Anda di halaman 1dari 20

SPO

INFANT WARMER

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman

1 dari 1

Ditetapkan oleh
STANDAR TANGGAL TERBIT
Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. H. Asnim AB,M.Kes

PENGERTIAN Infant warmer adalah alat penghangat klien sehabis dilahirkan (klien baru lahir).
1. Untuk menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh klien.
TUJUAN
2. Mencengah hipotermi.
Infant warmer digunakan untuk menghangatkan klien dioperasikan oleh dokter,
KEBIJAKAN
perawat dan bidan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
1. Persiapan alat
1.1 Infant warmer
1.2 Laken klien
1.3 Selimut (jika diperlukan)
2. Persiapan klien
Menjelaskan pada orang tua klien tentang tindakan yang akan dilakukan
(lihat SPO informed consent).
3. Pelaksanaan
3.1 Cuci tangan
3.2 Hangatkan ruangan (22˚C- 26˚C) dimana infant warmer diletakan.
3.3 Bersihkan matras dan alas, tutup alas dengan kain bersih sebelum klien
diletakkan dibawah infant warmer.
3.4 Sambungkan kabel power ke stop kontak, nyalakan alat dengan
menekan tombol on/off dan atur suhu sesuai petunjuk atau kebutuhan
(biasanya 36˚C-37˚C), bila alat bisa disiapkan sebelum klien datang,
nyalakan alat untuk mengahangatkan linen dan matras terlebih dahulu.
PROSEDUR 3.5 Sebelum klien lahir atau datang sebaiknya selimut dihangatkan
dibawah pemancar panas, agar klien tidak kedinginan, klien sebaiknya
dibedong atau dipakaikan pakaian kecuali bila akan dilakukan tindakan,
klien dibiarkan telanjang atau setengah telanjang.
3.6 Cek tanda-tanda vital klien dan saturasi.
3.7 Bila klien mendapat cairan intravena, hitung jumlah cairan yang
diberikan (misalkan beri tambahan cairan sebanyak 10% dari
sebelumnya), untuk menggantikan cairan yang hilang.
3.8 Pindahkan klien ke ibunya sesegera mungkin bila tidak ada tindakan
atau pengobatan yang diberikan, jika klien perlu perawatan pindahkan
klien ke incubator (berat badan dibawah 2000gr), jika lebih dari 2000
gr pindahkan ke box klien.
3.9 Setelah klien ditempatkan pada incubator atau box klien lanjutkan
tindakan pengobatan sesuai indikasi.
3.10 Cuci tangan.
3.11 Rapihkan alat.
3.12 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dalam dokumen medis.
UNIT TERKAIT NICU, OK, VK, UGD
SPO
MANEJEMEN LAKTASI

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman

1 dari 2

TANGGAL TERBIT Ditetapkan oleh


STANDAR
Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. H. Asnim AB,M.Kes

Proses pemberian ASI secara efektif yang merupakan minuman yang dipilih
PENGERTIAN untuk semua neonatus,termasuk klien kurang bulan dan memiliki manfaat
nutrisi imunologis dan psikologis.
1. Mengawali dan mempertahankan pemberian ASI
2. Mempertahankan produksi SI yang mencukupi
3. Memberikan zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
TUJUAN perkembangan klien
4. Mencegah klien terhadap berbagi penyakit
5. Metode amenore laktasi
6. Mendekatkan hubungan ibu dan klien “bonding attachement”
Menajemen laktasi dilakukan oleh dokter, perawat dan bidan sesuai dengan
KEBIJAKAN
prosedur yang ditentukan.
1. Persiapan alat.
1.1 Payudara ibu klien.
1.2 ASI.
1.3 Botol susu.
1.4 Air panas.
1.5 Susu formula jika tidak ada ASI dan orang tua sudah menandatangani
persetujuan pemberian susu formula.
2. Persiapan klien.
2.1 Menjelaskan pada orang tua klien tentang tindakan yang akan dilakukan
(lihat SPO informed consent).
2.2 Anjurkan pemberian ASI dini dan eksklusif.
3. Pelaksanaan.
3.1 Cuci tangan.
3.2 Persiapan alat.
PROSEDUR 3.3 Jaga privasi.
3.4 Pemberian ASI oleh ibu langsung.
3.4.1 Anjurkan ibu untuk cuci tangan terlebih dahulu dan
membersihkan area areola mamae dengan waslap hangat atau
dengan air bersih tanpa menggunakan sabun.
3.4.2 Jika ibu sudah siap pindahkan klien ke gendongan ibu, pastikan
klien digendong dalam posisi yang nyaman :
3.4.2.1 Kepala klien tersanggah oleh lengan atas ibu.
3.4.2.2 Bendongan dibuka supaya ada kontak antara kulit ibu
dengan kulit klien.
3.4.2.3 Hadapkan muka klien ke payudara ibu lalu sentuh pipi
klien dengan putting ibu.
3.4.2.4
3.4.2.5 Saat klien membuka mulut segera masukkan putting
susu sampai semua areola masuk kedalam mulut.
3.4.2.6 Perhatikan bahwa telinga dan lengan klien berada pada
satu garis lurus untuk memastikan posisi menyusui
sudah benar.
3.4.2.7 Sanggah payudara dengan empat jari tangan dan ibu jari
pada bagian atas payudara.
3.4.2.8 Awasi agar payudara ibu tidak menutupi hidung klien.
3.4.2.9 Susukan kedua payudara secara bergantian selama 10-
15 menit pada setiap payudara.
3.4.2.10 Setelah selesai tepuk punggung klien secara perlahan
sampai bersendawa.
3.4.2.11 Bersihkan areola dan putting susu ibu dengan kapas
basah.
3.4.2.12 Anjurkan ibu cuci tangan kembali.
3.5 Pemberian ASI atau susu formula dengan menggunakan botol susu :
3.5.1 Persiapan ASI :
3.5.1.1 Ambil ASI dari lemari pendingin.
3.5.1.2 Masukkan ASI kedalam botol susu sesuai dengan
kebutuhan klien yang telah ditetapkan oleh dokter
spesialis anak.
3.5.1.3 Siapkan kom berisi air panas untuk merendam botol
susu yang berisi ASI.
3.5.1.4 Jika ASI sudah hangat, ASI siap diberikan kepada
klien.
3.5.2 Persiapan susu formula :
3.5.2.1 Masukkan air hangat kedalam botol susu sesuai dengan
kebutuhan klien yang ditetapkan dokter spesialis anak.
3.5.2.2 Masukkan susu formula dengan perbandingan sesuai air
yang disiapkan, satu sendok takar susu diencerkan
dalam 30 cc air hangat.
3.5.2.3 Susu formula sudah siap diberikan kepada klien.
3.5.3 Gendong bayi dengan posisi yang nyaman dimana kepala bayi
berada di atas lengan atas perawat dan jari-jari perawat menahan
bokong bayi dengan kuat.
3.5.4 Cek kehangatan susu dengan cara tuangkan ke punggung tangan.
3.5.5 Pastikan mulut bayi terbuka dan masukkan nipple botol susu
kedalam mulut bayi.
3.5.6 Ketuk-ketuk botol susu untuk merangsang bayi menghisap nipple
botol susu, jika sudah menghisap hentikan ketukan dan jika
berhenti menghisap ketuk kembali.
3.5.7 Perhatikan bahwa telinga dan lengan klien berada pada satu garis
lurus untuk memastikan posisi menyusui sudah benar.
3.5.8 Jika sudah selesai tepuk-tepuk punggung bayi secara perlahan-
lahan agar bayi sendawa.
3.6 Atur kembali posisi klien senyaman mungkin.
3.7 Cuci tangan.
3.8 Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan.
UNIT TERKAIT NICU dan Rawat Inap
SPO
PERAWATAN TALI PUSAT

