Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam suatu ekosistem terdapat berbagai macam flora dan fauna. Flora
yang hidup dalam lingkungan tersebut salah satunya adalah vegetasi. Vegetasi
merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu
penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga
merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Irwanto,
2007).
Vegetasi tidak hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan
melainkan membentuk suatu kesatuan di mana individu-individunya saling
tergantung satu sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-
tumbuhan. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat
lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Menurut Barbour (1986) tiap-
tiap jenis tumbuhan mempunyai pola penyebaran yang berbeda-beda
tergantung pada model reproduksi dan lingkungan mikro. Para pakar ekologi
menggunakan analisis vegetasi sebagai alat untuk memperlihatkan informasi
yang berguna tentang komponen-komponen lainnya dari suatu ekosistem.
Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur
dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Pantai Bama di Taman Nasional Baluran, memiliki kawasan hutan yang
cukup luas. Dimana terdapat berbagai macam vegetasi yang ditemukan di
dalamnya. Secara visual, pada area tersebut terdapat tumbuhan yang hampir
sama. Untuk dapat mengetahui pola penyebaran tumbuhan secara lebih spesifik
maka dilakukan analisis vegetasi Analisi vegetasi dilakukan dengan mengukur
nilai kerapatan populasi, dominasi relatif, frekuensi populasi, dan indeks nilai
penting (INP), serta indeks dominasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan beberapa permasalahan,
yaitu:
1. Berapa banyak tumbuhan yang berhasil diidentifikasi pada kawasan hutan
Pantai Bama, Taman Nasional Baluran?
2. Bagaimana kerapatan populasi pada kawasan hutan Pantai Bama, Taman
Nasional Baluran?
3. Bagaimana dominansi relatif pada kawasan hutan Pantai Bama, Taman
Nasional Baluran?
4. Bagaimana frekuensi relatif pada kawasan hutan Pantai Bama, Taman
Nasional Baluran?
5. Bagaimana nilai penting pada kawasan hutan Pantai Bama, Taman
Nasional Baluran?
6. Bagaimana hasil analisi vegetasi pada kawasan hutan Pantai Bama, Taman
Nasional Baluran?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan pengamatan ini adalah :
1. Mengidentifiksi tumbuhan yang ada pada kawasan hutan Pantai Bama,
Taman Nasional Baluran.
2. Menentukan kerapatan populasi pada kawasan hutan Pantai Bama, Taman
Nasional Baluran.
3. Menentukan dominansi relatif pada kawasan hutan Pantai Bama, Taman
Nasional Baluran.
4. Menentukan frekuensi relatif pada kawasan hutan Pantai Bama, Taman
Nasional Baluran.
5. Menentukan nilai penting pada kawasan hutan Pantai Bama, Taman
Nasional Baluran.
6. Melakukan analisis vegetasi pada kawasan hutan Pantai Bama, Taman
Nasional Baluran.
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum uji resistensi ini adalah:
1. Manfaat bagi peneliti
Peneliti memperoleh pengetahuan tentang cara analisis vegetasi,
sehingga dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari untuk menganalisis
vegetasi tumbuhan di sekitarnya.
2. Manfaat bagi pembaca
Pembaca dapat menambah wawasan dan pengetahuan, serta
memperoleh informasi mengenai analisis vegetasi pada kawasan hutan
Pantai Bama, Taman Nasional Baluran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Analisis
Analisis merupakan aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti
mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan
dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya
dan ditafsirkan maknanya. Dalam pengertian yang lain, analisis adalah sikap
atau perhatian terhadap sesuatu (benda, fakta, fenomena) sampai mampu
menguraikan menjadi bagian-bagian, serta mengenal kaitan antarbagian
tersebut dalam keseluruhan. Analisis dapat juga diartikan sebagai kemampuan
memecahkan atau menguraikan suatu materi atau informasi menjadi
komponen-komponen yang lebih kecil sehingga lebih mudah dipahami.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata analisis memiliki beberapa
pengertian diantaranya : 1) penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,
perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya
(sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya); 2) penguraian suatu
pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta
hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti keseluruhan; 3) penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya; 4)
pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya.
Salah satu bentuk analisis adalah merangkum sejumlah data besar yang
masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasi
atau pemisahan dari komponen-komponen atau bagian-bagian yang relevan
dari seperangkat data juga merupakan bentuk analisis untuk membuat data-
data tersebut mudah diatur. Semua bentuk analisis berusaha menggambarkan
pola-pola secara konsisten dalam data sehingga hasilnya dapat dipelajari dan
diterjemahkan dengan cara yang singkat dan penuh arti.

