Anda di halaman 1dari 41

KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN

TEKNIS

BAGIAN D
Tanggapan Terhadap KAK

D.1. TANGGAPAN TERHADAP LATAR BELAKANG


Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 12 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di
Jawa Barat bahwa wilayah metropolitan merupakan wilayah cepat tumbuh penuh
persaingan yang mempunyai peran penting dalam membangun ekonomi wilayah,
mensejahterakan masyarakat, modernisasi dan keberlanjutan pembangunan sehingga
perlu dikelola dengan baik dan dikembangkan sebagai penggerak percepatan
pembangunan di seluruh wilayah di Jawa Barat.
Dalam konteks Jawa Barat, fenomena perkembangan metropolitan yang ditandai oleh
aglomerasi ekonomi, aglomerasi penduduk serta peningkatan intensitas lahan terbangun
dan aktivitas sosial masyarakat berlangsung di tiga lokasi, yaitu :
a. Bodebekkarpur meliputi Kota Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, sebagian wilayah
Kabupaten Bogor, sebagian wilayah Kabupaten Bekasi, sebagian wilayah
Kabupaten Karawang dan sebagian wilayah Kabupaten Purwakarta;
b. Bandung Raya meliputi Kota Bandung, Kota Cimahi, sebagian wilayah
Kabupaten Bandung, sebagian wilayah Kabupaten Bandung Barat dan sebagian
wilayah Kabupaten Sumedang dan;
c. Cirebon Raya meliputi Kota Cirebon, sebagian wilayah Kabupaten Cirebon,
sebagian wilayah Kabupaten Kuningan, sebagian wilayah Kabupaten Majalengka
dan sebagian wilayah Kabupaten Indramayu;
Antara kurun waktu tahun 1989 hingga tahun 2010, presentase penduduk perkotaan di
daerah, yang semula hanya mencapai 30 persen meningkat menjadi sebesar 66 persen.
Sebagian besar dari jumlah penduduk perkotaan tersebut tinggal dan beraktifitas di
ketiga wilayah Metropolitan di Daerah.
Pertumbuhan yang pesat di wilayah Metropolitan ini terjadi karena kegiatan ekonomi
non pertanian yang berlangsung di dalamnya memberikan nilai tambah yang besar,
yang mendorong tumbuh kembangnya kegiatan ekonomi di wilayah tersebut. Namun,
selama ini nilai tambah ekonomi yang dihasilkan oleh wilayah metropolitan hanya
memberikan manfaat bagi masyarakat yang tinggal di wilayah Metropolitan. Hal ini
mengakibatkan masyarakat dari wilayah lain di daerah yang ingin mengejar manfaat
dari nilai tambah ekonomi yang tinggi tersebut harus pindah ke wilayah Metropolitan

Tanggapan Terhadap KAK | D - 1


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

sehingga mendorong terjadinya fenomena aglomerasi ekonomi dan aglomerasi


penduduk di wilayah Metropolitan di daerah.
Pertumbuhan pesat yang terjadi di wilayah Metropolitan memunculkan kondisi penuh
persaingan karena setiap individu masyarakat ingin memanfaatkan sumber daya yang
tersedia dalam jumlah terbatas untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan
kesejateraannya. Hal ini di satu sisi memberikan efek positif bagi upaya penghelaan
pembangunan di wilayah Metropolitan di daerah melalui upaya pemanfaatan sumber
daya secara efektif dan efisien, serta upaya peningkatan daya saing masyarakat.
Namun di sisi lain, apabila tidak berhasil dikelola dengan baik, kondisi penuh persaingan
ini akan memunculkan berbagai isu dan permasalahan, seperti kemacetan lalu lintas,
munculnya permukiman kumuh, banjir, kekurangan air bersih, penumpukan sampah,
polusi udara, persaingan pembangunan oleh swata dan sebagainya. Hal ini memberikan
pengaruh signifikan terhadap kualitas kehidupan masyarakat di wilayah Metropolitan
dalam jangka panjang.
Pesatnya pertumbuhan yang berlangsung di wilayah Metropolitan berpotensi membuka
berbagai peluang dan kesempatan peningkatan kondisi ekonomi dan kesejahteraan bagi
masyarakat lain yang tinggal di sekitar wilayah Metropolitan dan di daerah. Misalnya
saja kesempatan bagi para petani dan pelaku usaha tani dari wilayah lain untuk
memasarkan hasil produksinya di wilayah Metropolitan; kesempatan untuk masyarakat
dari wilayah lain di sekitarnya untuk menempuh pendidikan dan memperoleh
pelayanan kesehatan dengan kualitas terbaik di wilayah Metropolitan. Selian itu, kondisi
penuh persaingan yang terjadi di wilayah Metropolitan secara tidak langsung mampu
mendorong masyarakat, baik masyarakat di wilayah Metropolitan maupun masyarakat
lainnya di daerah untuk senantiasa meningkatkan daya saing serta melakukan upaya
lokasi sumber daya secara efektif dan efisien.
Pesatnya pertumbuhan yang berlangsung di wilayah Metropolitan juga mendorong
terjadinya peningkatan permintaan masyarakat terhadap berbagai sarana dan prasarana
serta pelayanan perkotaan. Namun, kenyataannya menunjukkan bahwa peningkatan
permintaan masyarakat sering tidak didukung oleh kapasitas dan kemampuan yang
memadai untuk menyediakan berbagai sarana dan prasarana serta pelayanan yang
diharapkan oleh masyarakat Metropolitan. Apabila terus dibiarkan kondisi ini dalam
jangka panjang akan memberikan dampak negatif bagi keberlangsungan aktivitas sosial
dan ekonomi masyarakat di wilayah Metropolitan yang pada akhirnya juga akan
mempengaruhi besarnya kesempatan yang dapat dibuka oleh wilayah Metropolitan bagi
upaya peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di wilayah lainnya di
daerah.
Salah satu wilayah yang di Jawa Barat yang akan dikembangkan sebagai wilayah
metropolitan adalah Metropolitan Bandung Raya. Metropolitan Bandung Raya adalah
kesatuan wilayah perkotaan yang terbentuk karena aglomerasi kegiatan ekonomi,
aglomerasi aktivitas sosial masyarakat, aglomerasi lahan terbangun, dan aglomerasi
penduduk mencapai 5,8 juta jiwa terletak di 56 kecamatan dalam 5 kabupaten/kota
yaitu Kota Bandung, Kota Cimahi, sebagian wilayah Kabupaten Bandung, sebagian
wilayah Kabupaten Bandung Barat, dan sebagian wilayah Kabupaten Sumedang (sumber
: BPS Jawa Barat, 2011).
Wilayah Metropolitan Bandung Raya merupakan kawasan yang dibentuk berdasarkan
satuan dari kesamaan bentuk geomorfologi, atau yang sering disebut sebagai daerah
yang berbentuk menyerupai mangkuk atau disebut Cekungan Bandung (Bandung Basin).
Secara keseluruhan administratif kecamatan di Metropolitan Bandung Raya masuk ke

