Anda di halaman 1dari 25

EFEKTIFITAS PENYALURAN PROGRAM BANTUAN BERAS MISKIN

(RASKIN)
Terhadap terbantunya konsumsi masyarakat miskin
(Study di Kecamatan Metro Pusat)
USULAN PENELITIAN
Oleh:
MARSAL SAMSUL
NPM: 091210145
SEKOLAH TINGGI ILMU ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
(STISIPOL)
DHARMA WACANA METRO
2013
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul : EFEKTIFITAS PENYALURAN BANTUAN BERAS MISKIN
(RASKIN)

(Studi di Kecamatan Metro Pusat)

Nama : MARSAL SAMSUL

NPM : 091210145

Jurusan : Ilmu Administrasi

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

MENYETUJUI
KOMISI PEMBIMBING
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Drs. DAUD HUSNI, M.IP Drs.
SUTRISNO
MENGETAHUI
KETUA JURUSAN
Drs. DAUD HUSNI, M.IP
PENGESAHAN
Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji

Jurusan Ilmu Administrasi

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL)

Dharma Wacana Metro


Hari :

Tanggal :

Waktu :

Tempat :

1. Tim Penguji
Penelaah Utama :

Pembimbing I :

Pembimbing II :

2. Ketua Jurusan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIPOL)
Dharma Wacana Metro

Drs. DAUD HUSNI, M.AP

KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmad
dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan proposal ini, yang diberi
judul “EFEKTIFITAS PENYALURAN BANTUAN BERAS MISKIN (Studi di
Kecamatan Metro Pusat).

Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan proposal
ini.

1. Bapak Drs. Agus Budiharto, M.AP, selaku Ketua STISIPOL Dharma Wacana
Metro,
2. Bapak Drs. I Wayan Lendra, M.AP, selaku Pembantu Ketua I Bidang Akademik,
3. Bapak Sigit Setioko, SE, selaku Pembantu Ketua II Bidang Keuangan,
4. Bapak Sudarman Mersa, S.Sos. M.IP, selaku Pembantu Ketua III Bidang
Kemahasiswaan,
5. Bapak Drs. Daud Husni, M.IP, selaku Ketua Jurusan dan Bapak Wahyu Widodo,
S.Sos, selaku sekretaris jurusan,
6. Pembimbing I dan Pembimbing II dalam penulisan Skripsi ini,
7. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf STISIPOL Dharma Wacana Metro
8. Kedua orang tuaku yang telah memberi nasihat dan arahan
9. Kedua kakak kandungku dan juga kedua kakak iparku yang selalu memberi suport
10. kepada ke tiga keponakanku yang selalu membuatku tersenyum dikala penatku
dengan segala tingkah kelucuannya,
11. Kekasihku tercinta yang selalu member energi disaat ku lelah dan memberi
inspirasi di saat aku mencari arah.
12. Teman-teman serta almamaterku yang menjadi motivasi dan semangat untuk
menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini masih jauh dari
sempurna, maka kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan sebagai bahan evaluasi penulisan yang berikutnya. Akhir kata,
penulis harapkan proposal ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi penulis sendiri atau orang lain, serta dapat memberikan
sumbangsih pemikiran dalam dunia ilmu penetahuan, khususnya Ilmu
Adminisstrasi Negara.

Metro, 2013

MARSAL SAMSUL
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


1.2. Rumusan MasalahTujuan
1.3. PenelitianManfaat Penelitian
1.4.Landasan Teori
1.5. Tinjauan Pustaka

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah singkat desa barepan


2.2. Letak geografis desa barepan
2.3. Jumlah penduduk desa barepan

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Kemiskinan
3.2. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan
3.3. Beras Miskin (Raskin)
3.4. Kebijakan Program raskin di Indonesia
3.5. Tujuan dan Sasaran Pemberian Beras Miskin (Raskin)
3.6. Kriteria Penerima Raskin
3.7. Mekanisme Penyaluran Beras Miskin (Raskin)
3.8. Harga Raskin diTingkat RTS-PM
3.9. Ketepatan waktu dan administrasi Raskin
3.10. Kualitas dan kuantitas beras miskin (Raskin)
3.11. Manfaat raskin kepada masyarakat

BAB IV METODEPENELITIAN
4.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
4.2. Fokus Penelitianlokasi dan Situs Penelitian
4.3. Jenis dan Sumber Data
4.4. Informan
4.5. Teknik Pengumpulan Data
4.6. Rencana Jadwal Penelitian

BAB V PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
5.2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang tak dapat terelakkan


diberbagai belahan Dunia, baik di Negara maju maupun Negara berkembang.
Selain keberadaanya yang cenderung relatif kemiskinan seperti menjadi sebuah
keharusan yang tak disengaja oleh manusia. Hal tersebut diperkuat dengan adanya
perintah disetiap agama, bahwa kita harus berderma kepada yang miskin, dengan
demikian kemiskinan mungkin akan selalu ada di muka bumi ini. Oleh karena itu,
yang harus di perhatikan adalah bagaimana cara meminimalisasi kemiskinan dan
memberikan perlakuan adil dan sewajarnya kepada masyarakat miskin.

Berbicara mengenai kemiskinan, tidaklah mudah dalam pendefinisikanya,


karena kemiskinan bersifat relatif, sehingga sulit untuk menjabarkan kemiskinan
itu sendiri. Berangkat dari masalah tersebut, maka ada Lembaga dan banyak pakar
yang mencoba untuk merumuskan dam menjabarkan kan definisi kemiskinan.
Dari berbagai teori-teori yang dirumuskan para pakar, sedah tentu mempunyai
fersi masing-masing yang berbeda. Menurut Suparlan (1993) kemiskinan
didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu
tingkat kekurangan materi atau sejumlah orng dibandingkan dengan standar
kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Definisi
kemiskinan tersebut hanyalah salah satu dari pendefinisian kemimiskinan, masih
banyak lagi pendefinisian kemiskinan yang terus berkembang.

