BANGUNAN
Tentang
PANDUAN ICRA BANGUNAN
Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Ibu dan
Anak Cahaya Bunda Cirebon, maka diperlukan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang bermutu tinggi dan sesuai standart.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Cirebon,
Rumah Sakit Ibu dan AnakCahaya Bunda Cirebon
Direktur
Salah satu program PPI adalah mengidentifikasi proses pelayanan yang berisiko infeksi.
Dalam program ini proses penentuan potensi risiko penularan dapat terjasi melalui udara, air,
serangga, fasilitas pelayanan selama proses pembangunan dan renovasi serta pemeliharaan
sarana rumah sakit.
Pengaruh dari desain dan konstruksi terhadap infeksi RS (HAIs) adalah sulit untuk
dievaluasi.Melakukan identifikasi konstribusi dari lingkungan untuk menaksir risiko, seperti ILO
merupakan tantangan tersendiri karena banyak berhubungan dengan pasien dan praktik para
dokter dan praktisi kesehatan lainnya.
ICRA harus diterapkan/dilakukan di rumah sakit, sebab sebuah rumah sakit tidak mungkin
terhindar dari kegiatan-kegiatan yang berpotensi terjadinya risiko infeksi terhadap pasien, petugas
dan juga pengunjung.Risiko yang berhubungan dengan pekerjaan konstruksi/renovasi pada
awalnya dihubungkan dengan mutu udara yang terlalu turun dan kontaminasi lingkungan dari
jamur.
Dengan dijalankannya program ICRA di rumah sakit maka dampak dari kegiatan yang bisa
menjadi penyebab timbulnya HAIs dapat dicegah sehingga program PPI dapat dijalankan secara
efektif.
Program ICRA harus dapat dilaksanakan oleh semua staf yang berkompeten dalam proses
renovasi dan pembangunan di rumah sakit sehingga perlu adanya pemahaman yang benar.
Buku Panduan ICRA Akibat Dampak Dari Renovasi Dan Konstruksi Gedung Rumah Sakit ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman bagaimana cara melakukan
renovasi dan konstruksi baru yang sesuai dengan program PPI sehingga dampak yang bisa
menyebabkan HAIs karena proses renovasi/pembangunan gedung baru di Rumah Sakit Karini
Mojosari dapat dihindari.
Kami tidak mungkin lepas dari khilaf dan salah, untuk itu kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan buku ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
DEFINISI
A. PENGERTIAN
ICRA (Infection Control Risk Assessment) adalah proses menetapkan risiko potensial dari
transmisi udara yang bervariasi dan kontaminasi melalui air kotor dalam fasilitas pelayanan
kesehatan selama konstruksi, renovasi dan kegiatan maintenance.
Kegiatan ICRA merupakan multidisiplin, proses kolaborasi yang mengevaluasi jenis/macam
kegiatan konstruksi dan kelompok risiko untuk klasifikasi penetapan tingkat.
1
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Komite PPI yang bertugas untuk membuat ICRA dan memberikan pendidikan dan pelatihan;
2. Bagian Tehnik untuk memfasilitasi dengan memberikan peraturan perundangan dan perijinan;
3. Sanitasi Lingkungan, terkait dengan pembuangan limbah (baku mutulimbah);
4. Tim K-3 RS untuk melakukan edukasi dan supervisi tentang keamanan dan keselamatan;
5. Pimpinan Proyek sebagai pelaksana konstruksi dan renovasi bangunan.
2
BAB III
TATA LAKSANA
B. KEGIATAN PEMBANGUNAN
Dalam melakukan kegiatan pembangunan, ditentukan terlebih dahulu tipe/jenis aktifitas
debu yang dihasilkan, potensi terbentuknya aerosol udara, durasi dari aktifitas, dan jumlah
sistem HVAC.
Pedoman Petunjuk Tipe Aktifitas Konstruksi :
1. Langkah Pertama
Menggunakan tabel berikut untuk melakukan identifikasi type/jenis konstruksi kegiatan
proyek (Type A-D).