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman

1 dari 1
Ditetapkan oleh
STANDAR TANGGAL TERBIT Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL Dr. H. Asnim AB,M.Kes

PENGERTIAN Memberikan perawatan tali pusat pada bayi dimulai hari pertama kelahiran sampai
dengan tali pusat lepas.
TUJUAN 1. Untuk merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering.
2. Mencegah terjadinya infeksi.
KEBIJAKAN Perawatan tali pusat dilakukan oleh dokter spesialis anak, perawat dan bidan
sesuai prosedur yang telah ditentukan.
1. Persiapan alat
1.1 Kassa steril.
1.2 Alkohol 70 % (jika perlu).
1.3 Tempat sampah medis.
1.4 APD sesuai kondisi klien.
1.5 Plester.
2. Persiapan klien
Menjelaskan pada orang tua klien tentang tindakan yang akan dilakukan (lihat
SOP informed consent).
3. Pelaksanaan
PROSEDUR 3.1 Cuci tangan.
3.2 Persiapkan alat.
3.3 Pakai APD sesuai kondisi klien.
3.4 Atur posisi klien.
3.5 Angkat pakaian bagian atas klien sampai terlihat tali pusat klien.
3.6 Tali pusat dibersihkan dengan kassa alkohol (membersihkan tali pusat
dilakukan dengan cara sirkuler).
3.7 Setelah bersih, tali pusat tidak perlu dibungkus (biarkan terbuka),
tempelkan tali pusat pada abdomen bayi, jika tali pusat berbau kompres
dengan kapas alkohol dan jika tali pusat berdarah tekan dengan kassa
alkohol lalu di plester.
3.8 Perawatan tali pusat dilakukan setiap hari atau jika tali pusat basah.
3.9 Rapihkan alat.
3.10 Lepaskan APD.
3.11 Cuci tangan.
3.12 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
UNIT TERKAIT NICU dan Rawat Inap
SPO
ASUHAN METODE KANGGURU

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman

1 dari 2
Ditetapkan oleh
STANDAR TANGGAL TERBIT Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL Dr. H. Asnim AB,M.Kes

PENGERTIAN Merupakan bentuk interaksi orang tua dan kliennya, dimana ibu menggendong
kliennya dengan kontak kulit dan kulit pada posisi vertikal, kepala di atas atau
diantara payudara selama 20 menit atau lebih.
TUJUAN 1. Memperkenalkan konsep, keuntungan, implementasi dan tatalaksana asuhan
kontak kulit dengan kulit.
2. Memberi kehangatan kepada klien sehingga hipotermi tidak terjadi.
3. Membantu mempercepat naiknya berat badan klien prematur.
KEBIJAKAN Metode kangguru dilakukan oleh dokter, perawat dan bidan sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan.
1. Persiapan alat
1.1 Gendongan KMC (kain panjang jika tidak ada).
1.2 Topi klien.
1.3 APD sesuai kondisi klien.
1.4 Alat tulis.
2. Persiapan klien dan orang tua
2.1 Menjelaskan pada orang tua klien tentang tindakan yang akan dilakukan
(lihat SOP informed consent).
2.2 Memberikan penyuluhan kesehatan kepada orang tua klien melalui media
video KMP dan menjelaskan secara lisan jika ada yang belum dimengerti
oleh orang tua.
3. Pelaksanaan
3.1 Cuci tangan.
PROSEDUR 3.2 Persiapan alat.
3.3 Pakai APD sesuai kondisi klien.
3.4 Mempersilahkan orang tua klien mengganti pakain ibu atau ayah bagian
atas dengan pakaian yang sudah dipersiapkan untuk memfasilitasi
terjadinya kontak kulit dengan kulit di tempat yang sudah dipersiapkan.
3.5 Minta ibu atau ayah untuk mencuci tangan sebelum memegang klien dan
informasikan bahwa tindakan mencuci tangan untuk mencegah terjadinya
infeksi.
3.6 Setelah orang tua klien siap, gendong klien dari inkubatordan pindahkan ke
radian warmer kemudain :
3.6.1 Cek vital sign klien, saturasi, nadi dan suhu pastikan dalam batas
normal.
3.6.2 Buka pakaian klien, cek popok jika ada BAK atau BAB ganti
terlebih dahulu.
3.6.3 Letakkan klien diatas gendongan KMC dengan memasukkan kedua
kaki kedalam gendongan KMC yang sudah dipersiapkan.
3.6.4 Pakaikan topi klien.
3.7 Posisikan klien di dada ibu atau ayah.
3.7.1 Klien diantara payudara ibu.
3.7.2 Kepala menoleh ke salah satu sisi
3.7.3 Posisi “kaki kodok” dan buat klien senyaman mungkin.

