Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN

KEPERAWATAN KESEHATAN SEKOLAH


SEKOLAH DASAR NEGERI 221 BABAKAN
SENTRAL SUKAPURA KELURAHAN
KIARACONDONG BANDUNG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Komunitas


Program Profesi Ners XXVI

Disusun Oleh

Kelompok 1 Gelombang 2 Stase Komunitas

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
ABSTRAK

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
kegiatan yang berjudul “ Laporan Keperawatan Kesehatan Sekolah Dasar
Negeri 221 Babakan Sentral Kelurahan Sukapura Kecamatan Kiaracondong
Bandung”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan
kita, Rasulullah saw., keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umat yang
memeluk ajarannya hingga akhir zaman. Laporan ini disusun sebagai salah
satu persyaratan dalam menempuh Program Profesi Ners di Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjaran Stase Komunitas. Dalam penyusunan
laporan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini, terkhusus
kepada:
1. Ibu Neti Juniarti, S.Kp.,MN.,M.Kes selaku dosen pembimbing dan
koordinator mata kuliah pada Stase Keperawatan Komunitas yang
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk dapat
menyelesaikan tugas ini.
2. Kepala Sekolah dan Staf Guru Sekolah Dasar Negeri Babakan Sentral
yang telah membantu kami dalam proses pengumpulan data.
3. Semua anggota kelompok 01 Gelombang 2 stase keperawatan
Komunitas dalam Program Profesi Ners Angkatan XXXVI Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjaran.
4. Siswa/I yang telah menyisihkan waktunya dan memberikan informasi
yang dibutuhkan.
5. Semua pihak yang terkait dalam proses penyelesaian tugas ini yang
tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dikemudian hari. Penulis berharap semoga
laporan ini memberikan informasi dan menjadi landasan awal untuk

ii
membangun dan mengembangkan wilayah, khususnya RW 05 Kelurahan
Sukapura Kecamatan Kiaracondong Bandung

Bandung, Mei 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................. 3
1.2.1 Tujuan Umum .......................................................................... 3
1.2.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 3
1.3 Metode Penulisan ............................................................................ 4
1.4 Sistematika Penulisan ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 5
2.1 Konsep Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) ....................................... 5
2.1.1 Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) .......................... 5
2.1.2 Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) ................................ 5
2.1.3 Sasaran Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) ............................... 6
2.1.4 Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) ........................ 6
2.1.5 Pembinaan Peserta Didik ......................................................... 9
2.1.6 Program Kesehatan Usaha Kesehatan Sekolah ...................... 13
2.1.7 Masalah Kesehatan yang dapat dikurangi melalui UKS ........ 14
2.1.8 Hasil yang diharapkan dari Program UKS ............................. 14
2.1.9 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Anak Usia
Sekolah 15
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN SEKOLAH ................................... 21
3.1 Data Hasil Pengkajian ................................................................... 21
3.1.1 Dimensi Fisik ......................................................................... 21
3.1.2 Status Lingkungan Sekolah .................................................... 22
3.2 Karakteristik Demografi ................................................................ 26
3.3 Data Aktivitas Siswa ..................................................................... 27
3.4 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat .................................................. 28
3.5 Kesehatan Remaja ......................................................................... 29
3.6 Keadaan Umum Siswa .................................................................. 30
3.7 Pemeriksaan Fisik.......................................................................... 32

iv
3.8 Observasi Penampilan ................................................................... 33
3.9 Dimensi Perilaku ........................................................................... 36
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 41
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 43

v
DAFTAR TABEL

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Anak usia sekolah dasar merupakan bagian dari kelompok masyarakat

yang berada direntang usia antara 7 tahun sampai 12 tahun. Anak usia sekolah

adalah masa dimana anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk

keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh

keterampilan tertentu (Wong, 2009). Pada masa ini anak senang bermain,

bergerak, bekerja dalam kelompok dan senang merasakan dan melakukan

sesuatu secara langsung sehingga terkadang anak mengabaikan kebersihan

yang dapat mempengaruhi kesehatannya.

Usia sekolah merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan fisik anak. Periode ini juga disebut sebagai periode kritis

karena pada masa ini anak mulai mengembangkan kebiasaan yang

biasanya cenderung menetap sampai dewasa (Hariyanti, 2008).

Beban untuk menanggulangi masalah kesehatan anak usia sekolah juga

terus meningkat dikarenakan permasalahan kesehatan yang masih banyak

terjadi di kalangan anak usia sekolah. Penyakit yang sering dihadapi anak

sekolah dasar biasanya berkaitan dengan kebiasaan hidup bersih dan sehat,

seperti kebiasaan cuci tangan pakai sabun, potong kuku, gosok gigi,

dan membuang sampah sembarangan (Depkes, 2007).

1
2

Sekolah menjadi perpanjangan tangan orang tua, bukan saja tempat

menanamkan norma-norma kehidupan sosial, tetapi juga menanamkan dan

mengembangkan kemampuan hidup. Oleh karena itu, sekolah juga harus

menjadi lingkungan yang kondusif bagi terbentuknya dan berkembangnya

perilaku hidup sehat, salah satunya melalui adanya program Usaha Kesehatan

Sekolah (UKS). UKS merupakan bagian dari program kesehatan anak usia

sekolah yang dilakukan pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. UKS

bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta

didik dengan meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta

menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat, sehingga memungkinkan

pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka

pembentukan masyarakat Indonesia seutuhnya (Notoatmodjo, 2012).

Perawat sebagai tenaga kesehatan berperan serta dalam meningkatkan

derajat kesehatan peserta didik melalui program keperawatan sekolah yang

berfokus ke dalam kegiatan preventif dan promotif dengan pendekatan proses

keperawatan secara holistik. Perawat kesehatan sekolah juga berperan dalam

melaksanakan skrining pengkajian awal, perumusan diagnosa dan perawatan

masalah kesehatan.

SDN 221 Babakan Sentral merupakan sekolah yang terletak di RW 05

Kelurahan Sukapura Kecamatan Kiaracondong Kota Bandung. Berdasarkan

hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 26 April 2019, SDN 221

Babakan Sentral belum memiliki UKS secara tersendiri namun telah memiliki

dokter kecil sehingga UKS belum dapat terlaksana. Dalam upaya peningkatan

kesehatan sedini mungkin di tingkat sekolah, maka Fakultas Keperawatan


3

Universitas Padjadjaran sebagai salah satu institusi pendidikan keperawatan

mengadakan kerjasama dengan Puskesmas Babakan Sari untuk

menyelenggarakan keperawatan kesehatan sekolah di SDN 221 Babakan

Sentral dengan melibatkan mahasiswa Program Profesi Ners (PPN) XXXVI

Fakultas Keperawatan UNPAD.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan kegiatan UKS diharapkan terbentuk siswa yang dapat

mengenal masalah kesehatan di SDN 221 Babakan Sentral serta mandiri dan

berinisiatif dalam mencapai derajat kesehatan yang lebih baik.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mampu mengidentifikasi pengetahuan kesehatan anak usia sekolah di

SDN 221 Babakan Sentral

2. Mampu mengidentifikasi kesehatan siswa di SDN 221 Babakan Sari

Sentral

3. Perencanaan keperawatan yang dapat di terapkan di SDN 221 Babakan

Sentral

4. Mampu melakukan implementasi perencanaan yang telah dibuat dalam

mengatasi masalah kesehatan di SDN 221 Babakan Sentral

5. Mampu mengevaluasi hasil implementasi terhadap masalah kesehatan

di SDN 221 Babakan Sentral


4

1.3 Metode Penulisan


Pembuatan laporan ini melakukan studi lapangan dan kepustakaan

terlebih dahulu, kemudian siswa dibagikan lembar kuesioner yang yang

berisikan data demografi, data kesehatan individu, data aktivitas siswa, data

PHBS siswa sekolah, dan perilaku remaja dan kesehatan reproduksi. Penulis

juga memiliki kuesioner terkait pengkajian lingkungan fisik sekolah,

lingkungan UKS dan kuesioner trias UKS yang diberikan pada Pembina

maupun guru UKS

1.4 Sistematika Penulisan


Dalam penulisan laporan ini penyusun menggunakan sistematika

penulisan sebagai berikut :

ABSTRAK
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode penulisan
1.4 Sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2.2 Indikator PHBS Di Sekolah
2.3 Peran Perawat Dalam Program UKS
2.4 Unit Kesehatan Sekolah (UKS)
2.5 Pengelolaan UKS
2.6 Monitoring dan Evaluasi UKS
BAB III PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
Data Hasil Pengkajian
3.1 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
3.2 Perencanaan
3.3 Pelaksanaan Kegiatan
3.4 Evaluasi Kegiatan
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


2.1.1 Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
UU No.23 Tahun 1992 Pasal 45 tentang Kesehatan Sekolah
ditegaskan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga
peserta didik dapat belejar, tumbuh dan kembang secara harmonis dan
optimal sehingga dapat menjadikan sumber daya yang berkualitas
(Kemenkes, 2011). Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan wahana
untuk meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat, yang pada gilirannya
menghasilkan derajat kesehatan yang optimal (Depdiknas, 2009).

UKS adalah segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan


kesehatan peserta didik pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai
dari TK/RA sampai SMA/SMK/MA (Dinkes, 2010). UKS merupakan usaha
yang dapat dijadikan jalur untuk membantu peserta didik selama di sekolah
secara sadar, berencana, terarah dan bertanggung jawab dalam lingkup
kesehatan. Sehingga dapat disimpulkan usaha kesehatan sekolah adalah usaha
kesehatan yang diberikan di tataran sekolah untuk meningkatkan kesadaran
hidup sehat dan menjadikan sumber daya yang berkualitas.

