Anda di halaman 1dari 41

BAB VI

PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN


INHIBOTOR EKSTRAK BAHAN ALAM

6.1 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami jenis inhibitor yang digunakan sebagai bahan
penambah pengendalian korosi.
2. Mengetahui dan memahami mekanisme inhibitor sebagai bahan
pengendalian korosi.
3. Mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi dalam proses
pengendalian korosi dengan metode penambahan inhibitor.
4. Mengetahui perhitungan laju korosi dengan bentuk pengendalian korosi
metode penambahan inhibitor.

6.2 Teori Dasar


Salah satu pengendalian korosi logam yang sering dilakukan dalam larutan
elektrolit adalah dengan menggunakan inhibitor korosi. Suatu inhibitor kimia
adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat suatu reaksi
kimia. Secara khusus, inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila
ditambahkan kedalam suatu lingkungan tertentu dapat menurunkan laju
penyerangan lingkungan itu terhadap suatu logam (Surya, 2004). Pada
prakteknya, jumlah yang ditambahkan adalah sedikit, baik secara kontinu maupun
periodik menurut suatu selang waktu tertentu. Adapun mekanisme kerjanya dapat
dibedakan sebagai berikut (Surya, 2004) [3]:
1. Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu
lapisan tipis dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini
tidak dapat dilihat oleh mata biasa, namun dapat menghambat
penyerangan lingkungan terhadap logamnya. [3]
2. Melalui pengaruh lingkungan (missal pH) menyebabkan inhibitor dapat
mengendap dan selanjutnya teradsorpsi pada permukaan logam serta

149
BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

melindunginya terhadap korosi. Endapan yang terjadi cukup banyak,


sehingga lapisan yang terjadi dapat teramati oleh mata. [3]
3. Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat
kimia yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi
tersebut membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam. [3]
4. Inhibitor menghilangkan konstituen yang agresif dari lingkungannya. [3]
Berdasarkan sifat korosi logam secara elektrokimia, inhibitor dapat
mempengaruhi polarisasi anodik dan katodik. Bila suatu sel korosi dapat dianggap
terdiri dari empat komponen yaitu: anoda, katoda, elektrolit dan penghantar
elektronik, maka inhibitor korosi memberikan kemungkinan menaikkan polarisasi
anodik, atau menaikkan polarisasi katodik atau menaikkan tahanan listrik dari
rangkaian melalui pembentukan endapan tipis pada permukaan logam.
Mekanisme ini dapat diamati melalui suatu kurva polarisasi yang diperoleh secara
eksperimental. Secara kualitatif inhibitor dapat dimasukkan dalam tiga kelompok
besar yaitu: inhibitor anodik, inhibitor katodik, inhibitor adsorpsi. [1]
a. Inhibitor Adsorpsi
Inhibitor ini terdiri dari molekul-molekul organik panjang dengan
rantai samping yang teradsorpsi ke permukaan logam. Molekul-molekul
berukuran besar ini dapat membatasi difusi oksigen maupun ion hidrogen
atau menjebak ion-ion logam di permukaan logam tersebut dan
memantapkan lapisan ganda. Mekanisme perlindungan inhibitor organik
dalam pengendalian korosi logam terhadap larutan NaCl melalui
pembentukan suatu lapisan teradsorpsi pada seluruh permukaan logam
yang diproteksi dengan ketebalan tidak lebih dari satu nanolayer (Clifto
D, 1965). Lapisan film teradsorpsiyang terbentuk secara merata pada
seluruh permukaan logam menutupi daerah katoda dan anoda, sehingga
dapat menghambat secara simultan reaksi elektron dengan oksigen dan
hidrogen, serta menghambat pelarut ion logam. Quinoline dengan
formula C9H7N merupakan jenis bahan kimia organik yang termasuk
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 150
BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

dalam golongan aromatik (benzena). Quinoline dan isoQuinoline terdapat


dalam banyak bahan alam, contohnya adalah Quinina dan Papaverina
Quinina terdapat dalam pohon kina dan digunakan untuk mengobati
malaria. Papaverina terdapat dalam opium dan digunakan sebagai
relaksasi otot (Hart,2003). Inhibitor Quinoline diperkirakan dapat
membentuk lapisan yang lebih rapat karena mempunyai ukuran molekul
yang besar dan rumus bangun sebagai berikut [3] :

Gambar 6.1 Sturktur molekul Quinoline


Quinoline merupakan cairan yang higroskopis dengan massa
molekul relatif sebesar 129,15. Setiap satu mol Quinoline mengandung
83,69% C, 5,46% H, dan 10,85% N. Titik didih dari senyawa ini adalah
237,7℃ sedangkan titik lelehnya -15℃ (Windholz, 1976). [3]
Inhibitor dibagi atas 6 jenis, yaitu inhibitor yang memberikan
pasivasi anodik, pasivasi katodik, inhibitor ohmik, inhibitor organik,
inhibitor pengendapan, dan inhibitor fasa uap. [8]
Sebagian besar, korosi menyerang benda yang bersifat logam.
Proses korosi logam berlangsung secara elektrokimia yang terjadi secara
simultan pada daerah anoda dan katoda yang membentuk rangkaian arus
listrik tertutup. Korosi merupakan pembebasan oksidatif yang terjadi
pada suatu luas permukaan logam. Hal inilah yang banyak dijadikan
dasar utama pembahasan mengenai peran inhibitor korosi, terutama
korosi logam. [8]
Inhibitor pada korosi logam ada dua jenis, yaitu anorganik dan
organik. Fosfat, kromat, dikromat, silikat, borat, tungstat, molibdat dan

