Anda di halaman 1dari 5

TUGAS AKHIR MODUL 2

YUDI PRASETYO. S.Pd


19051422010134

1. INTISARI SEJARAH OLIMPIADE KUNO DAN MODERN


Pertandingan Olimpiade (bahasa Perancis: les Jeux olympiques, JO) adalah ajang
olahraga internasional empat tahunan yang mempertandingkan cabang-cabang
olahragamusim panas dan musim dingin serta diikuti oleh ribuan atlet yang berkompetisi
dalam berbagai pertandingan olahraga. Olimpiade merupakan kompetisi olahraga terbesar
dan terkemuka di dunia, dengan lebih dari 200 negara berpartisipasi. Awalnya, Olimpiade
hanya berlangsung di Yunani kuno sampai akhirnya pada tahun 393 M Olimpiade kuno ini
dihentikan oleh Kaisar Romawi Theodosius. Kemudian, pada tahun 426 M, Theodosius II
memerintahkan penghancuran semua kuil Yunani. Olimpiade kemudian dihidupkan kembali
oleh seorang bangsawan Perancis bernama Pierre Frèdy Baron de Coubertin pada tahun 1896.
Dalam kongres pada tahun 1894 yang diselenggarakan di Paris, didirikanlah Komite
Olimpiade Internasional (IOC) dan ibu kota Yunani, Athena dipilih sebagai tuan rumah
Olimpiade modern pertama tahun 1896. Olimpiade ini diikuti oleh 14 negara dengan 241 atlet
dalam 9 cabang olahraga. IOC memperbolehkan pembentukan Komite Olimpiade Nasional
( NOC ) yang mewakili negara berdaulat namun diakui secara Internasional. Setelah itu,
Olimpiade digelar terus setiap empat tahun sekali hingga sekarang.
a. Olimpiade Kuno
Olimpiade yang paling awal konon sudah diselenggarakan bangsa Yunani kuno pada
tahun 776 Sebelum Masehi. Kegiatan itu diikuti seluruh bangsa Yunani dan
dilangsungkan untuk menghormati dewa tertinggi mereka, Zeus. Pada pesta Olimpiade
Kuno kerap terjadi perjanjian perdamaian atau persekutuan antar bangsa. Juga timbul
berbagai kegiatan transaksi. Barang-barang yang dijajakan antara lain anggur, makanan,
jimat, dan benda-benda ibadah. Olimpiade kuno mempertandingkan cabang-cabang
atletik sepertilari, loncat, dan lempar. Ada juga pacuan kuda dan pacuan kereta. Karena
aturannyabelum baku, para penonton sering terkena lemparan batu atau ditabrak kereta
kuda parapeserta. Dalam sejarah dikisahkan bahwa peserta lomba harus bertelanjang
bulat sebagai bentuk persembahan kesucian di depan sang Dewa, terlebih ketika Sang
Juara Olimpiade padasaat itu mampu menghentikan peperangan yang sedang bergejolak.
Hal ini menjadi suatu pertanda bahwa olahraga saat itu diyakini sebagai alat perdamaian
dan alat pemersatuantar suku. Dari kisah tersebut tergores pesan-pesan yang dalam
bahwa olahraga adalah aktivitasyang luar biasa, yang mampu mengasah dan menguji
kemampuan individu dalam sebuahpersaingan yang ketat (excellent), juga sebagai
aktivitas kesucian yang mampumendamaikan perselisihan demi persahabatan abadi
(friendsip dan respect).