B. Vegetasi
Vegetasi adalah kumpulan dari tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama-
sama pada suatu tempat, biasanya terdiri dari beberapa jenis berbeda.
Kumpulan dari berbagai jenis tumbuhan yang masing-masing tergabung
dalam populasi yang hidup dalam suatu habitat dan berinteraksi antara satu
dengan yang lain yang dinamakan komunitas (Gem, 1996 dalam Anonim
2012 ).
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari
beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam
mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis (Irwanto, 2007). Dengan kata lain, vegetasi tidak hanya
kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu
kesatuan di mana individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang
disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan. Vegetasi di suatu tempat
akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor
lingkungannya.
Struktur vegetasi menurut Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) dalam
Anonim (2012), adalah suatu pengorganisasian ruang dari individu-individu
yang menyusun suatu tegakan. Dalam hal ini, elemen struktur yang utama
adalah growth form, stratifikasi dan penutupan tajuk (coverage). Dalam
pengertian yang luas, struktur vegetasi mencakup tentang pola-pola
penyebaran, banyaknya jenis, dan diversitas jenis. Menurut Odum (1993),
struktur alamiah tergantung pada cara dimana tumbuhan tersebar atau
terpencar di dalamnya.

C. Analisis Vegetasi
Pengertian Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan
atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Para pakar ekologi
memandang vegetasi sebagai salah satu komponen dari ekosistem, yang dapat
menggambarkan pengaruh dari kondisi–kondisi faktor lingkungan dari
sejarah dan faktor–faktor itu mudah di ukur dan nyata. Dengan demikian
analisis vegetasi secara hati–hati dipakai sebagai alat untuk memperlihatkan
informasi yang berguna tentang komponen komponen lainnya dari suatu
ekosistem. Menurut Indriyanto (2005) analisis vegetasi dilakukan untuk
mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu wilayah
yang dipelajari.
Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif.
Dengan demikian, dalam deskripsi struktur vegetasi tumbuhan dapat
dilakukan secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara kuantitatif
dengan parameter kuantitatif. Parameter kualitatif dalam analisis vegetasi
antara lain: fisiognomi, fenologi, stratifikasi, kelimpahan, penyebaran, daya
hidup, bentuk pertumbuhan dan periodisitas.

Parameter Analisis Vegetasi


Untuk kepentingan deskripsi suatu vegetasi tumbuhan diperlukan
minimal tiga parameter kuantitatif antara lain : densitas, frekuensi dan
dominansi.

1. Densitas
Adalah jumlah individu per unit luas atau per unit volume. Dengan
kata lain, densitas merupakan jumlah individu organisme per satuan ruang
dan sering digunakan istilah kerapatan diberi notasi K (Indriyanto, 2005)

K= Densitas spesies ke- i dapat dihitung sebagai K-i, dan densitas relatif
spesies ke-i terhadap kerapatan total dapat dihitung sebagai KR-i.
2. Frekuensi
Frekuensi digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah
sampel yang berisi suatu jenis tertentu terhadap jumlah total sampel.
Frekuensi tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat ditemukannya
suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Frekuensi
merupakan besarnya intensitas diketemukannya suatu spesies organisme
dalam pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem
(Indriyanto, 2005). Untuk kepentingan analisis vegetasi, frekuensi spesies
(F), frekuensi spesies ke-i (F-i) dan frekuensi relatif spesies ke-i (FR-i)
dapat dihitung dengan rumus :

