Anda di halaman 1dari 11

BIOLOGI MOLEKULER DAN TEKNIK REKAYASA GENETIKA

SKENARIO 4

DI SUSUN OLEH :
Tika Ayu Hasta Riani/102014070

Beatric Ruth Fransiska Pangaribuan/102018012

Clement Eframsetio Santoso/102018020

Gloria Graceta Natasya S./102018046

Ashley Juan Tan/102018051

Deadora Winata/102018079

I Gusti Adi Atmika/102018123

Alega Greacia Florensita/102018124

Chearin Dhea Sanfika/102018145

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Biologi Molekuler
Dan
Teknik Rekayasa Genetika
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Abstrak

Pada zaman modern ini, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang pesat. Salah
satu bukti perkembangan pengetahuan dan teknologi dapat dilihat di bidang biologi yaitu
biologi molekuler. Biologi molekuler berkembang semakin cepat setelah ditemukannya DNA
sebagai pembawa sifat genetika. Tidak puas dengan sifat genetik yang ada, akhirnya para
ilmuwan melakukan percobaan dengan melakukan perubahan DNA yang dikontrol sendiri
olehnya dan membuat kombinasi sifat-sifat genetik suatu makhluk hidup untuk mendapatkan
sifat yang sesuai dengan keinginannya. Dengan adanya rekayasa genetika dapat membuat
organisme yang memiliki sifat yang sama dalam jumlah yang banyak atau yang disebut dengan
kloning. Kloning yang pertama kali dilakukan adalah reproduksi domba Dolly dan membawa
keberhasilan sehingga para ilmuwan terus mencoba kloning pada makhluk hidup lain seperti
pada simpanse. Selain itu rekayasa genetika juga dapat menghasilkan organime yang berasal
dari gen organisme lain dengan tujuan untuk mendapatkan sifat- sifat yang diinginkan.
Kata Kunci : biologi molekuler, genetik, rekayasa genetika, kloning.

Abstract

In this modern age, science and technology are growing rapidly. One proof of the development
of knowledge and technology can be seen in the field of biology, namely molecular biology.
Molecular biology develops faster after the discovery of DNA as a carrier of genetic properties.
Dissatisfied with the genetic traits that exist, scientists finally experimented by making DNA
changes that were controlled by themselves and made a combination of the genetic traits of a
living creature to get the traits they wanted. With the existence of genetic engineering can make
organisms that have the same properties in large numbers or called cloning. The first cloning
was reproduction of Dolly's sheep and brought success so scientists continued to try cloning
other living things as in chimpanzees. In addition, genetic engineering can also produce
organism derived from the genes of other organisms with the aim of getting the desired traits.
Keywords: Molecular biology, genetic, genetic engineering, cloning
Pendahuluan

Kemajuan teknologi dalam suatu ilmu pengetahuan sangat berpengaruh pada suatu
penelitian ilmu. Inti teknologi biologi molekuler dipengaruhi olrh perkembangan teknik dari
berbagai bidang yang ada. Sebagai contohnya, sikuensing DNA dan sikuensing protein,
amplifikasi fragmen DNA atau molekul RNA dengan pelacak, yang saat ini telah menjadi
pekerjaan rutin pada penelitian biologi molekuler. Dengan ini akan memperoleh informasi dari
penelitian sifat DNA, replikasi DNA, dan protein. Prosedur kerja ini telah menjadi bagian dari
rekayasa genetika yang digunakan untuk mengisolasi, karakterisasi, manipulasi dan
pemindahan suatu fragmen DNA.1

Penemuan-penemuan di bidang biologi molekuler telah mengubah seluruh konsep


tentang tentang hidup. Penelitian tentang rekayasa genetika telah dimulai pada awal 1950.
Kemampuan mencangkok bahan genetik dan membongkar kembali informasi keturunan
memberikan hasil yang nyata dan telah terbukti bermanfaat. Rekayasa genetika merupakan
penerapan genetika untuk kepentingan manusia. Dengan pengertian ini kegiatan pemuliaaan
hewan atau tanaman melalui seleksi dalam populasi dapat dimasukkan.2

Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai dari
bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan.
Bidangkedokteran dan farmasi paling banyak berinvestasi di bidang yang relatif baru ini.
Sementaraitu bidang lain, seperti ilmu pangan, kedokteran hewan, pertanian (termasuk
peternakan dan perikanan), serta teknik lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk
mengembangkan bidang masing-masing.2

Biologi Molekuler

Biologi molekuler pertama kali dikemukakan oleh William Astbury pada tahun 1945.
Biologi molekuler merupakan sebuah ilmu pengetahuan multi disiplin yang mempelajari
tentang biokimia, biologisel, dan genetika aktivitas biologi pada level molekuler, termasuk
perbedaan tipe DNA, RNA, protein, dan biosintentisnya. Biologi molekuler berkembang
setelah ditemukannya sel yang merupakan struktur dasar dan unit fungsional dari setiap
makhluk hidup. Sel pertama sekali ditemukan oleh Robert Hooke dengan melihat rongga
kosong pada sayatan jaringan gabus menggunakan mikroskop pada tahun 1665.3
Oleh karena itu, materi kajian utama di dalam ilmu ini adalah makromolekul hayati,
khususnya asam nukleat, serta proses pemeliharaan, transmisi, dan ekspresi informasi hayati
yang meliputi replikasi, transkripsi, dan translasi. Demikian juga, struktur komponen intrasel
dipelajari di dalam Biologi Sel, tetapi keterkaitannya dengan struktur dan fungsi molekul kimia
di dalam sel merupakan cakupan studi Biologi Molekuler. Komponen dan proses replikasi
DNA dipelajari di dalam Genetika, tetapi macam-macam enzim DNA polimerase beserta
fungsinya masing-masing dipelajari di dalam Biologi Molekuler.3

Teknik Rekayasa Genetika

Kemajuan yang telah dicapai dalam bidang bioteknologi telah membantu mempercepat
dan meningkatkan biosintesis dari metabolit sekunder. Suatu yang dapat menggati atau
menambahkan DNA dari organisme lain ke susunan DNA asli dalam suatu sel dari suatu
organisme merupakan teknik rekayasa genetika atau juga dapat disebut dengan rekombinasi
genetika. Dengan teknologi teknik rekayasa genetika terjadilah revolusi bioteknologi dalam
berbagai bidang seperti pangan, industry, dan obat-obatan. Ada beberapa teknik dalam
rekayasa genetika seperti transgenik, kloning, DNA Rekombinan, stem cell, hybridoma, dan
juga DNA Fingerprint.4

Transgenik
Transgenik merupakan pemindahan materi genetika (gen) dari suatu organisme untuk
dikombinasikan ke dalam materi genetika organisme lainnya bertujuan supaya gen yang
dipindah diekspresikan oleh organisme yang akan menerina gen tersebut. Akhir proses
dihasilkan suatu individu secara genetika telah berubah gennya karena membawa gen asing
lainnya. Organisme-organisme ini disebut sebsgai organisme transgenik atau genetically
modified organisms (GMO).5

Transgenik banyak dilakukan kepada tumbuhan untuk mendapatkan bibit unggul yaitu
agar menghasilkan tanaman yang tahan terhadap suhu ekstrem, tidak cepat membusuk,
memiliki warna atau bentuk yang berbeda, tahan terhadap hama serta memiliki kualitas dan
kuantitas yang lebih tinggi. Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa melalui
penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba atau virus yang dilakukan untuk
mendapatkan tanaman yang terbaik. Transgenik juga dapat dilakukan pada hewan, hewan
diinjeksi dengan DNA dari hewan lain dengan tujuan untuk mendapatkan hewan yang memiliki
karekter yang diharapkan.5

1. Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi


atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan).
2. Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau
bakteri.
3. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut
dengan istilah kloning gen.
4. Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning
(agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer
gen).
5. Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat
diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut.
6. Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka
akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari
bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun.
7. Transfer gen ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode senjata
gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium
tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan bantuan listrik).

