TEKNIS
BAGIAN D
Tanggapan Terhadap KAK
dalam batasan Cekungan Bandung, terkecuali hanya satu kecamatan yang di luar yaitu
Kecamatan Sumedang Selatan. Kondisi fisik Metropolitan Bandung Raya mempunyai
topografi yang dikelilingi pegunungan yang melingkar dengan suhu yang sejuk dan
keindahan serta pesona alamnya yang memikat kawasan ini di beberapa daerah menjadi
salah satu objek wisata yang amat diminati, dengan itu perkembangan lokasi wisata,
pembangunan perhotelan, pembangunan perumahan dan objek properti lainnya
menjadi tumbuh berkembang secara besar-besaran. Wilayah Metropolitan Bandung
Raya cukup istimewa, mengingat lokasinya yang sangat strategis dan merupakan pusat
kotanya Jawa Barat, selain itu menjadi tempat tinggal penduduk dengan kepadatan
tertinggi di Jawa Barat.
Berdasarkan hasil analisis spasial wilayah Metropolitan Bandung Raya mempunyai total
luas ± 212.288,71 Ha dan terdiri dari 73 kecamatan yaitu 23 kecamatan di Kabupaten
Bandung dengan LUAS ± 77.668,72 Ha, 11 kecamatan di Kabupaten Bandung Barat
dengan luas ± 82.191,16 Ha, 30 kecamatan di Kota Bandung dengan luas ± 17.243,90
Ha, 3 kecamatan di Kota Cimahi dengan luas ± 4.445,45 Ha, dan 6 kecamatan di
Kabupaten Sumedang dengan luas ± 30.739,47 Ha.
Dalam pengelolaan pembangunan dan pengembangan Metropolitan Bandung Raya
agar mengarusutamakan pembangunan berkelanjutan diperlukan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis Metropolitan Bandung Raya yang memuat daya dukung dan daya
tampung lingkungan sebagai dasar dalam pemberian rekomendasi pemanfaatan ruang
dan penyempurnaan Kebijakan Rencana Program Rencana Induk Pembangunan
Metropolitan Bandung Raya.
Tanggapan :
Dalam undang-undang, penataan ruang meliputi seluruh kegiatan yang termasuk dalam
sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang yang keterkaitan satu sama lainnya bersifat sekuensial. Pemahaman
bahwa sistem ini merupakan siklus menyebabkan hasil-hasil yang diperoleh dari proses
perencanaan tata ruang ditempatkan sebagai acuan dari kegiatan-kegiatan pemanfaatan
dan pengendalian pemanfaatan ruang. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Rencana
Tata Ruang Wilayah adalah wujud formal kebijakan, rencana, dan program (KRP) acuan
yang mengatur penataan ruang sebuah wilayah tertentu.
Dalam pelaksanaannya, perbedaan cara penanganan dan karakteristik khusus sebuah
satuan wilayah membedakan jenis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut.
Sebuah RTRW yang mengatur satuan wilayah yang luas memuat arahan dan acuan yang
lebih strategis dan umum daripada RTRW yang mengatur satuan wilayah yang lebih
kecil. Akibatnya, semakin luas wilayah yang diatur, semakin panjang dimensi kerangka
waktu (time-frame) yang bisa dicakup aturan tersebut. Oleh sebab itu, hirarki RTRW
yang disusun berdasarkan luasan wilayah sebenarnya juga mencerminkan hirarki
operasionalitas arahan yang dimuat. Sebuah RTRW skala nasional sebenarnya memuat
kebijakan-kebijakan, sementara RTRW skala kawasan lebih banyak memuat kumpulan
program.
Perbedaan-perbedaan ini mempengaruhi pola pemahaman mengenai bagaimana aspek-
aspek lingkungan hidup diterapkan dalam muatan RTRW yang berbeda jenjangnya.
Praktek menunjukkan bahwa banyak hambatan dan keterbatasan yang bersifat struktural
maupun operasional menciptakan ketidaksinambungan antar jenjang (vertikal), juga
antar satuan wilayah RTRW yang berada dalam jenjang yang sama (horisontal). Kondisi
Tanggapan :
Sesuai yang dijabarkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK), maksud dari kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Metropolitan Bandung Raya sudah sangat jelas.