3.8 Pertahankan posisi ini dengan menggunakan bantuan gendongan klien.


Tepi kain menggendong bagian atas harus dibawah telinga klien.
3.9 Minta ibu atau ayah untuk memakai pakaian bagian atasnya kembali
3.10 Memantau Neonatus :
3.10.1 Setelah klien dipindahkan dengan baik ke orang tuanya, tanda vital
dan status oksigenasi klien harus dipantau dan penyesuaian dibuat
berdasarkan klien.
3.10.2 Klien harus dikembalikan ke inkubator jika terdapat tanda stress
yang menetap, termasuk takipnea, takikardi, ketidak stabilan suhu
atau desaturasi oksigen.
3.10.3 Lama waktu memeluk klien secara individual minimal 2 jam atau
bergantung pada keadaan neonatus dan kenyamanan klien.
3.11 Cuci tangan.
3.12 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
UNIT TERKAIT NICU dan RAWAT INAP
SPO
IKTERUS NEONATORUM

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman

1 dari 1
Ditetapkan oleh
TANGGAL TERBIT Direktur
STANDAR
PROSEDUR Dr. H. Asnim AB,M.Kes
OPERASIONAL
Ikterus adalah warna kuning dikulit, konjungtiva dan mukosa akibat penumpukan
PENGERTIAN bilirubin dalam serum. Sedangkan hyperbillirubinemia adalah ikterus dengan
konsentrasi bilirubin serum yang menjurus kearah terjadinya kernikterus atau
enselopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan.
1. Untuk mengobati hyperbilirubinemia.
TUJUAN 2. Untuk mencegah tingginya kadar hiperbilirubin dalam darah menjalar dan
menganggu saraf otak klien neonatus.
KEBIJAKAN Pemeriksaan ikterus neonatus dilakukan oleh dokter spesialis anak, dokter, dan
perawat sesuai prosedur yang telah ditentukan.
1. Persiapan alat
1.1 Rekam medik klien.
1.2 Set pemeriksaan fisik.
2. Persiapan klien
Menjelaskan pada orang tua klien tentang tindakan yang akan dilakukan (lihat
SOP informed consent).
3. Pelaksanaan
3.1 Cuci tangan.
3.2 Persiapan alat.
3.3 Pemeriksaan TTV.
3.4 Dokter spesialis anak melakukan pemeriksaan penunjang :
PROSEDUR 3.4.1 Kadar bilirubin serum (total, direk, indirek).
3.4.2 Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi.
3.4.3 Penentuan golongan darah dan faktor Rh dari ibu dan klien.
3.4.4 Pemeriksaan kadar enzim G6PD.
3.4.5 Uji fungsi hati (USG hati), uji fungsi tiroid, uji urine terhadap
galaktosemia.
3.4.6 Pada kejadian sepsis dilakukan kultur darah, urine, IT ratio, CRP.
3.5 Pertimbangan terapi sinar pada :
3.5.1 NCB – SMK sehat, kadar bilirubin total lebih dari 12mg/dl
3.5.2 NKB – sehat, kadar bilirubin total lebih dari 10mg/dl
3.6 Pertimbangan transfusi bila kadar bilirubin indirek lebih dari 20mg/dl.
3.7 Rapihkan alat
3.8 Cuci tangan
3.9 Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan dalam dokumen medis.
UNIT TERKAIT Rawat jalan, Rawat Inap, UGD, NICU
SPO
PENGGUNAAN PULSE OXYMETRI

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman

1 dari 1
Ditetapkan oleh
STANDAR TANGGAL TERBIT Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL Dr. H. Asnim AB,M.Kes