Kloning

Pembuatan klon sel atau individu melalui perbiakan aseksual disebut dengan kloning,
karena setiap klon sel sendiri memiliki susunan materi genetik yang sama. Kloning yang
dihasilkan pada hewan didapatkan melalui sebuah prosedur yang dinamakan transplantasi inti
sel. Transplantasi inti sel melibatkan proses penggantian inti sel pada sel telur yang berasal dari
sel somatik dewasa. Sel telur yang membelah akan membentuk blastosit, kemudian blastosit
dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan, dikembangkan dalam uterus sehingga dilahirkan
klon (kloning reproduksi) dan dipelihara dalan suatu medium sehingga tumbuh menjadi
jaringan spesifik (kloning terapetik). Salah hasil yang diperoleh dari teknik kloning reproduksi
adalah lahirnya domba Dolly.2

Teknik kloning ditemukan pertama kali pada tahun 1997 oleh seorang ilmuwan dari
Skotlandia, Dr. Ian Willmut, dimana beliau menjadikan sebuah sel telur domba yang telah
direkayasa menjadi seekor domba tanpa ayah atau tanpa perkawinan. Domba hasil rekayasa
genetik tersebut diberi nama Dolly. Kloning merupakan perkembangbiakan secara vegetatif
karena sel telur tidak dibuahi oleh sperma. Langkah-langkah kloning domba Dolly yang
dilakukan oleh Dr. Ian Willmut, yakni:

1. Mengambil sel telur yang ada dalam ovarium domba betina dan mengambil kelenjar
mamae dari domba betina yang lainnya.
2. Selanjutnya mengeluarkan nukleus sel telur yang haploid.
3. Kemudian sel kelenjar mamae dimasukkan ke dalam selga telur yang sudah tidak
memiliki nukleus lagi.
4. Sel telur dikembalikan ke uterus domba induknya semula (domba donor sel telur).
5. Sel telur yang mengandung sel kelenjar mamae dimasukkan ke dalam uterus
domba, kemudian domba tersebut akan hamil dan melahirkan anak hasil dari
kloning.
Manfaat kloning sendiri untuk memperbanyak dan mengembangkan bibit unggul,
dengan memasukkan gen yang memiliki sifat unggul, maka akan tercipta organisme yang
memiliki sifat unggul tersebut. Selain itu, kloning juga bermanfaat untuk tujuan diagnostik dan
terapi, dengan mengkultur sel punca secara in vitro , membentuk organ atau jarngan untuk
menggantikan organ yang rusak.6

DNA Rekombinan

Pada tahun 1971-1973 Herbert Boyer dan Stanly Cohen melakukan penelitian baru
dalam revolusi percobaan biologi, dan menamakan percobaan ini dengan metode teknolodi
DNA Rekombinan dengan pokok proses adalah kloning gen. teknologi DNA Rekombinan atau
rekayasa genetik juga dinamakan kloning gen atau kloning molecular, dimana meliputi
sejumlah cara kerja yang mengarah kepada pemindahan informasi genetic (DNA) dari satu
organisme. Boyer dan Cohen berhasil mengekpresikan gen dari suatu bakteri dalam
Escherichia coli. Fragmen DNA disispkan pada vector, kemudian ditransformasikan ke dalam
sel dan dilakukan penapisan terhadap koloni bakteri yang tumbuh.
DNA Rekombinan memiliki prosedur dan metode untuk mencapai hasil, berikut adalah
beberapa tahapan yang dilakukan :

1. DNA dari organisme donor diekstraksi, dipotong dengan enzim restriksi endonuclease,
disambung (ligase) dengan DNA vector sehingga membentuk molekul DNA
rekombinan (DNA donor tersisipkan pada DNA vector)
2. DNA rekombinan ini dimasukkan ke dalam sel inang. Pemasukkan DNA ke dalam sel
bakteri (Escheria coli) dinamakan transformasi.
3. Sel bakteri yang membawa DNA rekombinan (transforman) dipisahkan (diseleksi) dari
sel yang tidak membawa vector. Kemudian sel-sel ini diidentifikasi dan dikarakterasi
terhadap sel transforman yang membawa DNA yang diinginkan.
4. Jika diperlukan, DNA rekombinan dapat dimanipulasi sehingga gen yang dibawa itu
dapat terekspresi menghasilkan protein dalam jumlah banyak.1

Stem Cell

Arti dari kata stem cell yakni stem berarti batang, dan cell berarti sel, sel punca adalah
sel yang menjadi awal mula dari pertumbuhan sel lain yang menyusun keseluruhan tubuh
organisme, termasuk manusia. Sel punca merupakan sel dari embrio, fetus, atau sel dewasa
yang mempunyai kemampuan untuk memperbanyak diri sendiri dalam jangka waktu yang
lama, belum memiliki fungsi yang spesifik, dan mampu berdiferensasi menjadi tipe sel tertentu
yang membangun sistem jaringan dan organ dalam tubuh.