TYPE KRITERIA
Inspeksi dan kegiatan non-invasif
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
Mengganti ubin langit-langit (plafon) untuk inspeksi visual saja. Misalnya
TIPE terbatas pada 1 genting/plafon per 50 meter persegi.
A Pengecatan (tetapi tidak dengan pengamplasan)
Dinding meliputi pekerjaan listrik, pipa kecil, dan kegiatan yang tidak
menghasilkan debu atau memerlukan pembongkaran dinding atau akses ke
langit-langit selain untuk pemeriksaan yang kelihatan.
Skala kecil, kegiatan durasi pendek yang menghasilkan debu minimal
Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
Pembukaan tidak lebih dari satu ceiling ubin per 10 ubin
TIPE Pemasangan kabel telepon dan komputer
B Pembongkaran dinding atau atap dimana penyebaran debu dapat dikontrol
Renovasi kecil dari suatu ruangan
Pengamplasan dinding basah
Akses ke ruang terbuka
TIPE Pekerjaan yang menghasilkan debu yang banyak
C Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
3
TYPE KRITERIA
Pengamplasan dinding kering, untuk pengecatan atau penutup dinding
Pembongkaran dinding, merobohkan dinding kering atau menyelesaikan
bangunan, dimana pekerjaan terbatas satu kamar
Pembongkaran dinding atau pembangunan tembok baru
Pekerjaan kecil saluran, pipa, listrik di langit-langit (tidak termasuk
pembongkaran atau instalasi);
Renovasi ruangan yang ada
Menarik kabel utama dari beberapa kamar ke jalur akses yang dibutuhkan
Kegiatan apapun yang tidak dapat diselesaikan dalam shift kerja tunggal.
Setiap aktifitas yang tidak memerlukan penutup/barrier yang tidak memenuhi
syarat sebagai tipe D
Pembongkaran besar dan proyek–proyek konstruksi utama namun tidak terbatas
pada :
Kegiatan yang memerlukan penutupan unit/relokasi pasien
Pembongkaran instalasi kabel lengkap, HVAC, pipa, perlengkapan gas, atau
sistem listrik
TIPE Pembongkaran komponen gedung utama
D Konstruksi baru yang terletak di dekat gedung Rumah Sakit (sebagaimana
ditentukan oleh TIM ICRA primer)
Konstruksi baru yang terletak di dekat jalur keluar pasien dari area perawatan
(yang telah ditetapkan oleh TIM ICRA primer )
Kegiatan penggalian yang jaraknya dekat dengan bangunan Rumah Sakit
(sebagaimana telah ditetapkan oleh Tim ICRA Primer)
2. Langkah Kedua
Identifikasi group pasien yang berisiko.
Risiko Rendah Risiko Menengah Risiko Tinggi Risiko Highest
Area Cardiology HCU Tempat Perawatan
perkantoran Echocardigraphy IGD Pasien
Koridor Endoscopy Laboratorium Imunosupresan
Umum Nuclear Medicine Klinik, Spesimen Bank Darah
Physical Therapy Medical Units Klinik Lab
Radiologi/MRI Ruang RR Mikrobiologi, Virologi
4
Bayi Ruang Operasi
Rawat Jalan
3. Langkah Ketiga
IC MATRIX – CLASS OF PRECAUTION : CONTRUCTION PROJECT BY PATIENS RISK
Contruction Project type
Patiens Risk Group
Type A Type B Type C Type D
Low Risk Group I II II III/IV
Medium Risk Group I II III IV
High Risk Group I II III/IV IV
Highest Risk Group II III/IV III/IV IV
4. Langkah Ke Empat
Diperlukan deskripsi tindakan pengendalian infeksi berdasarkan kelas.