2.1.2 Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


Adapun tujuan umum dari UKS menurut Kementerian Kesehatan RI
(2017) adalah meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan,
meningkatkan lingkungan yang sehat, dan membiasakan hidup sehat. Dalam
meningkatkan derajat kesehatan peserta didik meliputi:
1. Penurunan angka kesakitan di sekolah
2. Peningkatan kesehatan peserta didik (fisik, mental, dan sosial).

5
6

3. Peserta didik memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk


melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif
dalam usaha peningkatan uasaha kesehatan sekolah
4. Meningktkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah
5. Upaya pencegahan terhadap narkotika, rokok, alkohol, dan obat-
obatan berbahaya lainnya
Tujuan khusus UKS menurut Kementerian Kesehatan RI (2013)
untuk menanamkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam melaksanakan
prinsip hidup sehat, sehat secara fisik, mental, maupun sosial serta memiliki daya
hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalahgunaan narkotika,
obat-obatan berbahaya, alkohol, dan rokok. Pelaksanaan UKS sangat penting
untuk meningkatkan prestasi belajar dan kesehatan peserta didik yang
menitikberatkan pada upaya promotif-preventif, dengan didukung upaya kuratif-
rehabilitatif yang proporsional dan bermutu.

2.1.3 Sasaran Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari berbagai
tingkat pendidikan sekolah mulai dari taman kanak-kanak, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, pendidikan agama, pendidikan kejuruan, dan
pendidikan khusus/ sekolah luar biasa (Notoatmojo, 2012). Sedangkan
menurut Kementerian Kesehatan RI (2011), sasaran pembinaan dan
pengembangan UKS terdiri dari sasaran primer, sekunder, dan tersier.
Sasaran primer yaitu peserta didik, sasaran sekunder yaitu guru, pamong
belajar/ tutor orang tua, pengelola pendidikan, dan pengelola kesehatan, serta
tim pelaksana UKS disetiap jenjang. Kemudian sasaran tertier yaitu lembaga
pendidikan mulai dari tingkat prasekolah sampai pada sekolah lanjutan
tingkat atas, termasuk satuan pendidikan luar sekolah dan perguruan agama
serta pondok pesantren beserta lingkungannya.

2.1.4 Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


Kemdikbud (2012) menyatakan organisasi tim pembinaan dan
pelaksana UKS dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi berdasarkan
7

keputusan bersama menteri yang terdiri atas: tim pembina UKS pusat, tim
pembina UKS provinsi, tim pembina UKS kabupaten/ kota, tim pembina
UKS kecamatan dan tim pelaksana UKS di sekolah dan perguruan agama.
Fungsi dari tim pembina UKS pusat adalah sebagai pembantu menteri
dalam melaksanakan pembinaan serta pengembangan UKS dan tugas tim
pembina UKS pusat adalah merumuskan kebijakan, pedoman umum dan
standarisasi pengembangan UKS yang bersifat nasional, mensosialisasikan
kebijakan pembinaan dan pengembangan UKS, menjalin hubungan kerja dan
kementrian dengan lintas sektor, pihak swasta dan LSM baik di dalam
maupun luar negeri sesuai dengan ketentuan yang berlaku, melaksanakan
monitoring dan evaluasi program pembinaan dan pengembangan UKS secara
nasional, melaporkan pelaksanaan tugas kepada Menteri Pendidikan, dan
Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam
Negeri, melaksanakan ketatausahaan tim pembina UKS pusat (Kemdikbud,
2012).
Fungsi tim pembina UKS provinsi adalah untuk melaksanakan
pembinaan dan pengembangan UKS di tingkat provinsi serta berfungsi
sebagai pembina dan koordinator program UKS seluruh kabupaten/ kota yang
ada di wilayahnya sedangkan tugas tim pembina UKS provinsi adalah
menyusun petunjuk teknis pelaksanaan UKS, mensosialisasikan kebijakan
pembinaan dan pengembangan UKS, melaksanakan program pembinaan dan
pengembangan UKS di provinsi, menjalin hubungan baik dan kemitraan
dengan lintas sektor, pihak swasta dan LSM baik dalam negeri maupun luar
negeri sesuai ketentuan yang berlaku, melaksanakan monitoring dan evaluasi
program pembinaan dan pengembangan UKS, membuat laporan berkala
kepada tim pembina UKS pusat, melaksanakan ketatausahaan tim pembina
UKS provinsi (Kemdikbud, 2012).
Fungsi tim pembina UKS kabupaten/ kota sebagai pembina,
koordinator dan pelaksana program UKS di daerahnya berdasarkan kebijakan
yang ditetapkan oleh pusat, provinsi dan kabupaten/ kota dan tugasnya adalah
menyusun petunjuk teknis UKS, mensosialisasikan kebijakan pembinaan dan
pengembangan UKS, menjalin hubungan baik dan kemitraan dengan lintas
8

sektor, pihak swasta dan LSM baik didalam maupun luar negeri sesuai
ketentuan yang berlaku, melaksanakan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
program pembinaan dan pengembangan UKS, membuat laporan berkala
kepada tim pembina UKS provinsi, melaksanakan ketatausahaan tim pembina
UKS kabupaten/ kota (Dinkes, 2010).
Fungsi tim pembina UKS kecamatan adalah sebagai pembina,
penanggung jawab dan pelaksanaan program UKS di daerah kerjanya
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan tim pembina UKS kabupaten/ kota.
Kedudukan petugas puskesmas di tingkat kecamatan sebagai Tim pembina
UKS kecamatan dan tugasnya adalah untuk membina dan melaksanakan
UKS, mensosialisasikan kebijakan pembinaan dan pengembangan UKS,
melaksanakan program pembinaan dan pengembangan UKS, pemantauan
dan evaluasi pelaksanaan pembinaan dan pengembangan UKS,
mengkoordinasikan pelaksanaan program UKS di wilayahnya sesuai dengan
pedoman dan petunjuk tim pembina UKS, membuat laporan pelaksanaan
program pembinaan dan pengembangan UKS kepada tim pembina UKS
kabupaten/ kota, dan melaksanakan ketatausahaan tim pembina UKS
kecamatan (Dinkes, 2010).
Tim pelaksana UKS di sekolah dan perguruan agama berfungsi
sebagai penanggung jawab dan pelaksana program UKS di sekolah dan
perguruan agama berdasarkan prioritas kebutuhan dan kebijakan yang
ditetapkan oleh tim pembina UKS kabupaten/ kota dan tanggung jawabnya
adalah melaksanakan tiga program pokok UKS yang terdidi dari pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat
yang telah ditetapkan oleh tim Pembina UKS, menjalin kerjasama dengan
orang tua/ komite sekolah, instansi lain dan masyarakat dalam pelaksanaan
kegitan UKS, menyusun program melaksanakan penilaian/ evaluasi dan
menyampaikan laporan kepada tim pembina UKS kecamatan dan
melaksanakan ketatausahaan tim pelaksana UKS di sekolah (Kemdikbud,
2012).
9

2.1.5 Pembinaan Peserta Didik


Program pembinaan peserta didik dilaksanakan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik
yang dilakukan sebagai upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini
mungkin. Cara yang paling tepat untuk mengajarkan anak sekolah dalam
meningkatkan kebiasaan berprilaku hidup sehat dan bersih melalui Trias UKS
(Dinkes, 2010).
1. Pendidikan Kesehatan (Health Education In School)
Pendidikan kesehatan adalah usaha untuk menyiapkan peserta
didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat
fisik, mental, sosial maupun lingkungan melalui kegiatan bimbingan,
pelajaran/ latihan yang diperlukan bagi perananya saat ini maupun
dimasa mendatang.
Pendidikan kesehatan bagi peserta didik diperoleh melalui
kegiatan kurikuler yang dilaksanakan untuk semua mata pelajaran
(khususnya pengetahuan alam, agama, penjaskes) dan dapat juga
dilaksanakan melalui muatan local (Dinkes, 2010). Pelaksanaan
pendidikan juga didapat dari kegiatan ekstrakurikuler dengan tujuan
untuk menambah dan menanamkan perilaku sehat, memperluas
pengetahuan, keterampilan siswa yang bermanfaat bagi kehidupan
peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler dalam pendidikan kesehatan
diantaranya kegiatan yang melibatkan peserta didik dan guru
misalnya: kerja bakti sosial, lomba yang berhubungan dengan
kesehatan, kader kesehatan sekolah (dokter kecil) dan MPR,
permainan, diskusi, permainan peran dan simulasi, bimbingan hidup
sehat, kegiatan penyuluhan kesehatan, latihan keterampilan dan
partisipasi pelayanan kesehatan (Kemdikbud, 2012).
Program pelaksanaan pendidikan kesehatan mempunyai
tujuan agar peserta memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan,
termasuk cara hidup sehat dan teratur, memiliki nilai dan sikap positif
terhadap prinsip hidup sehat, memiliki keterampilan dalam
melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan,
10

dan perawatan kesehatan, memiliki kebiasaan hidup sehari-hari yang


sesuai dengan syarat kesehatan, memiliki kemampuan dan kecakapan
(life skills) untuk berprilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari,
memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat
badan secara harmonis (proporsional), mengerti dan dapat
menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit dalam
kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan
sehari-hari, memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar
(narkoba, arus informasi dan gaya hidup yang tidak sehat), dan
memiliki tingkat kesegaran jasmani yang memadai dan derajat
kesehatan yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik
terhadap penyakit (Dinkes, 2010).
Tujuan pendidikan kesehatan bagi para peserta didik dapat
tercapai secara optimal, apabila dalam pelaksanaan hendaknya
memperhatikan hal sesuai dengan tingkat kemampuan dan perbedaan
individual. Peserta didik hendaknya terlibat dalam peran aktif sesuai
dengan situasi dan kondisi setempat, selalu mengacu pada pendidikan
kesehatan. Metode yang digunakan dalam proses blajar mengajar
meliputi: kerja kelompok, diskusi/ ceramah, belajar perorangan,
pemberian tugas, tanya jawab dan simulasi (peragaan) (Notoatmojo,
2012).
2. Pelayanan Kesehatan (School Health Service)

Pelayanan kesehatan di sekolah adalah upaya peningkatan


(promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara serasi dan terpadu
terhadap peserta didik yang pada khususnya dan warga sekolah pada
umumnya dibawah koordinasi pembina UKS dengan bimbingan
teknis dan pengawasan puskesmas setempat (Dinkes, 2010).