3. Luas Penutupan
Luas penutupan adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi
oleh spesies tumbuhan dengan luas total habitat. Luas penutupan dapat
dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk ataupun luas
bidang dasar (luas basal area). Dapat dikatakan dengan istilah dominansi
karena parameter ini digunakan untuk menunjukkan spesies tumbuhan
yang dominan dalam suatu komunitas. Untuk kepentingan analisis
vegetasi, luas penutupan/dominansi spesies (D), dominansi spesies ke-i
(D-i) dan dominansi relatif spesies ke-i (DR-i) dapat dihitung dengan
rumus :
1. Jika berdasarkan luas penutupan tajuk, maka :

2.
2. Jika berdasarkan luas basal area atau luas bidang dasar, maka :

4. Indeks Nilai Penting


Parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat
dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas
tumbuhan (Soegianto, 1994). Indeks nilai penting dapat dituliskan dengan
rumus sebagai berikut :
INP = KR + FR + CR
INP-i = KR-I + FR-i + CR-i

Metode Pengambilan Contoh Analisis Vegetasi


Pengambilan contoh untuk analisis vegetasi dapat dilakukan dengan
menggunakan metode petak (plot), metode jalur, ataupun metode kuadran
(Soegianto, 1994). Salah satu metode yang paling umum digunakan adalah
metode petak. Metode ini dapat menggunakan metode petak tunggal atau
petak ganda.
Metode petak tunggal, hanya dibuat satu petak contoh dengan ukuran
tertentu yang mewakili suatu tegakan hutan atau suatu komunitas tumbuhan.
Ukuran minimum petak contoh itu, ditetapkan menggunakan kurva spesies
area. Luas minimum petak contoh itu ditetapkan dengan dasar bahwa
penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah spesies lebih
dari 5% (Soegianto, 1994).
Metode petak ganda, pengambilan contoh vegetasinya dilakukan dengan
menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata pada areal
yang dipelajari, dan peletakan petak contoh sebaiknya secara sistematik.
Ukuran tiap petak contoh disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan
bentuk tumbuhannya. Ukuran petak contoh untuk pohon dewasa adalah 20m
x 20m, fase tiang 10m x 10m, fase pancang adalah 5m x 5m, dan untuk fase
semai, liana, serta semua jenis tumbuhan bawah menggunakan petak contoh
berukuran 1m x 1m atau 2m x 2m. Pada metode petak ganda semua
parameter kuantitatif dapat dihitung menggunakan rumus-rumus seperti yang
telah diuraikan sebelumnya.
Metode petak ganda dapat dikombinasikan dengan metode jalur, menjadi
metode garis berpetak. Metode garis berpetak digunakan dengan cara
melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur, sehingga sepanjang garis
rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama. Metode kuadran
adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh (plotless)
metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan
tihang, contohnya vegetasi hutan. Apabila diameter tumbuhan tersebut lebih
besar atau sama dengan 20 cm maka disebut pohon, dan jika diameter
tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan jika tinggi pohon
2,5 m sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta (pancang) dan mulai
anakan sampai pohon setinggi 2,5 meter disebut seedling (Syafei, 1990).
Metode kuadran terdiri dari suatu seri titik-titik yang telah ditentukan di
lapang, dengan letak bisa tersebar secara random atau merupakan garis lurus
(berupa deretan titik-titik). Umumnya dilakukan dengan susunan titik-titik
berdasarkan garis lurus yang searah dengan mata angin (arah kompas).Titik
pusat kuadran adalah titik yang membatasi garis transek setiap jarak 10 m
Metode kuadran biasa digunakan untuk mengetahui komposisi, dominasi
pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan
plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area
cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang
hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan
perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama.
biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi
kompleks lainnya.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian analisis vegetasi pada kawasan hutan Pantai Bama, Taman
Nasional Baluran adalah pengamatan, karena tidak ada variable-variabel yang
terlibat dalam penelitian ini. Penelitian hanya dilakukan dengan pengamatan
indera dan analisis.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian analisis vegetasi pada kawasan hutan Pantai Bama, Taman
Nasional Baluran, di laksanakan pada:
Hari/tanggal : Sabtu, 19 Nopember 2016
Waktu : 08.30 WIB – selesai
Tempat : Kawasan hutan Pantai Bama, Taman Nasional Baluran

C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian mengenai analisis vegetasi pada kawasan hutan Pantai
Bama, Taman Nasional Baluran adalah pohon-pohon yang terdapat pada
kawasan tersebut.

