Abstrak
Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai jaringan, baik itu jaringan
pengikat, tulang maupun otot yang saling berhubungan. Selain itu, fungsi otot juga untuk
mempertahankan postur tubuh, menahan tekanan yang diberikan pada tubuh, menghasilkan
panas dan berperan dalam pengaturan suhu tubuh. Tulang merupakan alat gerak pasif
sedangkan otot adalah alat gerak aktif. Setiap pergerakan makhluk hidup dihasilkan melalui
kontraksi dan relaksasi otot. Kontraksi otot bermula saat sarkolema dirangsang yang
menyebabkan perlepasan Ca2+ yang dilepaskan dari retikulum sarkoplasma ke sarkoplasma.
Pada saat tubuh kita mengalami benturan atau lainnya upaya tubuh untuk menghindarinya
disebut gerak refleks. Gerak refleks terjadi dengan cepat sebagai reaksi otomatis terhadap
rangsangan dari lingkungan.
Kata Kunci : tulang, otot, kontraksi, relaksasi, gerak refleks
Abstract
The human musculoskeletal system is a network of various tissues, both connective tissue, bone
and muscle that are interconnected. In addition, muscle function is also to maintain body
posture, resist the pressure exerted on the body, produce heat and play a role in regulating
body temperature. Bone is a passive means of movement while muscle is an active means of
motion. Every movement of living things is produced through muscle contraction and
relaxation. Muscle contraction begins when sarcolema is stimulated which causes the release
of Ca2 + released from the sarcoplasmic reticulum to sarcoplasm. When our body experiences
collisions or other bodily efforts to avoid it are called reflexes. Reflex motion occurs quickly as
an automatic reaction to stimuli from the environment
Keywords: bone, muscles, contraction, relaxation, reflex motion
Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki berbagai macam organ-organ yang
disusun dengan struktur kompleks dan sebagian besar anatomi tubuhnya tersusun oleh tulang
dan otot.1 Tulang dan otot merupakan jaringan dalam tubuh yang memiliki banyak peranan
dalam tubuh manusia. Menyokong tubuh dan melindungi organ-organ lain merupakan salah
satu fungsi dari tulang. Bahkan otot juga memberi tenaga untuk suatu gerakan sehingga
memungkinkan kita untuk mempertahankan sikap tubuh, seperti berdiri ataupun mengangkat
Salah satu organ tubuh yang paling berperan dalam kehidupan sehari-hari adalah bagian
dari tulang tungkai bawah. Tulang tungkai bawah tersusun atas 2 tulang yaitu tibia dan fibula.
Tungkai bawah berfungsi untuk menyokong tubuh manusia sehingga seseorang dapat bergerak
seperti berjalan, berlari, dan banyak lagi.
Tibia merupakan tulang berbentuk mirip segitiga dimana tulang ini lebih kuat
dibandingkan dengan fibula. Ujung atas tibia berbentuk melebar sehingga permukaannya luas
dan mampu menahan berat badan tubuh.4 Tibia plateau dibentuk oleh kedua condylus yaitu
condylus medialis dan condylus lateralis. Di bawah condylus pada tibia terdapat penonjolan
yang disebut tuberositas tibiae. Tuberositas tibiae berfungsi sebagai insersio dari M.
quadriceps femoris di atas Lig. Patellae. Pada bagian badan (corpus) tulang ini dibedakan
menjadi tiga bidang yaitu facies lateralis, medialis, dan posterior. Batas kedua menghadap
fibula dan merupakan tempat perlekatan membrana interossea cruris yang menghubungkan
tibia dengan fibula, seperti hal nya radius dan ulna berhubungan di lengan bawah. Ujung bawah
tibia sedikit melebar dan menjorok ke bawah untuk membentuk malleolus medialis yang
mengarah ke medial dan berartikulasi dengan talus. Ujung bawah tibia juga berartikulasi
dengan fibula.4,5
Fibula merupakan tulang yang berbentuk sangat ramping dibanding tibia dan letaknya
di sisi luar tungkai bawah. Kepala fibula mempunyai bidang sirkular yang berartikulasi dengan
condylus lateral dari tibia. Corpus fibula ramping dan membentuk beberapa pinggir tajam,
salah satu pinggir tersebut merupakan tempat perlekatan membrana interossea cruris yang
menghubungkan tibia dan fibula. Ujung bawah fibula menjorok ke bawah melebihi tibia dan
Pada telapak kaki terdapat os. calcaneus (tulang terbesar yang ada di telapak kaki), os.