Kegiatan peningkatan (promotif) dilaksanakan melalui kegiatan


penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan yang dilaksanakan
secara ekstrakurikuler. Kegiatan promotif yang biasanya dilakukan
11

yaitu: latihan keterampilan teknis dalam rangka pemeliharaan


kesehatan dan pembentukan peran serta aktif peserta didik dalam
pelayanan kesehatan yang terdiri dari dokter kecil, kader kesehatan
remaja, palang merah remaja dan saka bhakti husada/ pramuka,
pembinaan sarana keteladanan yang ada di lingkungan sekolah, yaitu
pembinaan warung sekolah sehat dan lingkungan sekolah yang
terpelihara serta bebas dari faktor pembawa penyakit, dan pembinaan
keteladanan berperilaku hidup bersih dan sehat kecacingan (PHBS)
(Kemdikbud, 2012).

Kegiatan pencegahan (preventif) dilaksanakan melalui kegiatan


peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai
penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses penyakit pada
tahap dini sebalum timbul penyakit, yaitu pemeliharaan kesehatan
yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus untuk penyakit-
penyakit tertentu misalnya demam berdarah dan muntaber,
penjaringan (screening) kesehatan bagi anak yang baru masuk
sekolah, pemeriksaan berkala kesehatan setiap 6 bulan, mengikuti
(memonitor/ memantau) pertumbuhan peserta didik, usaha
pencegahan penularan penyakit dengan jalan memberantas sumber
infeksi dan pengawasan kebersihan lingkungan sekolah dan
perguruan agama, serta konseling kesehatan remaja di sekolah dan
perguruan agama oleh kader kesehatan sekolah, guru BP, dan guru
agama dan puskesmas oleh dokter puskesmas atau tenaga kesehatan
lain (Dinkes, 2010).

Kegiatan penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif)


dilakukan melalui kegiatan mencegah komplikasi dan kecacatan
akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi optimal, yaitu:
diagnosis dini, pengobatan ringan, pertolongan pertama pada
kecelakaan dan pertolongan pertama pada penyakit serta rujukan
medik (Kemdikbud, 2012).
12

Tujuan pelayanan kesehatan adalah meningkatkan derajat


kesehatan peserta didik dan seluruh warga masyarakat sekolah secara
optimal dan secara khususnya tujuan dari pelayanan kesehatan adalah
meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan
hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat,
meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan
mencegah terjadinya penyakit, kelainan dan cacat serta menghentikan
proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit/ kelainan
pengembalian fungsi dan peningkatan kemampuan peserta didik yang
cedera/ cacat agar dapat berfungsi optimal (Natoatmodjo, 2012).

Kemdikbud (2012) menyatakan ada beberapa pelayanan


kesehatan diantaranya pelayanan kesehatan di sekolah dan pelayanan
kesehatan di puskesmas. Pelayanan kesehatan di sekolah
didelegasikan kepada guru, setelah ditatar/ dibimbing petugas
puskesmas (kegiatan promotif dan preventif) dan sebagian pelayanan
kesehatan hanya boleh dilakukan oleh petugas puskesmas dan
dilaksanakan sesuai waktu yang telah direncanakan. Pelayanan
kesehatan di puskesmas adalah bagi peserta didik yang dirujuk dari
sekolah (khusus untuk kasus yang tidak dapat diatasi oleh sekolah)
dengan memiliki buku/ kartu rujukan sesuai tingkat pelayanan. Tugas
dan fungsi puskesmas adalah melaksanakan pembinaan kesehatan
dalam rangka usaha kesehatan sekolah yaitu memberikan pencegahan
terhadap suatu penyakit dengan imunisasi dan lainnya, memberikan
bimbingan teknis medik kepada kepala sekolah dan guru dalam
melaksanakan UKS, memberikan penyuluhan tentang kesehatan dan
UKS khususnya kepada kepala sekolah, guru dan pihak lain,
memberikan pelatihan/ penataan kepada guru UKS dan kader UKS,
melakukan penjaringan, pemeriksaan berkala serta rujukan,
memberikan pembinaan dan pelaksanaan konseling dan
menginformasikan kepada kepala sekolah tentang derajat kesehatan
dan tingkat kesegaran jasmani peserta didik dan cara peningkatannya.
13

3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat

Lingkungan merupakan faktor penunjang dari tumbuh kembang


peserta didik, dikarenakan dari faktor inilah peserta didik dapat
menerapkan kebiasaan dan tingkah lakunya dalam lingkungan.
Sekolah merupakan tempat yang tepat untuk memberikan pengalaman
dan pengetahuan dalam pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah
sehat. Pembinaan lingkungan sekolah sehat perlu dilaksanakan karena
lingkungan mempengaruhi kesehatan fisik, mental dan sosial,
lingkungan sekolah yang sehat merupakan kondisi yang mendukung
keberhasilan proses blajar mengajar secara keseluruhan serta tidak
terlepas dengan tumbuh kembang peserta didik (Kemdikbud, 2012).

Pembinaan lingkungan sekolah sehat kepada peserta didik


dilaksanakan agar dapat menerapkan pentingnya UKS diantaranya
dengan melaksanakan kegiatan kerja bakti kebersihan sekolah secara
rutin dan terencana, kerja bakti dengan lingkungan masyarakat sekitar
sekolah, membuang sampah pada tempatnya dan pengadaan tempat
sampah didepan kelas, dipilah antara sampah organik dan kompos,
tidak mencoret-coret dinding dan bangku, menyiram jamban sampai
bersih sesudah dipakai, mengolah sampah organik menjadi kompos,
membuat pemelihara kapling, kebun sekolah, dan mengikuti kegiatan
dinamika kelompok (wisata, olahraga, dan kesenian) (Dinkes, 2010).

2.1.6 Program Kesehatan Usaha Kesehatan Sekolah


Program UKS mencakup kegiatan aktivitas fisik/olahraga
(peregangan disekolah), sarapan dengan menu sehat, menerapkan Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS), buku raport kesehatanku untuk gerakan literasi,
pembinaan kantin sekolah dengan menyediakan menu sehat serta melakukan
kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus
(menguras, menutup, dan menimbun) baik di lingkungan sekolah dan rumah
(KemenKes, 2017)
14

2.1.7 Masalah Kesehatan yang dapat dikurangi melalui UKS


Beberapa masalah kesehatan yang dapat dikurangi dengan
pelaksanaan UKS yaitu: sanitasi dan air bersih, kekerasan dan kecelakaan,
masalah kesehatan reproduksi remaja, kecacingan dan kebersihan diri
maupun lingkungan, masalah gizi dan anemia, imunisasi, merokok, alkohol
dan penyalahgunaan narkoba, kesehatan gigi, penyakit infeksi (malaria,
gangguan saluran nafas, HIV/AIDS dan IMS lainnya serta gangguan
kesehatan mental).