Kelas Selama Pembangunan Proyek Setelah Penyelesaian Proyek
I. 1. Laksanakan pekerjaan dengan 1. Bersihkan area kerja setelah
metode meminimalisasi timbulnya menyelesaikan tugas.
debu dari pelaksanaan kegiatan
konstruksi
2. Segera meletakkan kembali ke
tempat semula plafon atap yang
diganti untuk pemeriksaan yang
kelihatan
II. 1. Menyediakan sarana aktif untuk 1. Lap permukaan kerja dengan
mencegah debu udara dari pembersihan/desinfektan;
penyebaran ke atmosfer; 2. Wadah yang berisi limbah
2. Air kabut permukaan kerja untuk konstruksi sebelum di transportasi
mengendalikan debu pada waktu harus tertutup rapat
pemotongan; 3. Pel basah dan/atau vakum dengan
3. Seal pintu yang tidak terpakai HEPA filter, vakum sebelum
dengan lakban; meninggalkan area kerja;
4. Blokir dan tutup ventilasi udara; 4. Setelah selesai, mengembalikan
5. Tempatkan tirai debu di pintu sistem HVACdimana pekerjaan
masuk dan keluar area kerja; dilakukan.
6. Hilangkan atau isolasi sistem HVAC
(Heating, Ventilation, dan Air
Conditioning) yang sedang
5
Kelas Selama Pembangunan Proyek Setelah Penyelesaian Proyek
dilaksanakan;
III 1. Untuk mencegah kontaminasi dari 1. Jangan menghilangkan barrier dari
sistem saluran maka area kerja sampai proyek selesai
hilangkan/lepaskan atau isolasi diperiksa oleh Komite PPIRS,
sistem HVAC di area, dimana dibersihkan oleh bagian
pekerjaan sedang dilakukan; kebersihan RS.
2. Lengkapi semua barrier penting 2. Hilangkanbarrier material dengan
yaitu sheetrock, playwood, palstik hati-hati untuk meminimalisasi
untuk menutup area dari area yang penyebaran dari kotoran dan
tidak untuk kerja atau menerapkan puing-puing yang terkait dengan
metode pengendalian kubus konstruksi;
(gerobak dengan penutup plastik 3. Vakum area kerja dengan HEPA
dan koneksi disegel ke tempat filtered vacuums
bekerja dengan HEPA vakum untuk 4. Area untuk lap basah dengan
menyedot debu sebelum keluar) pembersih/disinfektan/cleaner
sebelum konstruksi dimulai; 5. Setelah selesai, kembalikan sistem
3. Menjaga tekanan udara negatif di HVAC
dalam tempat kerja dengan
menggunakan HEPA unit yang
dilengkapi dengan penyaringan
udara;
4. Wadah tempat limbah konstruksi
sebelum di transportasi harus
tertutup rapat
5. Tutup wadah transportasi atau
gerobak. Pita penutup, jika tidak
tutup yang kuat;
6
7. Langkah Ke 7, Identifikasi langkah-langkah pencegahan, menggunakan penilaian
sebelumnya, apa jenis barriernya (misalnya barriernya dinding yang tertutup rapat ).
Apakah HEPA filter diperlukan ?
Catatan : Selama dilakukan konstruksi maka area yang direnovasi/konstruksi seharusnya
diisolasi dari area yang dipergunakan dan merupakan area negatif terhadap sekitarnya.
8. Langkah Ke 8, Pertimbangkan potensial risiko dari kerusakan air. Apakah ada risiko akibat
merusak kesatuan struktur (misalnya : dinding, atap, plafon).
9. Langkah Ke 9, Jam kerja : dapat atau pekerjaan akan dilakukan selama bukan jam
pelayanan pasien.
10. Langkah Ke 10, Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah ruang isolasi/ruang
aliran udara negatif yang memadai.
11. Langkah Ke 11, Buat rencana yang memungkinkan untuk jumlah dan tipe tempat/bak cuci
tangan.
12. Langkah Ke 12, Apakah PPIRS/IPCN setuju dengan jumlah minimum bak/tempat cuci
tangan tersebut ?
13. Langkah Ke 13,Apakah PPIRS/ IPCN setuju dengan rencana relatif terhadap utilitas
ruangan bersih dan kotor.