PENGERTIAN Alat yang digunakan untuk mengukur kadar oksigen dalam darah (SPO2), saat ini
dilengkapi juga dengan pengukur detak jantung (Heart rate) klien.
TUJUAN Mengetahui kadar oksigen dalam darah klien.
KEBIJAKAN Pemeriksaan menggunakan oxymetri dilakukan dokter spesialis anak, dokter,
perawat dan bidan sesuai prosedur yang telah dilakukan.
1. Persiapan alat
1.1 Probe deteksi pulse oxymetri
1.2 Alat pengukur oxymetri
2. Persiapan alat
Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan (lihat SOP
informed consent).
3. Pelaksanaan
3.1 Cuci tangan.
3.2 Persiapan alat.
3.3 Tekan tombol on/off.
PROSEDUR 3.4 Bersihkan dan keringkan lokasi tempat penempelan sensor.
3.5 Tempelkan sensor (sejajar antara lampu dan elemen).
3.6 Tunggu sampai lampu sensor berwarna hijau.
3.7 Mengobservasi posisi probe, perfusi jaringan, serta adanya iritasi dari kulit
tempat probe di pasang setiap tiga jam.
3.8 Koreksi perfusi jaringan yang buruk (vasokontriksi, hipotermi atau
hipovolemik).
3.9 Jauhkan sensor oxymetri dari cahaya seperti sinar matahari, sorotan lampu,
ataupun alat-alat yang menyebabkan panas lainnya.
3.10 Catat hasil observasi di lembar pencatatan.
3.11 Rapihkan alat.
3.12 Cuci tangan.
3.13 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dan catat hasil
pemeriksaan.
UNIT TERKAIT NICU, UGD, OK, Rawat Inap,
SPO
PEMBERIAN INJEKSI VITAMIN K PADA BAYI BARU LAHIR

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman

1 dari 1
Ditetapkan oleh
STANDAR TANGGAL TERBIT Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL Dr. H. Asnim AB,M.Kes

PENGERTIAN Pemberian vitamin yang larut dalam lemak pada setiap bayi baru lahir sedini
mungkin yaitu 1-2 jam setelah lahir atau setelah bayi stabil, merupakan
naftukonion yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang
berperan dalam pembekuan darah.
TUJUAN Menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PDVK
(Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K).
KEBIJAKAN Pemberian vitamin K dilakukan oleh dokter, perawat dan bidan sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan.
1. Persiapan alat
1.1 APD sesuai kebutuhan.
1.2 Buku catatan pemberian obat.
1.3 Obat vitamin K dalam ampul.
1.4 Spuit 1cc.
1.5 Bak instrument steril.
1.6 Neirbeken.
1.7 Alkohol swab.
1.8 Perlak dan alasnya.
2. Persiapan klien
Menjelaskan pada orang tua klien tentang tindakan yang akan dilakukan (lihat
SOP informed consent).
PROSEDUR 3. Pelaksanaan
3.1 Cuci tangan.
3.2 Persiapan klien.
3.3 Pasang APD sesuai kebutuhan.
3.4 Masukkan vitamin K ke dalam spuit 1cc sebanyak 0,1cc.
3.5 Lakukan penyuntikan sesuai prosedur yang telah ditentukan (lihat SOP
pemberian obat secara intra muscular).
3.6 Lihat respon klien.
3.7 Pakaikan pakaian bayi lengkap dengan bedongnya.
3.8 Rapihkan alat.
3.9 Lepas APD dan buang ketempat sampah medis.
3.10 Cuci tangan.
3.11 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dan respon klien setelah
diberi vitamin K.
UNIT TERKAIT NICU, VK, OK
SPO
PENGGUNAAN CPAP
(CONTINUOUS POSITIVE AIRWAY PRESSURE)

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman

1 dari 3

Ditetapkan oleh
STANDAR TANGGAL TERBIT Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL Dr. H. Asnim AB,M.Kes

Merupakan suatu alat yang mempertahankan tekanan positif pada saluran nafas
PENGERTIAN neonatus selama pernafasan spontan.
1. Meningkatkan Functional Residual Capacity
2. Mencegah kolaps alveolar
3. Meningkatkan compliance
TUJUAN
4. Mempertahankan surfaktan
5. Mendukung jalan nafas dan diafragma
6. Menstimulasi pertumbuhan paru
Penggunaan CPAP dilakukan oleh dokter dan perawat sesuai dngan prosedur yang
KEBIJAKAN telah ditentukan.
1. Persiapan alat.
1.1 Bubble CPAP SISTEM SETUP.
1.2 Ventilator dengan mode CPAP.
1.3 Nasal pronge atau ETT (endotraceal tube).
1.4 Plester.
1.5 Aquabidest.
1.6 O2
1.7 Stabilisator.
1.8 Inkubator.
2. Persiapan klien.
Menjelaskan pada orang tua klien tentang tindakan yang akan dilakukan (lihat
SPO informed consent).
3. Pelaksanan.
3.1 Cuci tangan.
PROSEDUR 3.2 Cara menggunakan CPAP BUBBLE :
3.2.1 Sambungkan selang konektor ke O2 dari CPAP ke central oksigen.
3.2.2 Pasangkan chamber ke humidifier dan lepaskan tutup plastik biru.
3.2.3 Lepaskan selang air dan sambungkan ke water bag, ketinggian
water bag minimum 50 cm diatas chamber.
3.2.4 Gantung generator ditiang bawah posisi bayi, sambungkan pressure
manifold, selang nafas, temp probe, dan heater wire adaptor.
3.2.5 Dengan menggunakan corong, isi CPAP generator sampai air
melewati overflow container, pilih tekanan CPAP yang
dikehendaki dengan mengatur ketinggian CPAP probe.
3.2.6 Sambungkan oksigen tubing antara pressure manifold dengan
sumber aliran,flowrate yang dianjurkan 6-8L/mnt dan maksimum
15L/mnt, uji kebocoran dengan flow elbow, set CPAP generator
probe di 10 dan infut flowrate 1L/mnt, jika
SPO
PENGGUNAAN CPAP
(CONTINUOUS POSITIVE AIRWAY PRESSURE)