2.1.8 Hasil yang diharapkan dari Program UKS


Effendi (2009) menyatakan hasil yang dapat diharapkan dari
terlaksananya program UKS untuk peserta didik adalah:

1. Siswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk


melaksanakan hidup sehat dan mampu memecahkan masalah
kesehatan sederhana dengan turut berpartisipasi aktif dalam UKS, RT
dan lingkungan masyarakat.
2. Siswa sehat fisik, mental maupun sosial dan siap untuk menjalani
kehidupan keluarga yang sehat sejahtera dan mandiri.
3. Siswa memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk
pergaulan bebas, penyalahgunaan napza, kenakalan remaja dan
tauran,
4. Siswa memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang benar
untuk menghadapi permasalahan dan tantangan kehidupan
5. Siswa mempunyai kemampuan dan keterampilan pemeliharaan dan
membina keberhasilan, kelestarian lingkungan fisik di rumah dan
sekolah
6. Siswa mempunyai status kesehatan dan kesegaran jasmani yang baik.
7. Siswa bebas dari penyakit menular dan penyakit seksual
8. Siswa bebas dari kebiasaan merokok, minum alkohol dan
menggunakan napza. Dari segi lingkungan sekolah adalah semua
ruangan dan kamar mandi/ WC dan perkarangan sekolah bersih, tidak
ada sampah, serta tersedianya sumber air bersih bagi siswa.
15

2.1.9 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Anak Usia
Sekolah
Menurut Depkes (2011), perilaku hidup bersih dan sehat adalah
beberapa perilaku yang dipraktikan berdasarkan kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat mampu mandiri dibidang kesehatan serta berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS di tataran sekolah adalah upaya
untuk memberdayakan guru, siswa dan masyarakat yang ada di lingkungan
sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktikan PHBS serta berperan aktif
dalam mewujudkan sekolah sehat karena seiring berjalannya waktu muncul
berbagai penyakit yang menyerang anak sekolah, sehingga diharapkan jika
PHBS diterapkan dilingkungan sekolah, maka masyarakat yang berada di
lingkungan sekolah secara mandiri mampu mencegah penyakit,
meningkatkan kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan
sehat. Adapun indikator PHBS di sekolah meliputi:

a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun


b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
d. Olahraga yang teratur dan terukur
e. Memberantas jentik nyamuk
f. Tidak merokok di sekolah
g. Memimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan
h. Membuang sampah pada tempatnya

2.1.9.1 Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Menggunakan Sabun


Ada dua cara yang digunakan untuk mencuci tangan menurut WHO
(2005), yaitu menggunakan teknik cuci tangan memakai sabun dan air
serta yang kedua dengan teknik mencuci tangan menggunakan larutan
berbahan dasar alkohol. Adapun langkah-langkah mencuci tangan
menggunakan air mengalir dan sabun adalah:
1. Basuh tangan dengan air
16

2. Tuangkan sabun secukupnya


3. Ratakan dengan kedua telapak tangan
4. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya
5. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
6. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
8. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan
ditelapak tangan kiri dan sebaliknya
9. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan
kanan dan lakukan sebaliknya
10. Bilas kedua tangan dengan air
11. Keringkan dengan handuk sekali pakai sampai benar-benar
kering
12. Gunakan handuk tersebut untuk menutup kran
13. Kedua tangan telah bersih
Pada langkah nomor 3 sampai dengan nomor 9 merupakan
langkah cuci tangan dengan menggunakan sabun sedangkan langkah
nomor 2 sampai nomor 8 merupakan langkah cuci tangan dengan
menggunakan berbahan dasar alkohol yang dikenal sebagai 7
langkah hygiene tangan dan menjadi dasar pedoman prosedur tetap
mencuci tangan rumah sakit di Indonesia. Waktu yang di anjurkan
untuk melakukan cuci tangan adalah setelah BAB/BAK, sebelum
dan sesudah makan, sesudah beraktivitas atau saat tangan kotor.
2.1.9.2 Mengonsumsi Jajanan Sehat di Kantin Sekolah
Sekolah sebaiknya menyediakan warung sekolah sehat dengan
makanan yang mengandung gizi seimbang dan bervariasi sehingga membuat
tubuh siswa yang mengkonsumsi makanan/jajanan tersebut menjadi sehat dan
kuat sehingga angka ketidakhadiran siswa menjadi menurun dan proses
belajar berjalan dengan baik. Frekuensi konsumsi makanan jajanan di sekolah
selama seminggu terakhir tampak bahwa sebagian siswa (50%)
17

mengkonsumsi makanan jajanan yang kurang beragam jenis zat gizinya.


Mereka umumnya membeli jenis makanan jajanan yang kandungan zat
gizinya hanya satu atau dua jenis sumber zat gizi, yakni hanya mengandung
karbohidrat dan lemak saja (Evayanti, 2012).

2.1.9.3 Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat


Jamban yang sehat adalah yang tidak mencemari sumber air minum,
tidak berbau kotoran, tidak dijamah oleh hewan, tidak mencemari tanah di
sekitarnya, mudah dibersihakan dan aman digunakan. Penggunaan jamban
yang bersih dan sehat setiap buang air besar dan buang air kecil dapat menjaga
lingkungan sekolah disekitar sekolah menjadi bersih, sehat serta tidak berbau.
Penggunaan jamban yang bersih dan sehat dapat juga mencegah terjadinya
pencemaran air yang ada dilingkungan sekolah serta juga dapat menghindari
adanya lalat dan serangga yang dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti
penyakit diare, demam tifoid, serta kecacingan (Evayanti, 2012)

2.1.9.4 Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat


Olahraga yang teratur dan terukur dapat dilakukan dilingkungan
sekolah yang dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat yang berada
dilingkungan sekolah seperti karyawan sekolah, komite, penjaga kantin, serta
satpam (Evayanti, 2012).

2.1.9.5 Memberantas Jentik Nyamuk


Memberantas jentik nyamuk di lingkungan sekolah dilakukan dengan
gerakan 3 M (menguras, menutup dan mengubur) tempat-tempat
penampungan air (bak mandi, drum, tempayan, ban bekas, tempat air minum
dan lain-lain) minimal seminggu sekali. Hasil yang di dapat dari
pemberantasan jentik nyamuk ini kemudia di sosialisasikan kepada seluruh
warga sekolah (Evayanti, 2012).

2.1.9.6 Tidak Merokok di Sekolah


Timbulnya kebiasaan merokok diawali dari melihat orang sekitarnya
merokok. Di sekolah murid dapat merokok dikarenakan mencontoh dari
18

teman, guru maupun masyarakat di sekitar sekolah. Banyak anak-anak


menganggap bahwa dengan merokok akan menjadi lebih dewasa. Merokok
di lingkungan sekolah sangat tidak dianjurkan karena rokok mengandung zat
berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan murid sekolah. Menurut
Riset Dasar Kesehatan (2018), sebagian besar perokok mulai merokok ketika
mereka masih anak-anak atau remaja yaitu pada usia 10-14 tahun sebesar
13,6% dan angka tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2010 yaitu
sebesar 27,7%.

2.1.9.7 Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap


Bulan
Kegiatan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan pada
siswa dilakukan dengan tujuan untuk mengamati tingkat pertumbuhan pada
siswa. Hasil pengukuran dan penimbangan berat badan pada siswa tersebut
dibandingkan dengan standar berat badan dan tinggi badan yang telah
ditetapkan sehingga guru mengetahui pertumbuhan siswanya normal atau
tidak normal (Evayanti, 2012).

2.1.9.8 Membuang Sampah pada Tempatnya


Sampah yang berserakan dilingkungan sekolah dapat
menimbulkalkan penyakit dan tidak indah dipandang oleh mata, sehingga
semua masyarakat yang berada di lingkungan sekolah diharapkan mampu
membuang sampah pada tempatnya dan memilah sampah berdasarkan
sampah organik dan sampah anorganik.
2.1.9.9 Faktor-faktor yang Mempengaruhi PHBS
Terdapat hal hal yang dapat mempengaruhi PHBS, sebagian terletak
di dalam diri individu itu sendiri, yang disebut faktor internal dan sebagian
terletak di luar dirinya yang disebut faktor eksternal (Dachroni, 2002).
1. Faktor Internal
Faktor internal seperti keturunan. Seseorang berprilaku tertentu
karena memang sudah demikian diturunkan dari orang tuanya. Sifat –
sifat yang dimiliki adalah sifat sifat yang diperoleh dari orang tua atau
19

neneknya dan lain sebagainya. Faktor internal lainnya adalah motif.


Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu.
Motif atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya
kebutuhan yang oleh Maslow dikelompokkan menjadi kebutuhan
biologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan rohani.
2. Faktor Eksternal
Faktor yang menyebabkan atau mempengaruhi seseorang untuk
berbuat sesuatu yang disebabkan karena adanya suatu dorongan atau
unsur-unsur tertentu. Faktor eksternal juga merupakan faktor yang
terdapat diluar diri individu. Salah satu faktor eksternal yang dominan
mempengaruhi PHBS menurut penelitian yang dilakukan oleh
Suryani (2017) pada anak Sekolah Dasar adalah fasilitas nilai Ratio
Prevalens (RP) sebesar 11 dan nilai p 0,000. Jadi semakin lengkap
fasilitas yang tersedia untuk PHBS maka 11 kali lebih baik siswa/i
dalam melakukan PHBS.