talus, ossa tarsi, ossa metatarsi I-V, ossa sesamoidea, dan phalanges. Pada bagian inferior,
calcaneus berartikulasi dengan talus; malleolus medialis dari tibia pada bagian superomedial;
malleolus lateralis dari fibula pada bagian lateral; os. naviculare pada bagian distal (caput
tali).4
Baris proximal pada ossa tarsi dari medial ke lateral adalah os. naviculare dan os.
cuboideum. Baris distal pada ossa tarsi dari medial ke lateral adalah os. cuneiforme mediale,
os. cuneiforme intermedium, os. cuneiforme laterale. Pada ossa metatarsi, ada ciri khas pada
os. metatarsal kelima, yaitu adanya tuberositas ossis metatarsi quinti dan ada ossa sesamoidea
pada bagian inferior capitulum ossis metatarsalis I. Apabila kaki diletakan di lantai maka hanya
tiga tulang yang akan terletak pada lantai, yaitu tuber calcanei, capitulum ossis metatarsi, dan
capitulum ossis metatarsalis V. pada os. pedis terdapat garis-garis, yaitu garis lisfranc yang
berada diantara ossa metarsalia dan ossa tarsi distal dan garis chopart yang berada diantara os.
calcaneus, os. talus, dan ossa tarsi proximal.4,5
Otot merupakan alat gerak aktif. Gerakan tersebut disebabkan karena kerja sama antara
otot dan tulang. Tulang tidak dapat berfungsi sebagai alat gerak jika tidak digerakan oleh otot.
Otot mampu menggerakan tulang karena mempunyai kemampuan berkontraksi yang
dinamakan otot skelet atau otot lurik.7 Otot skelet terdiri dari serat-serat otot dan jaringan
penyambung antar serat. Otot memiliki struktur dan komponen tersendiri seperti :
Tendon : aponeuroses atau biasa disebut tendon merupakan lembaran-lembaran datar dari
jaringan fibrus dengan maksud untuk menggandengkan sebuah otot dengan bagian yang
menggerakkannya.
Fascia : jaringan ikat gabungan dari jaringan fibrus dan areolar yang membungkus dan
menghimpun otot menjadi satu. Setiap fasciculus dipisahkan oleh jaringan ikat perimysium.
Di dalam pascicle, endomysium mengelilingi 1 berkas sel otot. Di antara endomysium dan
berkas serat otot tersebar sel satelit yang berfungsi dalam perbaikan jaringan otot yang
rusak.
Kontraksi Otot
Kontraksi otot dapat terjadi akibat impuls saraf. Impuls saraf yang sifatnya elektrik,
dihantar ke sel-sel otot secara kimiawi oleh sambungan otot-saraf. Impuls sampai ke
sambungan otot-saraf yang mengandung gelembung kecil asetikolin yang kemudian akan
dilepaskan ke dalam ruang antara saraf dan otot (celah sinaps). Ketika asetikolin yang
dilepaskan menempel pada sel otot, ia akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan aktivitas
listrik akan menyebar ke seluruh sel otot.8
Proses ini kemudiaan diikuti dengan pelepasan ion Ca2+ yang berada diantara sel otot.
Ion kalsium akan masuk ke dalam otot dan kemudian mengangkut troponin dan tropomiosin
ke aktin, sehingga posisi aktin berubah. Impuls listrik yang menyebar akan merangsang
kegiatan protein aktin dan miosin hingga keduanya akan bertempelan membentuk aktomiosin.
