Anda di halaman 1dari 14

BAB 4 PENGUJIAN IMPAK Kelompok 4

BAB 4
PENGUJIAN IMPAK
4.1 Tujuan
1. Mengetahui prinsip dasar pengujian impak.
2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap karakteristik mekanik material.
3. Mengetahui hubungan antara Ductile-Brittle terhadap suatu material.
4. Menganalisis data hasil percobaan.

4.2 Teori Dasar


Sejarah pengujian impak terjadi pada masa Perang Dunia ke 2, karena ketika
itu banyak terjadi fenomena patah getas pada daerah lasan kapal–kapal perang dan
tanker. Diantara fenomena patahan tersebut ada yang patah sebagian dan ada yang
benar–benar patah menjadi dua bagian, fenomena ini terjadi terutama pada musim
dingin, ketika kapal di laut bebas ataupun sedang berlabuh. Contoh yang sangat
terkenal tentang fenomena patah getas adalah tragedi Kapal Titanik yang melintasi
samudra Atlantik. Fenomena yang terjadi terhadap kapal tersebut yang berada
pada suhu rendah di tengah laut, sehingga menyebabkan materialnya menjadi
getas dan mudah patah. Dimana laut memiliki banyak beban (tekanan) dari arah
manapun. Kemudian kapal tersebut menabrak gunung es (menerima beban
impak), sehingga tegangan yang sebelumnya terkonsentrasi disebabkan
pembebanan, menyebabkan kapal tersebut terbelah dua.
Sejarah pengujian impak dikembangkan pada 1905 oleh ilmuwan Perancis
Georges Charpy kemudian pengujian digunakan pada masa Perang Dunia ke II,
karena ketika itu banyak terjadi fenomena patah getas yang dialami pada
sambungan las kapal–kapal perang dan tanker–tankernya. Diantara fenomena
patahan tersebut ada yang patah sebagian dan ada yang benar–benar patah
menjadi dua bagian.
Fenomena ini terjadi terutama pada musim dingin, ketika kapal di laut bebas
ataupun sedang berlabuh dan ternyata baja sedang yang biasanya bersifat ulet
dapat berubah menjadi getas bila berada dalam kondisi tertentu. Suatu program
penelitian yang luas telah dilakukan, sebagai usaha untuk mendapatkan penyebab
kegagalan tersebut dan menemukan cara–cara pencegahannya. Bila kegagalan
getas kapal ditekankan pada kegagalan getas baja lunak, perlu dipahami bahwa

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016/2017 53


BAB 4 PENGUJIAN IMPAK Kelompok 4

hal ini bukanlah satu-satunya penerapan kegagalan getas. Terdapat tiga faktor
dasar yang mendukung terjadinya jenis perpatahan getas. Ketiga faktor tersebut
adalah :
1. Keadaan tegangan tiga sumbu,
2. Suhu rendah,
3. Laju regangan yang tinggi atau pembebanan yang cepat.
Uji impak adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat
(rapid loading). Dalam pengujian mekanik, terdapat perbedaan dalam pemberian
jenis beban kepada material. Uji tarik, uji tekan, uji puntir adalah pengujian yang
menggunakan beban statik. Sedangkan uji impak menggunakan beban dinamik.
Pada pembebanan cepat atau disebut juga beban impak, terjadi proses penyerapan
energi yang besar dari energi kinetik suatu beban yang menumbuk ke spesimen.
Proses penyerapan energi ini akan diubah dalam berbagai respon pada material
seperti deformasi plastis, efek isterisis, gesekan dan efek inersia.
Jenis – jenis Metode Uji Impak Secara umum metode pengujian impak terdiri
dari dua jenis yaitu:
a. Metode Charpy
Merupakan pengijian impak dengan meletakkan posisi spesimen uji pada
tumpuan dengan posisi horizontal / mendatar dan arah pembebanan
berlawanan dengan arah takikan.
Beberapa kelebihan dari metode Charpy, antara lain :
- Hasil pengujian lebih akurat.
- Pengerjaannya lebih mudah dipahami dan dilakukan.
- Menghasilkan tegangan uniform di sepanjang penampang.
- Waktu pengujian lebih singkat.
Sementara kekurangan dari metode Charpy, yaitu :
- Hanya dapat dipasang pada posisi horizontal.
- Spesimen dapat bergeser dari tumpuan karena tidak dicekam.
- Pengujian hanya dapat dilakukan pada spesimen yang kecil.