Tanggapan Terhadap KAK | D - 2


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

dalam batasan Cekungan Bandung, terkecuali hanya satu kecamatan yang di luar yaitu
Kecamatan Sumedang Selatan. Kondisi fisik Metropolitan Bandung Raya mempunyai
topografi yang dikelilingi pegunungan yang melingkar dengan suhu yang sejuk dan
keindahan serta pesona alamnya yang memikat kawasan ini di beberapa daerah menjadi
salah satu objek wisata yang amat diminati, dengan itu perkembangan lokasi wisata,
pembangunan perhotelan, pembangunan perumahan dan objek properti lainnya
menjadi tumbuh berkembang secara besar-besaran. Wilayah Metropolitan Bandung
Raya cukup istimewa, mengingat lokasinya yang sangat strategis dan merupakan pusat
kotanya Jawa Barat, selain itu menjadi tempat tinggal penduduk dengan kepadatan
tertinggi di Jawa Barat.
Berdasarkan hasil analisis spasial wilayah Metropolitan Bandung Raya mempunyai total
luas ± 212.288,71 Ha dan terdiri dari 73 kecamatan yaitu 23 kecamatan di Kabupaten
Bandung dengan LUAS ± 77.668,72 Ha, 11 kecamatan di Kabupaten Bandung Barat
dengan luas ± 82.191,16 Ha, 30 kecamatan di Kota Bandung dengan luas ± 17.243,90
Ha, 3 kecamatan di Kota Cimahi dengan luas ± 4.445,45 Ha, dan 6 kecamatan di
Kabupaten Sumedang dengan luas ± 30.739,47 Ha.
Dalam pengelolaan pembangunan dan pengembangan Metropolitan Bandung Raya
agar mengarusutamakan pembangunan berkelanjutan diperlukan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis Metropolitan Bandung Raya yang memuat daya dukung dan daya
tampung lingkungan sebagai dasar dalam pemberian rekomendasi pemanfaatan ruang
dan penyempurnaan Kebijakan Rencana Program Rencana Induk Pembangunan
Metropolitan Bandung Raya.

Tanggapan :
Dalam undang-undang, penataan ruang meliputi seluruh kegiatan yang termasuk dalam
sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang yang keterkaitan satu sama lainnya bersifat sekuensial. Pemahaman
bahwa sistem ini merupakan siklus menyebabkan hasil-hasil yang diperoleh dari proses
perencanaan tata ruang ditempatkan sebagai acuan dari kegiatan-kegiatan pemanfaatan
dan pengendalian pemanfaatan ruang. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Rencana
Tata Ruang Wilayah adalah wujud formal kebijakan, rencana, dan program (KRP) acuan
yang mengatur penataan ruang sebuah wilayah tertentu.
Dalam pelaksanaannya, perbedaan cara penanganan dan karakteristik khusus sebuah
satuan wilayah membedakan jenis Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut.
Sebuah RTRW yang mengatur satuan wilayah yang luas memuat arahan dan acuan yang
lebih strategis dan umum daripada RTRW yang mengatur satuan wilayah yang lebih
kecil. Akibatnya, semakin luas wilayah yang diatur, semakin panjang dimensi kerangka
waktu (time-frame) yang bisa dicakup aturan tersebut. Oleh sebab itu, hirarki RTRW
yang disusun berdasarkan luasan wilayah sebenarnya juga mencerminkan hirarki
operasionalitas arahan yang dimuat. Sebuah RTRW skala nasional sebenarnya memuat
kebijakan-kebijakan, sementara RTRW skala kawasan lebih banyak memuat kumpulan
program.
Perbedaan-perbedaan ini mempengaruhi pola pemahaman mengenai bagaimana aspek-
aspek lingkungan hidup diterapkan dalam muatan RTRW yang berbeda jenjangnya.
Praktek menunjukkan bahwa banyak hambatan dan keterbatasan yang bersifat struktural
maupun operasional menciptakan ketidaksinambungan antar jenjang (vertikal), juga
antar satuan wilayah RTRW yang berada dalam jenjang yang sama (horisontal). Kondisi

Tanggapan Terhadap KAK | D - 3


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

ini menyebabkan lingkup dan penjabaran aspek-aspek pengelolaan lingkungan hidup


dalam masing- masing RTRW belum tentu sesuai dengan harapan dan acuan.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah sebuah bentuk tindakan stratejik dalam
menuntun, mengarahkan, dan menjamin efek negatif terhadap lingkungan dan
keberlanjutan dipertimbangkan dalam KRP tata ruang. Posisinya berada pada relung
pengambilan keputusan. Oleh karena siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan tata ruang tidak selalu gamblang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi
masing-masing RTRW. KLHS bisa menentukan substansi RTRW, bisa memperkaya proses
penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrumen metodologis
pelengkap (komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran RTRW, atau
kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas.