No. Dokumen No.Revisi Halaman

2 dari 3
gelembung air (bubble) terlihat, maka kebocoran masih dalam
batas normal. Jika bubble tidak ada maka seluruh sistem harus
dicek ulang.
3.2.7 Lepaskan floe elbow dan sambungkan selang nafas ke hidung
menurut warnanya.
3.2.8 Tarik kedua strap untuk memastikan prong dalam posisi ideal.
3.2.9 Nyalakan humidifier, pada MR850, set di “intubation mode”, pada
MR730, set temperature pada 40,-3.
3.2.10 Pastikan sudah muncul bubble dan cek nasal prong ke punggung
tangan, jika sudah ada tekanan dan terasa hangat CPAP sudah siap
digunakan.
3.3 Cara penggunaan Ventilator dengan mode CPAP
3.3.1 Cuci tangan.
3.3.2 Pasang sirkuit dan pastikan semua ujung sirkuit terpasang dengan
kencang.
3.3.3 Isi chamber dengan aquabidest sesuai level yang sudah ditentukan.
3.3.4 Sambungkan kabel stabilisator, kemudian nyalakan stabilisator dan
tekan tombol on pada monitor dan tombol on pada chamber
penghangat.
3.3.5 Set monitor :
3.3.5.1 Pilih mode klien neonatus pada monitor.
3.3.5.2 Set berat badan sesuai berat badan klien waktu lahir.
3.3.5.3 Set nomor ETT yang akan digunakan.
3.3.5.4 Pilih mode CPAP.
3.3.5.5 Tekan EST untuk mengkalibrasi, pastikan ketiga item
passed (jika salah satu item ada yang failed, kalibrasi ulang
dan cek semua sirkuit).
3.3.5.6 Cek ujung ETT, jika sudah terasa hangat dan ada tekanan
CPAP siap digunakan.
3.3.5.7 Lihat chamber, jika ssuhu sudah diatas 36,5 CPAP siap
digunakan.
3.4 Posisikan klien dan naikan bagian kepala tempat tidur 30˚.
3.5 Hisap lendir dari mulut, hidung dan faring klien dengan lembut.
3.6 Letakkan gulungan kecil dibawah leher dan bahu klien sedikit ekstensi
untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka.
3.7 Lembabkan nasal prong atau ETT dengan air steril atau tetesan NaCl 0,9%
sebelum memasukannya ke dalam hidung klien.
3.8 Sesuaikan sudut nasal prong atau ETT terpasang dengan posisi yang benar.
3.9 Untuk memastikan posisi yang benar, periksa :
3.9.1 Lubang hidup tertutup semua oleh nasal prong atau ETT.
3.9.2 Dan terlihat dari pucatnya warna kulit pucat ditepi lubang hidung.
3.9.3 Tidak ada tekanan lateral pada septum.
3.9.4 Ada sedikit ruang antara ujung septum dengan nasal prong atau
ETT.
3.9.5 Masukkan OGT dan lakukan aspirasi isi perut, biarkan ujung OGT
terbuka.
3.9.6 Gunakan topi yang sesuai dan lipat ujungnya 2-3 cm, pasang topi
dikepala bayi sehingga ujungnya tepat diatas telinga.
3.9.7 Setelah bayi distabilisasi bersihkan pipi dan bibir dengan air dan
biarkan kering.
3.9.8 Pasang plester untuk mencegah pergeseran.
3.10 Observasi hidung klien setiap 2-4 jam.
3.11 Cek nadi, saturasi dan suhu serta retraksi dada pertiga jam.
3.12 Jika retraksi dada mulai berkurang dan saturasi dalam batas normal,
mulai winning pelepasan CPAP dengan menurunkan FiO2 sampai batas
minimal 21%.

3.13 observasi kondisi klien.


3.14 Rapihkan alat.
3.15 Cuci tangan.
3.16 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
UNIT TERKAIT NICU
SPO
PENGGUNAAN INKUBATOR

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman

1 dari 2
Ditetapkan oleh
STANDAR TANGGAL TERBIT Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL Dr. H. Asnim AB,M.Kes
PENGERTIAN Penghangat klien yang menggunakan sumber radiasi panas berupa elemen heater
untuk mendapatkan kelembaban udara dalam box basinet klien sesuai yang
diinginkan.
TUJUAN 1. Untuk menghangatkan dan mempertahankan suhu normal klien (36,50C –
37,50C).
2. Untuk mencegah hipotermi.
KEBIAJAKAN Menghangatkan klien dalam incubator dilakukan oleh dokter, dokter spesialis,
perawat dan bidan sesuai prosedur yang telah ditentukan.
1. Persiapan alat
1.1 Inkubator.
1.2 Aquabidest.
1.3 Set laken lengkap (laken dan guling klien yang berbentuk angka 0 dan
nest).
1.4 Kain penutup incubator.
1.5 Cairan desinfektan.
1.6 Waslap.
2. Persiapan klien
Menjelaskan pada orangtua klien tentang tindakan yang akan dilakukan (lihat
SOP informed consent).
3. Pelaksanaan
3.1 Cuci tangan.
3.2 Persiapan alat.
3.3 Persiapan incubator :
3.3.1 Pastikan incubator dalam keadaan bersih, jika belum dibersihkan
PROSEDUR dengan menggunakan cairan desinfektan.
3.3.2 Ini chamber incubator sampai batas maksimal yang ditentukan.
3.3.3 Pasang laken pada bed incubator.
3.3.4 Pasang nest dan guling diatasnya.
3.3.5 Tekan tombol on/off pada incubator.
3.3.6 Atur suhu sesuai umur dan berat klien (lihat table).
3.3.7 Hangatkan incubator sebelum digunakan minimal 15 menit.
3.4 Lepas semua pakaian klien terkecuali popok (ganti popok jika kotor).
3.5 Cek suhu incubator dengan cara masukkan tangan melalui jendela
incubator.
3.6 Letakkan klien kedalam incubator, atur posisi klien senyaman mungkin
dan pasang tali nest dengan rapih.
3.7 Pasang probe suhu pada perut kiri klien.
3.8 Tutup inkubator secepat mungkin, jaga pintu atau jendela incubator selalu
agar tetap hangat.
3.9 Gunakan incubator untuk satu klien.
3.10 Observasi saturasi, nadi, dan suhu klien. Bila klien tetap dingin walaupun
suhu incubator sudah diatur, lihat manajemen suhu tubuh abnormal.

