Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Herwin, M.Pd.
Disusun oleh :
Kelas VI D
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana perencanaan tindakan siklus PTK?
2. Bagaimana tindakan siklus PTK?
3. Bagaimana pengamatan/observasi siklus PTK?
4. Bagaimana refleksi siklus PTK?
C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan siklus PTK
2. Untuk mengetahui bagaimana tindakan siklus PTK
3. Untuk mengetahui bagaimana pengamatan atau observasi siklus PTK
4. Untuk mengetahui bagaimana refleksi siklus PTK
BAB II
PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Mc. Taggart memiliki empat tahapan
dalam setiap siklusnya yaitu tahap perencanaan (plan), tahap pelaksanaan tindakan (act), tahap
observasi (observe), dan tahap refleksi (reflect).
A. Tahap Perencanaan
Di dalam perencanaan tidak hanya berisi tujuan atau kompetisi yang akan dicapai dalam
suatu pembelajaran, melainkan seorang guru harus menunjukkan secara spesifik lagi perlakuan
khusus seorang guru dalam proses pembelajaran dan perencanaan yang merupakan pedoman
bagi guru seutuhnya dalam proses pembelajaran (Sanjaya, 2010: 78).
Maka dari itu seorang guru harus mempunyai kemampuan dalam mengenali
karakteristik peserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga
kegiatan dasar, yaitu identifikasi masalah, merumuskan masalah, dan pemecahan masalah.
Pada masing-masing kegiatan, terdapat sub-sub kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan untuk
menunjang sempurnanya tahap perencanaan (Suyadi, 2011: 50-57).
1. Identifikasi masalah
Mengidentifikasi masalah adalah proses menelaah berbagai masalah yang terkandung
dalam sebuah fenomena. Proses mengidentifikasi adalah proses pengajuan berbagai macam
perntanyaan yang ada dalam pikiran peneliti. Identifikasi tidak berbeda jauh seperti
diagnosis yang dilakukan dokter kepada pasiennya. Jika diagnosisnya tepat, maka obat
yang diberikan pasti mujarab. Demikian pula pada PTK, identifikasi masalah yang tepat
akan mengarahkan pada hasil penelitian, sehingga dapat bermanfaat bagi peningkatan hasil
belajar siswa. Dalam mengidentifikasi masalah harus tepat sasaran sebagaimana obat
dokter yang hanya dapat digunakan karena penyakitpenyakit tertentu.
Tidak semua masalah pendidikan dapat didekati dengan penelitian tindakan kelas.
Untuk beberapa langkah berikut perlu diikuti dengan seksama sebagai cara untuk
menemukan masalah yang dapat didekati dengan penelitian tindakan kelas (Arikunto,
2006: 118).
a. Masalah harus rill dan on-the job problem oriented, artinya masalah tersebut di bawah
kemenangan seorang guru untuk memecahkan. Masalah itu datang dari pengamatan
(pengalaman) seorang guru sendiri melalui kegiatan sehari hari, bukan datang dari
pengamatan orang lain.
b. Masalah harus problematik (artinya, masalah tersebut perlu dipecahkan). Tidak semua
masalah pendidikan (pembelajaran) yang nyata (rill) adalah masalah yang problematic,
karena: pemecahan masalah tersebut kurang mendapat dukungan literatur/sarana
prasarana, pemecahan masalah belum mendesak dilaksanakan, dan ternyata guru tidak
mempunyai wewenang penuh untuk memecahkan. Hanya saja pasti akan lebih
maksimal jika penyelesaian masalah mendapat dukungan dari guru-guru yang lain.
c. Masalah harus memberi manfaat yang jelas, artinya pemecahan masalah tersebut akan
member manfaat yang jelas atau nyata. Untuk itu, pilihlah masalah penelitian yang
memiliki asa manfaat secara jelas. Apa yang akan terjadi, apabila masalah tersebut
dilontarkan beberapa pertanyaan tersebut dipecahkan: (a) apa yang akan terjadi apabila
masalah tersebut dipecahkan? (b) apa resiko terburuk apabila masalah tersebut tidak
segera dipecahkan, dan (c) tujuan pendidikan mana yang tidak tercapai, apabila masalah
tersebut tidak segera dipecahkan? Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut
dapat membimbing pada penemuan masalah-masalah penelitian yang mendesak untuk
dipecahkan.