Stem cell atau sel punca merupakan sel yang memiliki kemampuan untuk melewati
beberapa kali proses pembelahan tanpa terdiferensiasi (self renewal) dan memiliki kemampuan
untuk menjadi tipe sel tertentu (pluripotency) dan juga memiliki kemampuan membelah diri
dalam periode waktu yang lama dan tidak terbatas (unlimited growth capacity). Sel punca
mempunyai karakteristik:

a. Mempunyai kemampuan untuk berdiferensiasi. Sel punca mempunyai karakteristik


yang berbeda dengan sel tubuh yang sudah matang, sel punca merupakan sel yang
berada pada stadium awal perkembangan sel, belum mempunyai bentuk dan fungsi
yang khusus.
b. Mempunyai kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri (self-
regenerate/self-renew). Dalam hal ini sel punca mempunyai kemampuan untuk
dapat membuat salinan sel yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel.
Berdasarkan potensi atau kemampuan berdiferensiasinya :

1. Totipotent. Sel punca yang mempunyai kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi


semua jenis sel.
2. Pluripotent. Sel punca yang mempunyai kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi 3
lapisan embrional: ektoderm, mesoderm, dan endoderm, tapi tidak dapat menjadi
jaringan ekstra embryonik seperti plasenta dan tali pusat.
3. Multipotent. Sel punca yang dapat berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel.
Sebagai contoh, hemopoetic stem cell yang terdapat pada sumsum tulang mempunyai
kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel darah seperti eritrosit,
lekosit dan trombosit.
4. Unipotent. Sel punca yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel. Tetapi berbeda
dengan non-sel punca, sel punca unipoten mempunyai sifat dapat memperbaharui
atau meregenerasi diri (self-regenerate/self-renew).7

Hibridoma

Teknik yang dilakukan dalam hibridoma yakni dengan menggabungkan dan


memadukan dua sel yang berasal dari jaringan yang berbeda dari makhluk hidup yang sama
atau juga merupakan penggabungan dua sel dari jaringan yang sama tetaoi berbeda asal
makhluk hidupnya. Kedua sel tersebut akan menghasilkan sel tunggal yang baru dan
dinamakan sel hibridoma. Sel hibrid ini akan dikultur dengan baik sampai menghasilkan jutaan
sel yang mengandung perangkat-perangkat lengkap yang ada dalam dua sel aslinya. Sel-sel
hibridoma dalam kultur tersebut akan membentuk sebuah antibody yang sama dan bekerja
untuk melawan satu antigen khusus. Antibody tersebut merupakan fusi dari sel-sel hibridoma
yang diturunkan dari satu sel hingga menghasilkan protein-protein yang berupa antibody
monoclonal. Antibodi monoclonal sendiri dapat digunakan untuk mendiagnosispenyakit,
menguji kehamilan, dan mengobati kanker.8

Metode produksi antibody monoclonal mulai dikembangkan oleh Georges Kohler dan
Cesar Milstein pada tahun 1975. Antibody tersebut merupakan produk suatu klon tunggal sel,
dan antibody monoclonal yag disekresikan bersifat sangat identik. Tahapan pembentukan
antibody monoclonal dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Hewan dari kelompok mamalia (misalnya tikus, kelinci, kuda, atau kera) disuntik atau
diimunisasi dengan HCG (Human Chorionic Gonadotropin) atau dengan antigen
misalnya bibit penyakit pada manusia.
2. Sel limfosit B yang reaktif terhadap HCG dari limpa, darah, atau kelenjar limfa yang
mampu menghasilkan antibody dari hewan tersebut akan diambil dan difusikan dengan
sel mieloma (sel kanker) yang secara definisi memiliki kemampuan berkembang biak
tanpa batas sehingga memberi setiap hybrid sel B-meiloma atau sel hibridoma.
3. Sel hibridoma tersebut akan dilakukan klon dan diseleksi untuk memperoleh satu sel
hibridoma penghasil antibody monoclonal yang sesuai untuk manusia.
4. Sel hibridoma yang dipilih akan dikembangbiakan atau dikultur untuk menghasilkan
antibody monoclonal manusia dan sebagian lainnya dibekukan agar dapat disimpan
untuk penggunaan yang akan dating.8