14. Langkah Ke 14, Rencanakan untuk membahas masalah pencegahan tersebut dengan tim
proyek (misalnya :arus lalu lintas, rumah tangga, pembersihan puing, bagaimana dan
kapan).
C. PERSYARATAN KINERJA
1. Pengendalian Infeksi sangat penting dalam semua bidang fasilitas konstruksi, renovasi,
dan pemeliharaan karena menyebabkan gangguan debu yang ada, atau menciptakan
debu baru, sehingga harus ditutup dengan ketat untuk mencegah setiap aliran partikel ke
daerah pasien.
2. Pemilik membutuhkan kontraktor yang terikat dengan kebijakan ini, sehingga sebelum
kegiatan dimulai pemilik dan kontraktor harus mengadakan pertemuan terlebih dahulu
sehingga kontraktor dapat menjalankan renovasi atau konstruksi sesuai dengan prosedur
yang berlaku.
3. Infection Control (IC) dapat mengubah persyaratan kinerja dari ICRA sesuai yang
diperlukan dengan kondisi lapangan. Modifikasi ini tidak mengubah maksud dan
kebijakan yang ada.
7
2. Bleach :
Sebuah disinfektan berbasis air dengan bahan natrium hipoklorit, biasanya dengan
ukuran1 bagian pemutih di 10 bagian air (1 ¾ cangkir pemutih dalam 1 galon air).Harus
dibuat baru setiap 24 jam.
3. Carpet Vacuum; dengan HEPA Filter
4. Control Cube
5. Jenis Pintu;
Pintu kayu maupun logam harus berbingkai logam, handel pintu dipolietilena, atau
polietilena masuk tumpang/tindih ganda sebagaimana ditentukan dalam ijin ICRA.
6. Exhaust Selang :
Fleksible, baja yang kuat, Ventilasi Blower Hose, WPG
7. HEPA Vacuum;
Harus dapat melakukan penyaringan sampai dengan @ 0,5 mikron
8. Mesin tekanan negatif :
Harus mampu menyaring 200-2000 kaki kubik permenit.
9. Kipas angin tekanan negatif :
Bertekanan udara tinggi, tekanan statis, tanpa filter.
10. Walk-off mats;
Sediakan karpet ukuran minimal 18 inci x 24 inci dibasahi dengan larutan pemutih untuk
akses jalan petugas sehingga mencegah debu keluar dari zona.
E. BARRIER/PENGHALANG
1. Ada pintu yang dapat menjadi penghalang ICRA bagi pekerja proyek dengan paparan
ruangan. Ini akan dapat dilaksanakan dengan memperhatikan kontruksi ruang, jenis
kegiatan, dan kelompok risiko.
2. Penghalang yang mengkin ditentukan :
a. A. Polyethylene;
b. Halaman, disamping pintu masuk zona kerja;
c. Menutup langit-langit, ruangan, tempat-tempat interstitial,dan lain-lain;
d. Metode penutupan lain yang sesuai dengan ketentuan ICRA.
3. Penghalang plastik dapat dipakai dengan bingkai logam menggunakan semprot perekat,
sekrup,dan lain-lain;
4. Hambatan dinding kering bisa dengan memiliki sendi dan sekrup ditutupi atau disegel;
5. Flaps Polyethylene ganda yang digunakan sebagai pintu masuk ke tempat kerja harus
tumpang tindih maksimal 2 meter;
6. Jika pintu masuk berengsel digunakan untuk pintu penghalang, sebuah mesin udara 2000
CFM negatif yang besar harus digunakan untuk memastikan 100 kaki permenit udara
keluar dari ruang kerja, ini dapat dimodifikasi dengan ruangan yang kecil;
8
7. Bukaan pintu ganda mungkin diperlukan sebagai airlock dan PPE area. Hanya satu pintu
yang boleh dibuka pada suatu waktu, pengecualian dibuat untuk pengiriman barang
besar. Dua pintu dibuka secara bersamaan harus diminimalkan.