2.1.9.10 Peran dan Fungsi Perawat pada Program UKS


Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah, perawat
mempunyai peran:
1. Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan
melakukan pengumpulan data, analisa data, serta perumusan dan
prioritas masalah.
2. Menyususn perencanaan kegiatan UKS bersama tim pembina usaha
kesehatan di sekolah (TPUKS).
3. Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan yang
disusun.
4. Menilai dan memantau hasil kegiatan UKS.
5. Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas di
puskesmas menjadi salah seorang anggota TPUKS atau dapat juga
ditunjuk sebagai seorang koordinator UKS di tingkat puskesmas. Bila
perawat kesehatan ditunjuk sebagai koordinator maka pengelolaan
20

pelaksanaan UKS menjadi tangguang jawabnya atau paling tidak ikut


terlibat dalam tim pengelola UKS. Sebagai penyuluh dalam bidang
kesehatan, peranan perawat kesehatan dalam memberikan penyuluhan
kesehatan dapat dilakukan secara lagsung (melalui penyuluhan kesehatan
yang bersifat umum dan klasikal) atau tidak langsung sewaktu melakukan
pemeriksaan kesehatan peserta didik secara perseorangan. Sedangkan
fungsi perawat sekolah, diantaranya:
1. Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada
di sekolah.
2. Memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki
lingkungan fisik dan sosial sekolah.
3. Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program
kesehatan masyarakat yang lain.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN SEKOLAH

3.1 Data Hasil Pengkajian


Pengkajian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Sekolah Dasar 221
Babakan Sentral Kelurahan Sukapura Kecamatan Kiaracondong Kota
Bandung yang dilaksanakan pada hari Jumat, 26 April 2019. Pengkajian
dilakukan pada 165 siswa dan siswi dengan menggunakan angket atau
kuisioner, wawancara dan observasi. Data hasil pengkajian mencakup 3
dimensi utama, yaitu dimensi fisik, karakteristik siswa, dan sistem kesehatan.
3.1.1 Dimensi Fisik
a) Karakteristik Sekolah
Nama Sekolah : SDN 221 Babakan Sentral
Alamat Sekolah : Jl. Terusan PSM No.2 Kelurahan
Sukapura Kecamatan Kiaracondong
Kota Bandung
Daerah : Perkotaan
Status : Negeri
Tahun Berdiri : 1983
Kegiatan belajar mengajar : Pagi dan siang
Visi : “Terbentuknya Peserta didik yang
Beriman, dan Bertaqwa, Berakhlak
muia dan Memahami IPTEK”
Misi :
1. Menjadikan siswa dan siswi yang penuh kreativitas, inovatif,
dan mampu menyerap perkembangan IPTEK
2. Menghantarkan siswa dan siswi yang mampu berkompetisi
ditingkat daerah dan nasional
3. Membentuk pribadi yang disiplin, jujur, adil, bekerja sama,
peduli, sabar dan bertanggung jawab.

21
22

4. Menciptakan sekolah yang aman, nyaman, sehat dan


menyenangkan
5. Mewujudkan sekolah yang berbudaya lingkungan

3.1.2 Status Lingkungan Sekolah


a. Penilaian Faktor Risiko Lingkungan Sehat di Sekolah
Dari hasil obervasi sekolah, dengan menggunakan instrumen
penilaian faktor risiko lingkungan sehat di sekolah, didapatkan
hasil status lingkungan sehat di SDN 221 Babakan Sentral berada
pada kategori Baik (60%).
Hasil observasi memperlihatkan bahwa kondisi fisik sekolah
yang sudah banyak memenuhi syarat, diantaranya atap dan talang
memiliki kemiringan yang cukup, tidak ada genangan air, tidak
bocor, dan tidak kotor. Dinding sekolah yang bersih, kuat, tidak
retak, tidak pecah, dan berwarna terang. Lantai yang cukup
bersih, kedap air, dan tidak licin. Kondisi tangga yang memiliki
lebar anak tangga minimal 30 cm, tinggi anak tangga maksimal
20 cm, lebar tangga 150 cm namun belum terdapat pegangan
tangan. Pencahayaan ruang kelas dan ruang perpustakaan yang
sudah mencukupi dimana siswa dan guru dapat membaca dengan
jelas tanpa bantuan cahaya buatan pada siang hari, serta ventilasi
disetiap ruangan yang sudah cukup baik.
Kepadatan kelas yang tidak terlalu padat, jarak papan tulis
dengan bangku paling depan minimal 2,5 m, dan dengan bangku
paling belakang maksismal 9m. Penilaian kebisingan, ada
keluhan mengenai kebisingan di sekolah yang diungkapkan oleh
siswa pada saat siang hari. Selain itu, sekolah juga sudah
memiliki sarana air bersih yang cukup untuk kebutuhan sekolah,
dengan kualitas air sedikit berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa. Kondisi halaman sekolah yang tidak banyak debu, ada
penghijauan yang tertata rapi, tidak ada genangan air, tidak ada
sampah berserakan.
23

Hasil pengamatan lainnya menunjukkan, masih terdapat


beberapa kondisi yang belum memenuhi syarat, yaitu kondisi
toilet yang berbau dan kurang bersih, tempat sampah sudah
cukup banyak yang tersedia di tiap kelas, namun belum terdapat
tempat pembuangan sampah sementara. Sarana cuci tangan
dengan air mengalir dan sabun tidak tersedia karena masih
dalam proses pembangunan sekolah, sehingga tempat cuci
tangan yang sebelumny ada sedang di bongkar. Kemudian
kondisi kantin yang tidak bersih dan bersampingan dengan
toilet. Selain itu, dari observasi perilaku hanya terdapat 40,4%
siswa yang berkuku pendek dan bersih.
b. Pengelolaan UKS
Pengkajian mengenai pengelolaan UKS dilakukan melalui
wawancara pada guru yang bertanggung jawab sebagai
pengurus UKS. Adapun yang dikaji mengenai penglolaan UKS
ini yaitu kinerja tim pelaksanaan UKS, trias usaha kesehatan
sekolah yang terdiri dari pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan lingkungan sekolah sehat.
1) Kinerja Tim Pelaksanaan UKS
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pemegang
ekstrakulikuler UKS di SDN 221 Babakan Sentral,
menyatakan bahwa belum ada ruangan UKS ataupun tim
UKS yang terintegrasi seperti pihak puskesmas, guru dan
murid. Ruang UKS ini baru akan di bentuk tahun depan.
Belum adanya susunan program kerja kegiatan UKS. Terkait
pengawasan pelaksanaan 7K (kebersihan, keindahan,
kenyamanan, ketertiban, keamanan, kerindangan, dan
kekeluargaan) yang di terapkan melalui kurikulum
pembelajaran dan dilaksanakan di sekolah. Hal ini
diterapkan melalui kegiatan upacara bendera setiap hari
senin, kegiatan olahraga dan kegiatan kerohanian. Belum
ada laporan secara rutin tentang pembinaan dari Puskesmas
24

ke Sekolah. Belum terlaksananya rapat koordinasi secara


rutin dengan tim pelaksana program kerja UKS.
Pelatihan yang diberikan oleh pihak puskesmas sudah
diselenggarakan namun hanya kepada guru-guru, sudah
rutin diberikan. Baik itu pihak puskesmas yang berkunjung
ke sekolah ataupun pihak sekolah yang mendatangi
puskesmas dalam melaksanakan pelatihan.
2) Trias Usaha Kesehatan Sekolah
Penilaian trias UKS berdasarkan pada 3 aspek, yaitu
pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan lingkungan
sekolah yang sehat.
a) Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan terkait personal hygiene, sarapan,
jajanan sehat dan lain-lain sudah diselipkan dalam
materi pembelajaran, guru telah memberikan
pengetahuan dan menanamkan kebiasaan hidup sehat
sejak dini. Namun di SDN 221 Babakan Sentral ini
belum ada alat peraga khusus untuk kesehatan, namun
phantom tubuh manusia untuk pelajaran biologi ada.
Kemudian belum pernah diadakan lomba kebersihan
antarsekolah hanya di dalam sekolah setiap tahunnya.
Sudah ada ekstrakulikuler UKS, sehingga beberapa
siswa sudah diajarkan cara sederhana untuk melakukan
pertolongan pertama jika ada yang terluka, namun untuk
penyakit yang berat biasanya guru mengembalikan
kepada keluarga untuk dibawa ke pelayanan kesehatan.
b) Pelayanan Kesehatan
Sekolah telah melakukan penjaringan atau deteksi dini
penyakit anak sekolah (screening), yang dilakukan
setiap 6 bulan sekali. Kemudian terlaksananya program
imunisasi bagi siswa, yang disesuaikan dan bekerja sama
dengan pihak puskesmas dalam waktu pelaksanaannya.
25

Sekolah telah melakukan pemeriksaan berkala kepada


anak didik, setiap 6 bulan sekali. Sekolah telah
melakukan pemeriksaan tinggi badan secara berkala,
setiap 6 bulan sekali. Sekolah telah melakukan
pemeriksaan berat badan pada siswa, setiap 6 bulan
sekali Sekolah telah melaksanakan pemberantasan
sarang penyakit, salah satunya dengan pemberantasan
nyamuk demam berdarah. Pernah terlaksana program
dokter kecil sebagai pendukung kesehatan disekolah,
namun sudah tidak berjalan kembali.
Dari hasil pengkajian mengenai pelayanan kesehatan,
hanya 1 item saja yang masih belum terlaksana, yaitu sekolah
sudah pernah melaksanakan program dokter kecil, hanya saja
tidak ada pengkaderan kembali untuk generasi selanjutnya dan
sudah tidak berjalan seperti dulu.
3) Lingkungan Sekolah Sehat
Berdasarkan hasil pengamatan di SDN 221 Babakan Sentral
terkait lingkungan sekolah sehat didapatkan hasil bahwa:
a. Sekolah tidak memiliki ruang UKS, namun akan
dibangun pada tahun 2020
b. Sekolah memiliki kantin di dalam sekolah, namun
penyajian makanan masih terbuka dan tidak ada tempat
untuk cuci tangan serta berdekatan dengan toilet sekolah.
c. Bangunan sekolah dan kelas baik, kokoh, tidak ada
retakan karena baru selesai pembangunan.
d. Tersedia tempat sampah namun masih terbuka
e. Tersedia kamar mandi namun jumlahnya tidak sesuai
dengan perbandingan jumlah siswa.
f. Ukuran tangga sudah sesuai dengan ketentuan, namun
belum ada pegangan
26

Berdasarkan data tersebut, sekolah sehat yang baik,


namun masih terdapat beberapa kekurangan seperti yang
sudah disebutkan diatas.