Mengingat kemiskinan mempunyai sifat relatif, maka perlu adanya


klasifikasi kemiskinan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan mempermudah
dalam pendataan dan juga memmpermudah dalam menentukan suatu golongan
tertentu dalam upaya pengentasan kemiskinan tersebut. Klasifikasi kemiskinan di
Kota dan Pedesaan tentu berbeda, karena lingkungan serta kebutuhan yang
diperlukan oleh masyarakatnya. Beberapa ahli mengatakan kemiskinan terjadi
karena kebudayaan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat tertentu.

Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian


besar terhadap terciptanya masyarakat adil dan makmur, sebagaimana termuat
dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945. Program-program yang
selama ini juga memberikan perhatian besar terhadap upaya dalam pengentasan
kemiskinan, karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian masalah kemiskinan
sampai saat ini masih menjadi masalah yang berkepanjangan.
Berbagai macam program dilakukan dalam upaya pengentasan
kemiskinan, baik yang berupa material maupun non material. Salah satu program
bantuan yang di canangkan pemerintah yang masih berjalan hingga saat ini adalah
beras miskin (Raskin). Mengingat tingginya angka jumlah penduduk miskin dan
diperparah oleh sulitnya penduduk miskin akan akses terhadap pangan karena
rendahnya daya beli sebagai akibat krisis. Tingginya harga BBM yang naik
berimplikasi pada harga bahan pokok yang melonjak tinggi terutama beras,
dengan demikian daya beli masyarakat miskin rendah karena mengingat harga
yang tidak terjangkau. Program ini dibentuk agar keluarga miskin mempunyai
akses yang baik terhadap pangan dalam hal harga dan kesediaan. Beras miskin
(Raskin) diberikan dengan harga yang sangat murah kepada masyarakat miskin,
sehingga dapat mmengurangi beban kebutuhan penerima Beras Miskin (Raskin),
dengan jumlah yang sudah ditentukan dan diberikan diberikan satu kali per bulan.

Di dalam sebuah program, bahkan program yang dilakukan dalam upaya


pengentasan kemiskinan, terutama program bantuan Beras Miskin (Raskin) ini.
Tidak jarang menuai permasalahan, baik pada pelaku penyalur bantuan Beras
Miskin (Raskin) maupun pada penerima itu sendiri. Persoalan seperti itu terjadi di
daerah pemerima Beras Miskin (Raskin), tanpa kecuali di Kecamatan Metro
Pusat, yang memiliki lima kelurahan. Penulis melihat penerima program bantuan
Beras Miskin (Raskin) tersebut sering kali tidak tepat sasaran, mengapa demikian?
Rendahnya tinggkat pemahaman seseorang dengan rendahnya kesadaran
masyarakat akan apa yang seharusnya menjadi haknya atau bukan, menjadi salah
satu faktor yang menyebabkan program ini tidak berjalan dengan baik. Selain itu,
faktor kekeluargaan dan kedekatan, masih dominan terjadi di dalam penentuan
penerima raskin tersebut. Sering kali aturan yang ada tidak dihiraukan oleh para
pelaku penyalur bantuan Beras Miskin (Raskin), dengan berbagai alasan
pembelaan yang dilakukan, persoalan tersebut masih terjadi hingga saat ini. Sulit
memang, kakrena aspek social kemasyarakatan dan solidaritas
kebersamaan menjadi pertimbangan oleh para penyalur.

Proses penyaluran yang kurang efektif menyebabkan program ini menuai


permasalahan di dalam masyarakat. Berangkat dari berbagai permasalahan
tersebut, penulis menganggap perlu adanya evaluasi serta kajian yang membahas
tentang proses penyaluran program bantuan Beras Miskin (Raskin) yang di
canangkan oleh Pemerintah. Dilatarbelakangi oleh dasar pemikiran di atas, maka
proposal ini di angkat dengan judul “EFEKTIFITAS PENYALURAN
PROGRAM BANTUAN BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi di Kecamatan
Metro Pusat)”.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis paparkan di atas, maka dapat
disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:

 Apakah penyaluran program bantuan beras miskin (raskin) di Desa


Barepan berjalan dengan efektif?
 Bagaimana mekanisme penyaluran bantuan raskin di KDesa Barepan?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penelitian tersebut, yaitu:

 Mengetahui dan mengkaji/menganalisis berdaya guna dan tepat


gunakah penyaluran program bantuan raskin pada masyarakat diDesa
Barepan,
 Menetahui Mekanisme penyaluran program bantun beras miskin
(Raskin)

1.4. Manfaat

Ada 2 manfaat dari pada penelitian tersebut adalah

1.4.1. Manfaat teoritis:

 4.1.1. Dapat memberikan kontribusi akademis/teoritis bagi


berbagai pengambil kebijakan terkait penyaluran program
bantuan raskin di Desa Barepan
 Sebagai sumbangan pemikiran kepada stagholders dalam
merumuskan dan mengimplementasikan program bantuan
raskin di kemudian hari, khususnya di Desa Barepan

1.4.2. Manfaat praktis


 Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan
bagi pemerintah dalam merumuskan dan melaksanakan
program beras miskin (Raskin),

1.5. Landasan Teori

Teori adalah generalisasi yang abstrak mengenai beberapa fenomena.