9
19. Jika cube pengendalian wajib memiliki udara negatif, sebuah sertifikat mesin udara
negatif harus digunakan;
20. Mesin udara negatif dapat dihubungkan ke daya normal atau darurat dan harus
dijalankan terus menerus;
21. Efektifitas penghalang harus dipantau dan penghalang diperbaiki atau ditingkatkan untuk
mencegah debu dan puing-puing keluar dari zona;
22. HVAC register dan ventilasi dalam bidang konstruksi harus capped kecuali khusus
disetujui oleh PM atau IC;
23. Metode untuk menyerap debu ketat harus menahan tekanan udara statis;
24. Wadah transportasi, gerobak, kotak peralatan, dan lain-lain harus bebas dari debu;
25. Debu harus dibersihkan dari zona kerja dalam wadah tertutup rapat dan diangkut melalui
rute yang diidentifikasi dan ditentukan oleh ICRA;
26. Kontraktor dan bahan yang tidak boleh melewati area pasien harus ditunjuk elevator;
27. Kontraktor harus bebas dari debu sebelum keluar dari zona kerja, jika menggunakan
coverral harus dibersihkan dizona kerja sebelum keluar ke ruang ante;
28. Karpet untuk berjalan harus selalu bersih, diganti setiap hari atau lebih sering lebih
efektif;
29. Peralatan kontraktor harus dibersihkan dengan cairan pemutih untuk mencegah debu
keluar dari zona kerja;
30. Kontraktor wajib segera membersihkan debu yang keluar dari zona kerja;
31. Semua debu yang harus dilakukan dengan menggunakan vacum HEPA disaring.
10
H. IMPLEMENTASI PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI
1. PM dan pemilik akan mengatur untuk relokasi persediaan, peralatan, mebel, dan lain-lain
dari zona kerja sebelum penghalang dibuat;
2. Segel jendela, area masuk bangunan harus terjamin untuk meminimalkan infiltrasi dari
luar yang mencemari ketika zona kerja berada dibawah tekanan negatif;
3. Kontraktor akan menjalankan mesin udara negatif di zona kerja sebelum penghalang
dipasang;
4. Izin kerja akan ditunjukkan sebelum memasang penghalang di area debu ketat;
5. Kontraktor akan memasang penghalang sesuai dengan persyaratan yang disetujui ICRA;
6. Serambi akan dibangun untuk menjaga aliran udara dari sisi bersih melalui serambi dan
masuk ke zona kerja;
7. ICRA akan menunjukkan apakah perangkat pemantauan tekanan udara negatif
diperlukan, kontraktor akan mengatur untuk instalasi;
8. Setelah menyelesaikan barrier, kontraktor akan memverikasi tekanan negatif diterima;
11
J. INTERVENSI BERDASARKAN KLASIFIKASI TINGKAT
1. Tingkat 1
a. Izin kerja tidak diperlukan, tetapi PM dapat membuat jika diperlukan;
b. PM dan kontraktor bertanggung jawab untuk mengidentifikasi tingkat intervensi yang
berlaku, jika belum jelas bisa berkonsultasi dengan IC;
c. PM dan kontraktor memverifikasi dan bertanggung terhadap proyek yang dilakukan;
2. Tingkat 2
a. Izin kerja ICRA tidak diperlukan, tetapi bisa membuat jika diinginkan;
b. Kontraktor dan PM bertanggung jawab untuk mengidentifikasi intervensi tingkat II,
jika belum jelas bisa berkonsultasi dengan IC;
3. Tingkat 3
Harus mematuhi semua tingkat I dan II;
a. PM dan IC diperlukan untuk menyelesaikan ICRA.