3.2 Karakteristik Demografi


Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Siswa (n= 165)
Karakteristik Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Jumlah Persentase
Demografi 2 3 4 5A 5B (n) (%)
Suku
Sunda 38 30 40 22 31 161 97,6
Jawa 2 0 0 0 0 2 1,2
Lain-lain 2 0 0 0 0 2 1,2
Agama
Islam 42 30 40 22 31 165 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 22 17 21 10 16 86 82,1
Perempuan 20 13 19 12 15 79 47,9
Usia
7 Tahun 5 0 0 0 0 5 3,1
8 Tahun 30 6 0 0 0 36 21,8
9 Tahun 6 17 4 0 6 33 0,2
10 Tahun 0 7 27 1 1 36 21,8
11 Tahun 1 0 8 16 21 46 27,8
12 Tahun 0 0 1 5 3 9 5,3
Uang Jajan
<5000 35 16 11 20 7 89 53,9
≥5000 7 14 29 2 24 76 46,1
Transportasi
Jalan Kaki 25 21 26 16 27 115 69,6
Angkutan 0 1 1 0 0 2 1,2
Umum
Sepeda 17 7 13 6 4 47 28,4
Motor
Mobil 0 0 0 0 0 0 0
Sepeda 0 1 0 0 0 1 0,6

Berdasarkan data Tabel 3.1 sebagian besar siswa merupakan suku


Sunda (97,6%). Seluruh siswa beragama islam (100%). Persentase siswa laki-
laki dan perempuan yaitu 82,1% dan 47,9%. Sebagian besar uang jajan siswa
<5000 rupiah (53,9%) dan ke sekolah dengan berjalan kaki (69,1%).
27

3.3 Data Aktivitas Siswa


Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Aktivitas Siswa (n= 31 )
Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Jumlah Persentase
Aktivitas Siswa
2 3 4 5A 5B (n) (%)
Makan
<3 Kali 7 4 13 11 12 47 28,4
3 Kali 22 23 26 9 13 93 56,3
>3 Kali 13 3 1 2 6 25 15,1
Keluhan Makan
Ya 2 7 11 3 10 33 20
Tidak 40 23 29 19 21 132 80
Kebiasaan
Makan
Makan
Sayur
Ya 41 30 39 22 30 162 98,2
Tidak 1 0 1 0 1 3 1,8
Makan
Buah
Ya 40 29 39 22 30 160 96,9
Tidak 2 1 1 0 1 5 5,1
Minum
Susu
Ya 38 30 40 22 28 158 95,7
Tidak 4 0 0 0 3 7 4,3
Mandi
<2 Kali 2 7 0 7 0 16 9,6
≥2 Kali 40 23 42 15 31 149 90,4
Gosok Gigi
<2 Kali 3 5 1 5 0 14 8,5
≥2 Kali 39 25 39 15 31 151 91,5
Jumlah Waktu
Belajar
<1 Jam 13 0 0 0 0 13 7,8
1 Jam 0 22 0 9 11 42 25,4
2 Jam 13 4 5 7 2 31 18,7
3 Jam 10 3 5 1 4 23 13,9
4 Jam 3 1 1 1 4 10 0,6
>4 Jam 3 0 29 4 10 46 27,8
Masalah Belajar
Ya 6 2 0 0 15 23 13,9
Tidak 36 28 40 22 16 142 86,1
Jumlah Waktu
Bermain
<1 Jam 10 5 1 1 0 17 10,3
1 Jam 8 9 17 10,3
2 Jam 10 14 6 5 13 48 29,1
3 Jam 13 2 7 4 9 35 21,2
4 Jam 5 6 7 4 0 22 13,3
28

>4 Jam 4 3 19 0 0 26 15,7


Jenis Permainan
Main 17 10 18 9 11 65 39,3
Bola
Petak 6 4 1 7 4 22 13,3
Umpet
Karambol 3 0 0 1 3 7 4,2
Main Tali 4 0 1 2 1 8 4,8
Main HP 2 3 0 5 4 14 8,4
Boneka 10 6 11 0 8 35 21,2
Lain-lain 0 4 9 0 0 13 7,8

Berdasarkan Tabel 3.2, diketahui bahwa sebagian besar siswa makan


3 kali sehari (56,1%), mandi 2 kali sehari (90,4%), gosok gigi 2 kali sehari
(91,5%), belajar >4 jam (27,8%), dan bermain 2 jam (29,1%) dengan jenis
permainan terbanyak yaitu bermain bola (39,3%).

3.4 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat


Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (n= 31 )
Perilaku Kelas Kelas Kelas Kelas Jumlah
Hidup 2 3 4 5A (n)
Kelas Persentase
Bersih dan
5B (%)
Sehat
(PHBS)
1. Jajan
Ya 42 29 40 22 31 164 99,3
Tidak 0 1 0 0 0 1 1,7
2. Jajan di Kantin
Ya 41 22 23 10 14 110 66,6
Tidak 1 8 17 12 17 55 33,4
3. Makan Teratur
Ya 36 29 24 14 28 131 79,4
Tidak 6 1 16 8 3 34 20,6
4. Jenis Makanan yang Baik dan Sehat
Ya 28 25 38 20 30 141 85,4
Tidak 14 5 2 2 1 24 14,6
5. Cuci Tangan yang Benar
Ya 21 26 27 20 29 123 74,5
Tidak 21 4 13 2 2 42 25,5
Cuci Tangan dengan Air
Ya 42 23 34 16 25 140 84,8
Tidak 0 7 6 6 6 25 15,2
Gosok Gigi
Ya 33 28 40 22 31 154 93,3
Tidak 9 2 0 0 0 11 6,7
6. Gosok Gigi yang Benar
Ya 36 28 37 17 29 147 89,1
29

Tidak 6 2 3 5 2 18 0,9
7. Gosok Gigi 2 Kali Sehari
Ya 22 26 29 19 28 124 75,1
Tidak 20 4 11 3 3 41 24,9
8. Jamban
Ya 31 25 37 15 21 129 78,1
Tidak 11 5 3 7 10 36 21,9
9. Olahraga
Ya 42 28 40 22 31 163 98,7
Tidak 0 2 0 0 0 2 1,3
10. Pemeriksaan Jentik
Ya 0 12 7 9 18 46 27,9
Tidak 42 18 33 13 13 119 72,1
11. Menimbang Berat Bedan
Ya 7 24 16 7 20 74 44,8
Tidak 35 6 24 15 11 91 55,2
12. Buang Sampah
Ya 42 29 40 17 30 158 95,7
Tidak 0 1 0 5 1 7 4,3

Berdasarkan tabel 3.3 diketahui bahwa hampir seluruh siswa memiliki


kebiasaan jajan (99,3%) dengan 66,6% jajan di kantin. 79,4% terbiasa makan
teratur dan 85,4% mengetahui jenis makanan yang baik dan sehat. 74,5%
mengetahui cara mencuci tangan yang benar dan 84,8% melakukan cuci
tangan ketika tangan kotor. Hampir seluruh siswa mengikuti olah raga di
sekolah (98,7%). Hampir seluruh siswa juga membuang sampah pada
tempatnya (95,7%).

3.5 Kesehatan Remaja


Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Kesehatan Remaja (n= 31 )
Kesehatan Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Jumlah Persentase
Remaja Awal 2 3 4 5A 5B (n) (%)
1. Merokok
Ya 1 2 3 3 9 7,3
Tidak 29 38 19 28 114 92,7
2. Keluarga yang
Merokok
Ya 25 37 21 19 102 82,9
Tidak 5 3 1 12 21 17,0
3. Rokok Berbahaya
Bagi Kesehatan
Benar 28 40 22 29 119 96,7
Salah 2 0 0 2 4 3,3
Pengetahuan Anak Sekolah terkait Rokok
1. Rokok Menyebabkan
30

Kecanduan
Benar 27 38 20 30 115 93,4
Salah 3 2 2 1 8 6,6
2. Nikotin Menyebabkan
Konsentrasi
Benar 15 2 1 1 19 15,4
Salah 5 38 21 30 94 76,6
3. Rokok Menyebabkan Kanker
Benar 28 38 22 27 115 93,4
Salah 2 2 0 4 8 6,6
4. Rokok Menyebabkan Gigi Kuning
Benar 29 32 19 28 108 87,7
Salah 1 8 3 3 15 12,3
5. Kekebalan Tubuh Terganggu
Benar 30 31 18 26 105 85,3
Salah 0 9 4 5 15 14,7

Terdapat sebagian kecil siswa yang merokok (7,3%). Sebagian besar


orang tua siswa memiliki kebiasaan merokok (82,8%). Hampir seluruh siswa
mengetahui bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan (96,7%), dapat
menyebabkan kecanduan (93,4%), kanker (93,4%), gigi kuning (87,7%), dan
gangguan pada sistem kekebalan tubuh (85,3%).