D.2. TANGGAPAN TERHADAP MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN


D.2.1 Maksud
Maksud Kajian Lingkungan Hidup Strategis Metropolitan Bandung Raya adalah
menyusun dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis terhadap Pengelolaan
Pembangunan dan Pengembangan Metropolitan Bandung Raya sebagai pelaksanaan
amanat UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Dokumen dimaksud merupakan salah satu instrumen pencegahan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup melalui suatu proses kajian yang dapat menjamin
dipertimbangkannya hal-hal yang prioritas dari aspek pembangunan berkelanjutan dari
sejak dini dalam proses pengambilan keputusan mengenai kebijakan, rencana dan/atau
program yang diformulasikan dalam Rencana Induk Pembangunan Metropolitan
Bandung Raya.

Tanggapan :
Sesuai yang dijabarkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK), maksud dari kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Metropolitan Bandung Raya sudah sangat jelas.

D.2.2 Tujuan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Metropolitan Bandung Raya bertujuan untuk:
Tujuannya adalah melakukan :
a) Permintaan Citra Satelit SPOT Resolusi Tinggi yang mencakup Metropolitan
Bandung Raya ke LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional);
b) Pengolahan Citra Satelit SPOT menjadi Peta Land Use Metropolitan Bandung
Raya dengan skala 1: 10.000;
c) Menganalisis Tren Landuse atau Landcover minimal 10 tahun terakhir;
d) Menghitung Daya Dukung Air (Sumber Air Tanah dan Sumber Air Permukaan)
tiap desa di Metropolitan Bandung Raya;
e) Menghitung Daya Dukung Lahan tiap desa di Metropolitan Bandung Raya
f) Menghitung Run off tiap desa di Metropolitan Bandung Raya;

Tanggapan Terhadap KAK | D - 4


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

g) Menghitung daya tampung air permukaan di Metropolitan Bandung Raya;


h) Menganalisis faktor-faktor pembatas lingkungan seperti kebencanaan,
kelerengan, hidrogeologi di Metropolitan Bandung Raya;
i) Analisis resiko bencana yang terjadi.
j) Rekomendasi pemanfaatan ruang di Metropolitan Bandung Raya sampai tingkat
kelurahan/desa.
k) Menelaah atau mengkaji potensi pengaruh/dampak kebijakan, rencana dan/atau
program yang dirumuskan dalam Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan
Metropolitan Bandung Raya terhadap pembangunan berkelanjutan.
l) Merumuskan mitigasi terhadap kebijakan, rencana dan/atau program yang
berpotensi menimbulkan pengaruh/dampak negatif terhadap pembangunan
berkelanjutan, serta merumuskan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana
dan/atau program agar selaras dengan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan.
m) Merumuskan rekomendasi perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program yang
mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Tanggapan :
Sesuai yang dijabarkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK), Tujuan dari kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS) Metropolitan Bandung Raya sudah sangat jelas.

D.2.3 Sasaran
Sasaran Kajian Lingkungan Hidup Strategis Metropolitan Bandung Raya adalah
tersusunnya kajian daya dukung dan daya tampung lingkungan dan rekomendasi
perbaikan/penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program Rencana Induk
Pembangunan Metropolitan Bandung Raya yang mengintegrasikan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan.

Tanggapan :
Sesuai yang dijabarkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK), Sasaran dari kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS) Metropolitan Bandung Raya sudah sangat jelas.

D.3. TANGGAPAN TERHADAP RUANG LINGKUP


D.3.1 Lingkup Wilayah Kajian
Wilayah kajian penyusunan KLHS Metropolitan Bandung Raya sesuai dengan ruang
lingkup wilayah Rencana Induk Pembangunan Metropolitan Bandung Raya sebagai
berikut :

Tanggapan Terhadap KAK | D - 5


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

Gbr. D.2 – Peta Lingkup Wilayah Kajian Metropolitan Bandung Raya

Tanggapan :
Sesuai yang dijabarkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK), ruang lingkup wilayah dari
kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Metropolitan Bandung Raya sudah sangat
jelas, dimana jumlah kecamatan yang ada di Metropiltan Bandung Raya berjumlah 73
Kecamatan yang berada di Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten
Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Sumedang.

D.3.2 Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Metropolitan Bandung Raya meliputi Kota
Bandung, Kota Cimahi, sebagian wilayah Kabupaten Bandung, sebagian wilayah
Kabupaten Bandung Barat dan sebagian wilayah Kabupaten Sumedang yang mencakup
73 kecamatan terdiri dari 4 SUB PEKERJAAN diantaranya yaitu :
1. PENGADAAN DAN PENGOLAHAN PETA
PERMINTAAN CITRA SATELIT SPOT RESOLUSI TINGGI ke LAPAN (Lembaga
Penerbangan dan Anatariksa nasional) untuk Peta Citra Tegak satelit Pengideraan
Jauh resolusi Tinggi), berikut dengan pengolahan data Citra Satelit tersebut untuk
menghasilkan Peta Landuse Eksisting di Metropolitan Bandung Raya meliputi :
1. Pembuatan Peta Landuse:
 Inventarisasi Data Citra Satelit Resolusi Tinggi;

Tanggapan Terhadap KAK | D - 6


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

 Pengukuran Ground Control Point (GCP) dengan Survey GPS


Geodetik
 Pengolahan Data Citra Satelit (Quickbird);
 Digitasi data Raster menjadi data Land Use dengan skala 1: 10.000;
 Klasifikasi Atribut Tabel Landuse Berdasarkan Kawasan Lindung dan
Budidaya
 Pembuatan Peta Land Use dengan skala 1: 10.000.
2. Pembuatan Peta Potensi Resapan*
3. Pembuatan Peta Daya Dukung Air*
4. Pembuatan Peta Daya Dukung Lahan*
5. Pembuatan Peta Run Off*
6. Pembuatan Peta Daya Tampung Air Permukaan (Sungai)*
7. Pembuatan Peta Faktor-faktor pembatas lingkungan seperti: Peta
kebencanaan, kelerengan, hidrogeologi, dll.*
8. Pembuatan Peta Analisis Resiko Bencana*
*Spasialisasi Data Hasil Survey dan Analisis dari Tujuan Pekerjaan (Poin III)