D.2.2 Tujuan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Metropolitan Bandung Raya bertujuan untuk:
Tujuannya adalah melakukan :
a) Permintaan Citra Satelit SPOT Resolusi Tinggi yang mencakup Metropolitan
Bandung Raya ke LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional);
b) Pengolahan Citra Satelit SPOT menjadi Peta Land Use Metropolitan Bandung
Raya dengan skala 1: 10.000;
c) Menganalisis Tren Landuse atau Landcover minimal 10 tahun terakhir;
d) Menghitung Daya Dukung Air (Sumber Air Tanah dan Sumber Air Permukaan)
tiap desa di Metropolitan Bandung Raya;
e) Menghitung Daya Dukung Lahan tiap desa di Metropolitan Bandung Raya
f) Menghitung Run off tiap desa di Metropolitan Bandung Raya;
Tanggapan :
Sesuai yang dijabarkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK), Tujuan dari kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS) Metropolitan Bandung Raya sudah sangat jelas.
D.2.3 Sasaran
Sasaran Kajian Lingkungan Hidup Strategis Metropolitan Bandung Raya adalah
tersusunnya kajian daya dukung dan daya tampung lingkungan dan rekomendasi
perbaikan/penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program Rencana Induk
Pembangunan Metropolitan Bandung Raya yang mengintegrasikan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan.
Tanggapan :
Sesuai yang dijabarkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK), Sasaran dari kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS) Metropolitan Bandung Raya sudah sangat jelas.
Tanggapan :
Sesuai yang dijabarkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK), ruang lingkup wilayah dari
kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Metropolitan Bandung Raya sudah sangat
jelas, dimana jumlah kecamatan yang ada di Metropiltan Bandung Raya berjumlah 73
Kecamatan yang berada di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten
Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Sumedang.
Tanggapan :
Sesuai yang dijabarkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK), ruang lingkup pekerjaan dari
kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Metropolitan Bandung Raya sudah sangat
jelas dan terperinci sehingga memudahkan Konsultan untuk melakukan analisis dan
menyelesaikan pekerjaan.
Tanggapan :
Sesuai yang dijabarkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK), keluaran pekerjaan dari kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Metropolitan Bandung Raya sudah sangat jelas.
25. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam.
26. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
dan/atau Perusakan Laut.
27. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
28. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
29. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan.
30. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan.
31. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum.
32. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
33. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional.
34. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Air.
35. Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang.
36. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2010 tentang Rencana Induk Pariwisata
Nasional.
37. Peraturan Pemerintah No. 64 tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
38. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
39. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 09 Tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
40. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Metropolitan dan Pusat
Pertumbuhan di Jawa Barat
Tanggapan :
Sesuai yang dijabarkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK), landasan hukum pekerjaan
dari kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Metropolitan Bandung Raya sudah sangat
jelas.
- Propinsi
- Kabupaten / kota
b. Kawasan Strategis:
- Nasional
- Propinsi
- Kabupaten / kota
4. Pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional (PRWN):
a. Perencanaan tata ruang wilayah nasional
b. Pemanfaatan ruang wilayah nasional
c. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional (dapat dilaksanakan
pemerintah daerah melalui dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan)
5. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional:
a. Penetapan kawasan strategis nasional
b. Perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional
c. Pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional
d. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional (dapat
dilaksanakan pemerintah daerah melalui dekonsentrasi dan/atau tugas
pembantuan)
6. Kerja sama penataan ruang antarnegara dan pemfasilitasan kerja sama penataan
ruang antar provinsi
Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana point 1 sampai 6 tersebut,
pemerintah berwenang menyusun dan menetapkan pedoman bidang penataan ruang.
Dalam penyelenggaraan penataan ruang, pemerintah harus:
1. Menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan:
a. rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan
ruang wilayah nasional
b. arahan peraturan zonasi untuk sistem nasional yang disusun dalam rangka
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional
c. pedoman bidang penataan ruang
2. Menetapkan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang
Penyelenggaraan Penataan Ruang oleh pemerintah dilaksanakan oleh seorang Menteri,
dimana tugas dan tanggung jawab Menteri terbatas pada kegiatan pengaturan,
pembinaan, pengawasan penataan ruang, dan pelaksanaan penataan ruang nasional.