3.6 Keadaan Umum Siswa


Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Keadaan Umum Siswa (n= )
Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Jumlah Persentase
Keadaan Umum
2 3 4 5A 5B (n) (%)
Indeks Masa
Tubuh (IMT)
<18 kg/m2 32 20 33 22 31 138 83,6
18 – 24 9 10 6 0 0 25 15,1
kg/m2
>24 kg/m2 1 0 1 0 0 2 0,3
Status Gizi
Sangat 0 0 0 0 0 0 0
Kurus
Kurus 0 5 33 2 25 65 39,3
Normal 38 18 6 19 5 86 52,1
Gemuk 1 5 1 0 1 8 4,8
Obesitas 3 2 0 1 0 6 3,6
Keluhan
Kesehatan
Ada 16 8 15 5 23 67 40,6
Tidak 26 22 25 17 8 98 59,4
Ada
Penyakit yang Pernah Diderita
31

Diare 21 11 13 11 5 61 36,9
Campak 3 2 3 1 7 16 9,6
ISPA 13 10 10 10 5 48 29,1
Penyakit 1 2 0 0 0 3 1,8
Kulit
Cacar 1 0 1 0 12 14 8,4
Thypoid 1 0 0 0 1 2 1,2
Demam 1 1 1 2 0 5 3,1
Berdarah
Amandel 0 0 1 0 1 2 1,2
Demam 5 5 3,0
Gastritis 0 0 2 0 2 1,2
Lainnya 0 0 7 0 7 4,2
Imunisasi
1 Kali 6 3 1 0 2 13 7,8
2 Kali 36 23 1 3 9 72 43,6
3 Kali 0 4 33 10 0 42 25,4
4 Kali 0 0 0 9 15 24 14,5
5 Kali 0 0 5
Belum 0 0 5 0 5 3,0
pernah
Jenis Imunisasi
DT 37 29 29 0 0 95 91,3
(Diphteria
Tetanus)
Td 0 0 9 0 0 9 8,7
(Tetanus
Diphteria)

Dari Tabel 3.5 diatas, dapat dilihat bahwa 83,6% siswa kelas 2, 3, 4,
dan 5 di SD Babakan Sentral memiliki Indeks Masa Tubuh kurang dari 18
kg/m2 dimana berarti hampir semua siswa yang terkaji memiliki indeks masa
tubuh dibawah normal atau kurus. Namun demikian, jika dilihat berdasarkan
status gizi, lebih dari setengah siswa yaitu 52,1% memiliki status gizi normal.
Lebih dari setengah jumlah siswa yaitu 59,4% tidak memiliki keluhan
kesehatan. Berdasarkan hasil pengkajian, ditemukan bahwa penyakit
terbanyak yang pernah diderita oleh siswa SD Babakan Sentral adalah diare
(36,9%) dan ISPA (29,1%). Selain itu, ada juga yang menderita campak
(9,6%), penyaki kulit (1,8%), cacar (8,4%), Thypoid (1,2%), demam berdarah
(3,1%), amandel (3,0%), dan gastritis (1,2%). Data terkait imuisasi
menunjukkan bahwa 91,3 % siswa pernah mendapatkan imunisasi Diphteria
Tetanus (DT) dan hanya 8,7% yang terdata pernah mendapatkan imunisasi
Tetanus Diphteria (Td).
32

3.7 Pemeriksaan Fisik


Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Fisik (n= 31)
Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Jumlah Persentase
Pemeriksaan Fisik
2 3 4 5A 5B (n) (%)
1. Personal Hygiene
Bersih 42 29 40 22 31 164 99,3
Tidak Bersih 0 1 0 0 0 1 0,7
2. Rambut Bersih
Ya 36 28 38 20 20 143 86,6
Tidak 4 2 2 2 2 12 13,4
3. Rambut Kotor
Ya 4 2 10 7 7 30 18,1
Tidak 36 28 30 15 15 135 81,9
4. Bibir Lembab
Ya 34 26 38 16 16 120 72,7
Tidak 8 4 2 6 6 45 27,3
5. Bibir Pecah-pecah
Ya 4 4 40 1 3 52 31,5
Tidak 38 26 0 19 19 113 68,5
6. Bibir Mudah Berdarah
Ya 3 2 3 0 0 8 4,8
Tidak 39 28 37 22 31 157 95,2
7. Sudut Mulut Pecah-pecah
Ya 16 3 2 0 0 21 12,7
Tidak 26 27 38 22 31 144 87,3
8. Denyut Nadi
Normal 40 30 38 19 19 146 88,4
Lambat 1 0 2 3 3 9 5,4
Cepat 1 0 0 0 0 1 0,6
9. Ketajaman Pengelihatan
Normal 32 29 39 20 20 140 84,8
Rabun Jauh 12 1 1 2 2 18 15,2
10. Radang Mata
Ya 13 1 2 0 0 16 9,6
Tidak 29 29 38 22 31 149 90,4
11. Daun Telinga
Normal 37 29 40 22 31 159 96,3
Atresia 5 1 0 0 0 6 5,7
12. Kotoran Telinga
Ya 42 14 10 12 12 90 54,5
*Cair 15 10 5 0 0 30 33,3
*Kental 23 2 2 11 11 49 54,4
*Keras/Padat 4 2 3 1 1 11 12,2
Tidak 0 16 30 10 10 75 45,5
13. Otitis Media
Ya 8 1 1 1 1 12 7,3
Tidak 34 29 39 21 21 153 92,7
14. Ketajaman Pendengara
33

Normal 42 30 39 22 31 164 99,3


Ada 0 0 1 0 0 1 0,7
Gangguan
sedang
15. Bibir Atas Terbelah
Ya 3 1 0 0 0 4 2,3
Tidak 39 29 42 22 31 163 98,7
16. Gusi Radang
Ya 3 2 3 0 0 8 4,8
Tidak 39 28 37 22 31 157 95,2
17. Gigi Kotor
Ya 42 13 26 5 5 91 55,1
Sebagian 11 5 14 0 0 30 32,9
Seluruhnya 31 8 0 0 0 39 42,8
tidak 0 17 16 17 26 74 44,9
18. Keadaan Gigi
Sehat 18 15 14 10 10 67 40,6
Karies 0 15 26 12 12 98 59,4
*Lubang 22 13 23 10 10 78 79,5
*Tambal 2 1 2 2 2 9 9,1
*Hilang 0 1 1 0 0 2 2,4

Daari Tabel 3.6 diatas, dapat dilihat bahwa hampir seluruhnnya


(99,3%) siswa di SD Babakan Sentral memiliki personal hygiene yang baik
atau bersih, rambut bersih (86,6%), dan bibir lembab (72,7%). Namun
terdapat 4,8% siswa yang megatakan bahwa bibirnya mudah untuk berdarah.
Hampir semua siswa yaitu 88,4% memiliki denyut nadi yang normal, dan
ketajaman pengelihatan yang normal (84,8%). Hampir semua siswa (90,4%)
tidak mengalami radang pada mata, dan memiliki daun telinga yang normal
(96,3). Lebih dari setengah siswa (54,5%) memiliki kotoran telinga, dan
hampir seluruhnya (99,3%) memiliki ketajaman pendengaran yang baik dan
tanpa disertai adanya otitis media (92,7). Hampir seluruh siswa (98,7) tidak
memiliki bibir atas yang terbelah dan tidak memiliki radang pada gusi
(95,2)%). Namun masih ada lebih dari setengah siswa (55,1%) yang memiliki
gigi kotor dan berlubang (79,5%).

3.8 Observasi Penampilan


Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Penampilan (n= )
Kelas Kelas Kelas Kelas Kelas Jumlah Persentase
Observasi 2 3 4 5A 5B (n) (%)
PENAMPILAN
1. Baju Bersih
34

Ya 42 30 40 21 30 163 98,7
Tidak 0 0 0 1 1 2 1,3
2. Rapih (rambut, seragam, sepatu)
Ya 42 29 39 20 28 158 95,7
Tidak 0 1 1 2 3 7 4,3
KEPALA
1. Ada Benjolan
Ya 1 1 40 1 0 43 26,1
Tidak 41 29 0 21 31 94 56,9
2. Kulit Kepala Bersih
Ya 41 27 39 20 30 157 95,1
Tidak 1 3 1 2 1 8
3. Rambut Bersih
Ya 36 27 39 20 30 152 92,1
Tidak 6 3 1 2 1 13 7,9
KEBERSIHAN KUKU
1. Panjang Bersih
Ya 8 7 2 7 2 26 15,8
Tidak 34 23 38 15 29 139 84,2
2. Panjang Kotor
Ya 15 10 9 15 13 62 37,5
Tidak 27 20 31 7 18 103 62,5
3. Pendek Bersih
Ya 8 9 26 4 12 59 40,4
Tidak 34 21 14 18 0 87 59,6
4. Pendek Kotor
Ya 15 4 6 9 5 39 28,1
Tidak 27 26 34 13 0 100 71,9
KEBERSIHAN TELINGA (SERUMEN)
1. Tidak Ada
Ya 26 11 30 10 31 108 65,4
Tidak 16 19 10 12 0 57 34,6
2. Lunak
Ya 9 17 10 11 0 47 28,4
Tidak 53 13 30 11 31 138 83,6
3. Keras
Ya 3 1 0 18 0 22 13,3
Tidak 39 29 40 4 31 143 86,7
KESEHATAN MATA
1. Normal
Ya 32 30 39 18 29 148 89,6
Tidak 12 0 1 4 2 19 11,4
2. Minus (-)
Ya 12 0 1 18 2 33 20,0
Tidak 32 30 39 4 29 134 80,0
3. Visus
Ya 0 0 39 18 0 57 34,5
Tidak 42 30 1 4 31 108 65,5
BUTA WARNA
1. Normal
35