d. Masalah PTK harus feasible (dapat dipecahkan atau ditangani). Dilihat dari sumber
daya peneliti (waktu, dana, dukungan,dan seterusnya) masalah tersebut dapat
dipecahkan. Dengan kata lain, tidak semua penelitian yang sudah rill problematic dan
manfaatnya jelas, selalu feasible. Untuk itu harus dipilih masalah – masalah yang
feasible dengan pertimbangan faktor-faktor pendukung di atas.
2. Analisis penyebab masalah dan merumuskannya
Langkah selanjutnya yaitu peneliti harus mencari akar dari masalah yang telah
ditemukan, dengan kata lain peneliti harus mencari penyebabnya. Jika kita tidak
mengetahui apa yang menjadi penyebab suatu masalah pembelajaran, maka mustahil
seorang peneliti mampu mencari bagaimana solusi yang tepat dalam penyelesaiannya.
Setelah teridentifikasi, masalah dapat dirumuskan ke dalam kalimat pertanyaan dengan
memerhatikan kata tanya 5W+1H. Melakukan analisis terhadap penyebab adanya masalah
akan dijadikan landasan berpikir untuk mencari alternative suatu tindakan yang dapat
dikembangkan sebagai bentuk solusi atau pemecaan masalah.
3. Ide nuntuk memecahkan masalah
Akar masalah menjadi tumpuan bagi rencana tindakan untuk mengatasi masalah. Maka
dari itu peneliti harus mempunyai ide dalam pemecahan masalah tersebut. Dalam mencari
solusi, peneliti harus mengembangkan ide atau pemikirannya. Hal ini dilakukan guna
mendapatkan banyak alternatif sebagai pengayaan tindakan. Setelah mendapatkan berbagai
alternatif pemecahan masalah, peneliti juga harus mengetahui kelebihan dan kekurangan
dari masing-masing alternatif, sehingga penelitian tindakan kelas dapat optimal.
Dari penjabaran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan
terlebih dahulu kita harus melakukan identifikasi masalah. Identifikasi masalah dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran yang dikelola
kemudian menganalisisnya dengan memilih masalah yang paling mendesak dan penting untuk
dipecahkan.
Setelah masalah dijabarkan, langkah beriktnya adalah mencari cara perbaikan atau
pencarian solusi. Berdasarkan ini, pengembangan cara perbaikan atau tindakan harus sesuai
dengan kemampuan dan komitmen guru, kemampuan siswa, sarana dan fasilitas yang tersedia,
iklim belajar dan iklim kerja disekolah.
1. Tim peneliti melakukan analisis standar isi untuk mengetahui Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar (SKKD) yang akan diajarkan kepada peserta didik.
2. Mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan memperhatikan
indikator-indikator hasil belajar.
3. Mengembangkan alat peraga, alat bantu, atau media pembelajaran yang menunjang
pembentukkan SKKD dalam rangka implementasi PTK.
4. Menganalisis berbagai alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan kondisi
pembelajaran.
5. Mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
6. Mengembangkan pedoman atau instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
7. Menyusun alat evaluasi pembelajaran sesuai dengan indikator hasil belajar.
SIKLUS KEDUA
Seperti yang telah dijelaskan, jika dalam penelitian tindakan kelas peneliti belum
mendapatkan hasil atau dalam kata lain belum maksimal maka peneliti harus melakukan
perencanaan ulang. Perencanaan ulang inilah langkah awal yang harus dilakukan dalam siklus
kedua. Berikut penjelasan mengenai penyelenggaraan siklus kedua dalam PTK menurut Aip
Badrujaman dan Dede Rahmat Hidayat (2010: 91):
1. Perbaikan Perencanaan siklus kedua
Hasil dari refleksi yang akan dilakukan pada siklus pertama dijadikan dasar untuk
melakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Untuk lebih jelasnya bagaimana menyusun
rencana tindakan pada siklus kedua, dapat kita perhatikan contoh berikut ini : Berdasarkan
refleksi siklus I didapatkan kesimpulan bahwa target perubahan belum tercapai, dengan
demikian PTK harus dilanjutkan pada siklus II. Dalam siklus II perencanaan yang disususn
mengalami perbaikan, yaitu sebagai berikut:
a. Agar siswa terlibat pada diskusi, guru harus berkeliling dan ikut terlibat dalam diskusi
pada setiap kelompok.
b. Guru harus menjelaskan aturan main dalam kuis.
c. Guru perlu menegaskan nilai yang akan siswa peroleh apabila dapat menjawab
pertanyaan dan apa dampaknya apabila siswa tidak menjawab.
Dari penjabaran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan
terlebih dahulu kita harus melakukan identifikasi masalah. Identifikasi masalah dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran yang dikelola
kemudian menganalisisnya dengan memilih masalah yang paling mendesak dan penting untuk
dipecahkan.
Setelah masalah dijabarkan, langkah beriktnya adalah mencari cara perbaikan atau
pencarian solusi. Berdasarkan ini, pengembangan cara perbaikan atau tindakan harus sesuai
dengan kemampuan dan komitmen guru, kemampuan siswa, sarana dan fasilitas yang tersedia,
iklim belajar dan iklim kerja disekolah.
C. Tahap Observasi
Menurut Widyawati (2008:92) pengamatan yaitu observasi dan monitoring yang dapat
dilakukan sendiri oleh peneliti mapun kolaborator. Monitoring merupakan bagian dari fungsi
meneliti dalam PTK. Peran monitoring adalah untuk mengenali dan mengevaluasi
perkembangan yang terjadi akibat tindakan yaitu mengenali apakah pelaksanaan tindakan
sesuai dengan rencana tindakan dan apakah telah terjadi peningkatan dengan adanyan tindakan.
Teknik yang dilakukan dapat berupa pengamatan dengan pedoman, tes, catatan lapangan,
analisis dokumen, portofolio, angket, wawancara, perekaman, dan sosiometri.
Instrumen yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis; (b) rubrik; (c) lembar observasi;
dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif yang tidak dapat
terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian tindakan
berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan
dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.
D. Tahap Refleksi
Siklus refleksi merupakan upaya evaluasi yang dilakukan oleh kolaborator atau
partisipan yang terkait dengan PTK yang dilaksanakan. Refleksi dilakukan dengan cara
kolaborati, yakni dengan melakukan distusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas
penelitian. Refleksi dilakukan setelah implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan
tindakan refleksi ini dilakukan perbaikan untuk siklus berikutnya. (Kemis R & Mc Taggart).
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan
berdasarkan data yang terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan
tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian
terhadap hasil pegamatan atas tindakan yang dilakukan. jika terdapat masalah dan proses
refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi
kegiatan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pegamatan ulang sehingga permasalahan
yang dihadapi daat teratasi.
(Yahya, 2017:123). Refleksi merupakan mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan
persis seperti yang telah diacatt dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses,
masalah, persoalan, dan kendala yang dihadapi dalam tindakan strategi. Refleksi
mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi sosial, dan memahami
persoalan dan keadaan tempat timbulnya persoalan itu. Refleksi biasanya dibantu dengan
diskusi diantara peserta. Melalui diskusi, refleksi kelompok sampai pada rekonstruksi makna
dan memberikan dasar perbaikan rencana. Refleksi memiliki aspek evaluatif. Dengan refleksi
peneliti diminta untuk menimbang-nimbang pengalamannya untuk menilai apakah persoalan
yang timbul memang diinginkan dan memberikan saran tentang cara untuk meneruskan. PTK
merupakan proses dinamis yang didalamnya terdapat 4 momen yang harus dipahami bukan
sebgaai langkah statis yang komplit tetapi sebagai momen spiral perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi (Sumini, 2017:5)
Refleksi dilakukan pada tahap satu, peneliti bersama observer mencari beberapa kelebihan dan
kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi. Apabila
pada siklus satu belum mencapai titik jenuh, maka dilajutkan pada siklus 2. (Kunandar,
2008:187)
Jadi, kesimpulan dari beberapa pendapat ahli di atas adalah Kegiatan refleksi merupakan
kegiatan yang dilakukan dalam menganalisis data yangdiperoleh dalam observasi. Berdasarkan
hasil analisa data dilakukan refleksi untuk melihat kelebihan dan kekurangan saat pembelajaran
diterapkan. Kekurangan dan kelebihan ini dapat digunakan sebagai acuan untuk merencanakan
siklus berikutnya.