D. Alat dan Bahan


a. Alat :
1) Meteran gelang
2) Tali rafia
3) Timbangan
4) Cetok
5) Termometer Hg atau alkohol
6) pH dan kelembaban tanah
7) tonggak kayu
8) buku identifikasi
b. Bahan :
1) Kantong plastik
2) Karet gelang
3) Kertas dan bolpoin

E. Prosedur Kerja
a. Menentukan luas area yang diteliti sepanjang garis transek. Mengukur setiap
jarak di sepanjang 1 m garis transek. Menandai tiap – tiap transek sebagai
titik cuplikan tiap kelompok.
b. Tiap kelompok mengambil setiap titik sebanyak 4 (empat) kali.
c. Pada masing – masing plot kuadrat, menentukan titik pusatnya. Dari titik
pusat tersebut ditentukan 4 sub titik pusat. Setelah itu menentukan jarak dari
masing – masing sub titik pusat (Metode Point Centered Quarter).
d. Mengidentifikasikan spesies tumbuhan pada sub titik pusat dan mengukur
diameternya serta mengukur jaraknya dari point center.
e. Mengambil daun atau bagian dari pohon tersebut untuk di buat herbarium
agar mempermudah melakukan identifikasi.
f. Mengidentifikasi pohon tersebut dengan menggunakan buku identifikasi.
g. Mengukur pH tanah dan kelembaban tanah masing – masing dengan
menggunakan soil pH menggunakan soil tester.
h. Mengukur suhu tanah dengan thermometer alkohol atau Hg.
i. Mengukur parameter – parameter analisis vegetasi pohon.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Data hasil pengamatan vegetasi pohon di kawasan hutan Pantai Bama,
serta hasil perhitungan mengenai kerapatan populasi, dominasi relatif,
frekuensi relatif, dan indeks nilai penting, disajikan pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Vegetasi Pohon di Kawasan Hutan Pantai Bama

Basal
Nama KR DR INP
No. ∑ area KM DM FM FR (%) ID
Spesies (%) (%) (%)
(m2)

Acacia
1 4 0,0462 6,079 2,139 0,00023 1,307 0,020 2,139 5,585 0,00078
nilotica
Ardisia
2 5 0,0149 7,599 2,674 0,00009 0,529 0,025 2,674 5,877 0,00086
humilis
Annona
3 1 7,9382 1,520 0,535 0,00992 56,171 0,005 0,535 57,240 0,08191
muricata
Avicennia
4 4 0,0298 6,079 2,139 0,00015 0,845 0,020 2,139 5,123 0,00066
alba
5 Brugeria sp. 1 0,0079 1,520 0,535 0,00001 0,056 0,005 0,535 1,125 0,00003
Buchanania
6 17 0,0261 25,837 9,091 0,00055 3,140 0,085 9,091 21,322 0,01137
arborescens
Ceriops
7 5 0,0238 7,599 2,674 0,00015 0,841 0,025 2,674 6,188 0,00096
decandra
Clethra
8 2 0,0001 3,040 1,070 0,00000 0,001 0,010 1,070 2,140 0,00011
javanica
Corypha
9 7 0,3910 10,639 3,743 0,00342 19,365 0,035 3,743 26,851 0,01802
utan
Desmodium
10 11 0,0229 16,718 5,882 0,00032 1,785 0,055 5,882 13,549 0,00459
umbellatum
Erythrina
11 8 0,0073 12,159 4,278 0,00007 0,412 0,040 4,278 8,968 0,00201
fusca
Excoearia
12 29 0,0104 44,075 15,508 0,00038 2,137 0,145 15,508 33,153 0,02748
agallocha
Ficus
13 1 0,0615 1,520 0,535 0,00008 0,435 0,005 0,535 1,505 0,00006
glomerata
Heritiera
14 2 0,0071 3,040 1,070 0,00002 0,100 0,010 1,070 2,239 0,00013
littoralis
Indigofera
15 1 0,0254 1,520 0,535 0,00003 0,180 0,005 0,535 1,249 0,00004
sp.
Livistona
16 3 0,1989 4,559 1,604 0,00075 4,222 0,015 1,604 7,430 0,00138
chinencis
Pometia
17 2 0,0007 3,040 1,070 0,00000 0,010 0,010 1,070 2,149 0,00012
pinnata
Protium
18 3 0,0050 4,559 1,604 0,00002 0,107 0,015 1,604 3,315 0,00027
javanicum
Basal
Nama KR DR INP
No. ∑ area KM DM FM FR (%) ID
Spesies (%) (%) (%)
(m2)