Dalam menyusun generalisasi, teori selalu memakai konsep- konsep. Konsep lahir
dalam pikiran (mind) manusia karena itu bersifat abstrak, sekalipun fakta- fakta
dapat dipakai sebagai batu loncatan.
Didalam dunia ilmu, teori menempatikedudukan yang sangat penting, karena
teori memberikan sarana untuk dapatmerangkum serta memahami masalah yang
dibicarakan secara lebih baik. Dengandemikian, memberikan penjelasan dengan
cara mengorganisasikan danmensistematisasikan masalah yang dibicarakan. Suatu
teori merupakanseperangkat konstruk (konsep), batasan, dan proposisi yang
menyajikan suatupandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci
hubungan-hubungan
antarvariabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksikan gejala itu.

1.6. Signifikasi
Program Raskin termasuk dalam program Perlindungan Sosial berupa
bantuan sosial berupa beras dengan tujuan Tujuan program Raskin yakni untuk
mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga Miskin melalui pemenuhan
sebagian kebutuhan keluarga sudah ada sejak tahun 1998 dan masih berjalan
sampai sekarang. Penelitian ini tidak hanya melihat program dari
implementasinya saja, tetapi lebih meneliti kepada berbagai persoalan yang timbul
setelah program tersebut diimplementasikan dan dampaknya di masyarakat
terutama keluarga penerima Raskin
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian

Pada abad ke-14 yang sekarang dinamakan Barepan adalah salah satu bagian
dari wilayah yang dinamakan Blok Sikalong yang merupakan daerah yang sangat
subur diantara blok-blok lainya, selain dialiri oleh sungai Pulosari yang dapat
mengaliri beberapa perkebunan, petanian, dan perikanan, juga letaknya sangat
strategis, tanahnya datar dibawah jalan raya Deandles yang memotong wilayah
ini, airnya tetap mengalir walaupun musim kemarau yang berkepanjangan.

2.2. Letak Geografis Desa Barepan

Desa Barepanmerupakan desa yang berada diwilayah pemerintahan


Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon serta berbatasan dengan Kecamatan
Depok , desa Barepan mempunyai luas wilayah 140,284 Ha

2.3. Jumlah Penduduk Desa Barepan

Warga di Desa Barepan berjumlah penduduk 4.393 jiwa dengan mayoritas


masyarakat barmata pencaharian dalam bidang perdagangan dan buruh tani yang
tersebar di 22 RT,08 RW
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Kemiskinan

Secara etimologis kemiiskinan berasal dari kata miskin dalam kamus besar bahasa
Indonesia yang berarti tidak berharta benda. BAPPENAS (1993) mendefisnisikan
keimiskinan sebagai situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak
oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan
kekuatan yang ada padanya.Para ilmuan mendefinisikan Kemiskinan dengan cara
yang berbeda antara ilmuan yang satu dengan yang lainnya. Levitan (1980)
mengemukakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-
pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.
Faturchman dan Marcelinus Molo (1994) mendefenisikan bahwa kemiskinan
adalah ketidakmampuan individu dan atau rumah tangga untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya. Kebutuha dasar disini dapat diartikan Kebutuhan primer
maupun sekunder. Sedangkan menurut Ellis (1994) kemiskinan merupakan gejala
multidimensional yang dapat ditelaah dari dimensi ekonomi, sosial politik.
Reitsma dan Kleinpenning (1994) mendefisnisikan kemiskinan sebagai
ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat
material maupun non material. Sementara menurut Friedman (1979) kemiskinan
merupakan ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan basis kekuasaan
sosial, yang meliputi : asset (tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber
keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi sosial politik yang
dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk
memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan yang
memadai, dan informasi yang berguna.

Selain pengertian yang dikemukakan ilmuan yang disebutkan di atas, beberapa


ilmuan Indonesia pun mendefinisikan kemiskinan secara bervariasi. Pertama,
Suparlan (1993) ilmuan ini mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu standar
tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada
sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang
umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Kedua, Kuncoro, (1997:
102–103) kemiskinan merupakan ketidakmampuan untuk memenuhi standar
hidup minimum. Ketiga, Kartasasmita (1997: 234) mengatakan bahwa kemiskinan
merupakan masalah dalam pembangunan yang ditandai dengan pengangguran dan
keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Masyarakat
miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya
kepada kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang
mempunyai potensi lebih tinggi.
Dengan beberapa pengertian tersebut dapat diambil satu poengertian bahwa
kemiskinan adalah suatu situasi baik yang merupakan proses maupun akibat dari
adanya ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungannya untuk
kebutuhan hidupnya. baik itu kebtuhan primer maupun sekunder, kebutuhan
dalam bentuk material maupun non material.

3.2. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan

Menurut Baswir, (1997: 23), Sumodiningrat, (1998: 90).Secara sosioekonomis,


terdapat dua bentuk kemiskinan, yaitu :

3.2.1. Kemiskinan absolute

adalah suatu kemiskinan di mana orang-orang miskin memiliki tingkat


pendapatan dibawah garis kemiskinan, atau jumlah pendapatannya tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, kebutuhan hidup
minimum antara lain diukur dengan kebutuhan pangan, 14 sandang,
kesehatan, perumahan dan pendidikan, kalori, GNP per kapita, pengeluaran
konsumsi dan lain-lain.