b. Olimpiade Modern
Pelaksanaan Olimpiade Modern pertamapada tanggal 16-23 Jni 1894, dibentuklah
Komite Olimpiade Internasional atau IOC(International Olympic Committee) dalam
sebuah kongres di Universitas Sorbonne,Paris.Komite ini lantas menyelenggarakan
Olimpiade untuk kali pertama di tahun 1896di Athena, Yunani. Olimpiade ini diikuti oleh
14 negara dengan 241 atlet dalam 9 cabangolahraga. Setelah itu, Olimpiade digelar terus
setiap empat tahun sekali hingga sekarang.
Simbol, Moto dan Maskot Olimpiade
Olimpiade memiliki simbol berupa lima cincin dengan warna berbeda (biru,
kuning, hitam, hijau, dan merah) yang saling terkait. Kelima cincin itu melambangkan
lima benua yang ada di dunia, Afrika, Asia, Amerika, Australia, dan Eropa. Olimpiade
memiliki motto, yakni "Citius, Altius, Fortius" dalam bahasa Latin yang diartikan
"Faster, Higher, Stronger" dalam bahasa Inggris atau "Lebih cepat, Lebih tinggi, Lebih
kuat" dalam bahasa Indonesia.Maskot Olimpiade selalu berganti setiap
penyelenggaraannya, dan biasanya berbentuk binatang atau sosok manusia yang
merupakan warisan budaya tuna rumah penyelenggara.
Berangkat dari sejarah olimpiade yang telah menorehkan filosofi yang amat
dalam tentang olahraga didunia.Hal ini sangat diyakini sebagai alat pemersatu bangsa
dalam perdamaian dunia yang utuh tanpa diskriminasi warna kulit, strata, agama, budaya,
dan sebagainya.Maka sampai sekarang olimpiade terus dilaksanakan dengan waktu
empat tahun sekali. Selain sebagai pemersatu bangsa dan perdamaian dunia, dalam
pelaksanaan olimpiade terdapat geliat ekonomi yang sangat potensial untuk dikembangan
baik di Negara penyelenggara ataupun para negara peserta. Sehingga dapat disimpulkan
alasan mengapa olimpiade tetap dilaksanakan hingga saat ini adalah :
1. Sebagai ajang pemersatu bangsa dan perdamaian dunia
2. Sebagai wadah tolok ukur masing-masing cabang olahraga yang ada
3. Meningkatkan peran sosiologi olahraga
4. Meningkatkan peran ekonomi melalui olahraga
5. Sebagai ajang pembuktian masing-masing negara dalam pembinaan dan pengembangan
olahraganya.