Rhizophora
19 13 0,0083 19,758 6,952 0,00013 0,762 0,065 6,952 14,665 0,00538
stylosa
Rhizophora
20 8 0,0055 12,159 4,278 0,00006 0,313 0,040 4,278 8,870 0,00197
apiculata
Schleichera
21 12 0,0175 18,238 6,417 0,00026 1,483 0,060 6,417 14,317 0,00512
oleosa
Sonneratia
22 19 0,0064 28,877 10,160 0,00015 0,855 0,095 10,160 21,176 0,01121
sp.
Sterculia
23 5 0,0117 7,599 2,674 0,00007 0,413 0,025 2,674 5,761 0,00083
foetida
Streblus
24 1 0,2550 1,520 0,535 0,00032 1,805 0,005 0,535 2,874 0,00021
asper
Swietenia
25 1 0,1451 1,520 0,535 0,00018 1,027 0,005 0,535 2,097 0,00011
macrophylla
Syzygium
26 10 0,0050 15,198 5,348 0,00006 0,355 0,050 5,348 11,051 0,00305
cumini
Syzygium
27 5 0,0333 7,599 2,674 0,00021 1,179 0,025 2,674 6,526 0,00106
polyanthum
Terminalia
28 4 0,0014 6,079 2,139 0,00001 0,040 0,020 2,139 4,318 0,00047
catappa
Thespesia
29 2 0,0024 3,040 1,070 0,00001 0,034 0,010 1,070 2,173 0,00012
populnea

Xylocarpus
30 1 0,0133 1,520 0,535 0,00002 0,094 0,005 0,535 1,163 0,00003
moluccensis

18
Jumlah 22,958 284,2 100 0,09342 0,935 100 200 0.17956
7
Rata-rata jarak
1,678
tiap sp.
Kerapatan Total 284 pohon/Ha
pH 6,4
Suhu 29
Kelembaban 3

B. Analisis Data
Berdasarkan tabel hasil pengamatan dapat diketahui bahwa tumbuhan
yang teridentifikasi di kawasan hutan Pantai Bama adalah sebanyak 30 jenis
pohon, dengan total jumlah individu sebanyak 187 pohon, dan luas basal
sebesar 22,958 m2. Hasil analisis perhitungan menunjukkan kerapatan mutlak
total sebesar 284,21; kerapatan relatif total sebesar 100%; dominansi mutlak
total sebesar 0,09342; frekuensi mutlak total sebesar 0,935; frekuensi relatif
total sebesar 100%, indeks nilai penting total sebesar 200 dan indeks dominansi
sebesar 0.17956. Nilai ID (Indeks Dominasi) < 1, menunjukkan bahwa
distribusi penyebaran dari setiap spesies tersebut adalah mengelompok.
Dari tabel juga dapat diketahui bahwa jenis pohon dengan jumlah
individu terbanyak adalah Excoearia agallocha, yaitu sejumlah 29 pohon. Jenis
pohon ini juga memiliki nilai kerapatan mutlak sebesar 44,075; kerapatan
relatif 15,508%; frekuensi mutlak 0,145; frekuensi relatif sebesar 15,508 %.
Nilai kerapatan dan frekuensi jenis pohon ini lebih tinggi dari pada jenis pohon
yang lain. Sedangkan jenis pohon dengan jumlah individu paling sedikit adalah
Annona muricata, Brugeria, Ficus glomereta, Indigofera sp., Streblus asper,
Swietenia macrophyla, Xylocarpus moluccensis, dan Excoearia agallocha.
Pada masing-masing jenis pohon tersebut hanya ditemukan 1 individu. Tujuh
spesies tersebut memiliki nilai kerapatan mutlak sebesar 1,520; kerapatan
relatif 0,535%; frekuensi mutlak 0,005 dan frekuensi relatif 0,535 %. Namun
jumlah individu yang sedikit, belum tentu memiliki dominasi yang rendah.
Annona muricata memiliki nilai dominasi tertinggi, yaitu nilai dominasi
mutlak sebesar 0,00992 dan dominasi relatif sebesar 56,171 %. Selain itu
Annona muricata juga memiliki nilai luas basal area, INP dan ID tertinggi
yaitu sebesar sebesar 7,9382 m2; 57,240 % dan 0,08191.