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 151


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

arsenat adalah beberapa senyawa anorganik yang digunakan sebagai


inhibitor pada korosi logam. Inhibitor organik adalah senyawa
heterosiklik yang mengandung atom nitrogen, sulfur atau oksigen yang
mempunyai pasangan electron bebas. Inhibitor korosi logam yang paling
efektif adalah senyawa-senyawa organik. Hal ini disebabkan karena
senyawa organik memiliki pasangan elektron bebaspada rantai karbonnya
atau pada sistem rantai aromatiknya yang dapat berikatan dengan muatan
positif logam, sehingga terjadi adsorpsi antara permukaan logam dengan
inhibitor. Adsorpsi ini akan membentuk lapisan pelindung pada logama
kibat adanya fisisorpsi atau akan membentuk khelat pembatas yang tak
larut akibat adanya kemisorpsi, yang menghindarkan logam kontak
langsung dengan media korosif. [8]
Terdapat 6 jenis inhibitor yaitu:
1. inhibitor yang memberikan pasivasi anodik.
2. inhibitor yang memberikan pasivasi katodik.
3. inhibitor ohmik.
4. inhibitor organik.
5. inhibitor pengendapan.
6. inhibitor fasa uap.
b. Cara Kerja Inhibitor
Suatu inhibitor kimia adalah suatu zat kimia yang dapat
menghambat atau memperlambat suatu reaksi kimia. Secara khusus,
inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan
kedalam suatu lingkungan tertentu, dapat menurunkan laju penyerangan
lingkungan itu terhadap suatu logam. [8]
Pada prakteknya, jumlah yang di tambahkan adalah sedikit, baik
secara kontinu maupun periodik menurut suatu selang waktu tertentu.
Adapun mekanisme kerjanya dapat dibedakan sebagai berikut [8]:

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 152


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

a. Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu


lapisan tipis dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan
ini tidak dapat dilihat oleh mata biasa, namun dapat menghambat
penyerangan lingkungan terhadap logamnya. [8]
b. Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor
dapat mengendap dan selanjutnya teradsopsi pada permukaan logam
serta melidunginya terhadap korosi. Endapan yang terjadi cukup
banyak, sehingga lapisan yang terjadi dapat teramati oleh mata. [8]
c. Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu
zat kimia yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk
korosi tersebut membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan
logam. [8]
d. Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya.
Berdasarkan sifat korosi logam secara elektrokimia, inhibitor dapat
mempengaruhi polarisasi anodik dan katodik. Bila suatu sel korosi
dapat dianggap terdiri dari empat komponen yaitu: anoda, katoda,
elektrolit dan penghantar elektronik, maka inhibitor korosi
memberikan kemungkinan menaikkan polarisasi anodik, atau
menaikkan polasisasi katodik atau menaikkan tahanan listrik dari
rangkaian melalui pembentukan endapan tipis pada permukaan
logam. Mekanisme ini dapat diamati melalui suatu kurva polarisasi
yang diperoleh secara eksperimentil. [8]
c. Inhibitor Katodik
Inhibitor katodik dapat memperlambat reaksi katodik suatu logam
dan membentuk presipitat di wilayah katoda yang dapat meningkatkan
impedansi permukaan sekaligus membatasi difusi pereduksi untuk
melindungi logam tersebut. Terdapat tiga jenis inhibitor katodik
(Roberge, pierre R, 1999), yaitu [9] :

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 153


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

a. Racun katoda, dapat menghambat reaksi evolusi hidrogen. Contohnya


seperti sulfide, selenida, arsenat, dan antimonat. [9]
b. Presipitat katoda, dapat mengendap membentuk oksida sebagai
lapisan
pelindung pada logam. Contohnya seperti kalsium, seng, dan
magnesium.
c. Oxygen scavangers, dapat mengikat oksigen terlarut sehingga
mencegah reduksi oksigen pada katoda. Contohnya seperti hidrasin,
natrium sulfit, dan hidrok silamin HCl. [9]
d. Inhibitor Anodik
Inhibitor anodik dapat memperlambat reaksi elektrokimia di anoda
melalui pembentukan lapisan pasif pada bagian permukaan suatu logam
tersebut sehingga logam tersebut dapat terlindungi dari korosi. Terdapat
dua jenis inhibitor anodik (Roberge, pierre R, 1999), yaitu [9]:
a. Oxydizing anions, dapat membentuk lapisan pasif pada baja tanpa
kehadiran oksigen. Contohnya antara lain kromat, nitrit, dan nitrat. [9]
b. Non-Oxydizing ions, dapat membentuk lapisan pasif pada baja dengan
kehadiran oksigen. Contohnya antara lain phospat, tungstate, dan
molybdat. [9]
e. Inhibitor Presipitasi
Inhibitor presipitasi dapat membentuk presipitat di seluruh
permukaan logam yang berperan sebagai lapisan pelindung untuk
menghambat reaksi anodik dan katodik logam tersebut secara tidak
langsung. Contohnya adalah silikat dan fosfat. [9]
f. Green Inhibitor
Saat ini pengembangan terhadap green inhibitor atau inhibitor alam
sangat diperlukan. Inhibitor jenis ini sangat menguntungkan dunia
industri dikarenakan harganya yang relatif tidak mahal dan
pengaplikasiannya yang ramah lingkungan. Efektifitas inhibitor ini
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 154
BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

sangat bergantung kepada komposisi kimia yang dimiliki oleh bahannya.


[9]
g. Tanaman jambu biji

Gambar 6.2 Daun jambu biji


Tanaman jambu biji (Psidium guajava) merupakan tanaman yang
berasal dari Amerika tropis, banyak ditanam sebagai tanaman buah-
buahan yang tumbuh pada ketinggian 1-1.200 m diatas permukaan laut
dan merupakan tanaman perdu atau pohon kecil, tinggi tanaman
umumnya 3-10 m. (Steenis, 2008). Daun-daun jambu biji memiliki
kandungan zat-zat penyamak (psiditanin) sekitar 9%, minyak atsiri
berwarna kehijauan yang mengandung eganol sekitar 0,4%, damar 3%,
minyak lemak 6%, dan garam-garam mineral (Kartasapoetra, 2004).
Menurut Qa’dan et al. (2005) ekstrak daun jambu biji terdapat senyawa
tanin, triterpen, dan flavonoid glikosida yang mempunyai aktivitas
antimikroba. Daun tanaman jambu biji selain mengandung tanin, juga
mengandung zat lain seperti asam ursolat, asam lat, asam guajaverin,
minyak atsiri dan vitamin (Thomas, 1989). Selain itu, menurut Metwally
et al. (2010), flavonoid yang terkandung pada ekstrak daun jambu biji
meliputi 5 macam yaitu quercetin, quercetin-ɜ-0-α- L-arabinofuanoside,
quercetin-ɜ-0-β-Darabinopyranoside, quercetin-ɜ-0-β-D glucoside, dan
quercetin-ɜ0-β-D-galactoside. [3]
Tanin adalah senyawa organik non toksik yang tergolong polifenol
yang bisa diperoleh dari ekstrak tumbuh-tumbuhan seperti gambir,
kacang-kacangan, teh, anggur dan lain-lain. Tanin pada tanaman jambu