b. Metode Izod

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016/2017 54


BAB 4 PENGUJIAN IMPAK Kelompok 4

Merupakan pengujian impak dengan meletakkan posisi spesimen uji pada


tumpuan dengan posisi dan arah pembebanan searah dengan arah takikan.
Pada umumnya metode Charpy banyak digunakan di Amerika sedangkan
metode Izod digukan di Eropa.
Kelebihan metode Izod :
- Tumbukan tepat pada takikan dan spesimen tidak mudah bergeser karena
salah satu ujungnya dicekam.
- Dapat menggunakan spesimen dengan ukuran yang lebih besar.
Kerugian penggunaan metode Izod :
- Biaya pengujian lebih mahal.
- Pembebanan yang dilakukan hanya pada satu ujungnya, sehingga hasil
yang diperoleh kurang baik.
- Hasil perpatahan kurang baik.
- Waktu yang digunakan untuk pengujian cukup panjang karena prosedur
pengujian yang banyak.
Pada umumnya metode pengujian impak dengan menggunakan metode
Charpy ini banyak digunakan di Amerika Serikat, sedangkan metode Izod
digunakan di Eropa (Inggris). Benda uji diletakan pada tumpuan dalam posisi
mendatar dan bagian yang tidak bertakik diberi beban impak dengan ayunan
bandul Benda diuji akan melengkung dan. Pada metode Charpy, spesimen uji
diletakkan mendatar dengan ditahan di bagian ujung–ujungnya oleh penahan,
kemudian pendulum ditarik ke atas sesuai posisi yang diinginkan. Setelah itu
pendulum dilepaskan dan mengenai tepat pada bagian belakang takikan atau
sejajar dengan takikan. Pada saat pendulum dinaikkan sampai pada ketinggian h1,
kemudian dari posisi ini pendulum dilepaskan dan berayun bebas memukul
spesimen hingga patah dan pendulum masih terus berayun sampai ketinggian h2,
maka energi yang dibutuhkan untuk mematahkan

Spesimen dapat dihitung dengan rumus:

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016/2017 55


BAB 4 PENGUJIAN IMPAK Kelompok 4

E = P ( h1 – h2 )............................................................ (1)
Tinggi pendulum sebelum dan sesudah dijatuhkan (h1 – h2) dapat
dinyatakan dengan sudut, maka energi yang dibutuhkan untuk mematahkan
spesimen dapat dihitung :
E = P x D ( cosβ – cosα ) – L............................................ (2)
Dimana :
E = Energi yang dibutuhkan untuk mematahkan spesimen ( kg.m ).
P = Berat pendulum.
D = Jarak antara sumbu pendulum dengan pusat gaya berat pendulum
α = Sudut pendulum sebelum dijatukan
β = Sudut pendulum setelah mematahkan spesimen.
L = Energi yang hilang
h = ketinggian spesimen pada bantalan anvil
Energi yang hilang (lose energy = L) adalah disebabkan oleh gesekan
pendulum dengan udara dan juga adanya gesekan batang pendulum dengan
bantalan (bearing). Energi yang hilang dapat dihitung dengan cara mengangkat
pendulum sampai tinggi maksimum dan dilepaskan (tanpa ada spesimen).
Perpatahan Impak Pengukuran lain dari uji Charpy yang biasanya dilakukan
adalah penelaahan terhadap permukaan patahan untuk menentukan jenis patahan
yang terjadi. Secara umum, sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji
tarik, maka perpatahan impak digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Perpatahan berserat / patahan geser (fibrous fracture), yang melibatkan
mekanisme pergeseran bidang – bidang kristal di dalam bahan logam yang
ulet (ductile) dan ditandai dengan pemukaan patahan yang berserat
yang menyerap cahaya dan berpenampilan buram.
b. Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme
pembelahan pada butir – butir dari bahan logam yang rapuh (brittle)
serta ditandai dengan permukaan patahan yang datar dan mampu
memberikan daya pantul cahaya yang tinggi sehingga kelihatan
mengkilap.
c. Perpatahan campuran (berserat dan granular) merupakan kombinasi dari
dua jenis perpatahan di atas. Bentuk patahan yang berbeda – beda ini dapat