3.11 Pindahkan klien ke ibu sesegera mungkin bila klien sudah tidak
menunjukkan tanda-tanda sakit.
3.12 Rapihkan alat.
3.13 Cuci tangan.
3.14 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
UNIT TERKAIT NICU, VK,
SPO
PENYIMPANAN ASI

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman

1 dari 1
Ditetapkan oleh
STANDAR TANGGAL TERBIT Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL Dr. H. Asnim AB,M.Kes

PENGERTIAN Suatu tindakan yang dilakukan untuk menyimpan ASI agar kandungan nutrisi ASI
tidak hilang atau rusak saat disimpan sampai dengan ASI diberikan kepada bayi.
TUJUAN 1. Menjaga kandungan ASI tidak rusak saat diperlukan.
2. Memudahkan atau memperlancar pemberian ASI eksklusif jika ibu memiliki
kesibukan.
KEBIJAKAN Menyimpan ASI dilakukan oleh keluarga klien, perawat dan bidan sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan.
1. Persiapan alat
1.1 Kulkas
1.2 Plastik ASI
1.3 Pompa ASI
2. Persiapan klien
2.1 Menjelaskan pada orang tua klien tentang tindakan yang akan dilakukan
(lihat SOP informed consent).
2.2 Anjurkan pemberian ASI dini dan eksklusif.
3. Pelaksanaan
3.1 Cuci tangan.
3.2 Persiapan alat.
3.3 Cara mengantar ASI dari rumah klien ke rumah sakit :
3.3.1 Siapkan termos yang sudah diberi es batu untuk menyimpan ASI
yang sudah disimpan dalam plastic ASI.
PROSEDUR 3.3.2 Jika perjalanan jauh sebaiknya es batu lebih banyak, termos tidak
cukup menampung es batu banyak.
3.3.3 Anjurkan keluarga klien senantiasa menulis tanggal dan jam
pemerasan ASI pada setiap plastic ASI yang diberikan.
3.3.4 Berikan sesegera mungkin ASI kepada petugas rumah sakit.
3.4 Cara penyimpanan ASI :
3.4.1 Bila akan diberikan dalam waktu 6 jam, setelah pengambilan dapat
disimpan dalam suhu ruangan.
3.4.2 Jika ASI akan diberikan hingga dalam waktu 24 jam ASI bisa
dismpan dalam termos yang berisi es batu.
3.4.3 Bila akan diberikan dalam waktu 72 jam ASI disimpan didalam
pendingin dimana suhu lemari pendingin dibawah 50C.
3.4.4 Bila akan diberikan dalam waktu 3 bulan ASI disimpan dalam
freezer dan dibekukan pada suhu -180C, dan sebaiknya freezer
dibuka maximal dalam 24 jam sekali.
3.5 Rapihkan alat.
3.6 Cuci tangan.
3.7 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
UNIT TERKAIT NICU dan RAWAT INAP
SPO
PENGGUNAAN TIMBANGAN BAYI

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman

1 dari 1
Ditetapkan oleh
STANDAR TANGGAL TERBIT Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL Dr. H. Asnim AB,M.Kes

PENGERTIAN Alat yang digunakan untuk mengukur berat badan bayi.


TUJUAN 1. Untuk mengetahui berat badan bayi.
2. Untuk menentukan criteria bayi berdasarkan berat badan :
2.1 Bayi berat lahir sangat rendah (kurang dari 1500gr).
2.2 Bayi berat lahir rendah (1500-2500gr).
2.3 Bayi berat normal (2500-4000gr).
2.4 Bayi obesitas (lebih dari 4000gr).
KEBIJAKAN Mengukur berat badan bayi dilakukan oleh dokter, perawat dan bidan sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan.
1. Persiapan alat
1.1 Timbangan bayi
1.2 Alat tulis
1.3 Underpad
2. Persiapan klien
Menjelaskan pada orang tua klien tentang tindakan yang akan dilakukan (lihat
SOP informed consent).
3. Pelaksanaan
3.1 Cuci tangan.
PROSEDUR 3.2 Penunjukan angka dalam timbangan harus pada posisi angka 0 (nol).
3.3 Siapkan bayi untuk ditimbang.
3.4 Lepaskan semua pakaian bayi.
3.5 Letakkan atau baringkan bayi diatas timbangan.
3.6 Baca angka yang tertera dipenunjukan dan dicatat.
3.7 Angkat bayi dari timbangan.
3.8 Letakkan bayi diatas infant warmer.
3.9 Rapihkan pakaian bayi serta bedong dengan rapih.
3.10 Rapihkan alat.
3.11 Cuci tangan.
3.12 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dan catat hasil
pengukuran.

