRANSFER Dana
Dana Otsus Aceh 6,82
KE DAERAH Otsus
Dana Infras Otsus Papua 2,00 DBH SDA 61,92
592,55
Dana Infras Otsus PaBarat 0,50 Kehutanan 2,57

Dana Otsus & Dana Keistimewaan DIY 0,52 Pertum 19,84


Penyesuaian Tamb Penghasilan Guru 1,85 Perikanan 0.20
104,62
Tunjangan Profesi Guru 60,54 Migas 38,85
Dana Bantuan Op Sek (BOS) 24,07 Panas Bumi 0,47
Penyesuaian
Dana Insentif Daerah (DID) 1,38
87,95
Dana P2D2 0,09

5
Pengertian Dana Alokasi Khusus (1)
• dana yang bersumber dari Pendapatan APBN
• dialokasikan kepada daerah tertentu
• untuk membantu
• mendanai kegiatan khusus
• yang merupakan urusan daerah
• sesuai prioritas nasional

Tujuan DAK membantu daerah tertentu untuk mendanai


kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat,
dan untuk mendorong percepatan pembangunan daerah dan
pencapaian sasaran prioritas nasional.
Pengertian Dana Alokasi Khusus (2)
 Daerah Tertentu sebagaimana dimaksud adalah daerah yang dapat
memperoleh alokasi DAK berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan
kriteria teknis.
 Membantu dalam arti “bukan penyediaan dana yang utama” dan/atau
“bukan menggantikan yang semua sudah ada”. Demikian juga hanya
“diberikan kepada daerah/bidang yang menurut kebijakannnya harus
dibantu”.
 Kegiatan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah mengutamakan kegiatan
pembangunan dan/atau pengadaan dan/atau peningkatan dan/atau
perbaikan sarana dan prasarana FISIK pelayanan dasar masyarakat dengan
umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang.
 Kewenangan daerah, bukan kewenangan pusat.
 Program yang menjadi prioritas nasional sebagaimana dimaksud dimuat
dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun anggaran bersangkutan. RKP
disetujui DPR,selanjutnya dimuat dalam Nota Keuangan dan RAPBN.
Prinsip-prinsip DAK
■ kegiatan yang akan didanai DAK dimuat dalam RKP sebagai
prioritas nasional,
■ kegiatan yang didanai bersifat fisik dan merupakan
kewenangan daerah,
■ kegiatan dan alokasi DAK dibahas dengan DPR RI dan
disahkan dalam UU APBN,
■ pengalokasian DAK menggunakan formula indeks dari tiga
kriteria, yaitu kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis,
sehingga dimungkinkan tidak semua daerah bisa
mendapatkan DAK,
■ DAK masuk APBD dan disalurkan dari Kas Negara ke Kas
Daerah,
■ daerah wajib menyediakan dana pendamping minimal 10%
dari besaran dak yang diterimanya juga untuk fisik.
Peran K/L Dalam Pengalokasian DAK

1. Mengusulkan program/ Kegiatan yang akan


didanai DAK
2. Menyampaikan kriteria teknis beserta data
teknis untuk pengalokasian DAK
3. Menyusun Petunjuk Teknis penggunaan DAK
4. Melakukan Pemantauan dan Evaluasi
pelaksanaan DAK di Daerah
5. Menyampaikan Laporan pelaksanaan DAK di
Daerah
ALOKASI DAK 2004 - 2013
Triliun rupiah
No Bidang DAK 2013
1 Pendidikan
2 Kesehatan
3 Infrastruktur Jalan
4 Infrastruktur Irigasi
5 Infrastruktur Air Minum
6 Infrastruktur Sanitasi
7 Prasarana Pemerintahan
8 Kelautan dan Perikanan
9 Pertanian
10 Lingkungan Hidup
11 Keluarga Berencana
12 Kehutanan
13 SarPras Perdagangan
14 SarPras Daerah Tertinggal
15 Energi Perdesaan
16 Perumahan & Pemukiman
17 Keselamatan Transportasi Darat
18 Sarpras Kawasan Perbatasan
19 Transportasi Perdesaan
PAGU ALOKASI DAK TA 2014
dlm miliar rupiah
Pembagian Pagu DAK 2014
No Bidang DAK
DAK DAK Tambahan Total

