6.1 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami jenis inhibitor yang digunakan sebagai bahan
penambah pengendalian korosi.
2. Mengetahui dan memahami mekanisme inhibitor sebagai bahan
pengendalian korosi.
3. Mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi dalam proses
pengendalian korosi dengan metode penambahan inhibitor.
4. Mengetahui perhitungan laju korosi dengan bentuk pengendalian korosi
metode penambahan inhibitor.
149
BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM
biji dapat ditemukan pada bagian buah, daun dan kulit batang, sedangkan
pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Tanin dapat berfungsi
sebagai zat anti korosi yang dapat menggantikan fungsi kromat dan
timbal merah dalam zat dasar. Dalam senyawa tanin, terdapat gugus
fungsi hidroksi yang melekat pada cincin aromatis sehingga tanin dapat
membentuk kompleks khelat dengan kation besi dan logam lainnya.
Senyawa tanin dapat membentuk kompleks dengan besi (II) dan besi
(III). Kompleks besi (II)-tanin tidak berwarna dan sangat mudah larut dan
teroksidasi. Dengan adanya oksigen, kompleks ini berubah menjadi
kompleks besi(III)-tanin yang disebut tanat. Kompleks inilah yang akan
melekat pada permukaan besi yang akan menghalangi terjadinya proses
korosi lebih lanjut karena kompleks tersebut akan terserap pada
permukaan besi dan melindungi permukaan besi. (Ali, 2014). Selain itu,
aplikasi tanin pada bidang korosi juga digunakan cukup luas seperti pada
bidang paints, adhesive, dan coatings. Ross & Francis (1978),
menemukan bahwa tanin mempercepat fase magnetit sebagai lapisan
antikorosif. Sifat protective didapatkan dari reaksi polifenol dari molekul
tanin dengan ion ferric sehingga membentuk jaringan cross-linked padat
yaitu ferric-tannates. Tanin telah digunakan selama bertahun-tahun
sebagai inhibitor dalam berbagai bentuk, sebagai bahan surface treatment
logam, oxygen scavengers, atau pembentuk film. Studi tanin sebagai
inhibitor korosi telah dilakukan dengan tanaman Rhizopora apiculata,
mampu menurunkan laju korosi pada material baja ringan dan tembaga.
P.O. Ameh et. al (2012), menemukan bahwa tanin melakukan mekanisme
absorpsi dengan membentuk layer pada permukaan mild steel
Sebelumnya juga telah dilakukan penelitian mengenai efek tannin pada
ekstrak daun jambu biji sebagai alternatif inhibitor organic. Menurut
Nataria (2012), kandungan tanin pada daun jambu biji dapat menghambat
laju korosi sebesar 92,92% dan 93,73% pada penambahan ekstrak 1000
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 156
BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM
ppm dan 2000 ppm pada baja SS 304 di lingkungan korosif asam sulfat
(H2SO4). Keberadaan tanin dibuktikan dengan uji FTIR yang
menunjukkan bahwa didalam ekstrak daun jambu biji terdapat gugus
fungsi C-O, C=O, C-C, dan O-H. Ikatan gugus fungsi tersebut sama
dengan ikatan gugus fungsi yang terkandung dalam senyawa tanin.
Selain itu, penurunan laju korosi dan peningkatan efisiensi inhibisi
disebabkan adanya proses inhibisi ekstrak daun jambu biji secara
fisisorpsi yang dapat dilihat dari perubahan nilai konstanta Tabel βa dan
βb yang tidak beraturan. Sedangkan menurut Victoria (2015), ekstrak
alkohol dari daun jambu biji merupakan inhibitor yang baik untuk
mengurangi laju korosi pada baja karbon rendah pada lingkungan
phosphoric acid 1 M dengan efisiensi sebesar 89% pada konsentrasi 800
ppm pada pengujian weight loss selama 1 jam. Mekanisme untuk
menghambat laju korosi dikarenakan ekstrak dari daun jambu biji
bereaksi dengan ion Fe2+ membentuk kompleks organo-logam (FeE)
yang kemudian membentuk lapisan pada permukaan logam. Dengan
peningkatan konsentrasi inhibitor cakupan permukaan logam yang
terlindungi oleh lapisan teradsorpsi meningkat.
h. Tanaman kulit manggis
Manggis merupakan tumbuhan pepohonan, yang memiliki tinggi
hingga 15 meter. Mempunyai batang berkayu, bulat, tegak bercabang
simodial dan berwarna hijau kotor. Berdaun tunggal, lonjong, ujung
runcing, pangkal tumpul tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 20-25
cm lebar 6-9 cm, tebal, tangkai silindris hijau. Bunga tunggal, berkelamin
dua, diketiak daun. Buah seringkali, bersalut lemak berdiameter 6-8 cm
dengan warna coklat keunguan. Biji bulat berdiameter 2 cm, dalam satu
buah terdapat 5-7 biji (Hutapea dalam Nurusyifah, 2010). Tanin
merupakan komponen senyawa organik yang mengandung gugus
polifenol yang terdapat dalam hampir semua jenis tanaman baik pada
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 157
BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM
bagian kulit kayu, buah, daun, maupun akarnya. Monomer tanin adalah
asam galat dan Dglukosa. Ekstrak tanin terdiri dari campuran senyawa
polifenol yang sangat kompleks dan biasanya berikatan dengan
karbohidrat rendah (Linggawati dalam Lestari, 2011). [10]
Kulit buah manggis mengandung turunan xanton antara lain α-
mangostin, β-mangostin, γ- mangostin, 3-isomangostin, mangostanol,
gartanin, garsinon A, garsinon B, garsinon C, garsinon D, garsinon E
(Ismail dalam Nurusyifah, 2010). Selain itu kulit buah manggis juga
mengandung antosianin, flavonoid jenis epikatekin (Yu et al dalam
Nurusyifah, 2010), tanin, monoterpen, saponin dan kuinon (Pradipta
dalam Nurusyifah, 2010). Umumnya tanin berasal dari senyawa-senyawa
fenol alam yang terkandung dalam tanaman, makanan, dan minuman
(Makkar dalam Lestari, 2011) dan larut dalam air atau pelarut yang polar.