Tidak termasuk pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional, dan kerjasama
penataan ruang antarnegara dan pemfasilitasan kerja sama penataan ruang antar
provinsi. Selain kegiatan tersebut Menteri juga memiliki tugas dan tanggung jawab
dalam melaksanakan “Koordinasi Penyelenggaraan Penataan Ruang Lintas Sektor, Lintas
Wilayah, dan Lintas Pemangku Kepentingan”.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan rencana tata ruang yang
berkaitan dengan fungsi pertahanan dan keamanan sebagai subsistem rencana
tata ruang wilayah diatur dengan Peraturan Pemerintah.
7. Arahan peraturan zonasi untuk sistem nasional yang disusun dalam rangka
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional.
8. Ketentuan mengenai penyelenggaraan pembinaan penataan ruang yang
dilakukan oleh pemerintah kepada pemerintah daerah provinsi, pemerintah
daerah kabupaten/kota, dan masyarakat diatur dengan peraturan pemerintah.
9. Standar pelayanan penyelenggaraan penataan ruang untuk tingkat nasional, guna
peningkatan kinerja fungsi dan manfaat penyelenggaraan penataan ruang
wilayah nasional.
10. Standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, yang meliputi aspek
pelayanan dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
Standar pelayanan minimal merupakan hak dan kewajiban penerima dan pemberi
layanan yang disusun sebagai alat Pemerintah dan pemerintah daerah untuk
menjamin masyarakat memperoleh jenis dan mutu pelayanan dasar secara merata
dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib.
7. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dibatalkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan
masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara
penggantian yang layak diatur dengan peraturan pemerintah.
9. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pembinaan penataan ruang
kepada pemerintah daerah kabupaten/kota, dan masyarakat dengan peraturan
pemerintah.
10. Ketentuan lebih lanjut mengenai tingkat ketelitian peta rencana tata ruang diatur
dengan peraturan pemerintah.
11. Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara peninjauan kembali
rencana tata ruang diatur dengan peraturan pemerintah.
12. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka
hijau dan ruang terbuka nonhijau diatur dengan peraturan menteri.
13. Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif dan
disinsentif diatur dengan peraturan pemerintah.
14. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian pemanfaatan ruang diatur dengan
peraturan pemerintah.
15. Kriteria mengenai kawasan perkotaan menurut besarannya diatur dengan
peraturan pemerintah.
16. Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan ruang kawasan perkotaan diatur
dengan peraturan pemerintah.
17. Ketentuan lebih lanjut mengenai perlindungan terhadap kawasan lahan abadi
pertanian pangan diatur dengan undang-undang.
18. Ketentuan lebih lanjut mengenai kawasan agropolitan diatur dengan peraturan
pemerintah.
19. Ketentuan lebih lanjut mengenai kawasan perdesaan diatur dengan peraturan
pemerintah.
20. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan terhadap pengaturan,
pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang diatur dengan peraturan menteri.
21. Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara pengenaan sanksi
administratif diatur dengan peraturan pemerintah.
22. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan bentuk peran masyarakat dalam
penataan ruang diatur dengan peraturan pemerintah.
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang ada dan masih berlaku, pengaturan terhadap pelaksanaan
penataan ruang yang telah disusun dan ditetapkan oleh pemerintah adalah sebagai
berikut:
1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang
mengamanatkan perlunya dilakukan penataan ruang yang dapat
mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan yang mampu
mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumberdaya
buatan serta dapat memberikan perlindungan terhadap fungsi ruang dan
1. Rencana tata ruang pulau / kepulauan dan rencana tata ruang kawasan
strategis nasional, diatur dengan Peraturan Presiden.
2. Ketentuan mengenai muatan, pedoman dan tata cara penyusunan rencana
rinci tata ruang (rencana tata ruang pulau / kepulauan dan rencana tata
ruang kawasan strategis nasional), diatur dengan peraturan menteri.
Dari kajian diatas, peranan Pemerintah Provinsi dalam pemanfaatan ruang wilayah
provinsi:
1. Pemanfaatan ruang wilayah provinsi mengacu pada RTRWP masing-masing
wilayah Propinsi
2. Pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi Mengacu pada Perda masing-
masing Provinsi yang dibuat atas keputusan bersama-sama DPRD dan
Gubernur
3. Pemanfaatan ruang dilaksanakan sesuai dengan :