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 155


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

biji dapat ditemukan pada bagian buah, daun dan kulit batang, sedangkan
pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Tanin dapat berfungsi
sebagai zat anti korosi yang dapat menggantikan fungsi kromat dan
timbal merah dalam zat dasar. Dalam senyawa tanin, terdapat gugus
fungsi hidroksi yang melekat pada cincin aromatis sehingga tanin dapat
membentuk kompleks khelat dengan kation besi dan logam lainnya.
Senyawa tanin dapat membentuk kompleks dengan besi (II) dan besi
(III). Kompleks besi (II)-tanin tidak berwarna dan sangat mudah larut dan
teroksidasi. Dengan adanya oksigen, kompleks ini berubah menjadi
kompleks besi(III)-tanin yang disebut tanat. Kompleks inilah yang akan
melekat pada permukaan besi yang akan menghalangi terjadinya proses
korosi lebih lanjut karena kompleks tersebut akan terserap pada
permukaan besi dan melindungi permukaan besi. (Ali, 2014). Selain itu,
aplikasi tanin pada bidang korosi juga digunakan cukup luas seperti pada
bidang paints, adhesive, dan coatings. Ross & Francis (1978),
menemukan bahwa tanin mempercepat fase magnetit sebagai lapisan
antikorosif. Sifat protective didapatkan dari reaksi polifenol dari molekul
tanin dengan ion ferric sehingga membentuk jaringan cross-linked padat
yaitu ferric-tannates. Tanin telah digunakan selama bertahun-tahun
sebagai inhibitor dalam berbagai bentuk, sebagai bahan surface treatment
logam, oxygen scavengers, atau pembentuk film. Studi tanin sebagai
inhibitor korosi telah dilakukan dengan tanaman Rhizopora apiculata,
mampu menurunkan laju korosi pada material baja ringan dan tembaga.
P.O. Ameh et. al (2012), menemukan bahwa tanin melakukan mekanisme
absorpsi dengan membentuk layer pada permukaan mild steel
Sebelumnya juga telah dilakukan penelitian mengenai efek tannin pada
ekstrak daun jambu biji sebagai alternatif inhibitor organic. Menurut
Nataria (2012), kandungan tanin pada daun jambu biji dapat menghambat
laju korosi sebesar 92,92% dan 93,73% pada penambahan ekstrak 1000
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 156
BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

ppm dan 2000 ppm pada baja SS 304 di lingkungan korosif asam sulfat
(H2SO4). Keberadaan tanin dibuktikan dengan uji FTIR yang
menunjukkan bahwa didalam ekstrak daun jambu biji terdapat gugus
fungsi C-O, C=O, C-C, dan O-H. Ikatan gugus fungsi tersebut sama
dengan ikatan gugus fungsi yang terkandung dalam senyawa tanin.
Selain itu, penurunan laju korosi dan peningkatan efisiensi inhibisi
disebabkan adanya proses inhibisi ekstrak daun jambu biji secara
fisisorpsi yang dapat dilihat dari perubahan nilai konstanta Tabel βa dan
βb yang tidak beraturan. Sedangkan menurut Victoria (2015), ekstrak
alkohol dari daun jambu biji merupakan inhibitor yang baik untuk
mengurangi laju korosi pada baja karbon rendah pada lingkungan
phosphoric acid 1 M dengan efisiensi sebesar 89% pada konsentrasi 800
ppm pada pengujian weight loss selama 1 jam. Mekanisme untuk
menghambat laju korosi dikarenakan ekstrak dari daun jambu biji
bereaksi dengan ion Fe2+ membentuk kompleks organo-logam (FeE)
yang kemudian membentuk lapisan pada permukaan logam. Dengan
peningkatan konsentrasi inhibitor cakupan permukaan logam yang
terlindungi oleh lapisan teradsorpsi meningkat.
h. Tanaman kulit manggis
Manggis merupakan tumbuhan pepohonan, yang memiliki tinggi
hingga 15 meter. Mempunyai batang berkayu, bulat, tegak bercabang
simodial dan berwarna hijau kotor. Berdaun tunggal, lonjong, ujung
runcing, pangkal tumpul tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 20-25
cm lebar 6-9 cm, tebal, tangkai silindris hijau. Bunga tunggal, berkelamin
dua, diketiak daun. Buah seringkali, bersalut lemak berdiameter 6-8 cm
dengan warna coklat keunguan. Biji bulat berdiameter 2 cm, dalam satu
buah terdapat 5-7 biji (Hutapea dalam Nurusyifah, 2010). Tanin
merupakan komponen senyawa organik yang mengandung gugus
polifenol yang terdapat dalam hampir semua jenis tanaman baik pada
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 157
BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

bagian kulit kayu, buah, daun, maupun akarnya. Monomer tanin adalah
asam galat dan Dglukosa. Ekstrak tanin terdiri dari campuran senyawa
polifenol yang sangat kompleks dan biasanya berikatan dengan
karbohidrat rendah (Linggawati dalam Lestari, 2011). [10]
Kulit buah manggis mengandung turunan xanton antara lain α-
mangostin, β-mangostin, γ- mangostin, 3-isomangostin, mangostanol,
gartanin, garsinon A, garsinon B, garsinon C, garsinon D, garsinon E
(Ismail dalam Nurusyifah, 2010). Selain itu kulit buah manggis juga
mengandung antosianin, flavonoid jenis epikatekin (Yu et al dalam
Nurusyifah, 2010), tanin, monoterpen, saponin dan kuinon (Pradipta
dalam Nurusyifah, 2010). Umumnya tanin berasal dari senyawa-senyawa
fenol alam yang terkandung dalam tanaman, makanan, dan minuman
(Makkar dalam Lestari, 2011) dan larut dalam air atau pelarut yang polar.
[10]
i. Tanaman daun kelor

6.3 Daun kelor


Kelor (Moringa oleifera) tumbuh dalam bentuk pohon, berumur
panjang (perenial) dengan tinggi 7 - 12 m. Batang berkayu (lignosus),
tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar. Percabangan
simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan
memanjang. Perbanyakan bisa secara generatif (biji) maupun vegetatif
(stek batang). Tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 158