3.2.2. Kemiskinan relatif

adalah kemiskinan yang dilihat berdasarkan perbandingan antara suatu


tingkat pendapatan dengan tingkat pendapatan lainnya. Contohnya,
seseorang yang tergolong kaya (mampu) pada masyarakat desa tertentu bisa
jadi yang termiskin pada masyarakat desa yang lain.

Di samping itu terdapat juga bentuk-bentuk kemiskinan yang sekaligus


menjadi faktor penyebab kemiskinan (asal mula kemiskinan). Ia terdiri dari:
(1) Kemiskinan natural, (2) Kemiskinan kultural, dan (3) Kemiskinan
structural (Kartasasmita, 1996: 235, Sumodiningrat, 1998: 67, dan Baswir,
1997: 23).

3.2.3. Kemiskinan Natural

adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang miskin.


Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak memiliki
sumberdaya yang memadai baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia
maupun sumberdaya pembangunan, atau kalaupun mereka ikut serta dalam
pembangunan, mereka hanya mendapat imbalan pendapatan yang rendah.
Menurut Baswir (1997: 21) kemiskinan natural adalah kemiskinan yang
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut
atau karena bencana alam. Kondisi kemiskinan seperti ini menurut
Kartasasmita (1996: 235) disebut sebagai “Persisten Poverty”yaitu
kemiskinan yang telah kronis atau turun temurun. Daerah seperti ini pada
umumnya merupakan daerah yang kritis sumberdaya alamnya atau daerah
yang terisolir.

3.2.4. Kemiskinan Kultural

Mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok masyarakat yang


disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya di mana mereka
merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok
masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam
pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah tingkat
kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah menurut
ukuran yang dipakai secara umum. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikatakan Baswir (1997: 21) bahwa ia miskin karena faktor budaya seperti
malas, tidak disiplin, boros dan lain-lainnya.

3.2.5. Kemiskinan Structural

adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktorfaktor buatan


manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset
produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi
dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu
(Baswir, 1997: 21). Selanjutnya Sumodiningrat (1998: 27) mengatakan
bahwa munculnya kemiskinan struktural disebabkan karena berupaya
menanggulangi kemiskinan natural, yaitu dengan direncanakan
bermacammacam program dan kebijakan. Namun karena
pelaksanaannya tidak seimbang, pemilikan sumber daya tidak merata,
kesempatan yang tidak sama menyebabkan keikutsertaan masyarakat
menjadi tidak merata pula, sehingga menimbulkan struktur masyarakat
yang timpang. Menurut Kartasasmita (1996: 236) hal ini disebut
“accidental poverty”, yaitu kemiskinan karena dampak dari suatu
kebijaksanaan tertentu yang menyebabkan menurunnya tingkat
kesejahteraan masyarakat.

Masalah-masalah kemiskinan tersebut di atas menurut Nurkese


(dalam Sumodiningrat. 1999: 150) sebagai suatu “lingkaran setan
kemiskinan” yang meliputi enam unsur, yaitu : Keterbelakangan,
Kekurangan modal, Investasi rendah, Tabungan rendah, Pendapatan
rendah, Produksi rendah.

Lain halnya dengan pendapat Chambers yang mengatakan bahwa


inti dari masalah kemiskinan dan kesenjangan sebenarnya, di mana
“deprivation trap” atau jebakan kemiskinan ini terdiri dari lima unsur
yaitu: Kemiskinan, Kelemahan jasmani, Isolasi, Kerentanan,
Ketidakberdayaan. Kelima unsur tersebut saling kait mengait antara
satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi(Chambers, 1983 :
145-147).

3.3. Beras Miskin (RASKIN)

Program Beras untuk Rakyat Miskin(Raskin) adalah program dari pemerintah


untuk mengurangi beban pengeluaran dari rumah tangga miskin sebagai bentuk
dukungan dalam meningkatkan ketahanan pangan dengan memberikan
perlindungan sosial beras murah dengan jumlah maksimal 15 kg/rumah tangga
miskin/bulan dengan masing-masing seharga Rp. 1600,00 per kg (netto) di titik
distribusi. Program ini mencakup di seluruh provinsi, sementara tanggung jawab
dari distribusi beras dari gudang sampai ke titik distribusi di kelurahan dipegang
oleh Perum Bulog.

Pelaksanaan distribusi Raskin merupakan tanggung jawab dua lembaga,


yakni Bulog dan pemerintah daerah (pemda). Bulog bertanggung jawab terhadap
penyaluran beras hingga titik distribusi, sedangkan pemda bertangungjawab
terhadap penyaluran beras dari titik distribusi hingga rumah tangga sasaran.
Selama ini Bulog telah melaksanakan tugasnya dengan relatif baik dan sesuai
aturan pelaksanaan. Namun demikian, penilaian keberhasilan program tidak dapat
dilakukan secara parsial, karena Raskin merupakan sebuah kesatuan program
untuk menyampaikan beras bersubsidi kepada rumah tangga miskin. Berdasarkan
hasil tinjauan dokumen dan studi lapangan, permasalahan pelaksanaan Raskin
banyak terjadi dari titik distribusi hingga rumah tangga penerima.