[10]
i. Tanaman daun kelor
Gambar 6.4 Skema proses pengendalian korosi dengan penambahan inhibitor ekstrak bahan
alam
3. Bersihkan spesimen
secara kimiawi rinsing,
degreasing, rinsing,
pickling, rinsing
6. Masukkan 3 jenis
inhibitor ke 3 larutan
yang berbeda
9. Celupkan spesimen
bening keruh
4. Warna larutan
kuning.
5. Warna spesimen
abu-orange.
6. 7/12/2018 -0,8177 7,47 1. Tidak ada
gelembung.
2. Terdapat banyak
endapan.
3. Pada bagian
depan terjadi
korosi
permukaan
sebagian, pada
bagian belakang
terjadi korosi
keseluruhan
4. Warna larutan
putih keruh.
5. Warna spesimen
abu-orange
spesimen
abu hitam-
orange
belakang
permukaan.
4. Warna laurtan
putih
kekuningan.
5. Warna spesimen
abu di bagian
depan, bagian
belakang orange.
kekuningan.
5. Warna spesimen
abu-orange.
Berat zat = 2 mg
4. Laju korosi (mpy)
a. Penambahan inhibitor dengan ekstrak kulit manggis
534 x W
CR = = ... mpy
ρxAxt
534 x 54
CR =
2,16 x 5041,4 x 168
CR = 28836 / 1829423,232
CR = 0,0157 mpy
b. Penambahan inhibitor dengan ekstrak jambu biji
534 x W
CR = = ... mpy
ρxAxt
534 x 50
CR =
2,16 x 4732,08 x 168
26700
CR = 1717177,19
CR = 0,0155 mpy
c. Penambahan inhibitor dengan ekstrak daun kelor
534 x W
CR = = ... mpy
ρxAxt
534 x 59
CR =
2,16 x 5113,92 x 168
31506
CR = 1855739,29
CR = 0,0169 mpy
5. Konversi Potensial Ag-AgCl RE Standard Hydrogen Electrode
a. Larutan NaCl 0,2 M + ekstrak kulit manggis
1. Hari ke-1
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 339,7 mV
-339,7
V= = -0,3397 V
1000
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 178
BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM
-457,2
V= = -0,4572 V
1000
V = -0,4572 – 0,197 = -0,6542 V
7. Hari ke-7
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 621,1 mV
-621,1
V= = -0,6211 V
1000
V = -0,6211 – 0,197 = -0,8261 V
c. Larutan NaCl 0,2 M + ekstrak daun kelor
1. Hari ke-1
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 623,4 mV
-623,4
V= = -0,6234 V
1000
V = -0,6234 – 0,197 = -0,8204 V
2. Hari ke-2
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 540,7 mV
-540,7
V= = -0,5407 V
1000
V = -0,5407 – 0,197 = -0,7377 V
3. Hari ke-3
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 329,8 mV
-329,8
V= = -0,3298 V
1000
V = -0,3298 – 0,197 = -0,5268 V
4. Hari ke-4
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 429,6 mV
-429,6
V= = -0,4296 V
1000
V = -0,4296 – 0,197 = -0,6266 V
5. Hari ke-5
7. Diagram Pourbaix
a. Larutan NaCl 0,2 M + ekstrak kulit manggis
Keterangan :
Warna merah : hari ke-1
Warna orange : hari ke-2
Warna kuning : hari ke-3
Warna hijau : hari ke-4
Warna ungu : hari ke-5
Warna merah muda : hari ke-6
Warna biru muda : hari ke-7
gunakan seperti apa dan cocok atau tidak apabila diproteksi dengan menggunakan
inhibitor.
Faktor-faktor kesalahan yang dapat terjadi selama proses percobaan antara
lain yaitu perhitungan ppm, pemilihan jenis inhibitor yang digunakan. Sebab
apabila menggunakan inhibitor yang berasal dari alam, setiap bahan alam
memiliki kandungan H2O. apabila ekstrak bahan alam tersebut digunakan sebagai
inhibitor pada material akan menimbulkan dew point. Dew point harus dihindari
sebab akan menurunkan sifat mekanik karena akan bereaksi dengan hidrogen
tersebut.
Pada aplikasi yang sering digunakan dengan metode inhibitor yaitu dengan
cara injeksi. Cara ini cukup efektif untuk menjangkau bagian dalam pipa sehingga
pipa dapat terproteksi dari lingkungan yang korosif. inhibitor menyebar keseluruh
daerah yang akan diinjeksi oleh cairan inhibitor. Mekanisme injeksi yang
digunakan pada inhibitor cukup efektif karena larutan yang dihasilkan akan
menyebar pada seluruh permukaan bagian dalam akan tetapi kekurangan yang
dihasilkan yaitu akan adanya endapan, tergantung dari jenis inhibitor apa yang
akan kita gunakan, endapan yang terjadi akan menghambat laju aliran fluida pada
sebuah pipa.
5.7.2 Saran
1. Penggunaan alat ukur yang lebih teliti agar didapat data yang
valid dan besaran yang valid dihasilkan pada proses perhitungan
dan pengolahan data.