2. MELAKUKAN PENYELIDIKAN GEOLOGI DAERAH RESAPAN


Penyelidikan Geologi Daerah Resapan air di Metropolitan Bandung Raya
dilakukan dengan melakukan :
1. Persiapan dan Kajian Data Sekunder :
 Menginventarisasi data yang berhubungan dengan aspek geologi
lingkungan.
(Peta dasar (topografi), Citra satelit, peta/data geologi, Peta/ Data
Geologi Teknik; Peta/Data dasar Gunung Api; Peta/data dasar
Gunung api; Peta/Data Kegempaan; Peta/Data penggunaan Lahan;
data Iklim; Data terkait lainnya;
 Interpretasi citra satelit dapat dilakukan secara digital atau manual
sebagai indirect mapping untuk mengetahui kelurusan/patahan
(lineament/fault) dan kondisi penggunaan lahan (tutupan lahan);
2. Pengumpulan Data Sekunder :
Pengumpulan data primer adalah penyelidikan lapangan dengan kegiatan
sebagai berikut :
A. Jenis Pekerjaan Lapangan :
1. Komponen Sumber daya Geologi;
 Pemetaan morfologi;
 Pemetaan Satuan Batuan;
 Pemetaan Hidrogeologi

Tanggapan Terhadap KAK | D - 7


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

2. Komponen Bahaya Geologi


 Gerakan Tanah/Batuan
 Gempa Bumi;
 Letusan Gunung api;
3. Komponen Penyisih Geologi
 Zona Patahan Aktif
 Potensi Gerakan Tanah Tinggi
 Bahaya Letusan Gunung Api
B. Pengujian Peresapan Air:
Untuk mengetahui nilai kemampuan lapisan tanah di bagian
permukaan dan bawah permukaan hingga kedalaman 1.5 meter di
bawah muka tanah setempat untuk meresapkan air dilakukan pada
lokasi yang dipilih secara semi sistematik pada satuan batuan dan
tanah yang dianggap mewakili kondisi sifat fisiknya.
Pengambilan Contoh Batuan/Tanah
Pengambilan contoh tanah tidak terganggu (undisturb sample) akan
diambil pada setiap sumur uji yang akan dibuat maupun dari kegiayan
pemboran. Bertujuan untuk mengetahui jenis, ketebalan dan sifat fisik
tanah/batuan.
Pengambilan Contoh Air
Pengambilan contoh Air diambil pada sumur gali, air permukaan dan
mata air untuk mengetahui kualitasnya. Contoh air yang dianggap
perlu akan dikirim ke laboratorium air untuk diuji sifat fisik sesuai
kebutuhan;
C. Pengolahan Data (Pekerjaan Studio):
 Analisis Data dan Informasi;
 Analisis Laboratorium;
D. Penggambaran Peta
Peta Tematik
Peta tematik terdiri dari tematik geologi dan peta tematik non geologi.
Kesemua peta tematik disajikan dalam skala yang sama 1 :10.000.
Peta tematik geologi terdiri dari :
 Peta kemiringan lereng
 Peta Geologi;
 Peta zonasi kelulusan batuan;
 Peta kerapatan kelurusan;
 Peta kerapatan sungai;
 Peta hidrogeologi

Tanggapan Terhadap KAK | D - 8


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

 Peta bencana geologi


Peta tematik non geologi terdiri dari :
 Peta penggunaan lahan kini (Existing land use) meliputi kawasan
lindung, budi daya dan lain lain;
 Peta Infrastuktur
 Peta Potensi Resapan Air
 Peta Rekomendasi Pemanfaatan Ruang Lahan
3. KAJIAN DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN
METROPOLITAN BANDUNG RAYA
a. Perhitungan Daya dukung dan Daya Tampung Air (Sumber Air Tanah dan
Air Permukaan);
- Melakukan inventarisasi data sekunder maupun primer berkaitan
dengan ketersediaan air tanah (Q), keberadaan situ dan debitnya;
- Melakukan pengukuran debit di anak anak sungai di Metropolitan
Bandung Raya ;
b. Perhitungan Daya Dukung pemanfaatan lahan di Metropolitan Bandung
Raya;
c. Perhitungan Run off di Metropolitan Bandung Raya ;
d. Perhitungan Daya Dukung Lingkungan di Metropolitan Bandung Raya;

4. TAHAPAN PELAKSANAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS


a. Pengkajian Pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau Program terhadap
Kondisi Lingkungan Hidup di wilayah perencanaan, meliputi kegiatan
sebagai berikut:
1) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya. Tujuan
identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:
 menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam
pelaksanaan KLHS;
 menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU
PPLH;
 menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan,
rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau
penerimaan oleh publik;
 agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses
untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan
pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses
penyelenggaraan KLHS
2) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan. Tujuannya:

Tanggapan Terhadap KAK | D - 9


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

 penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi


aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan
antar ketiga aspek tersebut;
 pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan
 membantu penentuan capaian tujuan pembangunan
berkelanjutan.
 Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan didukung oleh data
dan informasi yang mendeskripsikan sebaran, intensitas, tingkatan
dan kecenderungannya.
3) Identifikasi Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) Rencana
Induk Pembangunan Metropolitan Bandung Raya yang berpotensi
mempunyai pengaruh terhadap pembangunan berkelanjutan.
Tujuannya untuk mengetahui dan menentukan muatan dan substansi
rancangan kebijakan, rencana, dan/atau program yang perlu ditelaah
pengaruhnya terhadap lingkungan hidup dan diberi muatan
pertimbangan aspek pembangunan berkelanjutan.
4) Telaah Pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau Program Rencana
Induk Pembangunan Metropolitan Bandung Raya terhadap Kondisi
Lingkungan Hidup di wilayah perencanaan dan sekitarnya. Tujuannya
untuk mengetahui kemungkinan dampak/pengaruh kebijakan,
rencana, dan/atau program Rencana Induk Pembangunan
Metropolitan Bandung Raya terhadap isu pembangunan berkelanjutan
di wilayah perencanaan dan sekitarnya.
5) Kajian pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau Program Rencana
Induk Pembangunan Metropolitan Bandung Raya terhadap Kondisi
Lingkungan Hidup di wilayah perencanaan dan sekitarnya dilakukan
secara lebih detil dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari
kajian berikut ini:
 Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
untuk pembangunan;
 Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;
 Kinerja layanan/jasa ekosistem;
 Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
 Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi perubahan iklim;
 Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati
6) Perumusan Alternatif Penyempurnaan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program. Tujuannya untuk mengembangkan berbagai alternatif
perbaikan muatan kebijakan, rencana, dan/atau program dan
menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan
disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji
potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan
berkelanjutan, maka dilakukan pengembangan beberapa alternatif
untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana
dan/atau program yang ada.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 10