3.4. Kebijakan Program Raskin di Indonesia


Awal mula adanya program Raskin dimulai saat dilakukan Operasi Pasar
Khusus akibat terjadinya krisis moneter tahun 1997 disertai kemarau kering serta
kebakaran hutan dan ledakan serangan hama belalang, wereng coklat pada waktu
itu telah menyebabkan penurunan produksi pangan secara nyata. Disamping itu
harga pupuk dan obat pemberantas hama mengalami kenaikan pula. Akibatnya
biaya hidup petanipun meningkat dengan adanya kenaikan harga pupuk tersebut.
Harga beras pun naik sejak bulan Mei 1977 sampai pada puncaknya yakni pada
bulan Juni 1998.

dalam Rakor Ekuin tanggal 24 Juni 1998 yang membahas khusus mengenai
mekanisme penyaluran bantuan pangan kepada masyarakat yang mengalami
rawan pangan, yang akhirmya sampai pada keputusan untuk melaksanakan
program bantuan pangan melalui Operasi Pasar Khusus yang operasionalnya
dilaksanakan oleh BULOG. PenunjukanBULOG untuk melaksanakan program ini
antara lain karena beberapa asalan seperti kesiapan sarana pergudangan, SDM dan
stok beras BULOG yang tersebar di seluruh Indonesia, dan mekanisme
pembiayaan yang memungkinkan BULOG mendistribusikan terlebih dahulu
berasnya , kemudian baru ditagihkan kepada pemerintah. Oleh karena itu dengan
penunjukan BULOG akan memungkinkan program bantuan pangan ini dapat
segera dilaksanakan. Pada tahun 2002, nama program diubah dengan Raskin
(Beras untuk Keluarga Miskin) dengan tujuan agar lebih dapat tepat sasaran.

3.5.Tujuan dan Sasaran Penerima RASKIN

Program Raskin merupakan subsidi pangan sebagai upaya dari Pemerintah


untuk meningkatkan ketahanan pangan dan memberikan perlindungan pada
keluarga miskin melalui pendistribusian beras yang diharapkan mampu
menjangkau keluarga miskin.

Tujuan program raskin adalah memberikan bantuan dan


meningkatkan/membuka akses pangan keluarga miskin dalam rangka memenuhi
kebutuhan beras sebagai upaya peningkatan ketahanan pangan di tingkat keluarga
melalui penjualan beras kepada keluarga penerima manfaat pada tingkat harga
bersubsidi dengan jumlah yang telah ditentukan dan mengurangi beban
pengeluaran rumah tangga sasaran melalui pemenuhan sebangian kebutuhan
pangan pokok dalam bentuk beras.

Sasarannya adalah terbantu dan terbukanya akses beras keluarga miskin yang
telah terdata dengan kuantum tertentu sesuai dengan hasil musyawarah
desa/kelurahan dengan harga bersubsidi di tempat, sehingga dapat membantu
meningkatkan ketahanan pangan keluarga miskin.

3.6. Kriteria Penerima RASKIN

Penentuan kriteria penerima manfaat Beras Miskin (RASKIN) seringkali


menjadi persoalan yang rumit. Dinamika data kemiskinan memerlukan adanya
kebijakan lokal melalui musyawarah Desa/Kelurahan. Musyawarah ini menjadi
kekuatan utama program untuk memberikan keadilan bagi sesama rumah tangga
miskin. Menurut Pedoman Pelaksanaan Beras Miskin (RASKIN) Tahun 2012-
2014 , data yang digunakan untuk penentuan penerima RASKIN adalah data dari
PPLS-11 BPS, yang dapat diperbaharui dengan Musyawarah Desa/Kelurahan.
Dari data BPS 2012, Jumlah penerima RASKIN di Desa barepan sebesar
731Rumah Tangga Miaskin (RTM), jumlah terbesar dibandingkan di Kelurahan
lain yang ada di Desa Barepan

Penentuan Kriteria Kemiskinan dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya


yaitu:

1. Kesehatan
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Perilaku Sosial
Kriteria tersebut di atas hanya sebagian kecil yang digunakan dalam
penentuan penerima raskin, masih banyak lagi beberapa aspek yang di dalamnya
terbagi menjadi sub-sub kriteria yang lebih mendalam dari penentuan RTM yang
akan mendapatkan RASKIN tersebut. Pada tahap inilah banyak kendala dan
tantangan dalam penentuan penerima RASKIN itu sendiri.

3.7. Mekanisme Penyaluran RASKIN

Penyaluran Raskin dapat dilakukan secara reguler melalui Kelompok Kerja


(Pokja) atau dengan cara lain melalui:

1. Warung Desa (Wardes);


2. Kelompok Masyarakat (Pokmas);
3. Padat Karya Raskin.

Pembentukan Wardes dan Pokmas mengacu pada Pedoman Khusus yang


telah disusun sedangkan Padat Karya Raskin akan diatur kemudian.

Dalam proses pendistribusian RASKIN, ada beberapa mekanisme menurut


pedoman penyaluran RASKIN dari Kementrian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, yaitu:

1. Bupati/Walikota/Ketua Tim Koordinasi Raskin Kab/Kota /Pejabat yang


ditunjuk oleh Bupati/Walikota menerbitkan Surat Perintah Alokasi (SPA)
kepada Kadivre/Kasubdivre/KaKansilog Perum BULOG berdasarkan pagu
Raskin dan rincian di masing-masing Kecamatan dan Desa/Kelurahan.

2. Berdasarkan SPA, Kadivre/Kasubdivre/Kakansilog Perum BULOG


menerbitkan SPPB/DO beras untuk masing-masing Kecamatan atau
Desa/Kelurahan kepada Satker Raskin.

3. Kepala Gudang melakukan pemeriksaan kualitas dan kuantitas Raskin


sebelum keluar dari gudang dan diserahkan kepada satker Raskin.

4. Berdasarkan SPPB/DO, Satker Raskin mengambil beras di gudang Perum


BULOG dan menyerahkannya kepada Pelaksana Distribusi Raskin di TD.

