Anda di halaman 1dari 4

IDENTIFIKASI SEBARAN BATU BARA

MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D KONFIGURASI WENNER DI


DESA LAM APENG, ACEH BESAR
Fadhil Ramadhana, Ulfani, Mita Krisna Dewi, Nur Rizky,Raudhatul Firdausi,
Zubin Irani, Titi Amalia, Syauqi Al-Farabi

Abstrak
Telah dilakukan penelitian metode geolistrik resistivitas 2D menggunakan konfigurasi
wenner di Desa Lam Apeng dengan tujuan mengetahui struktur bawah permukaan terutama potensi batu
bara. Metode geolistrik resistivitas 2D digunakan untuk mengetahui keberadaan persebaran batubara
didaerah tersebut. Metode ini melihat nilai resistivitas lapisan bawah permukaan untuk mengetahui
struktur lapisannya. Pengukuran dilakukan dengan cara menancapkan elektroda sebanyak 56 elektroda
pada satu lintasan dengan panjang lintasan 112 m. Elektroda ditancapkan dengan spasi 2 m. Pengolahan
data metode geolistrik resistivitas 2D dimulai dari tahap mendownkload data hasil pengukuran dari alat
SuperSting, kemudian dilakukan pengolahan data menggunakan software Res2DinV untuk menampilkan
penampang berdasarkan nilai resistivitas batuan daerah pengukuran. Pada penelititan ini dapat
disimpulkan bahwa pada model yang didapatkan beberapa jenis batuan yang berupa lempung dan pirit
dan tidak ditemukannya batu bara disekitar lokasi penelitian.

Kata kunci : Metode Geolistrik Resistivitas 2D, Konfigurasi Wenner Batubara, Desa Lam Apeng