UNIT TERKAIT NICU, VK


SPO
RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman

1 dari 3
Ditetapkan oleh
STANDAR TANGGAL TERBIT Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL Dr. H. Asnim AB,M.Kes

Usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah
PENGERTIAN jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen pada otak, jantung dan alat – alat
vital lainnya.
1. Mencegah terjadinya asfiksia.
TUJUAN
2. Menurunkan angka kematian bayi.
Resusitasi neonatus dilakukan oleh dokter spesialis anak, perawat dan bidan sesuai
KEBIJAKAN
prosedur yang telah dilakukan.
1. Perlengkapan suction
1.1 Bulb Syringe atau balon pengisap.
1.2 Alat suction.
1.3 Kateter suction, ukuran 5, 6, 8, 10, 12, 14 Fr.
1.4 Sungkup.
2. Perlengkapan ventilasi balon dan sungkup :
2.1 Balon resusitasi neonatus dengan katup pelepas tekanan.
2.2 Reservoir oksigen untuk memberikan O2 90 – 100%.
2.3 Sungkup wajah dengan bantalan pinggir, ukuran untuk neonatus cukup
bulan dan premature.
2.4 Oksigen dengan pengukur aliran (flowmeter) dan pipa oksigen.
3. Peralatan intubasi :
Laringoskop dengan daun lurus, No.0 (prematur) dan No.1 (neonatus cukup
bulan)
3.1 Lampu dan batre cadangan untuk laringoskop.
3.2 Pipa ET 2,5, 3, 3,5 4,0 mm
PROSEDUR
3.3 Stilet.
3.4 Oropharyngeal airway (Guedel) untuk neonatus.
4. Obat-obatan / Bahan
4.1 Epinefrin 1:10.000
Indikasi : setelah pemberian VTP selama 30 detik dan pemberian secara
terkoordinasi VTP + kompresi dada selama 30 detik, frekuensi jantung
tetap < 60 kali/menit.
Cara pemberian & dosis :
4.1.1 Persiapan : 1ml cairan 1 : 10.000
4.1.1 Melalui vena umbilikalis : 0,1 - 0,3 ml/kg/BB
4.1.1 Melalui pipa endotrakea : 0,3 - 1,0 ml/kg/BB
Kecepatan pemberian : secepat mungkin
4.1 Natrium bikarbonat 4,2%.
4.2 Dekstrosa 10%
4.3 Nalokson
4.4 6 Aqua steril.
SPO
RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman

2 dari 3
4.5 Kateter umbilical / pengganti kateter umbilical
5. Alat lain-lain
5.1 Sarung tangan dan pelindung lain.
5.2 Infant warmer/alat pemancar panas.
5.3 Kain hangat minimal 3 buah.
5.4 Jam detik/stopwatch.
5.5 Stetoskop untuk neonatus.
5.6 Plastik /kantung plastic.
5.7 Inkubator transfort.
5.8 Oksimeter nadi dengan probe, blender oksigen, sumber udara tekan (kalau
ada).
5.9 Three way stopcock.
5.10 Spuit 1, 3, 5, 10, 20, 50 ml dengan jarumnya.
5.11 Gunting, plester, kapas alcohol.
5.12 Selang lambung (OGT) ukuran 5Fr, 8Fr
6. Segera setelah lahir, nilai 4 pertanyaan
6.1 Air ketuban jernih?
6.2 Cukup bulan?
6.3 Bernafas/menangis?
6.4 Tonus otot baik?
Bila jawaban semuanya “ya”→ perawatan rutin
1) Memberi kehangatan
2) Membersihkan jalan nafas
3) Mengeringkan
4) Menilai warna kulit
Bila salah satu / lebih jawabannya “tidak”→LANGKAH AWAL
Langkah awal : (diselesaikan dalam waktu ≤ 30 detik)
6.4.1 Berikan kehangatan dengan cara meletakkan bayi dibawah
pemancar panas.
6.4.2 Posisikan kepala setengah ekstensi.
6.4.3 Bersihkan jalan nafas (bila perlu) dengan melakukan pengisapan
pada mulut hingga orofaring kemudian hidung.
6.4.4 Keringkan, rangsang, perbaiki posisi.
6.4.5 Jika ketuban tercampur mekonium, diperlukan tindakan tambahan
dalam pembersihan jalan nafas. Setelah seluruh tubuh bayi lahir,
lakukan penilaian apakah bayi bugar atau tidak bugar.
6.4.6 Tidak bugar ditandai dengan depresi pernafasan dan atau tonus otot
kurang baik dan atau frekuensi jantung < 100 kali/menit. Jika bayi
bugar, tindakan bersihkan jalan nafas sama seperti sebelumnya,
tetapi bayi tidak bugar lakukan pengisapan dari mulut dan trakea
terlebih dahulu, kemudian lengkapi dengan langkah awal.
7. Tindakan Resusitasi
7.1 Ventilasi Tekanan Positif
7.1.1 Syarat dilakukan VTP
VTP dilakukan apabila pada penilaian pasca langkah awal
didapatkan salah satu keadaan berikut: Apnea, Frekuensi jantung <
100 kali/menit, tetap sianosis sentral walaupun telah diberikan
oksigen aliran bebas.
SPO
RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman