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

di ketinggian ± 1000 m dpl, banyak ditanam sebagai tapal batas atau


pagar di halaman rumah atau ladang. (Krisnadi, 2007). [11]
Daun kelor menjadi sumber antioksidan alami yang baik karena
kandungan dari berbagai jenis senyawa antioksidan seperti asam
askorbat, flavonoid, phenolic dan karotenoid (Makkar dan Becker,
1997). Moringa Oleifera famili dari Moringaceae memiliki kandungan
antioksidan diantaranya, saponin, alkaloids, fitosterols, tannins, fenolik
dan flavonoid (Rajanandh et al., 2012). Pada penelitian yang dilakukan
Rahmat (2009), daun kelor ini memiliki kadar air sebesar 75.08 %.
Berdasarkan hasil analisis total fenol, diketahui bahwa kandungan fenol
pada daun kelor adalah sebanyak 133.5919 mg/100g sampel segar dan
536.0831mg/100 g sampel kering. Kandungan flavonol dan flavones
pada daun kelor dengan perhitungan menggunakan kurva standar
berdasarkan wet basis (per 100 g sampel segar) adalah 117,95 mg.
Konsentrasi flavonol dan flavone yang diperoleh berdasarkan dry basis
(per 100 g sampel kering) adalah 473,33 mg. Kandungan flavonol dan
flavone pada daun kelor dengan perhitungan menggunakan eksternal
standar berdasarkan wet basis (per 100 g sampel segar) adalah 124.37
mg. Konsentrasi flavonol dan flavones yang diperoleh berdasarkan dry
basis (per 100 g sampel kering) adalah 499.07 mg. [11]

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 159


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

6.3 Metodologi Praktikum


6.3.1 Skema Proses

Gambar 6.4 Skema proses pengendalian korosi dengan penambahan inhibitor ekstrak bahan
alam

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 160


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

6.3.2 Penjelasan Skema Proses


1. Alat dan bahan disiapkan untuk kegiatan percobaan.
2. Spesimen dibersihkan secara mekanik dengan menggunakan
amplas kasar hingga halus, mulai dari 80 mesh, 200 mesh, 400
mesh, 600 mesh, dan 800 mesh.
3. Spesimen diukur dimensi nya dengan menggunakan jangka sorong,
serta berat spesimen ditimbang dengan menggunakan neraca
digital.
4. Spesimen dibersihkan secara kimiawi dengan menggunakan larutan
aqua dm (rinsing), NaOH (degreasing), aqua dm (rinsing), HCl
(pickling), aqua dm (rinsing), alkohol hingga spesimen terlihat rata
dan mengkilap pada seluruh bagian permukannya.
5. Inhibitor yang digunakan sebanyak 3 jenis yang berbeda yaitu
ekstrak kulit manggis, daun kelor, dan daun jambu biji disiapkan
dan ditimbang sebanyak 8 ppm.
6. Larutan NaCl dibuat dengan konsentrasi 0,2 M sebanyak 250 ml
pada 3 gelas kimia yang berbeda sesuai jenis inhibitor yang
digunakan.
7. Inhibitor yang telah ditimbang, dimasukkan kedalam larutan NaCl
dan di aduk rata hingga larut.
8. Kawat tembaga dililitkan pada spesimen yang akan di uji.
9. Kawat tembaga diolesi dengan kutex terlebih dahulu sebelum
dimasukkan kedalam larutan NaCl.
10. Tiga spesimen dimasukkan kedalam tiga jenis larutan NaCl 0,2 M
250 ml pada gelas kimia yang telah ditambahakan inhibitor berbeda
tersebut.
11. Lakukan pengamatan dengan menghitung potensial dan pH 1×24
jam selama 7 hari berturut-turut.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 161


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

12. Setelah dikeringkan, berat akhir spesimen ditimbang dengan


menggunakan neraca digital dan diukur dimensi spesimen dengan
menggunakan jangka sorong.
13. Laju korosi dihitung dengan rumus sistematis dan di plot kan pada
diagram pourbaix.
14. Perubahan yang terjadi pada spesimen dianalisa.
15. Kesimpulan
6.3.3 Gambar Proses
No. Gambar Proses Keterangan
1. Bersihkan spesimen
secara mekanik

2. Timbang dan ukur berat


serta dimensi awal
spesimen

3. Bersihkan spesimen
secara kimiawi rinsing,
degreasing, rinsing,
pickling, rinsing

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 162


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

4. Timbang inhibitor yang


akan digunakan

5. Siapkan larutan NaCl


0,2 M 250 ml

6. Masukkan 3 jenis
inhibitor ke 3 larutan
yang berbeda

7. Ikat kawat tembaga


pada spesimen

8. Beri kutex pada kawat


tembaga

9. Celupkan spesimen

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 163


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

pada larutan NaCl

10. Hitung potensial dan pH


nya selama 1×24 jam
selama 7 hari

12. Hitung dimensi akhir


dan berat akhir
spesimen

13. Masukkan ke dalam


diagram pourbaix,
analisa perubahan yang
terjadi dan buat
kesimpulan
Gambar 6. 5 Proses pengendalian korosi dengan penambahan inhibitor ekstrak bahan alam

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 164


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

6.4 Alat dan Bahan


6.4.1 Alat
1. Gelas kimia : 3 buah
2. Batang pengaduk : 1 buah
3. Botol semprot : 1 buah
4. Teko air plastik : 1 buah
5. Kaca arloji : 1 buah
6. Jangka sorong : 1 buah
7. Neraca analitik : 1 buah
8. Neraca digital : 1 buah
9. Reference electrode : 1 buah
10. Potensiometer : 1 buah
11. pH meter : 1 buah
6.4.2 Bahan
1. Padatan NaCl : secukupnya
2. Aqua dm : secukupnya
3. Ekstrak kulit manggis : secukupnya
4. Ekstrak daun kelor : secukupnya
5. Ekstrak daun jambu biji : secukupnya
6. Amplas 80 mesh : secukupnya
7. Amplas 200 mesh : secukupnya
8. Amplas 400 mesh : secukupnya
9. Amplas 600 mesh : secukupnya
10. Amplas 800 mesh : secukupnya
11. Spesimen Baja ST 37 : 3 buah
12. Alkohol : secukupnya