usaha mitigasi bencana pergerakan tanah, perlu


1. PENDAHULUAN dilakukan survey penentuan letak sesar di lokasi
penelitian. Selain karena lokasi sesar berada dekat
Indonesia adalah negara yang kaya akan dengan pemukiman warga, penggunaan lahan
sumberdaya alam salah satunya adalah Batubara. sebagai lokasi pemukiman juga menjadi faktor
Batubara adalah salah satu energi yang tidak dapat penting perlunya survey letak sesar di lokasi
diperbaharui lagi, akan tetapi batubara semakin penelitian. Sesar bawah permukaan sulit untuk
dibutuhkan. Batubara merupakan batuan sedimen diidentifikasi karena informasi yang terbatas dari
(padatan) yang dapat terbakar berasal dari peta geologi dan profil bawah permukaan. Salah
tumbuhan, berwarna coklat sampai hitam, yang satu metode geofisika yang cukup baik untuk
sejak pengendapannya terkena proses fisika dan memetakan kondisi bawah permukaan guna
kimia yang mengakibatkan pengkayaan kandungan mengetahui struktur perlapisan dan sesarnya adalah
karbonnya.Penyebaran endapan batubara di metode geolistrik. Metode geolistrik dari beberapa
Indonesia ditinjau dari sudut geologi sangat erat survey elektroda merupakan indikator yang baik
hubungannya dengan penyebaran formasi sedimen untuk mengidentifikasi struktur terkait patahan
yang berumur tersier yang terdapat secara luas (Fuji-ta & Ikuta, 2000:570).
di sebagian besar kepulauan di Indonesia. Salah satu metode geofisika yang dapat
Tektonika Indonesia menjelaskan bahwa digunakan untuk memperkirakan keadaan struktur
negara ini merupakan titik pertemuan antara tiga bawah permukaan guna mengetahui identifikasi
lempeng besar yaitu lempeng Indo-Australia, sesear dan sebaran batu bara adalah metode
lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. geolistrik resistivitas. Hal ini dimungkinkan karena
Konsekuensinya, dinamika lempeng tersebut lapisan tanah batuan dapat mengalirkan arus listrik
membentuk sesar-sesar besar yang aktif yang dapat sehingga dapat dianalisis berdasarkan sifat
menjadi pemicu terjadinya bencana alam seperti kelistrikannya. Penelitian ini menggunakan metode
gempa bumi. Salah satu sesar besar yang terkenal geolistrik resistivitas Konfigurasi Wenner-
yaitu sesar Sumatera atau sesar Semangko yang Schlumberger untuk mengidentifikasi sesar dan
membentang dari ujung barat sampai ujung timur sebaran batu bara di Desa Lam Apeng Kecamatan
Pulau Sumatera. Bahkan, interaksi ketiga lempeng Seulimum, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.
tersebut yang terus menerus berlangsung dapat
membentuk sesar-sesar baru lainnya.
Studi kasus mengenai sesar atau patahan
menjadi sangat penting dalam rangka melakukan
Konduksi dengan cara ini lebih lambat
daripada konduksi elektronik.
3. Konduksi Dielektrik. Konduksi ini terjadi
pada batuan yang lebih bersifat dielektrik,
artinya batuan tersebut mempunyai elektron
bebas sedikit atau bahkan tidak ada sama
sekali. Tetapi karena adanya pengaruh
medan listrik dari luar, maka
elektronelektron dalam atom batuan
dipaksa berpindah dan berkumpul terpisah
dari intinya sehingga terjadi polarisasi.
Peristiwa ini sangat bergantung konstanta
Gambar 1. Peta Geologi Regional Aceh Besar dielektrik batuan yang bersangkutan.
2. DASAR TEORI
2.3 Resistivitas Batuan
2.1 Batubara Batuan dan mineral memiliki nilai
Batubara adalah bahan bakar fosil yang resistivitas yang bervariasi. Menurut Telford et al.,
merupakan jenis batuan sedimen yang mudah (1990), berdasarkan nilai resistivitasnya, batuan
terbakar. Proses pembatubaraan. Unsur kimia
digolongkan ke dalam beberapa kategori yaitu
penyusun batubara adalah karbon, hidrogen dan
oksigen. Batubara terbentuk sesuai kondisi konduktor, isolator, dan semikonduktor. Konduktor
tertentu dan sepanjang sejarah geologi pada era baik dicirikan dengan nilai resistivitas antara 10-8
tertentu. Pembentukan batubara dimulai sejak yang didalamnya berisi banyak elektron bebas
Carboniferous Period (Periode Pembentukan dengan gerakan yang sangat tinggi, semikonduktor
Karbon atau Batu Bara) dikenal sebagai zaman dicirikan dengan nilai resistivitas antara 107 yang
batu bara pertama yang berlangsung antara 360 memiliki jumlah elektron bebas yang lebih sedikit
juta sampai 290 juta tahun yang lalu.
dan isolator dicirikan dengan nilai resistivitas
2.2 Sifat Kelistrikan Batuan antara 107 yang memiliki ikatan ionik sehingga
Pada bagian batuan, atom-atom terikat elektron-elektron valensinya tidak bebas bergerak.
secara ionik atau kovalen. Karena adanya ikatan Nilai resistivitas berbagai bahan mineral bumi
ini maka batuan mempunyai sifat menghantarkan Nilai resistivitas material-material bumi dapat
arus listrik. Aliran arus listrik dalam dilihat pada Tabel 1.
batuan/mineral dapat digolongkan menjadi tiga Tabel 1. Nilai resistivitas material-material
macam yaitu : bumi
1. Konduksi Elektronik. Konduksi ini adalah
tipe normal dari aliran arus listrik dalam
batuan/mineral. Hal ini terjadi jika batuan
atau mineral tersebut mempunyai banyak
elektron bebas, akibatnya arus mudah
mengalir pada batuan ini. Sebagai contoh,
batuan yang banyak menagndung logam.
2. Konduksi Elektrolitik. Konduksi jenis ini
banyak terjadi pada batuan atau mineral
yang bersifat porus dan poriporinya
tersebut terisi oleh larutan elektrolit.
Dalam hal ini arus listrik mengalir akibat
dibawa oleh ion-ion larutan elektrolit.
(Telford et al., 1990) Akuisisi data metode geolistrik
resistivitas 2D dilakukan dengan cara melakukan
2.4 Metode Resistivitas pengukuran secara lansung di desa Lam Apeng.
Kecamatan Seulimum, Kabupaten Aceh Besar.
Metode geolistrik resistivitas merupakan
Pengukuran dilakukan menggunakan metode
salah satu metode geofisika yang digunakan untuk geolistrik resistivitas 2D untuk melihat kondisi
mengetahui perubahan resistivitas pada lapisan bawah permukaan dengan cara menancapkan
batuan yang ada di bawah permukaan dengan cara elektroda pada satu lintasan dengan panjang
mengalirkan arus listrik direct current (DC) yang lintasan 112 m. Pada lintasan sepanjang 112 m,
mempunyai tegangan tinggi ke bawah permukaan. ditancapkan 56 elektroda dengan spasi 2 m.
Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah Koordinat lokasi pengukuran berada pada
N789237/610686 hingga N789295/610594
elektroda arus C1 dan C2 yang ditancapkan di
permukaan dengan jarak tertentu. Semakin panjang 3.2 Alat dan Bahan
jarak elektroda C1 dan C2 akan menyebabkan
aliran arus listrik dapat menembus lapisan batuan Alat dan bahan yang digunakan dalam
yang lebih dalam (Intan dan Rahmawati, 2014). pengukuran metode geolistrik resistivitas 2D di
desa Lam Apeng. Kecamatan Seulimum,
Arus yang telah diinjeksikan ke bawah permukaan
Kabupaten Aceh Besar adalah :
kemudian diterima oleh 2 elektroda potensial P1 Tabel 1. Alat dan bahan
dan P2 sehingga menimbulkan beda potensial yang No Nama alat Jumlah
diukur oleh voltmeter. Dari hasil pengukuran 1 Supersting 1 buah
tersebut, dapat diketahui nilai resistivitas batuan 2 Switch Box 1 buah
dengan menggunakan rumus berikut: 3 Baterai 1 unit
∆𝑽 4 Kabel elektroda 4 unit
𝝆=𝑲 (1)
𝑰
5 Kabel Power 1 unit
Dengan 6 Payung 2 unit
7 Parang 1 unit
𝟏 𝟏 𝟏 𝟏 −𝟏 8 Meteran 50 m 2 buah
𝑲 = 𝟐𝝅 [(𝒓𝟏 − 𝒓𝟐) − (𝒓𝟑 − 𝒓𝟒)] (2)
9 Kabel High 1 buah
10 Palu 2 buah
Keterangan: 11 Elektroda 56 buah
ρ = Resistivitas batuan (Ώm) 12 GPS 1 buah
K = Faktor geometri 13 Matras 1 buah
∆V = Beda potensial (Volt) 14 Kabel Switch Box 1 buah
I = Kuat arus (Ampere)
r = Jarak antar elektroda (m) 3.3 Metode Pengukuran
Metode geolistrik didasarkan pada Survei lapangan merupakan kegiatan tahap
anggapan bahwa bumi mempunyai sifat homogen pertama yang dilakukan sebelum pengukuran.
Dalam tahapan ini penulis mengkaji literatur
isotropis dimana bumi memiliki bentuk simteri
daerah penelitian yaitu dengan melihat keadaan
bola. Pada kenyataannya bumi terdiri dari lapisan- geomorfologi daerah penelitian tersebut sehingga
lapisan dengan resistivitas yang berbeda-beda, dapat memahami kondisi medan yang akan
sehingga potensial yang terukur dipengaruhi oleh dihadapi. Pengukuran dilaksanakan di sekitar
lapisan-lapisan tersebut dan menyebabkan nilai kawasan Desa Lam Apeng. Pemilihan titik
tahanan jenis yang terukur tergantung pada jarak pengukuran didasarkan pada penelitian sebelumnya
elektroda nilai tahanan jenis yang terukur bukanlah yang terkait dimana titik tersebut merupakan titik
yang belum pernah diukur. Pengukuran data
tahanan jenis sebenarnya melainkan tahanan jenis dilakukan dengan sistem 1 lintasan yaitu jarak atau
semu (𝜌𝑎 ). spasi ditentukan. Dimana dengan panjang lintasan
112 m. Pada lintasan sepanjang 112 m,
3. METODE PENELITIAN ditancapkan 56 elektroda dengan spasi 2 m.
Pengolahan data metode geolistrik
3.1 Lokasi Penelitian resistivitas 2D dimulai dari tahap mendownkload
data hasil pengukuran dari alat SuperSting, batuan yang berupa lempung dan pirit dan tidak
kemudian dilakukan pengolahan data ditemukannya batu bara disekitar lokasi penelitian.
menggunakan software Res2DinV untuk
menampilkan penampang berdasarkan nilai 6. DAFTAR PUSTAKA
resistivitas batuan daerah pengukuran.
Mutia S., dkk. 2018. Identifikasi Jenis Batuan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Menggunakan Metode Geolistrik Tahanan
Jenis Konfigurasi Wenner . Universitas
Negeri Padang.