5. Tim Koordinasi Raskin Kecamatan atau Pelaksana Distribusi melakukan


pemeriksaan kualitas dan kuantitas Raskin yang diserahkan oleh Satker di
TD.

6. Apabila terdapat Raskin yang tidak sesuai dengan kualitas yang ditetapkan
dalam Inpres Perberasan, maka Tim Koordinasi Raskin Kecamatan atau
Pelaksana Distribusi atau Penerima Manfaat harus menolak dan
mengembalikannya kepada Satker Raskin untuk diganti dengan kualitas
yang sesuai.
7. Pelaksana Distribusi Raskin menyerahkan Raskin kepada RTS-PM
sebanyak 15/RTS/bulan dan dicatat dalam formulir DPM-2. Selanjutnya
DPM-2 dilaporkan kepada Tim Raskin Kecamatan.

8. Apabila di TB jumlah RTS melebihi data RTS-PM hasil PPLS-11 BPS,


maka Pokja Raskin tidak diperkenankan untuk membagi Raskin kepada
rumah tangga yang tidak terdaftar dalam DPM-1.

9. Pemerintah Kabupaten/Kota harus mendistribusikan Raskin dari TD ke TB


sampai ke RTS-PM.

10. Apabila diperlukan, Kepala Desa/Lurah dapat mengikutsertakan RT/RW


dalam pendistribusian Raskin dari TD sampai ke RTS-PM.

11. Apabila terdapat alokasi Raskin yang tidak terdistribusikan kepada RTS-
PM, maka harus dikembalikan ke Perum BULOG untuk dikoreksi
administrasi penyalurannya.

3.8. Harga Raskin diTingkat RTS-Pm

Raskin merupakan subsidi pangan upaya pemerintah untuk meningkatkan


ketahanan pangan dan memberikan perlindungan pada keluarga miskin melalui
pendistribusian beras dimana masing-masing keluarga akan menerima beras sebanyak
15 kg/KK/bulan dengan harga netto Rp 1.600/kg di Titik Distribusi (desa/kelurahan).
Pemerintah menetapkan harga Raskin Rp 1.600/kg dengan maksud dapat meringankan
beban pengeluaran untuk pangan bagi warga yang kurang mampu atau rumah tangga
miskin (Pedum Raskin 2015).
Berdasarkan pada hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Kenanga harus
membayar Raskin Rp. 2.000/Kg. Perbedaan harga tersebut yaitu sebesar Rp 300.
Padahal ketentuan dari Pedum Raskin 2015 bahwa harga beras Raskin yang telah
ditetapkan pemerintah Rp. 1.600/Kg (pada tahun 2016 harga Raskin berubah menjadi
R.1.700/kg). Harga tersebut adalah harga di Titik Distribusi (Kelurahan/Desa). Namun
harga tersebut bisa berubah di tingkat RTS-PM dengan alasan untuk biaya membeli
plastik dan ojek. Hal ini menjadi salah satu faktor perbedaan harga di tingkat pemerintah
dan RTSPM.
3.9. Ketepatan waktu dan administrasi Raskin

Berdasarkan hasil wawancara dengan RT sebagai Tim Pelaksana di Titik


Bagi mengungkapkan bahwa jika masyarakat tidak segera membayar tunai Raskin
maka akan terjadi keterlambatan distribusi Raskin untuk bulan selanjutnya.

Perihal diatas, membuktikan bahwa ketidaktepatan waktu pendistribusian


beras Raskin membuat masyarakat harus rela membeli beras di warung untuk
memenuhi kebutuhan setiap harinya.

Berdasarkan hasil pemaparan di atas, menunjukkan bahwa masyarakat dan


RT dituntut untuk segera membayar beras Raskin ke Kelurahan. Padahal terdapat
masyarakat yang belum bisa membayar tapi ingin mendapatkan jatah tersebut.
Akan tetapi, karena prosedur kelurahan sehingga tidak jarang terdapat RT yang
menjual beras untuk warga miskin ke warung dan membayar Raskin bagi warga
yang menunggak pembayaran Raskin untuk bisa menyelesaikan administrasi di
Kantor Kelurahan. Seharusnya pihak yang terkait sebelum memutuskan suatu
kebijakan harus dilihat dari kemampuan masyarakat.

3.10. Kualitas dan Kuantitas Beras Miskin (Raskin)

Beras untuk program Raskin adalah beras dengan kualitas medium hasil jatah
tersebut apakah benar 2,5 Kg atau tidak. Ini membuktikan bahwa pada tingkat RT
pun terjadi penyelewengan jumlah Raskin yang diterima RTS-PM.
3.11. Tujuan dan manfaat beras raskin kepada masyarakat

Tujuan program Raskin adalah mengurangi beban pengeluaran Rumah


Tangga Sasaran melalui pemenuhansebagian kebutuhan pangan beras (Pedum
Raskin 2015). Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah berharap dari adanya
program Raskin akan mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin dalam
memenuhi kebutuhan pangan setiap harinya yakni beras. Tujuan program ini pun
sejalan dengan program Program Perlindungan Sosial (salah satu program tersebut
yakni program Raskin) yakni dilaksanakan suatu program bantuan sosial untuk
melindungi mereka yang tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan mereka yang
sudah miskin agar tidak menjadi lebih miskin. Intinya program Raskin bisa
dijadikan sebagai salah satu alternatif program pemerintah untuk menanggulangi
semakin besarnya kemungkinan orang jatuh miskin di Indonesia.