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

7) Rekomendasi Perbaikan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program dan


Pengintegrasian Hasil KLHS. Tujuan rekomendasi adalah mengusulkan
perbaikan muatan kebijakan, rencana dan/atau program berdasarkan
hasil perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana
dan/atau program. Rekomendasi perbaikan rancangan kebijakan,
rencana, dan/atau program ini dapat berupa: perbaikan rumusan
kebijakan, perbaikan muatan rencana dan perbaikan materi program.
8) Komunikasi dan Negosiasi. Selain mengikuti proses teknokratik/ilmiah,
KLHS ini juga dilaksanakan melalui proses partisipatif. Untuk itu perlu
dilakukan pembahasan, komunikasi dan negosiasi dengan para
pemangku kepentingan untuk membahas beberapa isu secara khusus.
Beberapa metode komunikasi dan negosiasi yang dapat dilakukan
antara lain focus group discussion (FGD) dan konsultasi publik.
9) Dokumentasi Proses dan Hasil KLHS. Seluruh proses dan hasil-hasil
KLHS didokumentasikan secara terstruktur. Dokumentasi tersebut
meliputi:
 Proses dan hasil identifikasi pemangku kepentingan dan hasil
identifikasi isu strategis pembangunan berkelanjutan;
 Proses dan hasil pengkajian pengaruh kebijakan, rencana,
dan/atau program terhadap kondisi lingkungan hidup suatu
wilayah yang signifikan, serta alternatif penanggulangannya;
 Proses dan hasil rumusan alternatif penyempurnaan kebijakan,
rencana, dan/atau program;
 Proses dan hasil rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan kebijakan, rencana, dan/atau program;
 Rangkaian urutan tahapan pelaksanaan KLHS yang dikerjakan;
dan
 Laporan pelaksanaan dan kesimpulan dari setiap pembahasan dan
konsultasi publik

Tanggapan :
Sesuai yang dijabarkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK), ruang lingkup pekerjaan dari
kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Metropolitan Bandung Raya sudah sangat
jelas dan terperinci sehingga memudahkan Konsultan untuk melakukan analisis dan
menyelesaikan pekerjaan.

D.4. TANGGAPAN TERHADAP KELUARAN


Keluaran atau output dari kegiatan ini yaitu Dokumen KLHS Metropolitan Bandung
Raya yang terdiri dari laporan dan dokumentasi proses serta hasil pelaksanaan KLHS.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 11


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

Tanggapan :
Sesuai yang dijabarkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK), keluaran pekerjaan dari kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Metropolitan Bandung Raya sudah sangat jelas.

D.5. TANGGAPAN TERHADAP LANDASAN HUKUM


Landasan hukum bagi penyusunan KLHS Metropolitan Bandung Raya adalah sebagai
berikut:
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria.
2. Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.
3. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
4. Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.
5. Undang-Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman.
6. Undang-Undang No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran.
7. Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
8. Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
9. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
10. Undang-Undang No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan.
11. Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan.
12. Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
13. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
14. Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.
15. Undang-Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
16. Undang-Undang No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara.
17. Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
18. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
19. Undang-Undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan.
20. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
21. Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
22. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
23. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai.
24. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan
Ruang.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 12


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

25. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam.
26. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
dan/atau Perusakan Laut.
27. Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
28. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
29. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan.
30. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan.
31. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum.
32. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan.
33. Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional.
34. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Air.
35. Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang.
36. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2010 tentang Rencana Induk Pariwisata
Nasional.
37. Peraturan Pemerintah No. 64 tahun 2010 tentang Mitigasi Bencana di Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
38. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
39. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 09 Tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
40. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Metropolitan dan Pusat
Pertumbuhan di Jawa Barat

Tanggapan :
Sesuai yang dijabarkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK), landasan hukum pekerjaan
dari kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Metropolitan Bandung Raya sudah sangat
jelas.

D.6. KAJIAN TEORITIS DALAM PEMAHAMAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP


STRATEGIS (KLHS)
Definisi KLHS untuk Indonesia:
“KLHS adalah proses sistematis untuk mengevaluasi pengaruh
lingkungan hidup dari, dan menjamin diintegrasikannya prinsip-