BAB III
A. Simpulan
1. Tahap Perencanaan
Dari penjabaran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan
terlebih dahulu kita harus melakukan identifikasi masalah. Identifikasi masalah dapat
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran yang dikelola
kemudian menganalisisnya dengan memilih masalah yang paling mendesak dan penting untuk
dipecahkan.
Setelah masalah dijabarkan, langkah beriktnya adalah mencari cara perbaikan atau
pencarian solusi. Berdasarkan ini, pengembangan cara perbaikan atau tindakan harus sesuai
dengan kemampuan dan komitmen guru, kemampuan siswa, sarana dan fasilitas yang tersedia,
iklim belajar dan iklim kerja disekolah.
3. Tahap Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada saat penelitian
berlangsung menggunakan lembar observasi. Observasi bertujuan untuk mengetahui
keberhasilan tindakan yang dilakukan. Hal-hal yang harus dicatat dalam observasi adalah
proses tindakannya, pengaruh tindakannya (yang disengaja atau tidak disengaja), keadaan dan
kendala tindakan, cara keadaan dan kendala tersebut menghambat atau mempermudah
tindakan yang telah direncanakan dan pengaruhnya, serta persoalan-persoalan lain yang
muncul sehingga dokumen atau data dapat digunakan untuk refleksi berikutnya.
4. Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi merupakan kegiatan yang dilakukan dalam menganalisis data
yangdiperoleh dalam observasi. Berdasarkan hasil analisa data dilakukan refleksi untuk
melihat kelebihan dan kekurangan saat pembelajaran diterapkan. Kekurangan dan kelebihan
ini dapat digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, untuk kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap keseluruhan makalah dari pembaca sangat
kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Aip Badrujaman dan Dede Rahmat Hidayat. (2010). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru
Mata Pelajaran Dan Guru Kelas. Jakarta: CV. Trans Info Media
Arikunto, Suharsimi, Dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Fitrah, Muhammad & Luthfiyah. Metodologi Penelitian: Penelitian kualitatif,, tindakan kelas
& studi kasus. ___: CV Jejak.
https://books.google.co.id/books?id=UVRtDwAAQBAJ&dq=siklus-
siklus+dalam+penelitian+tindakan+kelas&source=gbs_navlinks_s. Diakses Pada
Minggu, 10 Maret 2019 pukul 5:39 WIB.
Kemmis R & Mc Taggart. 1988. The Action Research Reader Action Research and the Critical
Analysis of Pedagogy. Gaelong: Deakin University.
Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. PT. Raja Grafindo
Persada.
Legiman. 2015. PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK). Yogyakarta: Widyaiswara LPMP
DIY.
Mulyasa. (2009). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung; Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Perdana Media Group.
Sukarno. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: Media Perkasa.
Sumini. 2017. Penelitian Tindakan Kelas dan Pengembangan Profesi Guru. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Suyadi. (2011). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Diva Press: Jogjakarta.
Widyawati, A. 2008. PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Jurnal Pendidikan Akuntansi
Indonesia. 6(1) : 87-93.
Yahya, Dwi Septiwiharti. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran PPKn
melalui Media Kliping di SD Despot Posona. Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol 1 No
3.