4. Tingkat 4
Patuhi semua tingkat IV, III, II, dan I
a. PM dan IC kembali diminta untuk melengkapi ICRA;
b. PM dan IC diperlukan untuk menyelesaikan ICRMR untuk semua konstruksi baru dan
renovasi kamar perawatan pasien;
c. Setelah kegiatan debu hasil dari pembongkaran/konstruksi, dan sepatu dibersihkan;
Jika intervensi dilakukan di lokasi risikotertinggi (OK, CSSD, Bone Transplantasi Sumsum/BMT,
dan lain-lain):
1. Jika pekerjaan dilakukan di Ruang Operasi, kontraktor harus mematuhi intervensi
pengendalian infeksi yang diterapkan didaerah berisiko tinggi yang ditetapkan oleh Tim
ICRA Primer;
2. Semua peralatan yang akan masuk ke ruang risiko tinggi harus dilakukan penyekaan
dengan desinfektan sampai bebas debu dan kotoran;
3. Kontraktor harus memakai pakaian sesuai dengan ketetapan Ruang Operasi atau CSSD;
4. Semua pekerjaan yang dilakukan dalam lokasi risiko tertinggi harus dijadwalkan oleh PM
dan perawat manager atau yang ditunjuk oleh mereka;
5. Semua pekerjaan yang dilakukan diatas langit-langit atau pekerjaan yang menciptakan
debu dan air aerosolisasi harus dilakukan dalam pengawasan atau Control Cube
memanfaatkan HEPA mesin udara negatif yang bersertifikat;
K. PEMANTAUAN LINGKUNGAN
1. PM, Keselamatan Departemen, IC akan menentukan kapan sampling udara diperlukan;
2. Kontraktor mendokumentasikan visual konfirmasi tekanan negatif pada Negatif Air
Presure Log Verifikasi;
3. Pemilik boleh memilih untuk memonitor kualitas udara seluruh proyek;
4. PM dan kontraktor mungkin diperlukan untuk menyelesaikan setiap hari Check List
monitor kepatuhan konstruksi pengendalian infeksi sehari-hari.
12
L. PENDIDIKAN FASILITAS DAN KONTRAKTOR ICRA
1. Semua kontraktor dan PM harus mengikuti pelatihan ICRA;
2. Pendidikan ICRA harus diberlakukan sebelum pekerjaan awal individu;
3. Kontraktor terlatih harus dikawal ICRA terlatih, persetujuan untuk menggunakan non-
kontraktor ICRA terlatih harus disetujui oleh PM;
4. Sesi pelatihan akan ditawarkan dalam kuliah formal atau disetujui oleh IC dalam
presentasi;
5. Kontraktor yang telah melakukan pelatihan mendapat sertifikat yang berlaku selama satu
tahun;
6. Pendidikan harus diulang setiap satu tahun;
7. Tes tertulis harus diberikan untuk memastikan bahwa poin yang bersangkutan telah
dipelajari.
M. PENGAWASAN
1. PM, IC dan fasilitas kesehatan akan memastikan kepatuhan dalam menjalankan kebijakan
ini, dan mereka mempunyai wewenang untuk menghentikan semua pekerjaan jika
kegiatan berisiko terhadap pasien, staf, dan publik;
2. Individu yang tidak bersertifikat tidak mempunyai pelatihan valid diminta untuk
meninggalkan fasilitas;
3. ICRA memantau kepatuhan konstruksi dengan melihat inspeksi dari ICRA dan zona kerja;
4. Ketidakpatuhan akan segera ditindaklanjuti melalui komunikasi verbal dan kemudian
melalui dokumen tertulis. Rincian pelanggaran akan dikirim ke PM, IC, dan Fasilitas
Departemen dan akan ditempatkan di file proyek. Selanjutnya ulasan akan dibahas dalam
proyek dan pertemuan konstruksi;
5. Pelanggaran kebijakan ini dapat mempengaruhi status sebagai kontraktor yang
berkualitas untuk panawaran selanjutnya;
6. PM akan memberitahukan Assosiated Director sesuai facilities jika kontraktor melakukan
pelanggaran ulang;
13
O. KETERLIBATAN KOMITE PPI/TIM PPI DALAM ASPEK PENGENDALIAN INFEKSISAAT
RENOVASI/PEMBANGUNAN DAN DESAIN RUMAH SAKIT
1. Prinsip Dasar
• Pencegahan infeksi terhadap pasien, staf rumah sakit, pekerja bangunan dan
pengunjung akibat gangguan kualitas lingkungan saat renovasi/pembangunan dan
sesudahnya;
• Desain harus memungkinkan staf melaksanakan pedoman PPI (IPC Guidelines);
Masalah yang terjadi saat renovasi/pembangunan rumah sakit adalah :
a. Debu;
Renovasi/pembangunan akan mengotori udara sehingga berdebu dengan konsentrasi
spora jamur (Aspergillus sp) dan kuman (Legionella sp) tinggi (CONSTRUCTION
RELATED NOSOCOMIAL INFECTIONS).