Tanggapan Terhadap KAK | D - 13


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

prinsip keberlanjutan dalam, pengambilan keputusan yang bersifat


strategis”.
Secara umum, KLHS berfungsi untuk menelaah efek dan/atau dampak lingkungan,
sekaligus mendorong pemenuhan tujuan-tujuan keberlanjutan pembangunan dan
pengelolaan sumberdaya dari suatu kebijakan, rencana atau program pembangunan.
Kaidah terpenting KLHS dalam perencanaan tata ruang adalah pelaksanaan yang bersifat
partisipatif, dan sedapat mungkin didasarkan pada keinginan sendiri untuk memperbaiki
mutu KRP tata ruang (self-assessment) agar keseluruhan proses bersifat lebih efisien dan
efektif.
Asas-asas hasil penjabaran prinsip keberlanjutan yang mendasari KLHS bagi penataan
ruang adalah :
 Keterkaitan (interdependency)
 Keseimbangan (equilibrium)
 Keadilan (justice)
Keterkaitan (interdependency) menekankan pertimbangan keterkaitan antara satu
komponen dengan komponen lain, antara satu unsur dengan unsur lain, atau antara satu
variabel biofisik dengan variabel biologi, atau keterkaitan antara lokal dan global,
keterkaitan antar sektor, antar daerah, dan seterusnya.
Keseimbangan (equilibrium) menekankan aplikasi keseimbangan antar aspek,
kepentingan, maupun interaksi antara makhluk hidup dan ruang hidupnya, seperti
diantaranya adalah keseimbangan laju pembangunan dengan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup, keseimbangan pemanfaatan dengan perlindungan dan
pemulihan cadangan sumber daya alam, keseimbangan antara pemanfaatan ruang
dengan pengelolaan dampaknya, dan lain sebagainya.
Keadilan (justice) untuk menekankan agar dapat dihasilkan kebijakan, rencana dan
program yang tidak mengakibatkan pembatasan akses dan kontrol terhadap sumber-
sumber alam, modal dan infrastruktur, atau pengetahuan dan informasi kepada
sekelompok orang tertentu.

D.7. APRESIASI DAN INOVASI DALAM PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG


Guna mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan, yang mampu
mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan,
serta yang dapat memberikan perlindungan terhadap fungsi ruang dan pencegahan
dampak negatif terhadap lingkungan hidup akibat pemanfaatan ruang, maka diperlukan
pengaturan penataan ruang melalui Undang-undang No. 26 Tahun 2007 mengenai
Penataan Ruang.
Di dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, untuk
mewujudkan ruang wilayah Nusantara yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan, maka diperlukan langkah-langkah sistematis dalam penyelenggaraan
penataan ruang yang mencakup pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan
penataan ruang.
Yang bertugas menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat adalah negara, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut negara
memberikan kewenangan penyelenggaraan penataan ruang kepada pemerintah,

Tanggapan Terhadap KAK | D - 14


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota, dengan tetap


menghormati hak yang dimiliki orang termasuk hak yang dimiliki masyarakat adat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Untuk memberikan kejelasan tugas dan tanggung jawab masing-masing tingkat
pemerintahan, maka diadakan pembagian wewenang antara pemerintah, pemerintah
daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan
penataan ruang yang meliputi 4 (empat) kegiatan yaitu pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang, yang diatur dalam Undang-undang No.
26 Tahun 2007 sebagai berikut.

D.7.1. Penyelenggaraan Penataan Ruang Oleh Pemerintah


Pengertian penyelenggaraan penataan ruang disini adalah kegiatan yang meliputi
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap suatu sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang,
yang dilakukan oleh Pemerintah.
Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana diatur
dalam Pasal 8 Undang-undang No. 26 Tahun 2007 meliputi:
1. Pengaturan terhadap pelaksanaan penataan ruang:
a. Wilayah:
- Nasional
- Propinsi
- Kabupaten / kota
b. Kawasan Strategis:
- Nasional
- Propinsi
- Kabupaten / kota
2. Pembinaan terhadap pelaksanaan penataan ruang:
a. Wilayah:
- Nasional
- Propinsi
- Kabupaten / kota
b. Kawasan Strategis:
- Nasional
- Propinsi
- Kabupaten / kota
3. Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang:
a. Wilayah:
- Nasional

Tanggapan Terhadap KAK | D - 15


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

- Propinsi
- Kabupaten / kota
b. Kawasan Strategis:
- Nasional
- Propinsi
- Kabupaten / kota
4. Pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional (PRWN):
a. Perencanaan tata ruang wilayah nasional
b. Pemanfaatan ruang wilayah nasional
c. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional (dapat dilaksanakan
pemerintah daerah melalui dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan)
5. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional:
a. Penetapan kawasan strategis nasional
b. Perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional
c. Pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional
d. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional (dapat
dilaksanakan pemerintah daerah melalui dekonsentrasi dan/atau tugas
pembantuan)
6. Kerja sama penataan ruang antarnegara dan pemfasilitasan kerja sama penataan
ruang antar provinsi
Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana point 1 sampai 6 tersebut,
pemerintah berwenang menyusun dan menetapkan pedoman bidang penataan ruang.
Dalam penyelenggaraan penataan ruang, pemerintah harus:
1. Menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan:
a. rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan
ruang wilayah nasional
b. arahan peraturan zonasi untuk sistem nasional yang disusun dalam rangka
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional
c. pedoman bidang penataan ruang
2. Menetapkan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang
Penyelenggaraan Penataan Ruang oleh pemerintah dilaksanakan oleh seorang Menteri,
dimana tugas dan tanggung jawab Menteri terbatas pada kegiatan pengaturan,
pembinaan, pengawasan penataan ruang, dan pelaksanaan penataan ruang nasional.
Tidak termasuk pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional, dan kerjasama
penataan ruang antarnegara dan pemfasilitasan kerja sama penataan ruang antar
provinsi. Selain kegiatan tersebut Menteri juga memiliki tugas dan tanggung jawab
dalam melaksanakan “Koordinasi Penyelenggaraan Penataan Ruang Lintas Sektor, Lintas
Wilayah, dan Lintas Pemangku Kepentingan”.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 16


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi


pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang. Berdasarkan
Pasal 12 Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penatan Ruang, Pengaturan
penataan ruang dilakukan melalui penetapan ketentuan peraturan perundang-undangan
bidang penataan ruang termasuk pedoman bidang penataan ruang.