3 dari 3
7.1.2 Langkah-langkah untuk melakukan VTP :
7.1.2.1 Sebelum VTP diberikan pastikan posisi kepala dalam
keadaan setengah tengadah.
7.1.2.2 Pilihlah ukuran sungkup. Ukuran 1 untuk bayi berat normal,
ukuran 0 untuk BBLR.
7.1.2.3 Sungkup harus menutupi hidung dan mulut, tidak menekan
mata dan tidak mengganggu didagu.
7.1.2.4 Tekan sungkup dengan jari tangan. Jika terdengar udara
keluar dari sungkup, perbaiki perlengkapan sungkup.
Kebocoran yang paling umum antara hidung dan pipi.
7.1.2.5 VTP menggunakan balon sungkup diberikan selama 30
detik dengan kecepatan 40-60 kali/menit ~ 20-30
kali/30detik.
7.1.2.6 Pastikanlah bahwa dada bergerak naik turun tidak terlalu
tinggi secara simetris.
7.1.2.7 Lakukan penilaian VTP setelah 30detik.
7.2 VTP+Kompresi dada
Apabila setelah tindakan VTP selama 30 detik, frekuensi jantung < 60
detik maka lakukan kompresi dada yang terkoordinasi dengan ventilasi
selama 30 detik dengan kecepatan 3 kompresi : 1 ventilasi selama 2 detik.
Kompresi dilakukan dengan 2 ibu jari atau jari tengah_telunjuk /
tengah_manis. Lokasi kompresi ditentukan dengan menggerakan jari
sepanjang tepi iga terbawah menyusur keatas sampai mendapatkan sifoid,
Letakan ibu jari atau jari-jari pada tulang dada sedikit diatas sifoid.
Berikan topangan pada bagian belakang bayi. Tekan sedalam 1/3 diameter
anteroposterior dada.
7.3 Intubasi
Intubasi endotrakea dilakukan pada keadaan berikut :
7.3.1 Ketuban tercampur mekonium & bayi tidak bugar
7.3.2 Jika VTP dengan balon & sungkup tidak efektif
7.3.3 Membantu koordinasi VTP & kompresi dada
7.3.4 Pemberian epinefrin untuk menstimulasi jantung
7.3.5 Indikasi lain : sangat premature & hernia diafragmatika
7.4 Gambaran tahapan resusitasi neonatus lihat bagan terlampir.
7.5 Rapihkan alat.
7.6 Cuci tangan.
7.7 Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
UNIT TERKAIT NICU, OK, VK,
SPO
HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman

1 dari 2
Ditetapkan oleh
STANDAR TANGGAL TERBIT Direktur
PROSEDUR
OPERASIONAL Dr. H. Asnim AB,M.Kes

PENGERTIAN Adalah kadar glukosa plasma < 2,6 mmol/ atau < 47 mg/dl untuk neonatus cukup
bulan maupun neonatus kurang bulan.
TUJUAN 1. Untuk mencegah hipoglikemia pada neonatus.
2. Untuk menentukan total parenteral nutrition yang diperlukan pada neonatus.
3. Untuk menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
KEBIJAKAN Penanganan hipoglikemia pada neonatus dilakukan oleh dokter spesialis anak,
dokter dan perawat sesuai prosedur yang telah ditentukan.
1. Persiapan alat
1.1 Rekam medic klien
1.2 Glucometer set
1.3 Alkohol swab
1.4 Oxymetri
1.5 Termometer
2. Persiapan klien
Menjelaskan pada orang tua klien tentang tindakan yang akan dilakukan (lihat
SOP informed consent).
3. Pelaksanaan
3.1 Cuci tangan.
3.2 Persiapan alat.
3.3 Pemeriksaan TTV.
3.4 Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis :
PROSEDUR 3.4.1 Bayi dengan resiko hipoglikemia dan bayi dengan gejala klinis
yang mungkin disebabkan hipoglikemia dilakukan uji tapis dengan
glucometer. Jika hasilnya < 47 mg/dl, selanjutnya dikonfirmasi
dengan pemeriksaan gula darah dilaboratorium.
3.4.2 Jika GDS < 47 mg/dl, maka klien sesegera mungkin diberi minum
cepat.
3.4.3 Setelah pemberian minum cepat cek GDS ulang 1 jam pertama, jika
masih hipoglikemia beri Terapi Parenteral Nutrition (TPN) segera
(lihat SOP TPN).
3.4.4 Hitung glucose index rate (GIR) : 6-8 mg/kg/menit untuk mencapai
gula darah maksimal, dapat dinaikkan sampai 10-15 mg/kg/menit.
Bila dibutuhkan > 15 mg/kg/menit, pertimbangkan obat-obatan :
glucagon, kortikosteroid kemudian konsul. Bila ditemukan hasil
GD 35 - < 47 mg/dl dua kali berturut-turut, berikan IVFD dekstrosa
10% sebagai tambahan asupan per oral.
3.5 Tata laksana (lihat diagram).
3.6 Cuci tangan.
3.7 Rapihkan alat.
3.8 Dokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan dalam dokumen medis.
SPO
HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman

01 2 dari 2
Diagram penatalaksanaan hipoglikemia pada klien neonatus

GD < 47 mg/dl

GD < 25 mg/dl GD > 25<47 mg/dl Hipoglikemia

1. Koreksi secara IV bolus dekstros 10% 2 1. Nutrisi oral/entrasi segera : ASI atau
ml/kg OO IVFD, Dekstrose 10% minimal PASI, maks 100ml/kg/hari (hari
60 ml/kg/hari (hari pertama) dengan GIR pertama).
6-8 mg/kg/menit. 2. Bila ada kontra indikasi minum oral atau
2. Oral tetap diberikan bila tidak ada kontra enteral OO
indikasi.

GD ulang (30 menit – 1 jam) GD ulang 1 jam

GD < 47 mg/dl GD < 16 mg/dl GD 36 - 47 mg/dl

Dekstrose cara : Oral : ASI atau PASI yang dilarutkan


dengan dekstrose 5%
1. Volume sampai maksimal
100 ml/kg/hari (hari
pertama).
2. Konsentrasi vena perifer GD ulang (1 jam)
maksimal 12,5 % umbilical
dapat mencapai 25 %.
GD > 36 - < 47 mg/dl

GD lebih dari 47 mg/dl

Ulang GD tiap 2-4 jam, 15 menit sebelum jadwal minum berikut, sampai 2 kali
berturut – turut sampai normal.

UNIT TERKAIT Rawat jalan, rawat inap, UGD

Anda mungkin juga menyukai