Ya 42 30 40 22 31 165 100
2. Buta Warna
Tidak 42 30 40 22 31 165 100
GIGI dan MULUT
1. Karies
Ya 34 25 20 12 10 101 61,2
Tidak 8 5 20 10 21 64 38,8
TONSILITIS
1. Ada
Ya 0 0 5 1 1 7 4,2
Tidak 42 30 35 21 30 158 95,8
ISPA
1. Batuk
Ya 15 7 5 7 6 40 24,2
Tidak 21 23 35 15 25 125 75,8
2. Flu
Ya 19 9 8 8 5 49 29,6
Tidak 23 21 32 14 26 116 70,4
3. Demam
Ya 0 4 0 1 3 10 6,1
Tidak 42 26 40 21 28 155 93,9

Berdasarkan Tabel 3.7 diatas, dapat dilihat bahwa hampir seluruh


siswa di SD Babakan Sentral memiliki penampilan yang baik seperti baju
bersih (98,7%), rambut, seragam, dan sepatu yang rapi (95,7%). Hampir
seluruh siswa tidak memiliki benjolan pada bagian kepala (56,9%) dan
disertai dengan kulit kepala yang bersih (95,1%). Untuk data kebersihan
kuku, hampir seluruh siswa (84,2%) memiliki kuku yang panjang dan kotor,
dan pendek kotor (71,9%). Untuk data kebersihan telinga, lebih dari setengah
siswa yaitu 65,4% diantaranya tidak memiliki serumen telinga. Hampir
seluruh siswa (89,6) memiliki kesehatan mata yang baik dan normal dan
seluruh siswa tidak ada yang mengalami buta warna (100%). Untuk data
kesehatan gigi dan mulut, lebih dari setengah siswa (61,2%) memiliki karies
pada gigi. Hampir seluruh siswa tidak memiliki tonsillitis (95,8%). Dari total
keseluruhan siswa yang dikaji, 75,8% diantaranya mengalami batuk, 70,4%
diantaranya mengalami Flu, dan hanya 6,1% yang mengalami demam.
36

3.9 Dimensi Perilaku


Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Dimensi Perilaku Siswa (n= )
DIMENSI Kelas`2 Kelas Kelas Kelas Kelas Jumlah Persentase
PERILAKU 3 4 5A 5B (n) (%)
POLA KONSUMSI
Membawa Bekal
Ya 9 15 2 6 13 45 27,3
Tidak 33 15 38 16 28 120 72,7
Jajan di Kantin
Ya 40 27 34 22 27 150 90,9
Tidak 0 3 6 0 4 15 9,1
Jajan di Pedagang Kaki Lima
Ya 33 14 26 22 29 124 75,1
Tidak 9 16 14 0 2 41 24,9
Membawa Bekal dan Jajan
Ya 9 18 7 7 16 57 36,4
Tidak 33 12 33 15 15 108 63,6
Latihan dan Aktivitas
Olahraga
Ya 42 24 33 22 31 152 92,1
Tidak 0 6 7 0 0 13 7,9
*Durasi 0
<30 Menit 19 24 15 22 0 80 48,4
≥30 Menit 23 6 25 0 31 85 51,6
Bermain
Ya 32 24 35 22 31 144 87,2
Tidak 8 6 5 0 0 19 12,8
*Durasi 0 0
<30 Menit 7 6 40 22 31 106 64,2
≥30 Menit 35 24 0 0 0 59 35,8
PENGGUNAAN PENGOBATAN
Pengobatan Jalan
Ya 1 0 40 0 2 43 26,1
Tidak 41 30 0 22 29 122 73,9
Pengobatan Rutin
Ya 0 0 1 0 0 1 0,7
Tidak 42 30 39 22 31 164 99,3

Tabel 3.8 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (72,7%)


tidak membawa bekal ke sekolah dan hampir seluruh siswa (90,9%) membeli
jajan di kantin, dan di pedagang kaki lima (75,1%). Pada aspek latihan dan
aktivitas fisik, hampir seluruhnya (92,1%) melakukan olahraga atau aktivitas
fisik dan juga bermain (87,2%). Untuk waktu atau durasi yang dihabiskan
siswa dalam melakukan olahraga, lebih dari setengahnya adalah diatas 30
menit dan sebagian besar kurang dari 30 menit untuk bermain. Sebagian besar
37

siswa di SD Babakan Sentral tidak ada yang menjalani pengobatanjalan


(73,9%), ataupun pengobatan rutin (99,3%).

B. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan


1. Analisa Data
No. Data Kemungkinan Masalah
penyebab
1. DS: Kurangnya Resiko penurunan
pengetahuan derajat kesehatan
- Guru mengatakan
mengenai perilaku siswa
program UKS saat
ini belum ada pola hidup bersih
- Guru mengatakan dan sehat
siswa belum pernah
diberikan
pengetahuan
mengenai PHBS
sebelumnya

DO:
- Sebanyak 7,3%
siswa memiliki
kebiasaan merokok
- Sebanyak 25,5%
siswa tidak
mengetahui cara
mencuci tangan
yang benar
- Sebanyak 15,2%
siswa tidak
mencuci tangan
dengan air dan
sabun setiap kali
tangan kotor
- Sebanyak 24,9%
siswa tidak
menggosok gigi
dua kali sehari
- Sebanyak 72,7%
siswa tidak
membawa bekal
makanan ke
sekolah
38

- Sebanyak 99,3 %
siswa jajan
sembarangan
- Sebanyak 75,1%
siswa memiliki
kebiasaan jajan di
pedagang kaki lima
- Sebanyak 59,4%
siswa memiliki
karies gigi
- Sebanyak 60%
siswa memiliki
riwayat ISPA
- Terdapat 1 buah
tempat mencuci
tangan di gedung
sekolah

C. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko penurunan derajat kesehatan siswa SD Babakan Sentral
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai perilaku pola
hidup bersih dan sehat
39

N Masalah Tujuan Strategi Aktivitas Indikator Teknik PJ Wak Tempat Biaya Standar/
o output/ Evaluasi tu kriteria
. outcome
1 Resiko Setelah Berkoord 1. Penyuluh 1. Siswa Mahasiswa Restu 3 SDN - Persiapan
. penurunan dilakukan inasi an terkait mengetah melakukan Wijay Mei Babaka dan
derajat tindakan dengan bahaya ui bahaya evaluasi anti 2019 n perencanaan
kesehatan keperawata Puskesm merokok merokok lisan terkait Sentral berlangsung
siswa SD n, as dan dan cara dan cara materi yang dengan
Babakan diharapkan pihak berhenti berhenti disampaika lancar
merokok merokok - Koordinasi
Sentral derajat sekolah n
2. Penyuluh 2. Siswa engan pihak
berhubung kesehatan dalam
an cara mampu sekolah dan
an dengan siswa melakuk mencuci memprak Puskesmas
kurangnya meningkat, an tangan 6 tekan Mahasiswa Babakan
pengetahu dengan kegiatan langkah cara mengobserv Sari
an kriteria PHBS mencuci asi siswa - Pelaksanaan
mengenai hasil: tangan 6 saat kegiatan
perilaku langkah mempraktek berjalan
- Siswa
hidup
mengetah 3. Penyuluh 3. Siswa kan cara dengan
bersih dan an mampu mencuci lancar
ui memprak
sehat pentingny tangan 6 - Siswa
pentingny tekkan
a langkah mampu
a PHBS cara
menggos menjelaskan
- Siswa menggos kembali
ok gigi Mahasiswa
mengetah ok gigi materi saat
sebelum mengobserv
ui cara
40

melakuka tidur dan yang asi siswa evaluasi


n PHBS cara benar saat lisan
- Siswa menggos mempraktek - 2 siswa
mampu ok gigi kan cara sebagai
memprakt yang menggosok sample dari
ekan benar gigi yang masing-
PHBS 4. Menginisi masing
benar
asi 4. Siswa kelas
gerakan membaw mampu
membaw a bekal mempraktek
a bekal ke ke an cara
sekolah sekolah mencuci
Mahasiswa
tangan dan
mengobserv
menggosok
asi anak gigi yang
saat makan benar
bekal - 50% siswa
bersama membawa
bekal ke
sekolah saat
hari
pelaksanaan
41

BAB IV
PEMBAHASAN
42

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
43

DAFTAR PUSTAKA

Dachroni. (2002). Pedoman pembinann program perilaku hidup bersih dan sehat
di tatanan tempat-tempat umum. Medan: Dinas Kesehatan Sumatera
Utara
Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Evayanti, Niluh Putu. (2012). Persepsi siswa SMP dalam penerapan PHBS
tatanan sekolah di kelurahan tugu dan pasir gunung selatan kota
depok. Tesis FIK UI
Kemenkes. (2017). Unit Kesehatan Sekolah Menjadi Transformasi dalam Upaya
Kesehatan di Lingkungan Sekolah. Retrieved March 18, 2019, from
http://www.depkes.go.id/article/print/17022800009/unit-kesehatan-
sekolah-uks-menjadi-transformasi-dalam-upaya-kesehatan-di-
lingkungan-sekolah.html
Kemenkes. (2013). UKS Merupakan Salah Satu Upaya Meningkatkan Kualitas
SDM yang Sehat, Cerdas, dan Berakhlah. Retrieved March 18, 2019,
from http://www.depkes.go.id/article/view/2416/uks-merupakan-
salah-satu-upaya-meningkatkan-kualitas-sdm-yang-sehat-cerdas-
dan-berakhlak-.html
Suryani, Linda. 2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) siswa/I sekolah dasar negeri 37 Kecamatan Tampan
Kota PekanBaru

Notoatmojo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka


43 Cipta.

Anda mungkin juga menyukai