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016/2017 56


BAB 4 PENGUJIAN IMPAK Kelompok 4

ditentukan dengan mudah, walaupun pengamatan permukaan patahan tidak


menggunakan pembesaran. Permukaan patahan datar memperlihatkan
daya pemantul cahaya yang tinggi serta penampilan yang berkilat.
Sementara permukaan patahan ulet berserat dan berbentuk dimpel
menyerap cahaya serta penampilan yang buram. Biasanya dibuat suatu
perkiraan berapa persen patahan permukaan yang terjadi berupa patahan
bela (serat).
Uji impak batang bertakik sangat bermanfaat apabila dilakukan pada
berbagai suhu sedemikian hingga besarnya suhu peralihan ulet – getas dapat
ditentukan. Pada beberapa jenis bahan, penurunan nilai tersebut. Berikut
mengenai perpatahan getas dan ulet.
a. Patah Getas. Merupakan fenomena patah pada material yang diawali
terjadinya retakan secara cepat dibandingkan patah ulet tanpa deformasi
plastis terlebih dahulu dan dalam waktu yang singkat. Dalam kehidupan
nyata, peristiwa patah getas dinilai lebih berbahaya dari pada patah ulet,
karena terjadi tanpa disadari begitu saja. Biasanya patah getas terjadi pada
material berstruktur martensit, atau material yang memiliki komposisi
karbon yang sangat tinggi sehingga sangat kuat namun rapuh.
Ciri-cirinya terjadinya patahan getas:
- Permukaannya terlihat berbentuk granular, berkilat dan memantulkan
cahaya.
- Terjadi secara tiba-tiba tanpa ada deformasi plastis terlebih dahulu
sehingga tidak tampak gejala-gejala material tersebut akan patah.
- Tempo terjadinya patah lebih cepat.
- Bidang patahan relatif tegak lurus terhadap tegangan tarik.
- Tidak ada reduksi luas penampang patahan, akibat adanya tegangan
multiaksial.
b. Patah ulet. Merupakan patah yang diakibatkan oleh beban statis yang
diberikan pada material, jika beban dihilangkan maka penjalaran retakan
berhenti. Patah ulet ini ditandai dengan penyerapan energi disertai adanya
deformasi plastis yang cukup besar di sekitar patahan, sehingga permukaan
patahan nampak kasar, berserabut (fibrous), dan berwarna kelabu. Selain

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016/2017 57


BAB 4 PENGUJIAN IMPAK Kelompok 4

itu komposisi material juga mempengaruhi jenis patahan yang dihasilkan,


jadi bukan karena pengaruh beban saja. Biasanya patah ulet terjadi pada
material berstruktur bainit yang merupakan baja dengan kandungan karbon
rendah.
Ciri-cirinya dari patahan ulet, yaitu :
- Ada reduksi luas penampang patahan, akibat tegangan uniaksial.
- Tempo terjadinya patah lebih lama.
- Pertumbuhan retak lambat, tergantung pada beban.
- Permukaan patahannya terdapat garis-garis benang serabut (fibrosa),
berserat, menyerap cahaya, dan penampilannya buram.

4.3 Metodelogi Praktikum


4.3.1 Skema Proses

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016/2017 58


BAB 4 PENGUJIAN IMPAK Kelompok 4

Siapkan alat dan bahan

Lakukan pendinginan Lakukan pengukuran Panaskan spesimen


pada spesimen pada suhu dimensi pada spesimen di tungku ada suhu
-4°C pada suhu kamar 296 °C

Letakkan spesimen uji secara horizontal pada alat


pengujian impak dengan posisi tatikan
membelakangi arah datangnya pendulum

Atur sudut awal pendulum sebesar 150° lalu


dorong menuju arah tatikan pada spesimen uji
tersebut

Catat sudut pantul yang terjadi pada material yang


ditampilkan pada skala alat impak

Analisa perubahan yang terjadi pada material dan


data yang didapat selama percobaan

Buat kesimpulan berdasarkan kegiatan percobaan

Gambar 4.1 Skema Proses Pengujian Impak

4.3.2 Penjelasan Skema Proses


1. Siapkan alat dan bahan.
2. a. Material di masukkan kedalam boks es hingga suhu material mencapai
-4°C.
b. pada di suhu kamar, ukur dimensi spesimen meliputi panjang dan tebal
spesimen, dan ukuran yang didapat diasumsikan sama dengan spesimen
pada suhu rendah dan suhu tinggi