ASPERGILLUS FUMIGATUS
ASPERGILLUS FUMIGATUS
• Penyebab tersering Aspergillosis :
- Invasive;
- Non Invasive.
• > 50% Invasive Aspergillosis;
• Mampu berkembang sampai suhu 55⁰ C;
• Terdapat dimana mana (lembab);
• Invasive Aspergillosis;
- Diagnosis Sulit;
- Mortalitas > 50 %.
PALING PENTING : CEGAH TERPAPAR
RISIKO “OUTBREAKS” ASPERGILLOSIS
• Semua aktifitas yang mengakibatkan peningkatan spora di udara : Pembangunan
Gedung, Konstruksi, Renovasi, Perbaikan;
• Permukaan Lembab.
14
Gambar III – 2 : Atap Rumah dengan Permukaan Lembab
LEGIONELLA Sp.
• Airborne & Waterborne Transmission;
• Umum Terdapat dalam Sumber Air Natural;
• Berakumulasi dalam “BIOFILM” Pipa Air, Bak Penampungan;
• Berkembang Biak pada Suhu 20° - 45° C.
15
c. “High Risk”.
• Pasien Transplantasi;
• Pasien di Bangsal Hematologi dan Onkologi Neutropenia;
• Pasien dengan Pengobatan Corticosteroid;
• Pasien “Immunocompromised” Lainnya (DM, ODHA, dll).
16
c. “Pre-Construction“(Sebelum Kegiatan Dimulai)
Konsultasi kepada Komite PPIRS;
Identifikasi Kemungkinan Kerusakan Saluran Pipa Air atau Sistem AC;
Identifikasi dan Peta Pasien“High Risk”;
Pelatihan Pekerja;
Tentukan Alur Gerakan Pekerja.
d. “Construction” (Saat Kegiatan)
Awasi Alur Pasien, Kalau Perlu Gunakan Masker N-95 / Respirator kepada Pasien;
Tutup Rapat Pintu dan Jendela, Tambahkan “Seal”;
“Barrier” Debu;
Tekanan Negatif Area Kerja;
Hepa Filter di Bangsal Pasien “High Risk”.
Awasi Kegiatan dengan Ketat :
- Alur Material dan Bahan Sisa/Sampah;
- Kepatuhan Pekerja;
- Risiko Kontaminasi Pipa Air atau Sistem AC.
e. “Post Construction” (Pasca Kegiatan)
Area Harus Bersih dan Bebas Debu;
IPCO Menilai Area Sebelum Digunakan;
Kalau Perlu Lakukan “Air Sampling” dan “Kultur Lingkungan”
3. Faktor “Design” yang Mempengaruhi Transmisi Infeksi Rumah Sakit
a. Jumlah Pasien dan Perawat;
b. Jumlah dan Jenis Pemeriksaan / Prosedur;
c. Ruangan yang Tersedia;
d. Jumlah dan Jenis Kamar;
e. Jumlah Tempat Tidur per Kamar;
f. Lantai dan “Permukaan”;
g. Air, Listrik dan Sanitasi;
h. Ventilasi dan Kualitas Udara;
i. Pengelolaan Alat Medis;
j. Pengelolaan Makanan, Laundry dan Limbah.
Jumlah Pasien dan Perawat; Rasio Pasien – Perawat
1 : 3 – 10
Jumlah dan Jenis Pemeriksaan / Prosedur;
Desain Ketersediaan Alat Medis dan APD (Jumlah dan Jenis) yang Dibutuhkan.