C. Pembahasan
Hasil dan analisis data menunjukkan bahwa spesies Excoearia agallocha
(kayu buta-buta) memiliki jumlah individu terbanyak, yang diiringi dengan
tingginya nilai kerapatan mutlak, kerapatan relatif, frekuensi mutlak, dan
frekuensi relatif. Kerapatan menunjukkan ukuran besarnya populasi dalam area
pengamatan. Sehingga nilai kerapatan suatu spesies sangat erat hubungannya
dengan jumlah individu ditemukannya spesies tersebut. Sedangkan nilai
frekuensi menunjukkan frekuensi ditemukannya suatu spesies dalam area
pengamatan. Menurut Indriyanto (2005), frekuensi merupakan besarnya
intensitas diketemukannya suatu spesies organisme dalam pengamatan
keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem. Nilai frekuensi suatu
spesies dipengaruhi oleh banyaknya jumlah plot tempat ditemukannya spesies
tersebut. Jumlah individu tanaman jenis Excoearia agallocha (kayu buta-buta)
paling banyak dijumpai daripada tanaman jenis lain, serta tempat
ditemukannyapun juga tersebar di banyak plot. Hal ini terjadi karena lokasi
pengamatan yang memiliki kelembapan tanah relatif rendah merupakan habitat
yang sesuai bagi tumbuhan jenis ini. Tanaman kayu buta-buta umumnya
tumbuh di sekitar laut pada daerah yang kering di pedalaman hutan (Purba,
2012). Di daerah kering yang suka rmemperoleh air tawar, Excoearia
agallocha berupaya mengurangi tingkat penguapan untuk mempertahankan
kandungan air di dalam tubuhnya, dengan mengatur bukaan mulu daun
(stomata) serta arah hadap permukaan daun pada sinar matahari. Getah dari
tanaman tersebut biasa dimanfaatkan nelayan dalam mengkap ikan, karena
dapat membuat ikan menjadi pingsan, sehingga mempermu dalam
menangkapnya.
Spesies pohon yang memiliki nilai kerapatan dan frekuensi terkecil
adalah jenis Annona muricata. Tanaman jenis ini (bersama 6 tanaman lainnya)
hanya ditemukan sejumlah 1 individu. Sedikitnya jumlah individu yang di
temukan menjadi faktor utama rendahnya nilai kerapatan dan frekuensinya.
Annona muricata sedikit ditemukan karena tumbuhan ini biasa hidup di daerah
yang cukup berair. Sedangkan lokasi pengamatan merupakan daerah yang
cukup kering. Jumlah individu yang sedikit, yang diiringi dengan rendahnya
nilai kerapatan dan frekuensi, tidak selalu menjadikan suatu tanaman memiliki
dominasi yang rendah pula. Pada penelitian ini Annona muricata memiliki nilai
dominasi tertinggi. Nilai dominasi menunjukkan penguasaan lahan oleh suatu
komunitas. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi nilai dominasi adalah
adalah diameter pohon. Selain memiliki nilai dominasi tertinggi, Annona
muricata juga memiliki nilai luas basal area, INP dan ID tertinggi. Nilai INP
menunjukkan gambaran lengkap mengenai karakter sosiologi suatu spesies
dalam komunitas. Jumlah individu dari beberapa spesies sama, bisa saja
memiliki nilai INP yang berbeda, hal tersebut bergantung pada diameter pohon.
Diameter pohon juga mempengaruhi nilai basal area. Basal area adalah bagian
tertentu dari lahan yang ditempati oleh penampang pangkal batang. Annona
muricata adalah tanaman yang dapat memiliki diameter batang hingga lebih
dari 30 cm. Tanaman ini banyak dimanfaatkan sebagai pengobatan alternatif
seperti pada kanker (Setiyadi, 2014).
Hasil pengukuran tanah di lokasi pengamatan memiliki suhu 29 ºC,
kandungan pH tanah sebesar 6,4 dengan tingkat kelembapan sebesar 3. Kondisi
tersebut menjadi tempat yang sesuai bagi kelangsungan hidup Excoearia
agallocha, akan tetapi kurang sesuai bagi tanaman yang biasa hidup di
lingkungan cukup air seperti Annona muricat. Adapun pola penyebaran pohon
di kawasan hutan Pantai Bama, berdasarkan nilai indeks dominan masing-
masing spesies maupun indeks dominan rata-rata adalah < 1 . Nilai ID (Indeks
Dominasi) < 1 menunjukkan bahwa distribusi penyebaran komunitas tanaman
tersebut adalah mengelompok.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai analisis vegetasi pohon pada kawasan
hutan Pantai Bama, Taman Nasional Baluran, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tumbuhan yang berhasil diidentifikasi berjumlah 30 spesies, dengan
total jumlah individu sebanyak 187.
2. Nilai kerapatan relatif terbesar adalah Excoearia agallocha, yaitu
sebesar 15,508%, sedangkan nilai kerapatan relatif terendah adalah
Annona muricata dengan 0,535%;
3. Dominansi relatif terbesar adalah Annona muricata, yaitu sebesar
56,171 %.
4. Frekuensi relatif terbesar adalah Excoearia agallocha, yaitu sebesar
15,508%, sedangkan nilai frekuensi relatif terendah adalah Annona
muricata dengan 0,535%;
5. Indeks nilai penting terbesar adalah Annona muricata yaitu sebesar
sebesar 57,240 %.
6. Nilai ID (Indeks Dominasi) pohon di kawasan hutan Pantai Bama < 1,
sehingga dikatakan distribusi penyebaran dari setiap spesies pada
kawasan tersebut adalah mengelompok.