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 165


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

6.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


6.5.1 Pengumpulan Data
1. Data Awal Pengamatan

Tabel 6.1 Data awal pengamatan


No. Jenis data NaCl 0,2 NaCl 0,2 NaCl 0,2
M+ M+ M+
ekstrak ekstrak ekstrak
kulit daun daun kelor
manggis jambu biji
1. Inhibitor yang 8 8 8
dibutuhkan (ppm)
2. Berat awal (mg) 21164 22650 21639
3. Berat akhir (mg) 21110 22000 21580
4. Panjang awal (mm) 60,1 55,9 60,3
5. Panjang akhir (mm) 60,1 59,8 61
6. Tebal awal (mm) 0,8 1 1,2
7. Waktu pengamatan 168 168 168
(jam)

2. Data Pengamatan Pengukuran Dimensi dan Berat


Tabel 6.2 Data pengamatan pengukuran dimensi dan berat
No. Larutan Panjang Lebar Tebal Luas (mm2) Berat (mg)
(mm) (mm) (mm)
P0 P1 L0 L1 T0 T1 A0 A1 W0 W1 W
1. NaCl 0,2 M + 60,1 60, 40,6 40, 0,8 1,1 5041, 5077 21164 21110 -54
ekstrak kulit 1 4 4 ,12
manggis
2. NaCl 0,2 M + 55,9 59, 40,6 40, 1 1 4732, 5057 22650 22600 -50
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 166
BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

ekstrak daun 8 9 08 ,16


jambu biji
3. NaCl 0,2 M + 60,3 61 40,4 41, 1,2 1,1 5113, 5238 21639 21580 -59
ekstrak daun 1 92 ,82
kelor

3. Data Pengamatan Visual, Potensial, dan pH


a. Larutan NaCl 0 ,2 M + ekstrak kulit manggis
Tabel 6.3 Pengamatan visual, potensial, dan pH larutan NaCl 0,2 M + ekstrak
kulit manggis
No. Tanggal Gambar Intensitas Korosi dalam Potensial pH Pengamatan Visual
Larutan (V)
Depan Belakang
1. 2/12/2018 -0,5367 6,79 1. Tidak ada
gelembung.
2. Tidak ada
endapan
3. Permukaan
masih halus
(belum
terkorosi).
4. Warna
spesimen abu.
5. Warna larutan
bening.

2. 3/12/2018 -0,5508 7,38 1. Tidak ada


gelembung.
2. Ada endapan
edikit.
3. Terkorosi di
bagian
permukaan di
bagian belakang
saja.
4. Warna spesimen
abu dan sisi lain
orange-abu.
5. Warna larutan

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 167


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

bening keruh

3. 4/12/2018 1. Tidak ada


gelembung.
2. Ada sedikit
endapan.
3. Bagian sisi
belakang saja
yang terkorosi.
4. Warna spesimen
abu dan sisi
belakang
orange-abu.
5. Warna larutan
bening keruh

4. 5/12/2018 -0,5606 7,58 1. Tidak ada


gelembung.
2. Ada banyak
endapan.
3. Bagian belakang
lebih banyak
terkorosi
permukaannya.
4. Warna larutan
orange.
5. Warna spesimen
kuning-abu
5. 6/12/2018 -0,7868 7,37 1. Tidak ada
gelembung.
2. Endapan
bertambah
banyak.
3. Pada bagian
depan sebagian
sudah terkorosi,
pada bagian
belakang hampir
sudah terkorosi.
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 168
BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

4. Warna larutan
kuning.
5. Warna spesimen
abu-orange.
6. 7/12/2018 -0,8177 7,47 1. Tidak ada
gelembung.
2. Terdapat banyak
endapan.
3. Pada bagian
depan terjadi
korosi
permukaan
sebagian, pada
bagian belakang
terjadi korosi
keseluruhan
4. Warna larutan
putih keruh.
5. Warna spesimen
abu-orange

7. 8/12/2018 -0,8261 7,05 1. Tidak ada


gelembung.
2. Terdapat
banyak
endapan.
3. Bagian
permukaan
depan
terkorosi
sebagian,
bagian
belakang
hampir
merata
terkorosi.
4. Warna
larutan
coklat
keruh.
5. Warna

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 169


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

spesimen
abu hitam-
orange

b. Larutan NaCl 0 ,2 M + ekstrak jambu biji

No. Tanggal Gambar Intensitas Korosi dalam Poten pH Pengamatan Visual


Larutan sial
Depan Belakang (V)
1. 2/12/2018 - 6,83 1. Tidak ada
0,562 gelembung.
7 2. Tidak ada
endapan.
3. Permukaan
belum terkorosi.
4. Warna larutan
bening.
5. Warna spesimen
abu

2. 3/12/2018 - 7,38 1. Tidak ada


0,535 gelembung.
5 2. Ada endapan
sedikit.
3. Terkorosi merata
pada bagian
belakang
permukaan.
4. Warna larutan
bening keruh.
5. Warna spesimen
abu.

3. 4/12/2018 - 7,23 1. Tidak ada


0,417 gelembung.
6 2. Ada endapan
sedikit.
3. Korosi merata
pada bagian

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 170


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

belakang
permukaan.
4. Warna laurtan
putih
kekuningan.
5. Warna spesimen
abu di bagian
depan, bagian
belakang orange.

4. 5/12/2018 - 7,61 1. Tidak ada


0,278 gelembung.
2 2. Endapan sudah
cukup banyak.
3. Bagian depan
sudah terjadi
korosi
permukaannya.
4. Warna larutan
putih
kekuningan.
5. Warna spesimen
abu kekuningan

5. 6/12/2018 - 7,36 1. Tidak ada


0,658 gelembung.
5 2. Ada banyak
endapan.
3. Seluruh bagian
permukaan telah
tekorosi.
4. Warna larutan
keruh

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 171


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

kekuningan.
5. Warna spesimen
abu-orange.