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016/2017 59


BAB 4 PENGUJIAN IMPAK Kelompok 4

c. panaskan spesimen pada tungku hingga suhu 296°C


3. Letakkan spesimen pada alat pengujian impak secara horizontal dengan
posisi tatikan membelakangi arah datangnya pendulum.
4. Atur sudut awal pada pendulum sebesar 150° dan dorong pendulum
menuju arah tatikan spesimen.
5. Catat sudut pantul yang dihasilkan pada skala yang ditampilkan pada alat
pengujian impak.
6. Analisa perubahan yang terjadi pada spesimen dan juga data yang didapat
pada pengujian impak tersebut.
7. Buat kesimpulan selama kegiatan percobaan berlangsung.
4.4 Alat dan Bahan
4.3.1 Alat
1. Impact Testing Machine : 1 buah.
2. Tungku pemanas : 1 buah.
3. Boks es : 1 buah.
4. Jangka sorong : 1 buah.
5. Termometer : 1 buah.
4.4.2 Bahan
1. Spesimen baja karbon rendah ASTM E-23 : 3 buah.
2. Es batu : secukupnya.

4.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


4.4.1 Pengumpulan data
Tabel 4.1 Data Spesimen Uji

Data Spesimen Ke-


1 2 3
Material Baja Karbon Baja Karbon Baja Karbon
Rendah Rendah Rendah
Panjang (mm) 99,05 99,05 99,05
Lebar (mm) 10,25 10,25 10,25
Tebal (mm) 10,75 10,75 10,75
Kedalaman tatikan (mm) 1,8 1,8 1,8
Luas Penampang (mm2) 91,73 91,73 91,73
Metoda Pengujian Charpy Charpy Charpy
Temperatur Uji (°C) -3 25 236
Massa Pendulum (kg) 10 10 10
Panjang Pendulum (m) 1 1 1
Sudut Awal (°) 150 150 150
Sudut Pantul (°) 143 139 105
Energi Impak (Joule) 6,73 15,89 60,72

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016/2017 60


BAB 4 PENGUJIAN IMPAK Kelompok 4

Harga Impak (J/mm2) 0,073 0,173 0,66


Percepatan Gravitasi (m/s2) 10 10 10

Gambar Spesimen

Gambar 4.2 Spesimen Suhu Kamar Gambar 4.3 Spesimen Suhu Tinggi

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016/2017 61


BAB 4 PENGUJIAN IMPAK Kelompok 4

Gambar 4.4 Spesimen Suhu Rendah

4.5.2 Pengolahan Data


1. Perhitungan Luas Penampang
Diketahui : Lebar = 10,25 mm
Tebal = 10,75 mm
Ditanya : Luas Penampang...?
Jawab :
A = L × (T- Kedalaman takikan)
A = 10,25 × 10,75
A = 91,73 mm2
2. Perhitungan Energi Impak spesimen suhu rendah
Diketahui : Massa = 10 Kg
g = 10 m/s2
R=1m
Cos β = 143°
Cos α = 150°
Ditanya : EI....?
Jawab :
EI = M × g × R (Cosβ – Cosα)
EI = 10 × 10 × 1 (143 – 150)
EI = 6,73 Joule
3. Perhitunngan Energi Impak Spesimen Suhu Kamar
Diketahui : Massa = 10 Kg
g = 10 m/s2
R=1m
Cos β = 135°
Cos α = 150°
Ditanya : EI....?
Jawab :
EI = M × g × R (Cosβ – Cosα)
EI = 10 × 10 × 1 (135 – 150)
EI = 15,89 Joule

4. Perhitungan Energi Impak Spesimen Suhu Tinggi


Diketahui : Massa = 10 Kg
g = 10 m/s2
R=1m
Cos β = 105°
Cos α = 150°
Ditanya : EI....?
Jawab :
EI = M × g × R (Cosβ – Cosα)

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016/2017 62


BAB 4 PENGUJIAN IMPAK Kelompok 4

EI = 10 × 10 × 1 (105 – 150)
EI = 60,72 Joule
5. Perhitungan Harga Impak Spesimen Suhu Rendah
Diketahui : EI = 6,73 Joule
A = 91,73 mm2
Ditanya : HI....?
Jawab :

HI =

HI =

HI = 0,0733 J/mm2
6. Perhitungan Harga Impak Spesimen Suhu Kamar
Diketahui : EI = 15,89 Joule
A = 91,73 mm2
Ditanya : HI....?
Jawab :

HI =

HI =

HI = 0,173 J/mm2
7. Perhitungan Harga Impak Spesimen Suhu Tinggi
Diketahui : EI = 15,89 Joule
A = 91,73 mm2