Sumardi Y., dkk 2016. Identifikasi Struktur Bawah


Permukaan Jalur Sesar Di Dusun Paten
Dengan Metode Geolistrik Konfigurasi
Dipole-Dipole. BMKG Yogyakarta.

Gambar 2. hasil Interpretasi data geolistrik resistivitas 2D


menggunakan sofware Res2DinV

Hasil pengolahan data menggunakan


sofware Res2divn merupakan nilai resistivitas
dalam bentuk penampang 2D. Penampang tersebut
memberikan informasi mengenai kondisi bawah
permukaan pada lintasan ini (Gambar).
Pada lintasan ini didapatkan penetrasi
kedalaman 20 meter dan nilai resistivitasnya
berkisar dari 7.69-170 Ωm. Dari penampang 2D
resistivitas bawah permukaan lintasan ini terdapat
2 lapisan yaitu lapisan atas dan lapisan bawah.
Lapisan atas terdiri dari batuan lempung dengan
nilai resistivitasnya berkisar antara 70-100 Ωm
(Telford, 1990) dan mempunyai kedalaman 0.5-5.5
meter. Lapisan bawah terdiri dari batuan pirit yang
mempunyai nilai resistivitas 7.69-18.6 Ωm
(Telford, 1990) dan mempunyai kedalaman 8-20
meter. lapisan ini tidak ditemukan adanya lapisan
batu bara dikarnakan dari hasil interpretasi tidak
ada nilai yang menunjukkan nilai resistivitas batu
bara. Namun pada penampang 2D tersebut ada
anomali yang berwarna merah yang mempunyai
nilai resistivitas 109-150 Ωm yang ditimbulkan
akibat kesalahan pada saat pengambilan data
dilapangan.

5. KESIMPULAN

Pada penelititan ini dapat disimpulkan


bahwa pada model yang didapatkan beberapa jenis

Anda mungkin juga menyukai