Kolitis ulseratif adalah suatu peradangan kronis yang terjadi pada usus besar (kolon) dan rektum. Pada
penyakit ini, terdapat tukak atau luka di dinding usus besar, sehingga menyebabkan tinja bercampur
dengan darah. Kolitis ulseratif dapat terjadi pada siapa pun, tetapi lebih sering menyerang mereka yang
berusia di bawah 30 tahun.
Sering ingin buang air besar, tapi tinja cenderung tidak dapat keluar.
Kelelahan.
Demam.
Serangan yang berat yang ditandai buang air besar lebih dari 6 kali dalam sehari, detak jantung tidak
teratur, serta napas cepat.
Penyebab Kolitis Ulseratif
Penyebab kolitis ulseratif belum diketahui secara pasti, tetapi diduga disebabkan oleh respons autoimun,
yaitu sistem kekebalan tubuh yang bekerja secara tidak normal. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh
menyerang sel-sel sistem pencernaan itu sendiri.
Pengguna isotretinoin yang umum digunakan untuk mengatasi jerawat dan bekas jerawat.
Dokter akan mendiagnosis kolitis ulseratif dengan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang seperti:
Pemeriksaan sampel tinja untuk mendeteksi sel-sel darah putih pada tinja.
Kolitis ulseratif termasuk penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Tujuan pengobatan yang dilakukan
adalah untuk meringankan gejala, khususnya saat serangan terjadi. Penanganan penyakit ini juga
berfungsi untuk mencegah kambuhnya gejala. Langkah-langkah penanganan tersebut, meliputi:
Obat imunosupresan untuk menekan respons sistem kekebalan tubuh yang memicu peradangan, seperti
azathioprine, ciclosporin, dan infliximab.
Tindakan operasi, jika pengidap sering mengalami serangan parah yang tidak dapat ditangani dengan
obat-obatan.
Perubahan gaya hidup untuk mencegah kekambuhan dan memburuknya gejala, seperti mengonsumsi
makanan rendah lemak, memperbanyak asupan cairan dan serat, mengonsumsi suplemen, membatasi
konsumsi produk susu, menghindari minuman keras dan rokok, serta mengurangi stres dengan
berolahraga ringan atau melakukan relaksasi.
Perdarahan hebat.
Osteoporosis.
Megakolon toksik, yaitu membesarnya usus besar karena penumpukan gas dari proses peradangan.
Kanker kolorektal.
Membatasi asupan makanan dan minuman yang dapat mencetuskan keluhan, seperti makanan pedas,
alkohol, dan kafein.
Mengurangi stres.