Beras raskin bermanfaat bagi masyarakat karena dapat membantu tingkat


konsumsi masyarakat kurang mampu dengan adanya bantuan beras raskin
masyarakat dapat membeli beras dengan harga yang lebih murah dari pada harga
beras yang ada di penjual dengan adanya beras miskin masyarakat bias terbantu
dan mengurangi pengeluaran untuk membeli kebutuhan pokok untuk kebutuhan
sehari-hari.
Namun dengan harga yang murah beras raskin juga memiliki kualitas yang
rendah biasanya beras berwana agak kekuningan dan beras raskin jika dimasak
,biasanya beras tersebut tidak pulen atau empuk melainkan beras tersebut akan
terasa pera atau tidak pulen untuk dikonsumsi
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan Skripsi ini, menggunakan


penelitian deskriptif, karena mmenggambarkan secara tepat mengenai keadaan
atau realita yang terjadi di dalam masyarakat. Sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan kualitatif. Jadi, penulisan Skripsi ini menggunakan
metode deskriptif kualitif.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode dapat diartikan sebagai cara
yang diatur secara baik-baik untuk mencapai suatu maksud dalam ilmu
pengetahuan. Sedangkan Sutrisno Hadi (1987:24) mendefinisikan metode adalah
usaha untuk menemukan, menggambarkan dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan , memberikan garis-garis yang cermat dengan menggunakan metode
ilmiah. Maka dapat disimpulkan metode merupakan pedoman atau cara-cara
menganalisis dan memahami lingkungan yang dihadapi untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji suatu kebenaran pengetahuan dengan menggunakan
metode ilmiah.

Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai


tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan
teknik serta alat-alat tertentu, cara utama ini digunakan setelah penyelidikan
memperhitungkan kewajaran ditinjau dari segi tujuan penyelidikan serta dati
situasi penyelidikan (Surachmad, 1992: 120). Berdasarkan pengetian tersebut
dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara atau alat utama yang
digunakan dalam penelitian, dimana cara atau alat tersebut mempunyai syarat
yang mengikat, mempunyai kecermatan yang optimal dan memperhatukan situasi
dan kondisi yang akan diteliti. Penulisan Skripsi ini menggunakan metode
deskripsi kualitatif yang dapat diartikan sebagai proses investigative di dalam
peneliti secara perlahan-lahan memaknai suatu fenomena social dengan
membedakan, membandingkan, menggandakan, mengkatalogkan,
mengklasifikasikan objek penelitian (Miles & Haberman dalam John W.
Creswell,2010: 292).

4.2. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah Efektifitas Penyaluran Program Beras


Miskin di Kelurahan Metro Pusat, dengan melihat mekanisme dalam penyaluran
dan dilihat dari segi manfaat pemberian bantuan beras miskin kepada masyarakat,
khususnya di Kelurahan Metro Pusat.
4.3. Informan

Informan utama dalam penelitian ini adalah Lurah Metro Pusat, beberapa
Ketua RT di Kelurahan Metro Pusat, serta masyarakat pemerima Beras Miskin
(Raskin) di Kelurahan Metro Pusat.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Baik buruknya suatu research, hasilnya tergantung dari teknik-teknik


pengumpulan datanya, pengumpulan data ilmiah untuk memperoleh data research
yang dimaksud pekerjaan research, menggunakan teknik-teknik, prosedur, alat,
kegiatan variable yang dapat diandalkan ( Hadi, 1983: 53). Prosedur-prosedur
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

4.4.1. Wawancara

Melakukan face to-face interview (wawancara terhadap-hadapan) dengan


partisipan, mewawancarai dengan telepon atau terlibat dalam focus group
interview (interview dalam kelompok tertentu) yang terdiri dari enem sampai
delapan partisipan per kelompok (John W. Creswell, 2010: 267). Dari pendapat
tersebut, dapat disimpulkan maksud dari interviu ini adalah untuk mendapatkan
data informasi dengan mengajukan beberapa pertanyaan dalam arena penelitian
dengan jalan mengungkap data yang masih tersembunyi dan tidak dapat diungkap
dengan menggunakan metode kuesioner.

4.4.2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan cara pengumpulan data melalui


peninggalan tertulis terutama arsip dan termasuk juga buku-buku tentang
pendapat, teori, dalil, hokum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah
penyalidikan yang dilakukan ( Nawawi, 1985: 133). Dengan demikian sumber-
sumber data tersebut digunakan sebagai literature dalam penelitian yang
berhubungan dengan penelitian tersebut.
4.5. Teknik Analisis Data

Metode deskriptif kualitatif menuntut analisis data dilakukan terus menerus


selama melakukan penelitian. Oleh karena itu, disetiap langkah dalam penelitian
saling berhubungan. Penellitian ini menggunakan analisis data model siklus yang
dikembangakan oleh Miles & huberman (1995:35). Analisis data model siklus ini
terdiri dari 3 komponen, yaitu data reduction (reduksi data),
data display (penyajian data), dan verivicatian/ concluding drawing (penarikan
kesimpulan). Kemudian analisis dilakukan dengan menggabungkan ketiga
komponen tersebut dengan langkah-langkah sebagai berikut:

4.5.1. Data Reduktion (Reduksi Data)

Reduksi data merupakan proses pemilihan, mengabstrakkan data


transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis dari lokasi penelitian.
Reduksi data ini merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data
sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan sementara. Dengan reduksi
data kita dapat menyederhanakan data dan mentransformasikan dengan cara,
misalnya dengan menyeleksi data yang ketat, ringkasan atau mrnggolongkan
dalam pola yang lebih jelas.

4.5.2. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data merupakan alur penting dalam kegiatan penelitian.