6. 7/12/2018 - 7,45 1. Tidak ada


0,654 gelembung.
2 2. Ada banyak
endapan.
3. Bagian belakang
sudah banyak
yang terkoros.
4. Warna larutan
keruh
kekuningan.
5. Warna spesimen
abu-orange
7. 8/12/2018 - 7,61 1. Tidak ada
0,826 gelembung.
1 2. Terdapat banyak
endapan.
3. Bagian belakang
terjadi korosi
keseluruhan,
bagian depan
terjadi korosi
sebagian.
4. Warna larutan
coklat bening.
5. Warna sepsimen
abu kehitaman
bagian depan,
bagian belakang
abu-orange.
Tabel 6.4 Data pengamatan visual, potensial, dan pH larutan NaCl 0,2 M + ekstrak jambu
biji

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 172


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

c. Larutan NaCl 0 ,2 M + ekstrak daun kelor


Tabel 6.5 Data pengamatan visual, potensial, pH larutan NaCl 0,2 M + ekstrak daun kelor
No Tanggal Gambar Intensitas Korosi dalam Potensi pH Pengamatan
. Larutan al (V) Visual
Depan Belakang
1. 2/12/2018 -0,8204 6,89 1. Tidak ada
gelembung.
2. Tidak ada
endapan.
3. Permukaan
belum
terkorosi
4. Warna
larutan
bening.
5. Warna
spesimen
abu-abu

2. 3/12/2018 -0,7397 7,36 1. Tidak ada


gelembung.
2. Ada
endapan
sedikit.
3. Korosi pada
bagian
belakang
permukaan.
4. Warna
larutan
putih keruh.
5. Wara
spesimen
abu-abu-
orange

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 173


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

3. 4/12/2018 -0,5268 7,22 1. Tidak ada


gelembung.
2. Ada
endapan
sedikit.
3. Permukaan
terkorosi
sebagian
pada bagian
belakang
permukaan.
4. Warna
larutan
putih
kekuningan
5. Warna
spesimen
abu-orange
4. 5/12/2018 -0,6266 7,57 1. Tidak ada
gelembung.
2. Ada
endapan
3. Bagian
belakang
terkorosi
keseluruhan
, bagian
depan
terkorosi
sedikit.
4. Warna
larutan
kuning.
5. Warna
spesimen
abu-orange

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 174


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

5. 6/12/2018 -0,6901 7,33 1. Tidak ada


gelembung.
2. Ada
endapan.
3. Bagian
belakang
terkorosi
hampir
keseluruhan
, bagian
depan
terkorosi
pada bagian
tertentu.
4. Warna
larutan
keruh
kuning.
5. Warna
spesimen
depan abu,
belakang
orange
6. 7/12/2018 -0,6542 7,50 1. Tidak ada
gelembung.
2. Ada banyak
endapan.
3. Pada bagian
belakang
terjadi
korosi
keselurhan.
4. Warna
larutan
keruh
kuning
5. Warna
spesimen
depan abu,
bagian
belakang
orange

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 175


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

7. 8/12/2018 -0,7978 7,88 1. Tidak ada


gelembung.
2. Ada banyak
endapan.
3. Bagian
belakang
terkorosi
seluruh
permukaan,
bagian
depan
terkorosi
pada
permukaan
tertentu
4. Warna
larutan
coklat
bening.
5. Warna
spesimen
abu-orange

6.5.2 Pengolahan Data


1. Pembuatan larutan
Larutan NaCl 0,2 M 250 ml
gr 1000
M= ×
mr V
gr 1000
0,2 = ×
58,5 250
Gr = 2,925 gram
2. Luas permukaan awal dan akhir
a. Larutan NaCl 0,2 M + ekstrak kulit manggis
Aawal = 2 (p×l) + 2 (p×t) + 2 (l×t)
Aawal = 2 (60,1 × 40,6) + 2 (60,1 × 0,8) + 2 (40,6 × 0,8)
Aawal = 4880,12 + 96,16 + 64

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 176


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

Aawal = 5041,29 mm2


Aakhir = 2 (p×l) + 2 (p×t) + 2 (l×t)
Aakhir = 2 (60,1 × 40,4) + 2 (60,1 × 1,1) + 2 (40,4 × 1,1)
Aakhir = 4856,08 + 132,22 + 88,88
Aakhir = 5077,12 mm2
b. Larutan NaCl 0,2 M + ekstrak Jambu biji
Aawal = 2 (p×l) + 2 (p×t) + 2 (l×t)
Aawal = 2 (55,9 × 40,6) + 2 (55,9 × 1) + 2 (40,6 × 1)
Aawal = 4539,08 + 111,8 + 81,2
Aawal = 4732,08 mm2
Aakhir = 2 (p×l) + 2 (p×t) + 2 (l×t)
Aakhir = 2 (59,8 × 40,6) + 2 (59,8 × 1) + 2 (40,6 × 1)
Aakhir = 4855,76 + 119,6 + 81,8
Aakhir = 5057,16 mm2
c. Larutan NaCl 0,2 M + ekstrak daun kelor
Aawal = 2 (p×l) + 2 (p×t) + 2 (l×t)
Aawal = 2 (60,3 × 40,4) + 2 (60,3 × 1,2) + 2 (40,4 × 1,2)
Aawal = 4872,24 + 144,72 + 96,96
Aawal = 5113,92 mm2
Aakhir = 2 (p×l) + 2 (p×t) + 2 (l×t)
Aakhir = 2 (61 × 41,1) + 2 (61 × 1,1) + 2 (41,1 × 1,1)
Aakhir = 5014,2 + 134,2 + 90,42
Aakhir = 5238,82 mm2
3. Perhitungan inhibitor
inhibitor yang digunakan 8 ppm
berat zat terlarut (mg)
ppm =
V larutan (L)
berat zat terlarut (mg)
8=
0,25

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 177


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

Berat zat = 2 mg
4. Laju korosi (mpy)
a. Penambahan inhibitor dengan ekstrak kulit manggis
534 x W
CR = = ... mpy
ρxAxt
534 x 54
CR =
2,16 x 5041,4 x 168
CR = 28836 / 1829423,232
CR = 0,0157 mpy
b. Penambahan inhibitor dengan ekstrak jambu biji
534 x W
CR = = ... mpy
ρxAxt
534 x 50
CR =
2,16 x 4732,08 x 168
26700
CR = 1717177,19

CR = 0,0155 mpy
c. Penambahan inhibitor dengan ekstrak daun kelor
534 x W
CR = = ... mpy
ρxAxt
534 x 59
CR =
2,16 x 5113,92 x 168
31506
CR = 1855739,29