Ditanya : HI....?
Jawab :

HI =

HI =

HI = 0,66 J/mm2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016/2017 63


BAB 4 PENGUJIAN IMPAK Kelompok 4

Gambar 4.5Kurva DBTT

4.6 Analisa dan Pembahasan


Pada praktikum di modul ini yaitu pengujian impak, tujuan dari pengujian
impak yaitu untuk mengetahui keuletan atau kegetasan suatu material yang
ditunjukkan dalam diagram DBTT yaitu harga impak dan temperatur uji.
Pada pengujian impak ada dua jenis metode yang yang biasa digunakan yaitu
metode Izod dan metode Charpy. Pada percobaan yang dilakukan, yaitu
menggunakan metode Charpy dimana spesimen diletakkan secara horizontal dan
takikan membelakangi arah beban pendulum yang datang. Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui bagaimana spesimen menyerap energi dengan memperlihatkan
sudut pantul yang dihasilkan.
Bentuk takikan amat berpengaruh pada ketangguahan suatu material, karena
adanya perbedaan distribusi dan konsentrasi tegangan pada masing-masing
takikan tersebut yang mengakibatkan energi impak yang dimilikinya berbeda-
beda pula. Ada beberapa jenis takikan berdasarkan kategori masing-masing.
Berikut ini adalah urutan energi impak yang dimiliki oleh suatu bahan
berdasarkan bentuk takikannya. Takikan dibagi menjadi beberapa macam antara
lain adalah sebagai berikut :
a. Takikan segitiga

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016/2017 64


BAB 4 PENGUJIAN IMPAK Kelompok 4

Memiliki energi impak yang paling kecil, sehingga paling mudah patah.
Hal ini disebabkan karena distribusi tegangan hanya terkonsentrasi pada
satu titik saja, yaitu pada ujung takikan
b. Takikan segi empat
Memiliki energi yang lebih besar pada takikan segitiga karena tegangan
terdistribusi pada dua titik pada sudutnya.
c. Takikan Setengah lingkaran
Memiliki energi impak yang terbesar karena distribusitegangan tersebar
pada setiap sisinya, sehingga tidak mudah patah.
Spesimen yang digunakan adalah jenis baja karbon rendah yang mengacu
pada standar pengujian ASTM E-23. Pengukuran dimensi spesimen hanya
dilakukan pada spesimen suhu kamar saja sedangkan untuk suhu tinggi dan suhu
rendah dimensi yang digunakan diasumsikan sama dengan spesimen pada
temperatur kamar.
Tiha temperatur yang digunakan dalam pengujian ini yaitu -3°C, 25°C,
296°C. Dari hasil pengujian tersebut, dapat dibandingkan mengenai perilaku
spesimen apabila di suhu tinggi, rendah hingga sedang dengan didapatkannya
harga impak dari perbandingan antara energi impak yang diserap oleh spesimen
dibandingkan dengan luas penampang material tersebut.
Untuk spesimen dengan temperatur rendah energi impak yang dihasilkan
yaitu 6,73 Joule, spesimen pada suhu kamar 15,89 Joule, dan spesimen pada suhu
tinggi adalah 60,72 Joule. Harga impak untuk suhu rendah sebesar 0,0733 J/mm2,
harga impak untuk suhu kamar sebesar 0,173 J/mm2, dan untuk harga impak untuk
suhu tinggi sebesar 0,6 J/mm2.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016/2017 65


BAB 4 PENGUJIAN IMPAK Kelompok 4

4.7 Kesimpulan
1. Pengaruh suhu terhadap material adalah semakin rendah suhu maka material
cenderung getas dengan dihasilkan nilai harga impak yang bernilai negatif.
2. Prinsip dasar pengujian ini adalah seberapa besar energi yang mampu diserap
oleh spesimen dengan kondisi temperatur tertentu. Semakin besar energi yang
diserap maka sudut pantul akan mengecil dan energi impak yang dihasilkan
semakin besar.
3. Energi impak yang didapat dalam percobaan sebagai berikut :
Spesimen 1 : 6,73 J
Spesimen 2 : 15,89 J
Spesimen 3 : 60,72 J
Harga impak dari setiap spesimen
Spesimen : 0,0733 J/mm2
Spesimen 2 : 0,173 J/mm2
Spesimen 3 : 0,6 J/mm2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016/2017 66

Anda mungkin juga menyukai