DNA Fingerprint

Salah satu kemajuan yang mendasari revolusi dalam genetika kesehatan adalah
kemampuan menunjukkan perbedaan dalam sikuen DNA. Variasi sikuen DNA ini dinamakan
pilomorfisme dan memiliki peran pemetaan gen yang baikdalam diagnosis penyakit keturunan.
Adanya berbagai enzim restriksi yang memotong DNA pada situs spesifik memungkinkan
untuk identifikasi daerah polimorfisme pada suatu DNA. Setiap orang membawa sejumlah
polimorfisme DNA hal ini berarti bahwa tidak ada individu yang identik kecuali pada sepasang
kembar satu telur. Sidik jari DNA atau DNA fingerprinting adalah suatu metode untuk
mengidentifikasi kekhasan pola DNA setiap individu. DNA yang digunakan ialah DNA inti
atau DNA mitokondira yang mengalami mutasi. Teknik dasar sidik jari DNA menggunakan
pelacak multilokus:

1. Sampel DNA diisolasi dan dipotong dengan enzim restriksi.


2. Fragmen DNA yang dihasilkan lalu dipisahkan dengan elektroforesis gel agarisa 0,5%.
3. Fragmen DNA dipindahkan dan difiksasi pada membrane nilon dan diinkubasi dengan
pelacak berlabel dengan label radioaktif kemudian ditempeli dengan film maka akan
muncul pita-pita.
4. Menghilangkan interaksi tidak spesifik antar pelacak DNA, analisis sidik jari DNA juga
dapat dilakuakan dengan menggunakan metode PCR (Polimerase Chain Reaction).2
Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi semakin melaju dengan pesat. Melalui biologi molekular yang
memanfaatkan materi genetik dapat dibuat makhluk hidup dengan sifat unggul yaitu dengan
rekayasa genetika atau mengkombinasikan DNA dari gen organisme yang memiliki sifat yang
diinginkan. Biologi molekuler juga berkontribusi dalam dunia kedokteran dengan
memanfaatkan sel punca, hibridoma, dan bidang forensik yaitu DNA sidik jari.
Daftar Pustaka

1. Bioteknologi Kesehatan. (2008). Yogyakarta: Kanisius. p. 91-94. ISBN : 9792117229,


9789792117226
2. Karmana, O. (2014). Cerdas Belajar Biologi. Jakarta: Grafindo Media Pratama. p. 246.
ISBN : 9797584445, 9789797584443
3. Aryulina, D., Muslim, C., Manaf, S. and Winarni, E. (2018). Biologi 3. Jakarta: ESIS,
Erlangga. P. 261-262. ISSBN : 9797345513, 9789797345518

4. Radji, M. (2005). Majalah Ilmu Kefarmasian. Peranan Bioteknologi Dan Mikroba


Endofit Dalam Pengembangan Obat Herbal, [online] II(3). ISSN : 1693-9883
Available at: http://psr.ui.ac.id/index.php/journal/article/download/3388/466
[Accessed 18 Dec. 2018].
5. Nugroho, E. and Rahayu, D. (2018). Bioteknologi. Yogyakarta: Deepublish. p. 163-
164. ISBN : 6024755376, 9786024755379
6. Fitriyani, E. (2014). Big Book IPA SMP Kelas 1 2 3. Jakarta Selatan: Kawah Media.
p.453-454. ISBN : 6021609808, 9786021609804
7. Anwar, S., Haryono, S., Aryandono, T. and Hariyana, S. (2018). microRNA.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. p. 71-72. ISBN : 6023861660,
9786023861668
8. CampBell, N. (2018). Biologi. 5th ed. Jakarta: Erlangga. p. 90-92. ISBN : 9796884704,
9789796884704

Anda mungkin juga menyukai