1 Pendidikan 10.041,30 - 10.041,30


2 Kesehatan 3.129,90 - 3.129,90
3 Infrastruktur Jalan 4.414,63 1.691,13 6.105,76
4 Infrastruktur Irigasi 1.654,98 633,98 2.288,96
5 Infrastruktur Air Minum 640,11 245,21 885,32
6 Infrastruktur Sanitasi 599,58 229,68 829,26
7 Prasarana Pemerintahan Daerah 499,74 - 499,74
8 Kelautan dan Perikanan 1.851,91 - 1.851,91
9 Pertanian 2.579,56 - 2.579,56
10 Lingkungan Hidup 548,10 - 548,10
11 Keluarga Berencana 462,91 - 462,91
12 Kehutanan 558,46 - 558,46
13 Sarana Perdagangan 730,99 - 730,99
14 Sarana dan Prasarana Daerah Tertinggal 754,74 - 754,74
15 Energi Perdesaan 467,94 - 467,94
16 Perumahan dan Permukiman 234,80 - 234,80
17 Keselamatan Transportasi Darat 235,94 - 235,94
18 Transportasi Perdesaan 301,34 - 301,34
19 Sarana dan Prasarana Kawasan Perbatasan 493,07 - 493,07
Total 30.200,00 2.800,00 33.000,00
Tahapan Perencanaan dan 
Pengalokasian DAK

1) Penetapan Program dan kegiatan DAK;


2) Perhitungan DAK;
3) Penetapan Alokasi, Penggunaan dan
Penganggaran DAK; dan
4) Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan DAK
1 Penetapan Program Dan Kegiatan DAK

• DAK dialokasikan dalam APBN sesuai dengan


program yang menjadi prioritas nasional yang
dimuat dalam RKP tahun anggaran
bersangkutan.

• Menteri teknis mengusulkan kegiatan khusus


yang akan didanai dari DAK dan ditetapkan
setelah berkoordinasi dengan Menteri Dalam
Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional, sesuai
dengan RKP.

• Menteri teknis menyampaikan ketetapan tentang


kegiatan khusus kepada Menteri Keuangan.
2 Penghitungan Alokasi DAK Per Daerah
(Pasal 53 PP 55 tahun 2005)
Setelah menerima usulan kegiatan khusus dari Menteri Teknis
terkait, Menteri Keuangan melakukan penghitungan alokasi DAK

(Pasal 54 PP 55 tahun 2005)


 Penghitungan alokasi DAK dilakukan melalui 2 (dua) tahapan,
yaitu:
Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK;
Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing Daerah.

 Penentuan Daerah Tertentu harus memenuhi kriteria umum,


kriteria khusus, dan kriteria teknis.

 Besaran alokasi DAK masing-masing daerah ditentukan dengan


perhitungan indeks berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus,
dan kriteria teknis.
15
FORMULA PERHITUNGAN DAK PER DAERAH
1. Menentukan daerah penerima dengan menggunakan 3 (tiga) kriteria, yaitu:

Kriteria Umum KU = (PAD + DAU + DBH – DBH DR) - Belanja Gaji PNSD
(KU) Daerah dengan KU dibawah rata-rata KU secara Nasional adalah
daerah yang prioritas mendapatkan DAK

Berupa :
Kriteria Khusus a. Memperhatikan peraturan perundang-undangan yang mengatur
(KK) penyelenggaraan otonomi khusus (Papua & Papua Barat), dan
Karakteristik daerah, yang meliputi:
(1) Daerah Tertinggal;
(2) Daerah perbatasan dengan negara lain;
(3) Daerah rawan bencana;
(4) Daerah Pesisir dan/ atau Kepulauan;
(5) Daerah ketahanan pangan;
(6) Daerah pariwisata
b. Seluruh daerah tertinggal diprioritaskan mendapat alokasi DAK
Kriteria Teknis ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga teknis terkait yang memuat
indikator-indikator yang mencerminkan kebutuhan teknis
(KT)

2. Menghitung DAK per daerah menggunakan indeks dari KU, KK dan KT


16
PAD T- 2 Daerah & KemKeu
Kriteria DAU T- 2 KemKeu
Umum
DBH T-2 KemKeu
Belanja Gaji PNSD T-2 Daerah & KemKeu

Daerah Tertinggal T-1 Kem PDT


Daerah Perbatasan T-1 BNPP
Kriteria
Khusus Daerah Rawan Bencana T-1 BNPB
Da Ketahanan Pangan T-1 Kem Pertanian
Da Potensi Pariwisata T-1 Kem Bud Par
Daerah Pesisir T-1 Kem Kelautan & Per
Kriteria
Teknis Kondisi Infrastruktur T-1 K/L terkait
Per Bidang Per daerah