Membatasi suatu penyajian sebagai kumpulan informasi tersusun yang
memungkinkan adanya penarikan kesimpulan.

4.5.3. Verivicatian/ Concluding Drawing (Penarikan Kesimpulan)

Dalam penelitian kelitatif, penarikan kesimpulan dilakukan terus menerus


selama penelitian brlangsung, penarikan tersebut disebut dengan penarikan
kesimpulan sementara (tentative). Penelitian berusaha menganalisis dan mencari
makna dari data yang telah dikumpulkan, taitu dengan berusaha mencari pola
hubungan dan hal-hal yang timbul dalam kesimpulan-kesimpulan sementara
(tentative). Deangan bertambahnya data melelui proses verivikasi secara terus
menerus, barulah ditarik kesimpulan yang beersifat mendasar (grounded), dengan
kata lain setiap kesimpulan yang dibuat senantiasa dilakukan verifikasi selama
waktu penelitian.
BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Program Raskin dalam implementasinya masih terdapat kesalahan, seperti


ketidaktepatan sasaran penerima manfaat, kualitas beras Raskin yang diterima
selalu buruk, jumlah Raskin yang diterima tidak sesuai dengan aturan pemerintah
yakni 15 kg/bulan/RTS, pernah terjadi ketidaktepatan waktu pendistribusian
Raskin di masyarakat, administrasi Raskin yang memaksa harus tepat waktu
pembayaran ke kantor Kelurahan sehingga dari RT jika terdapat warga yang
belum mengambil harus rela menanggung hal tersebut, harga Raskin yang berbeda
di tingkat pemerintah dan RTS.

Permasalahan tentang Basis Data Terpadu atau pendataan warga miskin


masih menggunakan data PPLS 2011 yang menjadi salah satu faktor utama
terjadinya ketidaktepatan sasaran (mistargeting) dan menimbulkan
permasalahanperrmasalahan lainnya begitupun dalam konteks implementasi
program Raskin di Kelurahan Kenanga. Padahal pemerintah kelurahan pernah
mengajukan penambahan RTS, tapi hasilnya tetap sama nama dan alamatnya tidak
ada penambahan jumlah RTS. Sehinga memunculkan kebijakan adanya sistem
pembagian beras dibagi rata (Rasta) di masyarakat. Hal ini disebabkan karena
perubahan kondisi ekonomi masyarakat berubah sehingga bertambah jumlah
warga miskin tapi tidak sepadan dengan jatah yang diterima karena terdapat
kendala, banyak pula masyarakat yang mampu ingin mendapatkan jatah Raskin.

Permasalahan tentang Basis Data Terpadu atau pendataan warga miskin


masih menggunakan data PPLS 2011 yang menjadi salah satu faktor utama
terjadinya ketidaktepatan sasaran (mistargeting) dan menimbulkan
permasalahanperrmasalahan lainnya begitupun dalam konteks implementasi
program Raskin di Kelurahan Kenanga. Padahal pemerintah kelurahan pernah
mengajukan penambahan RTS, tapi hasilnya tetap sama nama dan alamatnya tidak
ada penambahan jumlah RTS. Sehinga memunculkan kebijakan adanya sistem
pembagian beras dibagi rata (Rasta) di masyarakat. Hal ini disebabkan karena
perubahan kondisi ekonomi masyarakat berubah sehingga bertambah jumlah
warga miskin tapi tidak sepadan dengan jatah yang diterima karena terdapat
kendala, banyak pula masyarakat yang mampu ingin mendapatkan jatah Raskin.
5.2. SARAN

Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada pemerintah Sebaiknya dilakukan


pendataan keluarga miskin oleh aparat paling rendah , biaya tambahan yang
dikenakan pengurangan atau peniadaan atau sebaiknya dimasukkan dalam
anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), perlunya tambahan pagu
raskin.

Hasil-hasil temuan dalam penelitian ini perlu ditindak lanjuti melalui


beberapa :

1. Untuk mengoptimalkan efektivitas pengelolaan program Raskin, khususnya


dititik distribusi, maka disarankan agar Tim pelaksana dan pemerintah desa
memperbaiki sistem pengelolaannya, terutama berkaitan dengan ketetapan
kelompok sasaran RTM penerima manfaat program agar dapat terlayani secara
keseluruhan sesuai dengan jumlah RTM, ketepatan pendistribusisian beras ke
RTM berkaitan dengan komunikasi dengan RT dan akses jalan ke lokasi.

2. Mengingat program Raskin memiliki dampak positif bagi peningkatan


kesejahteraan RTM, maka diharapkan agar program ini terus dilaksanakan
secara kontinu/berkelanjutan dengan terus-menerus memperbaiki manajemen
pendistribusiannya sehingga dapat menjangkau seluruh RTM yang ada dititik
distribusi (desa).
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Sutrisno, 2001. Statistik Jilid I dan II. Yayasan Fakultas Psikologi UGM.
Yogyakarta
KBBI, 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Widia Karya. Semarang
Milles, Mattew B, A. Michael Huberman, 1992. Analsis Data Kualitatif. UI Press.
Jakarta
Surachmad, Winarno, 2002. Metode Penelitian Sosial. Gunung Agung. Jakarta
http://profsyamsiah.wordpress.com/2009/04/23/49/
Pedoman Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2012)

http://www.bulog.co.id/sekilasraskin_v2.php
http://www.kompas.com/ver1/Metropolitan/0701/11/221046.htm
file:///I:/MATERI%20KEMISKINAN/keberhasilan-implementasi-
program_7854.html

Anda mungkin juga menyukai