B. Saran
1. Sebaiknya praktikan memilih lokasi atau tittle point yang dapat
menggambarkan keadaan komunitas vegetasi secara keseluruhan.
2. Disarankan agar praktikan memahami terlebih dahulu rumus atau cara
untuk menghitung nilai kerapatan relatif, dominasi relatif, frekuensi relatif,
ataupun indeks nilai penting, agar tidak terjadi kebingungan disaat
pembuatan laporan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Analisis Komunitas Tumbuhan. Serial Online. Diakses dari


http://digilib.unila.ac.id/12365/18/TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf pada 15
Desember 2016.

Barbour, G. M., H. J. Burk, dan W. D. Pitt, 1986. Terrestial Plant Ecology.


London : The Benjamin Publishing Company.

Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.

Irwanto, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2007. Petunjuk Praktikum Ekologi


Tumbuhan. Malang: JICA

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Tj. Samigan. [Penerjemah]; Srigandono


[Editor]. Terjemahan dari: Fundamental of Ecology. Gajah Mada Press.
Yogyakarta.

Purba, Hery. 2012. Tinjauan Ekosistem Mangrove. Artikel online. Diakses dari
http://herypurba-fst.web.unair.ac.id/ pada 16 Desember 2016.

Setiyadi, B. 2014. Morfologi Annona muricata L. Serial Online. Diakses dari


digilib.unila.ac.id pada 17 Desember 2016.

Soegianto, Agus. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan


Komunitas. Surabaya: Usaha Nasional.

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.


LAMPIRAN

Annona uricata

Acacia nilotica

Adisia humilis

Buchanania arborescens

Avicennia alba

Brugeria

Corypha utan

Ceriop decandra

Clethra javanica
Excoearia agallocha
Erythrina fusca

Desmodium umbillatum

Heritiera littoralis

Ficus glomereta Indigofera sp.

Pometia pinata
Protivu javanicu

Livistona chinencis

Rhizophora stylosa Rizophora apiculata Schleichera oleosa

Sonneratia sp.
Sterculia foetida Streblus asper
Syzygium cumini

Swietenia macrophyla Syzygium polyanthum

Terminalia catappa

Thespesia populnea
Xylocarpus moluccensis

Anda mungkin juga menyukai