Sesuai dengan PMK 165/2012 Data kewilayahan dan indeks teknis


disampaikan paling lambat pada bulan Juli
KEBIJAKAN UMUM DAK 2014

1. Membantu daerah dalam penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar
masyarakat untuk mendorong pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM).
2. Membantu daerah dalam membiayai kegiatan tertentu dalam rangka pencapaian sasaran
prioritas nasional.
3. Menyempurnakan penyusunan kebijakan DAK yang berbasis output sesuai dengan RPJMN.
4. Meningkatkan koordinasi penyusunan Juknis agar lebih tepat sasaran dan tepat waktu.
5. Meningkatkan sinkronisasi dan sinergitas pelaksanaan DAK baik di pusat maupun di
daerah.
6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan DAK melalui koordinasi
perencanaan dan pengelolaan DAK di berbagai tingkatan pemerintahan (mulai dari
Musrenbangda);
7. Mendukung upaya percepatan pelaksanaan kegiatan di daerah dalam rangka mewujudkan
output dan outcome yang diharapkan;
8. Menggunakan kinerja pelaporan pelaksanaan DAK dari daerah sebagai salah satu
pertimbangan dalam pengalokasian DAK;
9. Meningkatkan koordinasi dan kualitas pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK.

18
3 Penetapan Alokasi, Penggunaan Dan
Penganggaran DAK

• Alokasi DAK per daerah ditetapkan dengan


Peraturan Menteri Keuangan segera setelah UU
APBN diterbitkan.
• Berdasarkan penetapan alokasi DAK, menteri teknis
menyusun Petunjuk Teknis Penggunaan DAK , paling
lambat 2 (dua) minggu setelah PMK ditetapkan.
• Daerah penerima DAK wajib mencantumkan alokasi
dan penggunaan DAK di dalam APBD.
• Penggunaan DAK dilakukan sesuai dengan Petunjuk
Teknis Penggunaan DAK.
• DAK tidak dapat digunakan untuk mendanai
administrasi kegiatan, penyiapan kegiatan fisik,
penelitian, pelatihan, dan perjalanan dinas
Dana Pendamping

• Daerah penerima DAK wajib menganggarkan Dana


Pendamping dalam APBD sekurang-kurangnya 10%
(sepuluh persen) dari besaran alokasi DAK yang
diterimanya.

• Dana Pendamping digunakan untuk mendanai


kegiatan yang bersifat kegiatan fisik.

• Daerah dengan kemampuan keuangan tertentu tidak


diwajibkan menganggarkan Dana Pendamping.
– Yang dimaksud daerah dengan kemampuan keuangan tertentu
adalah daerah yang selisih antara penerimaan umum APBD dan
Belanja Pegawainya sama dengan 0 (nol) atau negatif.
4 Pemantauan, Evaluasi, Dan Pengawasan Dak

 Menteri Teknis melakukan pemantauan dan


evaluasi dari segi teknis terhadap
penyelenggaraan kegiatan di daerah yang dibiayai
dari DAK sesuai dengan kewenangan masing-
masing

 Menteri Keuangan melakukan pemantauan dan


evaluasi pengelolaan keuangan DAK

 Pengawasan atas pelaksanaan DAK sesuai


dengan peraturan perundang-undangan.
Pelaporan DAK
1. PENYALURAN
• Dilakukan setiap Tahapan Penyaluran Kepada Menteri Keuangan
• Menunjukkan kinerja penyerapan dari kas daerah
• Merupakan Syarat Penyaluran
• Format pelaporan berdasarkan PMK ttg Pelaksanaan dan
Pertanggungjawaban Anggaran Transfer Ke Daerah

2. PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PENGGUNAAN DAK


• Dilakukan setiap triwulanan kepada :
1. Menteri Teknis (untuk masing-masing bidang oleh SKPD) dan
2. Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri (merupakan
kompilasi seluruh bidang oleh Bappeda).
• Menunjukkan kinerja pelaksanaan fisik kegiatan
• Format pelaporan berdasarkan Juknis
• Dapat dijadikan sebagai disinsentive bagi daerah yang tidak
melaporkan, melalui penggunaan kinerja pelaporan sebagai salah
satu pertimbangan dalam penyusunan kriteria teknis
• Sebagai bahan laporan Menteri teknis setiap akhir tahun
anggaran kepada Menkeu, MenBappenas, Mendagri
Evaluasi Dana Alokasi Khusus
Integritas – Profesionalisme – Sinergi – Pelayanan - Kesempurnaan
Kondisi Kebijakan Pengaturan
Saat Ini 2015 ke Depan
- Daerah penerima DAK Menyederhanakan • Alokasi DAK dapat
semakin banyak, formula/kriteria yang lebih ditetapkan untuk
termasuk daerah diarahkan untuk periode 3 tahun
dengan kemampuan memprioritaskan daerah (MTEF) sesuai upaya
keuangan tinggi pencapaian SPN
dengan kemampuan
- Alokasi DAK ditetapkan keuangan daerah yang • DAK lebih diarahkan
tahunan dan berubah- rendah melalui penyesuaian untuk daerah-daerah
dengan kemampuan
ubah bidangnya bobot kriteria DAK keuangan rendah

DAK kurang fokus, Mempertajam prioritas DAK fokus pada upaya


alokasi terbatas, nasional dan pencapaian SPN
meningkatkan porsi DAK pelayanan dasar
kurang membantu
untuk infrastruktur, pendidikan kesehatan
penyediaan pelayanan pendidikan dan dan infrastruktur
dasar kesehatan;
23
Konsep DAK Dalam RUU HKPD
(1) DAK dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan Daerah.
(1) Kegiatan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. kegiatan dalam rangka mendorong pencapaian Standar Pelayanan Minimal
Urusan Wajib yang terkait pelayanan dasar dengan memprioritaskan pada
urusan pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan umum;
b. kegiatan dalam rangka pencapaian prioritas nasional selain kegiatan
sebagaimana dimaksud huruf a; dan
c. kegiatan dalam rangka kebijakan tertentu yang ditetapkan dalam ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.

(1) Kegiatan dalam rangka pencapaian prioritas nasional sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) huruf b terdiri dari:
a. prioritas nasional berdasarkan sektor/bidang; dan
b. prioritas nasional berdasarkan kewilayahan.
ARAH KEBIJAKAN DAK 2014

1. Membantu daerah dalam penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar
masyarakat untuk mendorong pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM).
2. Membantu daerah dalam membiayai kegiatan tertentu dalam rangka pencapaian
sasaran prioritas nasional.
3. Menyempurnakan penyusunan kebijakan DAK yang berbasis hasil (output) sesuai
dengan RPJMN.
4. Meningkatkan koordinasi penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) agar lebih tepat
sasaran dan tepat waktu.
5. Meningkatkan sinkronisasi dan sinergitas pelaksanaan DAK baik di pusat maupun di
daerah.
6. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan DAK melalui
koordinasi perencanaan dan pengelolaan DAK di berbagai tingkatan pemerintahan
(mulai dari Musrenbangda);
7. Mendukung upaya percepatan pelaksanaan kegiatan di daerah dalam rangka
mewujudkan output dan outcome yang diharapkan;
8. Menggunakan kinerja pelaporan pelaksanaan DAK dari daerah sebagai salah satu
pertimbangan dalam pengalokasian DAK;
9. Meningkatkan koordinasi dan kualitas pemantauan dan evaluasi pelaksanaan DAK.
ARAH KEBIJAKAN & LINGKUP KEGIATAN DAK
PERUMAHAN TA 2014

DAK Perumahan dialokasikan untuk meningkatkan


penyediaan prasarana, sarana dan utilitas (PSU) perumahan
dan kawasan permukiman dalam rangka menstimulan
pembangunan perumahan dan permukiman bagi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR) di kabupaten/kota.

Lingkup Kegiatan :
a) Prasarana dan sarana air minum
b) Sarana air limbah komunal
c) Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST)
d) Jaringan distribusi listrik
e) Penerangan jalan umum
PERKEMBANGAN ALOKASI
DAK PERUMAHAN TA 2011- 2014

dlm miliar rupiah

Tahun 2011 2012 2013 2014

Alokasi DAK Perumahan 150,000 191,243 205,041 234,800

Jumlah Daerah Penerima 62 39 45 30

Total DAK Nasional 25.232,80 26.115,95 31.697,14 33.000,00

% terhadap DAK Nasional 0,59% 0,73% 0,65% 0,71%


PENYERAPAN DAK PERUMAHAN
2011 - 2012

TAHUN PAGU DAK PERUMAHAN PENYERAPAN (RKUD) %

2011 150.000.000.000 99.861.261.804 66,57%

2012 191.243.000.000 145.234.497.542 75,94%

Data 2013, belum dapat direkapitulasi karena belum seluruh Pemda


menyampaikan laporan penyerapan penggunaan DAK TA 2013.
PENYERAPAN DAK PERUMAHAN
2011 – 2012 per 30 Januari 2014
2011 2012
No Daerah
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