2. Penerapan 5 kajian filsafat dalam bidang olahraga


Filsafat bisa dipaharni dari berbagai sudut pandang. Filsafat dapat dipandang sebagai
pandangan hidup, metode berpikir. Oleh karena itu, Filsafat Olahraga merupakan perenungan
akan keterlibatan manusia dalam aktivitas jasmani. Mengkaji pendidikan jasmani dan
olahraga dari berbagai posisi pemikiran filsafat akan mendukung penjelasan dan pemahaman
tentang sifat, nilai, tujuan, signifikansi, dan cakupan pendidikan jasmani dan olahraga serta
dapat memahami cakupan wilayah studi filsafat atau cabang filsafat (ontologi, epistemology,
dan aksiologi) dan aplikasi kajiannya dalam pendidikan jasmani dan olahraga.
 Ontologi : membahas tentang apa yang ingin diketahui
 Epistemologi : membahas secara mendalam segenap proses yang
terlibat dalarn usaha untuk memperoleh pengetahuan
 Aksiologi : membahas tentang mantaat vang diperoleh rnanusia dari
pengetahuan yang didapatnya
Arti Pendidikan itu sendiri adalah proses yang isinya harus mengarah kepada pembinaan
potensi rohaniah. Sebab rohaniah adalah sumber potensi bagi semua kreasi manusia yang
tercermin di dalam kebudayaan. Jadi ada saling keterkaitan yang erat dan tidak mungkin
dapat dipisahkan antara Filsafat dengan Penjas dan Olahraga. Pengaruh dan sumbangsih Ilmu
Filsafat pada Penjas dan Olahraga juga memiliki andil yang besar dalam perkembangan
Pendidikan Jasmani dan Olahraga, yaitu melahirkan ilmu-ilmu baru yang sangat berkaitan
erat dan mendukung kemajuan penjas dan olahraga itu sendiri.
Sebagai salah satu contoh Kajian Filsafat dalam bidang olahraga :
1. Filsafat dapat membantu menganalisis prinsip-prinsip pendidikan jasmani dan olahraga
implikasinya terhadap pengajaran dan pelatihan
2. Filsafat dapat menghubungkan kata Pendidikan jasmani dengan olahraga
3. Filsafat mampu menghasilkan perbaikan keahlian (profesional) Pendidikan jasmani dan
Olahraga
4. Filsafat mengikuti perkembangan teknologi di dalam proses belajar dan pengajar
5. Filsafat membuat masyarakat menyadari bahwa Pendidikan Jasmani dan olahraga
memberi kontribusi terhadap nilai-nilai yang ada disosial masyarakat.
Dengan demikian peranan filsafat merupakan dasar dan pedoman yang dapat mengarahkan
teori dan menggerakkan pelaksanaan dikjas dengan baik dan benar.
3. Peran strategis olahraga dalam pengembangan karakter bangsa
Perkembangan olahraga di Indonesia merupakan bagian dari pendidikan. Melalui
dunia pendidikan ini olahraga akan membentuk mental dan karakter bangsa. Seiring dengan
semboyan yang melekat dalam dunia olahraga yaitu Men Sana in Corpora Sanno. Melalui
semboyan di atas tidak hanya semboyan saja yang menjadi nama, akan tetapi benar-benar
dapat terwujud tubuh yang kuat dan terdapat jiwa yang sehat. Pepatah tersebut sangat jelas
menggambarkan dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup baik secara lahir dan batin
sehat bugar sangat dibutuhkan. Maka dari itu olahraga memang layak untuk menjadi pilar
keselarasan dan keseimbangan hidup sehat dan harmonis.
Olahraga bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran,
prestasi, kualitas manusia, menanamkam nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin,
mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkokoh ketahanan nasional,
serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa. Peran olahraga sangat penting
dan strategis dalam konteks pengembangan kualitas sumber daya manusia yang sehat,
mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki sifat kompetitif yang tinggi. Selain itu juga
penting dalam pengembangan identitas, nasionalisme, dan kemandirian bangsa. Olahraga
yang dikelola secara profesional akan mampu mengangkat martabat bangsa dalam dunia
internasional. Melalui olahraga ini merupakan pilar penting dalam pembentukan karakter
bangsa. Olahraga dapat membangun jiwa fair play, sportivitas, team work, dan nasionalisme.
Melalui olahraga inilah dapat diambil nilai-nilai karakter positif yang dapat melatih sikap dan
mental kita.Berdasarkan UU No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN),
olahraga dibagi menjadi tiga pilar, yaitu Olahraga Pendidikan, Olahraga Prestasi, dan
Olahraga Rekreasi.Melalui pencapaian prestasi yang diraih merupakan salah satu perwujudan
dari pilar olahraga prestasi. Bahwa pilar keolahragaan nasional terdiri dari tiga pilar yaitu
olahraga pendidikan, olahraga prestasi, dan olahraga rekreasi. Melalui ketiga pilar tersebut
pembentukan karakter dapat berjalan. United Nations (suatu organisasi non-pemerintah
terakreditasi (LSM) di PBB) (2003) juga menyatakan bahwa olahraga merupakan instrumen
yang efektif untuk mendidik kaum muda terutama dalam nilai-nilai. Partisipasi dalam
olahraga tidak secara otomatis mempunyai efek positif terhadap pembentukan karakter.
Pengalaman yang diperoleh melalui olahraga dapat membentuk karakter, tetapi hal ini hanya
dapat terjadi apabila lingkungan olahraga diciptakan dan ditujukan untuk mengembangkan
karakter. Olahraga dapat membentuk karakter positif hanya jika kondisi-kondisi yang
menyokong ke arah positif dipenuhi, misalnya kepemimpinan dan perilaku pelatih yang baik.
Dukungan dari pelatih, orang tua, penonton, administrator, maupun dari pemain sendiri sangat
dibutuhkan untuk memperoleh manfaat positif dari partisipasi olahraga.
Olahraga mengandung dimensi nilai dan perilaku sportif yang terbukti faktanya.
Pertama, sikap sportif, kejujuran, menghargai teman dan saling mendukung, membantu dan
penuh semangat kompetitif. Kedua, sikap kerja sama team, saling percaya, berbagi, saling
ketergantungan, dan kecakapan membuat keputusan bertindak. Ketiga, sikap dan watak yang
senantiasa optimistis, antusias, partisipasif, gembira, dan humoris. Keempat, pengembangan
individu yang kreatif, penuh inisiatif, kepemimpinan, kerja keras, kepercayaan diri, dan
kepuasan diri. Keunggulan pendidikan olahraga dalam pembentukan karakter terletak pada
perlengkapan nilai-nilai ke dalam perilaku. Ada dua jenis nilai karakter yang ada dan jelas
terlihat dalam aktivitas olahraga yaitu nilai sosial dan moral.
Olahraga merupakan salah satu cara untuk membentuk karakter bangsa. Langkah awal
pembentukan karakter ini dimulai dari usia dini dan dilandasi dengan budaya nasional juga
dibentuk dengan olahraga yang dilakukan. Maka dari itu, Indonesia dapat disegani di dunia
salah satunya dengan membangun karakter bangsa melalui olahraga. Dengan berolahraga,
banyak karakter positif yang terbentuk. Mulai dari atlet, pelatih dan masyarakat pelaku
olahraga akan memiliki rasa tanggungjawab, rasa hormat, dan memiliki kepedulaian dengan
sesama. Nilai Ketekunan, kejujuran, dan keberanian juga diperolah dari aktivitas olahraga.
Dengan demikian, karakter yang sudah terbentuk memalui olahraga ini menjadikan icon
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang memiliki karakter yang kuat.

Anda mungkin juga menyukai