1. Ketentuan Tentang Pengaturan Penataan Ruang oleh Pemerintah


Di dalam Pasal 8 ayat (1) diatur bahwa pemerintah berwenang menyelenggarakan
pengaturan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Dan Pasal 8 ayat (5) mengatur bahwa dalam
rangka penyelenggaraan penataan ruang, pemerintah berwenang menyusun dan
menetapkan pedoman bidang penataan ruang.
Sehingga pengertian pengaturan penataan ruang disini adalah upaya pembentukan
landasan hukum bagi pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam
penataan ruang, yang dilakukan oleh pemerintah dengan cara menyusun dan
menetapkan pedoman bidang penataan ruang.
Pedoman bidang penataan ruang menurut penjelasan Pasal 8 ayat (5) adalah
mencakup pula norma, standar, pedoman dan manual dalam bidang penataan ruang.
Yang termasuk standar bidang penataan ruang adalah ketentuan teknis sebagai acuan
dalam pelaksanaan penataan ruang. Yang termasuk manual bidang penataan ruang
adalah petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis sebagai acuan operasional dalam
pelaksanaan penataan ruang.
Pengaturan terhadap pelaksanaan penataan ruang yang harus disusun dan ditetapkan
oleh pemerintah adalah sebagai berikut:
1. Pedoman bidang penataan ruang untuk acuan pengaturan, pembinaan, dan
pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang, pelaksanaan penataan ruang
wilayah nasional, pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional, kerja
sama penataan ruang antarnegara dan pemfasilitasan kerja sama penataan ruang
antar provinsi, dan koordinasi penyelenggaraan penataan ruang lintas sektor,
lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan.
2. Rencana tata ruang wilayah nasional yang merupakan rencana umum tata
ruang, yaitu sebagai standar (ketentuan teknis sebagai acuan dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang).
3. Rencana tata ruang wilayah nasional diatur dengan Peraturan Pemerintah.
4. Rencana tata ruang pulau / kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis
nasional yang merupakan rencana rinci tata ruang, yaitu sebagai manual (sebagai
perangkat operasional rencana umum tata ruang).
5. Rencana tata ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis
nasional, yang merupakan rencana rinci tata ruang, diatur dengan Peraturan
Presiden.
6. Ketentuan mengenai muatan, pedoman dan tata cara penyusunan rencana tata
ruang pulau / kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional diatur
dengan Peraturan Menteri.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 17


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan rencana tata ruang yang
berkaitan dengan fungsi pertahanan dan keamanan sebagai subsistem rencana
tata ruang wilayah diatur dengan Peraturan Pemerintah.
7. Arahan peraturan zonasi untuk sistem nasional yang disusun dalam rangka
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional.
8. Ketentuan mengenai penyelenggaraan pembinaan penataan ruang yang
dilakukan oleh pemerintah kepada pemerintah daerah provinsi, pemerintah
daerah kabupaten/kota, dan masyarakat diatur dengan peraturan pemerintah.
9. Standar pelayanan penyelenggaraan penataan ruang untuk tingkat nasional, guna
peningkatan kinerja fungsi dan manfaat penyelenggaraan penataan ruang
wilayah nasional.
10. Standar pelayanan minimal bidang penataan ruang, yang meliputi aspek
pelayanan dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
Standar pelayanan minimal merupakan hak dan kewajiban penerima dan pemberi
layanan yang disusun sebagai alat Pemerintah dan pemerintah daerah untuk
menjamin masyarakat memperoleh jenis dan mutu pelayanan dasar secara merata
dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib.

Standar pelayanan minimal mencakup standar pelayanan minimal bidang penataan


ruang provinsi dan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang
kabupaten/kota.
Standar pelayanan minimal bidang penataan ruang provinsi/kabupaten/kota
ditetapkan Pemerintah sebagai alat untuk menjamin jenis dan mutu pelayanan dasar
yang diberikan pemerintah provinsi/kabupaten/kota kepada masyarakat secara
merata dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang.
1. Tata cara pengawasan terhadap pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan
penataan ruang diatur dengan peraturan Menteri.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai penatagunaan tanah, penatagunaan air,
penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam lainnya diatur dengan
peraturan pemerintah.
3. Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah
nasional dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional;
4. Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang dan pola
ruang wilayah nasional dan kawasan strategis nasional; dan
5. Peraturan zonasi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang. Peraturan
zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona
pemanfaatan ruang. Peraturan zonasi ditetapkan dengan peraturan pemerintah
untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional;
6. Ketentuan perizinan diatur oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut
kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 18


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

7. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dibatalkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan
masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara
penggantian yang layak diatur dengan peraturan pemerintah.
9. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pembinaan penataan ruang
kepada pemerintah daerah kabupaten/kota, dan masyarakat dengan peraturan
pemerintah.
10. Ketentuan lebih lanjut mengenai tingkat ketelitian peta rencana tata ruang diatur
dengan peraturan pemerintah.
11. Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara peninjauan kembali
rencana tata ruang diatur dengan peraturan pemerintah.
12. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka
hijau dan ruang terbuka nonhijau diatur dengan peraturan menteri.
13. Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif dan
disinsentif diatur dengan peraturan pemerintah.
14. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian pemanfaatan ruang diatur dengan
peraturan pemerintah.
15. Kriteria mengenai kawasan perkotaan menurut besarannya diatur dengan
peraturan pemerintah.
16. Ketentuan lebih lanjut mengenai penataan ruang kawasan perkotaan diatur
dengan peraturan pemerintah.
17. Ketentuan lebih lanjut mengenai perlindungan terhadap kawasan lahan abadi
pertanian pangan diatur dengan undang-undang.
18. Ketentuan lebih lanjut mengenai kawasan agropolitan diatur dengan peraturan
pemerintah.
19. Ketentuan lebih lanjut mengenai kawasan perdesaan diatur dengan peraturan
pemerintah.
20. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengawasan terhadap pengaturan,
pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang diatur dengan peraturan menteri.
21. Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara pengenaan sanksi
administratif diatur dengan peraturan pemerintah.
22. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan bentuk peran masyarakat dalam
penataan ruang diatur dengan peraturan pemerintah.
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang ada dan masih berlaku, pengaturan terhadap pelaksanaan
penataan ruang yang telah disusun dan ditetapkan oleh pemerintah adalah sebagai
berikut:
1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang
mengamanatkan perlunya dilakukan penataan ruang yang dapat
mengharmoniskan lingkungan alam dan lingkungan buatan yang mampu
mewujudkan keterpaduan penggunaan sumber daya alam dan sumberdaya
buatan serta dapat memberikan perlindungan terhadap fungsi ruang dan