1 Kota Medan 4.153.000.000 4.032.542.728 97% - -

2 Kota Padangsidempuan 1.355.800.000 - 0% - -

3 Kab. Pesisir Selatan 1.992.800.000 692.818.182 35% - -

4 Kota Padang 1.547.800.000 1.443.977.273 93% 4.796.690.000 4.245.242.726 89%

5 Kota Pekanbaru 2.800.400.000 335.629.487 12% - -

6 Kota Batam 3.397.000.000 3.387.810.651 100% 7.806.880.000 3.461.928.507 44%

7 Kab. Bungo 2.114.200.000 534.361.818 25% - -

8 Kab. Kerinci 1.749.100.000 - 0% - -

9 Kab. Merangin 2.020.300.000 1.468.758.546 73% - -

10 Kab. Sarolangun 2.211.300.000 2.171.032.000 98% - -

11 Kab. Tebo 1.712.000.000 640.278.000 37% - -

12 Kota Jambi 2.543.300.000 2.340.348.460 92% 3.926.350.000 3.519.220.689 90%


PENYERAPAN DAK PERUMAHAN
2011 – 2012 per 30 Januari 2014
2011 2012
No Daerah
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

13 Kota Palembang 3.148.800.000 2.896.074.545 92% 8.184.320.000 7.890.557.636 96%

14 Kab. Belitung 2.284.000.000 908.542.727 40% - -

15 Kota Pangkal Pinang 2.329.000.000 2.291.292.727 98% 3.625.720.000 1.241.720.909 34%

16 Kab. Bangka Tengah - - 3.783.030.000 3.467.955.275 92%

17 Kota Bengkulu 1.947.200.000 1.942.420.500 100% 3.736.570.000 3.699.198.000 99%

18 Kab. Lampung Barat 2.205.500.000 950.468.182 43% - -

Kab. Lampung Selatan 2.065.200.000 1.954.207.000 95% - -

19 Kab. Lampung Tengah 1.196.900.000 - 0% - -

20 Kab. Lampung Utara 1.846.400.000 1.502.601.040 81% - -

21 Kab. Tanggamus 1.822.900.000 - 0% - -

22 Kab. Tulang Bawang 1.879.800.000 1.857.777.300 99% - -

23 Kab. Way Kanan 1.677.100.000 1.578.735.910 94% - -

24 Kota Bandar Lampung 2.353.100.000 2.328.735.000 99% 3.799.250.000 3.479.816.591 92%


PENYERAPAN DAK PERUMAHAN
2011 – 2012 per 30 Januari 2014
2011 2012
No Daerah
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

25 Kab. Bandung 3.103.400.000 2.932.665.400 94% 6.691.230.000 4.427.735.999 66%

26 Kab. Bekasi 3.071.300.000 2.914.975.455 95% - -

27 Kab. Bogor 5.253.000.000 - 0% - -

28 Kab. Garut - - 4.116.660.000 3.939.496.741 96%

29 Kab. Majalengka - - 5.427.380.000 1.676.521.682 31%

30 Kab. Sumedang - - 4.002.150.000 2.497.199.001 62%

31 Kota Bekasi 3.857.200.000 - 0% - -

32 Kab. Tangerang 2.969.100.000 - 0% - -

33 Kab. Karanganyar - - 3.481.820.000 2.871.782.000 82%

34 Kab. Kebumen - - 4.644.550.000 4.544.777.272 98%

35 Kab. Kendal 1.650.100.000 1.618.181.400 98% - -

36 Kab. Klaten 2.112.800.000 1.900.642.727 90% - -


PENYERAPAN DAK PERUMAHAN
2011 – 2012 per 30 Januari 2014
2011 2012
No Daerah
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