Aktin dan miosin yang saling bertemu akan menyebabkan otot memendek dan terjadilah
peristiwa kontraksi. Kejadian ini akan menyebabkan pergeseran filamen (sliding filamen) yang
berujung pada peristiwa kontraksi.8
Relaksasi Otot
Secara sederhana, peristiwa relaksasi otot akan terjadi apabila ATP pada kepala miosin
telah habis sehingga miosin tidak lagi berikatan dengan aktin. Relaksasi otot diawali dengan
pengaktifan pompa Ca2+ yang akan membuat jumlah kalsium turun karena Ca2+ kembali ke
dalam plasma. Dengan kembalinya Ca2+, maka ia tidak lagi berikatan dengan troponin dan
tropomiosin. Hal ini menyebabkan aktin dan miosin kembali berpisah, otot kembali
memanjang, terjadilah relaksasi. 8
Macam-macam Refleks
Secara umum reflex terbagi menjadi dua macam yaitu reflex dalam (deep reflex) dan
refleks permukaan (superficial reflex) refleks dalam melibatkan otot yang mempunyai reseptor
dan efektor yang mengirim impuls propioseptif pada lengkung refleks spinalis. Adapun yang
termasuk dalam refleks dalam yaitu refleks rahang, biseps, triseps, periosteoradial, pergelangan
tangan, patella, dan achilles. Refleks permukaan melibatkan kontraksi otot yang timbul akibat
adanya rangsangan pada kulit atau mukosa. Yang termasuk dalam refleks permukaan antara
lain refleks kornea, faringeal, dinding perut, kremaster, plantar, dan anal.8
Informasi neuron pertama berasal dari berbagai reseptor dimana setiap sensasi
dipengaruhi oleh impuls yang keluar dari stimulasi reseptor-reseptor ini. Reseptor sensorik
somatic dibagi menjadi dua yaitu reseptor di kulit dan reseptor yang ada pada struktur-struktur
somatic yang lebih dalam.8
Refleks Somatik
Refleks adalah respons yang tidak berubah terhadap rangsangan yang terjadi di luar
kehendak. Rangsangan ini merupakan reaksi organisme terhadap perubahan lingkungan baik
di dalam maupun di luar organisme yang melibatkan sistem saraf pusat dalam memberikan
jembatan (respons) terhadap rangsangan. Refleks dapat berupa peningkatan maupun penurunan
kegiatan, misalnya kontraksi atau relaksasi otot, kontraksi atau dilatasi pembuluh darah.
Dengan adanya kegiatan refleks, tubuh mampu mengadakan reaksi yang cepat terhadap
Mekanisme Refleks
Gerak refleks merupakan upaya tubuh kita untuk menghindari bahaya. Saat impuls telah
mencapai sumsum tulang belakang, neuron asosiasi mengirim impuls lain ke otak.9 Mekanisme
informasi neuron pertama dipengaruhi berbagai reseptor oleh impuls yang keluar dari stimulasi.
Pada skenario ini terjadi gerak reflek somatic pada kulit telapak kaki, sehingga terjadi kontraksi
pada otot yang di sekitar daerah yang tertusuk paku.
Kesimpulan
Hipotesis diterima, karena mekanisme yang terjadi merupakan gerak refleks somatic yang
melibatkan reseptor yang ada pada kulit, sehingga dengan spontan laki-laki tersebut
mengangkat kakinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardiana D. Buku pintar nyeri tulang dan otot. Jakarta: Erlangga; 2007.p.14-16.
ISBN: 9790156340
2. Wibowo D.S. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2008.p.31-33. ISBN:
9797328880
3. Sherwood. Human physiology from cells to system. 7th ed. Canada: Brooks/Cole
Cengage Learning; 2010.p.257.
4. Waschke J, Bokers T.M, Paulsen F. Buku ajar anatomi sobotta. Singapore: Elsevier.
2015.p.213-215. ISBN: 978981440809
7. Junqueira L, Carneiro J. Basic histology. 15th ed. New York: McGraw-Hill; 2010.
8. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran; 2018.h.212-23.
9. Satyanegara. Ilmu bedah syaraf IV. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama; 2013.p.67-68.