CR = 0,0169 mpy
5. Konversi Potensial Ag-AgCl RE  Standard Hydrogen Electrode
a. Larutan NaCl 0,2 M + ekstrak kulit manggis
1. Hari ke-1
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 339,7 mV
-339,7
V= = -0,3397 V
1000
Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 178
BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

V = -0,3397 – 0,197 = -0,5367 V


2. Hari ke-2
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 353,8 mV
-353,8
V= = -0,3538 V
1000
V = -0,3538 – 0,197 = -0,5508 V
3. Hari ke-3
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 384,6 mV
-384,6
V= = -0,3846 V
1000
V = -0,3846 – 0,197 = -0,5816 V
4. Hari ke-4
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 363,6 mV
-363,6
V= = -0,3636 V
1000
V = -0,3636 – 0,197 = -0,5606 V
5. Hari ke-5
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 589,8 mV
-589,8
V= = -0,5898 V
1000
V = -0,5898– 0,197 = -0,7868 V
6. Hari ke-6
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 620,7 mV
-620,7
V= = -0,6207 V
1000
V = -0,6207– 0,197 = -0,8177 V
7. Hari ke-7
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 501,3 mV
-501,3
V= = -0,5013 V
1000

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 179


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

V = -0,5013– 0,197 = -0,8261 V


b. Larutan NaCl 0,2 M + ekstrak jambu biji
1. Hari ke-1
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 365,7 mV
-365,7
V= = -0,3657 V
1000
V = -0,3657– 0,197 = -0,5627 V
2. Hari ke-2
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 338,5 mV
-338,5
V= = -0,3385 V
1000
V = -0,3385– 0,197 = -0,5355 V
3. Hari ke-3
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 220,6 mV
-220,6
V= = -0,2206 V
1000
V = -0,2206– 0,197 = -0,4176 V
4. Hari ke-4
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 81,2 mV
-81,2
V= = -0,812 V
1000
V = -0,812– 0,197 = -0,2782 V
5. Hari ke-5
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 461,5 mV
-461,5
V= = -0,4615 V
1000
V = -0,4615 – 0,197 = -0,6585 V
6. Hari ke-6
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 457,2 mV

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 180


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

-457,2
V= = -0,4572 V
1000
V = -0,4572 – 0,197 = -0,6542 V
7. Hari ke-7
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 621,1 mV
-621,1
V= = -0,6211 V
1000
V = -0,6211 – 0,197 = -0,8261 V
c. Larutan NaCl 0,2 M + ekstrak daun kelor
1. Hari ke-1
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 623,4 mV
-623,4
V= = -0,6234 V
1000
V = -0,6234 – 0,197 = -0,8204 V
2. Hari ke-2
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 540,7 mV
-540,7
V= = -0,5407 V
1000
V = -0,5407 – 0,197 = -0,7377 V
3. Hari ke-3
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 329,8 mV
-329,8
V= = -0,3298 V
1000
V = -0,3298 – 0,197 = -0,5268 V
4. Hari ke-4
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 429,6 mV
-429,6
V= = -0,4296 V
1000
V = -0,4296 – 0,197 = -0,6266 V
5. Hari ke-5

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 181


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 493,1 mV


-493,1
V= = -0,4931 V
1000
V = -0,4931 – 0,197 = -0,6901 V
6. Hari ke-6
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 457,2 mV
-457,2
V= = -0,4572 V
1000
V = -0,4572 – 0,197 = -0,6542 V
7. Hari ke-7
V ( Ag-AgCl ) Pengukuran = - 600,8 mV
-600,8
V= = -0,6008 V
1000
V = -0,6008 – 0,197 = -0,7978 V
6. Persamaan Reaksi
Fe(s) + H2O(l) + ½ O2(g) → Fe2+(aq) + 2OH¯
2Fe(OH)2(s) + H2O(l) + ½ O2(g) → 2Fe(OH)3(s)

7. Diagram Pourbaix
a. Larutan NaCl 0,2 M + ekstrak kulit manggis

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 182


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

Gambar 6. 6 NaCl 0,2 M + ekstrak kulit manggis

Keterangan :
Warna merah : hari ke-1
Warna orange : hari ke-2
Warna kuning : hari ke-3
Warna hijau : hari ke-4
Warna ungu : hari ke-5
Warna merah muda : hari ke-6
Warna biru muda : hari ke-7

b. Larutan NaCl 0,2 M + ekstrak jambu biji

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 183


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

Gambar 6.7 Diagram pourbaix NaCl 0,2 M + ekstrak jambu biji


Keterangan :
Warna merah : hari ke-1
Warna orange : hari ke-2
Warna kuning : hari ke-3
Warna hijau : hari ke-4
Warna ungu : hari ke-5
Warna merah muda : hari ke-6
Warna biru muda : hari ke-6

c. Larutan NaCl 0,2 M + ekstrak daun kelor

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 184


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

Gambar 6.8 Diagram Pourbaix NaCl + ekstrak daun kelor


Keterangan :
Warna merah : hari ke-1
Warna orange : hari ke-2
Warna kuning : hari ke-3
Warna hijau : hari ke-4
Warna ungu : hari ke-5
Warna merah muda : hari ke-6
Warna biru muda : hari ke-7

6.6 Analisa dan Pembahasan


Salah satu metode proteksi terhadap laju korosi selain menggunakan
metode katodik proteksi yaitu menggunakan metode inhibitor. Inhibitor adalah
salah satu zat yang dapat memperlambat reaksi pada suatu zat/logam, sehingga