37 Kab. Pekalongan 1.857.300.000 1.637.721.900 88% - -

38 Kab. Purbalingga 1.867.300.000 1.867.300.000 100% 3.387.330.000 1.101.569.908 33%

39 Kab. Temanggung 1.614.200.000 1.313.107.791 81% - -

40 Kota Magelang 2.476.700.000 - 0% - -

41 Kota Pekalongan 2.751.000.000 2.716.918.181 99% 3.335.050.000 3.295.834.546 99%

42 Kota Semarang 2.829.800.000 2.814.839.000 99% - -

43 Kota Surakarta 2.773.200.000 2.624.100.910 95% - -

44 Kab. Bangkalan 3.547.700.000 3.526.451.363 99% - -

45 Kab. Gresik 2.535.100.000 2.172.905.000 86% - -

46 Kab. Malang 4.437.200.000 4.330.639.091 98% 6.137.130.000 6.080.839.091 99%

47 Kab. Pamekasan 1.983.600.000 - 0% - -

48 Kab. Pasuruan 2.295.700.000 2.087.059.214 91% - -


PENYERAPAN DAK PERUMAHAN
2011 – 2012 per 30 Januari 2014
2011 2012
No Daerah
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

49 Kab. Sidoarjo 2.825.500.000 2.713.168.545 96% - -

50 Kab. Tulungagung 1.924.600.000 1.132.828.180 59% - -

51 Kota Blitar 2.288.400.000 1.052.173.900 46% - -

52 Kota Malang - - 10.072.610.000 100%


10.072.610.000
53 Kota Mojokerto 2.166.200.000 1.982.582.281 92% - -

54 Kota Surabaya 2.834.100.000 - 0% - -

55 Kota Pontianak - - 5.773.420.000 5.169.268.183 90%

56 Kab. Banjar - - 5.359.310.000 4.006.232.682 75%

57 Kab. Barito Kuala 2.226.000.000 2.178.398.183 98% 5.825.940.000 5.823.160.909 100%

58 Kota Banjarbaru 1.186.200.000 1.125.885.455 95% 3.657.450.000 2.899.209.600 79%

59 Kota Banjarmasin - - 5.757.080.000 2.840.909.091 49%

60 Kota Balikpapan - - 6.575.690.000 5.644.842.900 86%


PENYERAPAN DAK PERUMAHAN
2011 – 2012 per 30 Januari 2014
2011 2012
No Daerah
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

61 Kota Bitung 1.817.300.000 1.792.000.000 99% 3.632.490.000 3.488.335.462 96%

62 Kota Manado 2.459.300.000 2.355.064.273 96% 4.839.040.000 2.638.968.613 55%

63 Kab. Minahasa Utara - - 5.604.970.000 5.053.035.453 90%

64 Kab. Boalemo 2.162.300.000 489.442.091 23% - -

65 Kab. Pohuwato 1.415.800.000 1.171.987.000 83% - -

66 Kab. Bone Bolango - - 3.940.830.000 3.489.810.510 89%

67 Kab. Morowali - - 6.922.340.000 2.620.258.046 38%

68 Kota Palu 1.891.300.000 1.868.684.055 99% 3.809.400.000 3.734.315.455 98%

69 Kab. Parigi Moutong - - 3.765.410.000 931.769.999 25%

70 Kota Parepare 2.130.900.000 571.585.501 27% 4.548.730.000 4.472.090.457 98%

71 Kota Makassar 2.682.000.000 - 0% - -

72 Kab. Luwu Timur - - 4.496.340.000 2.651.716.800 59%


PENYERAPAN DAK PERUMAHAN
2011 – 2012 per 30 Januari 2014
2011 2012
No Daerah
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %

73 Kota Kendari 1.672.700.000 1.518.044.374 91% 5.682.800.000 5.123.667.140 90%

74 Kota Bau-bau 1.941.300.000 1.941.300.000 100% 3.973.520.000 3.936.001.817 99%

75 Kab. Konawe Selatan - - 4.946.650.000 3.996.934.136 81%

76 Kab. Bima - - 4.013.910.000 - 0%

77 Kab. Lombok Barat 2.240.000.000 2.080.829.250 93% 3.723.460.000 2.376.005.580 64%

78 Kota Bima - - 3.439.500.000 2.823.958.136 82%

79 Kota Kupang 4.800.500.000 2.245.464.508 47% - -

80 Kab. Sorong 3.997.000.000 3.925.904.700 98% - -


KEMENTERIAN KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

TERIMA KASIH

Kementerian Keuangan Republik Indonesia


Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

Gedung Radius Prawiro, Jalan Dr Wahidin No. 1


Jakarta Pusat 10710
Telp./Fax. 021 3509445
www.djpk.depkeu.go.id

Anda mungkin juga menyukai