Ruangan yang Tersedia;
Ruang Tunggu, Ruang Petugas, Ruang Rawat, Ruang Isolasi (di tiap-tiap Bangsal);
Jumlah dan Jenis Kamar;
- Maksimum 40 Tempat Tidur setiap Bangsal / Ruangan;
- Tersedia “Single Room” untuk Isolasi Pasien Infeksius.
17
Jumlah Tempat Tidur per Kamar;
- 2 – 4 Tempat Tidur (Jarak Minimum 1 Meter);
Ideal : 1 Tempat Tidur Tiap Kamar;
- Tiap Kamar Tersedia Fasilitas Alcohol – Based Hand Rub (ABHR);
Ideal : Tiap Tempat Tidur;
- Toilet dan Shower tiap Kamar.
Lantai dan “Permukaan”;
- Mudah Dibersihkan;
- Tidak Ada Karpet;
- Rekomendasi : Vinyl.
Air, Listrik dan Sanitasi;
- Air Minum Diperiksa Secara Berkala;
- Air Bersih dan Listrik Tersedia 24 Jam / Hari;
- Pengelolaan Air Unit Khusus (Hemodialisis, Bangsal Transplant) --- Cegah
Perkembangan Kuman Legionella, Pseudomonas, Jamur dan Mikroorganisme
Lingkungan Lainnya.
Ventilasi dan Kualitas Udara;
- Who Menyarankan Ventilasi Alamiah untuk PPI – TB ( 2009 );
- Mampu Mencegah Transmisi Airborne.
Pengelolaan Alat Medis;
- “Clean” & “Dirty” Harus Terpisah;
- Tindakan Mempersiapkan Infus dan Injeksi di Ruang Bersih dan Terpisah;
- Alat Steril Disimpan di Lemari Tertutup.
Pengelolaan Makanan, Laundry dan Limbah.
- Lantai Dapur dan “ Permukaan “ Harus Terbuat dari Bahan yang Mudah
Dibersihkan;
- Makanan Hangat Segera Dikonsumsi atau Didinginkan Sebelum Disimpan;
- Linen dan Pakaian Kerja Petugas Sudah Terkontaminasi Cuci di Rumah Sakit;
Alasan WHO Menyarankan 1 Kamar - 1 Tempat Tidur (Single Bed Rooms)
- Kwalitas Tidur Lebih Baik;
- Privasi Meningkat;
- Tingkat Kebisingan Menurun;
- Transmisi Mikroorganisme Menurun;
- Kesalahan Pemberian Obat Menurun;
- Proteksi Data Pasien Lebih Baik.
P. KESIMPULAN
1. IPCO Harus Dilibatkan dalam Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengawasan;
2. Pelatihan terhadap Pekerja Bangunan;
3. Tentukan Alur Pekerja, Bahan Material dan Sampah Bangunan;
18
4. Pekerjaan Tidak Boleh Dimulai Sebelum “Penilaian Risiko” Lengkap Dilakukan;
5. Waspada Terhadap “CONSTRUCTION RELATED NOSOCOMIAL INFECTIONS”
Aspergillosis;
Legionellosis.
6. Fokus Perhatian
Lingkungan Sekitar Area;
Sistem Pipa Air;
Sistem Ventilasi.
7. Renovasi di Rumah Sakit berbeda karena Pasien lebih Memerlukan Kualitas Udara yang
Baik;
8. Syarat Penting dalam Desain
Suplai Air Bersih dan Listrik Konstan 24 Jam / Hari;
Jumlah dan Jarak Tempat Tidur Adekuat;
Ventilasi sesuai Prinsip PPI;
Sanitasi Untuk :
- Pasien;
- Pengunjung;
- Staf Rumah Sakit;
- Lantai dan Permukaan;
- Bahan yang Mudah Dibersihkan.
19
BAB IV
DOKUMENTASI
20
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
lainnya, Depkes RI – Perdalin Pusat Jakarta, 2008
Perdalin Pusat, Handout Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit, 2012
21