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 185


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

kemungkinan yang dapat terjadi saat dilambatkannya reaksi tersebut dapat


diminimalisir.
Pada dasarnya inhibitor tidak dapat mengehentikan korosi, akan tetapi
dengan menggunakan inhibitor dapat menurunkan laju korosi yang akan terjadi
pada sebuah logam. Adanya inhibitor yang digunakan sebagai proteksi akan
memperpanjang life time dari sebuah logam yang digunakan.
Prinsip dari penggunaan inhibitor yaitu adanya zat yang bernama tanin.
Tanin tersebut akan bereaksi dengan logam, dan dari situ akan memperlambat laju
reaksi korosi dari logam tersebut. Inhibitor juga ada terbagi atas organik dan
anorganik, untuk organik banyak berasal dari ekstrak tumbuhan alam, sedangkan
anorganik dapat berasal dari nitrit, kromat, fosfat, urea,
Inhibitor akan membentuk film-forming nanti film forming ini akan
memproteksi seluruh bagian spesimen dengan membentuk batasan antara
permukaan luar spesimen terhadap lingkungan yang korosif. Film forming
Persiapan awal permukaan spesimen secara mekanik bertujuan untuk
membersihkan pengotor oksida yang masih menempel pada spesimen,
pembersihan secara mekanik dengan menggunakan amplas kasar hingga amplas
halus, dengan arah pengamplasan satu arah dan dibalik secara 90ͦ setelah
dilakukan untuk amplas yang berbeda.
Persiapan awal permukaan spesimen secara kimiawi bertujuan untuk
membersihkan spesimen dari pengotor oksida, organik yang tidak bisa
dibersihkan oleh amplas. Menggunakan larutan kimia aqua dm (rinsing), HCl
(Pickling), NaOH (Degreasing), dan alkohol.
Kawat tembaga perlu dilapisi dengan kutex bertujuan untuk memproteksi
kawat tembaga agar tidak terkorosi serta sebagai isolator agar kawat tembaga
tidak ikut menghantarkan elektron dan bersifat isolator.
Penggunaan inhibitor yang digunakan yaitu 8 ppm, selain ppm satuan lain
yang dapat digunakan dalam menunjukkan besaran inhibitor yaitu pint. Dengan

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 186


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

menggunakan rumus sistematis akan didapat jumlah massa inhibitor yang


diperlukan untuk melarutkan inhibitor sebesar 8 ppm dengan pada larutan NaCl.
Penggunaan larutan NaCl berfungsi sebagai larutan elektrolit, larutan
elektrolit dapat menghantarkan elektron dengan baik sehingga, senyawa tanin
pada inhibitor dapat dihantarkan dengan baik pada larutan elektrolit untuk
memproteksi logam kerja.
Inhibitor dimasukkan terlebih dahulu daripada spesimen yaitu untuk
menghomogenkan larutan terlebih dahulu dengan inhibitor, inhibitor dengan
menggunakan ekstrak daun kelor memiliki luas penampang yang lebih besar,
sehingga ekstrak tersebut tidak larut dan meninggalkan endapan pada larutan.
Pengurangan volume larutan kemungkinan yang dapat terjadi karena
dihasilkannya endapan pada semua larutan, baik itu endapan berupa produk korosi
yang rontok atau faktor reaksi antara spesimen dan larutan yang bisa
menghasilkan endapan pada larutan sehingga produk korosi yang tidak menempel
pada spesimen akan menjadi endapan dilarutan tersebut.
Pengamatan yang dilakukan selama 7 hari tersebut dilakukan untuk
mengamati perubahan yang terjadi pada spesimen kerja tersebut. Didapat pada 2-3
hari pertama 3 jenis inhibitor yang digunakan masih berada pada zona korosi,
sedangkan melewati hari ketiga sudah berada di daerah kebal. Sehingga dapat
disimpulkan senyawa tanin yang dimiliki 3 jenis inhibitor yang digunakan yaitu
ekstrak daun jambu biji, ekstrak daun kelor, ekstrak kulit manggis berfungsi
sebagai penahan dalam proses terjadinya korosi tersebut.
Dari ke-tiga data pengamatan yang didapat, inhibitor yang paling efektif
digunakan yaitu ekstrak daun jambu biji, hal ini didapat dari hasil perhitungan laju
korosi yang didapat paling kecil yaitu 0,00155 mpy. Dibandingkan dengan dua
jenis inhibitor yang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi inhibitor yaitu, jenis inhibitor yang
digunakan, besaran inhibitor yang digunakan berapa, serta logam kerja yang di

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 187


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

gunakan seperti apa dan cocok atau tidak apabila diproteksi dengan menggunakan
inhibitor.
Faktor-faktor kesalahan yang dapat terjadi selama proses percobaan antara
lain yaitu perhitungan ppm, pemilihan jenis inhibitor yang digunakan. Sebab
apabila menggunakan inhibitor yang berasal dari alam, setiap bahan alam
memiliki kandungan H2O. apabila ekstrak bahan alam tersebut digunakan sebagai
inhibitor pada material akan menimbulkan dew point. Dew point harus dihindari
sebab akan menurunkan sifat mekanik karena akan bereaksi dengan hidrogen
tersebut.
Pada aplikasi yang sering digunakan dengan metode inhibitor yaitu dengan
cara injeksi. Cara ini cukup efektif untuk menjangkau bagian dalam pipa sehingga
pipa dapat terproteksi dari lingkungan yang korosif. inhibitor menyebar keseluruh
daerah yang akan diinjeksi oleh cairan inhibitor. Mekanisme injeksi yang
digunakan pada inhibitor cukup efektif karena larutan yang dihasilkan akan
menyebar pada seluruh permukaan bagian dalam akan tetapi kekurangan yang
dihasilkan yaitu akan adanya endapan, tergantung dari jenis inhibitor apa yang
akan kita gunakan, endapan yang terjadi akan menghambat laju aliran fluida pada
sebuah pipa.

6.7 Kesimpulan dan Saran


6.7.1 Kesimpulan

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 188


BAB VI PENGENDALIAN KOROSI DENGAN PENAMBAHAN
Grup 5
INHIBITOR EKSTRAK BAHAN ALAM

1. Jenis inhibitor yang dapat digunakan yaitu inhibitor organik yang


banyak berasal dari ekstrak bahan alam, sedangkan inhibitor an-
organik banyak berasal dari senyawa seperti nitrit, kromat, urea.
2. Mekanisme inhibitor itu sendiri yaitu adanya senyawa tanin yang
dimiliki oleh suatu inhibitor yang nantinya senyawa tanin itu yang
akan menahan laju korosi dari logam kerja tersebut.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi inhibitor yaitu jenis inhibitor,
konsentrasi yang digunakan, serta spesifikasi logam kerja ideal atau
tidak digunakan untuk proses proteksi menggunakan inhibitor
4. Menghitung laju korosi dengan cara
534 x W
CR = = ... mpy
ρxAxt

5.7.2 Saran
1. Penggunaan alat ukur yang lebih teliti agar didapat data yang
valid dan besaran yang valid dihasilkan pada proses perhitungan
dan pengolahan data.

Laporan Akhir Praktikum Korosi T.A 2018/2019 189

Anda mungkin juga menyukai