Tanggapan Terhadap KAK | D - 19


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

pencegahan dampak negative terhadap lingkungan hidup akibat pemanfaatan


ruang.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRWN yang merupakan
pedoman untuk penyusunan RPJPN, penyusunan RPJMN . pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional, mewujudkan
keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah
provinsi, serta keserasian antar sektor , penetapan lokasi dan fungsi uang untuk
investasi, penataan ruang kawasan strategis nasional, dan penataan ruang
wilayah provinsi dan Kabupaten Kota.
3. Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang UUPA
4. Undang-Undang No.56 Tahun 1960 tentang Land Reform
5. Undang-Undang No.60 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak atas Tanah
6. Undang-Undang No.4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
7. Undang-Undang No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (LN Tahun 2004
No.32, TLN No.4377)
8. Undang-Undang No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan (LN Tahun 2004
No.118,TLN No.4433
9. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (LN Tahun
2004 No.125 TLN No.4437)
10. Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah(LN.Tahun 2004 No.126, TLN
No.4438
11. Undang-Undang No.38 Tahun 2004 tentang Jalan (LN Tahun 2004 No.1132
TLN No.4444)
12. Undang-Undang No.23 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
13. Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
14. Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun 1961 tentang Land Reform
15. Pemerintah Pemerintah No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan
Ruang.
16. Pemerintah Pemerintah No 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
17. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2003 tentang Penatagunaan Tanah.
18. Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(LN. Tahun 2005 No. 140, TLN No. 4578).
19. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsidan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737).
20. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 20


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

21. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pengelolaan


Bantuan Bencana.
22. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta lembaga
Internasional dalam Penanggulangan Bencana.

2. Ketentuan Tentang Pembinaan Penataan Ruang


Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan
ruang yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Pengertian penyelenggaraan pembinaan penataan ruang disini adalah upaya untuk
meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Penyelenggaraan pembinaan penataan ruang oleh pemerintah mengacu kepada
kewenangan pemerintah sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (1) yang mencakup:
1. Pembinaan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional, provinsi,
dan kabupaten/kota;
2. Pembinaan terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota.

Diatur dalam Pasal 13 bahwa Pemerintah melakukan pembinaan penataan ruang


kepada pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan
masyarakat. Pembinaan penataan ruang dilaksanakan oleh pemerintah melalui:
1. Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang, mengacu pada Keputusan Menteri
dalam negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan
Ruang Daerah.
2. Sosialisasi peraturan perundangan-undangan dan sosialisasi pedoman bidang
penataan ruang berdasarkan penjelasan pasal 13 ayat (2) huruf b UU No. 26
tahun 2007 dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada aparat
pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya, tentang substansi
peraturan perundang-undangan dan pedoman bidang penataan ruang.
3. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang;
4. Pendidikan dan pelatihan menurut penjelasan pasal 13 ayat (2) huruf d UU No.
26 Tahun 2007 dimaksudkan antara lain untuk meningkatkan kemampuan
aparatur pemerintah dan masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang;
5. Penelitian dan pengembangan;
6. Pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang;
7. Penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat, dilakukan melalui
media televisi, media cetak, bimbingan dan penyuluhan ke tiap-tiap propinsi.
8. Pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat, berdasarkan
penjelasan pasal 13 huruf h UU No. 26 tahun 2007 adalah menumbuhkan dan
meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat, yang diharapkan
akan meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang .
9. Kerjasama penataan ruang antar Negara dan pemfasilitasi kerjasama penataan

Tanggapan Terhadap KAK | D - 21


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

ruang antara provinsi mengacu pada penjelasan pasal 8 UU Nomor 26 Tahun


2007.

3. Ketentuan Tentang Pelaksanaan Penataan Ruang


A. Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah Nasional.
Pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional, meliputi:
1. Perencanaan tata ruang wilayah nasional, untuk menghasilkan:
a. Rencana umum tata ruang (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional),
mencakup Rencana struktur ruang dan Rencana pola ruang;
b. Rencana rinci tata ruang (Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan dan
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional).
2. Pemanfaatan ruang wilayah nasional;
3. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional.
A.1 Perencanaan Tata Ruang Wilayah Nasional.
Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang
dalam pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
Rencana tata ruang wilayah nasional mencakup ruang darat, ruang laut dan ruang
udara termasuk ruang di dalam bumi dan mencakup pula rencana pemanfaatan
sumber daya alam di zona ekonomi eksklusif Indonesia.
A.1.1 Rencana Umum Tata Ruang (Rencana tata ruang wilayah nasional)
1. Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah nasional yang harus
diperhatikan adalah:
a. Wawasan Nusantara dan ketahanan nasional
b. Perkembangan permasalahan regional dan global, serta hasil
pengkajian implikasi penataan ruang nasional
c. Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan serta stabilitas
ekonomi
d. Keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan daerah
e. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
f. Rencana pembangunan jangka panjang nasional
g. Rencana tata ruang kawasan strategis nasional
h. Rencana tata ruang wilayah provinsi dan rencana ruang wilayah
kabupaten / kota
2. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional memuat:
a. Rencana struktur ruang wilayah nasional yang meliputi:

Tanggapan Terhadap KAK | D - 22


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

- Sistem perkotaan nasional yang terletak di kawasan pedesaan


dalam wilayah pelayanannya; (sistem perkotaan nasional
dibentuk dari kawasan perkotaan dengan skala pelayanan yang
berhierarki yang meliputi pusat kegiatan skala nasional, pusat
kegiatan skala wilayah dan pusat kegiatan skala lokal. Pusat
kegiatan tersebut didukung dan dilengkapi dengan jaringan
prasarana wilayah yang tingkat pelayanannya disesuaikan
dengan hierarki kegiatan dan kebutuhan pelayanan);
- Sistem jaringan prasarana utama; (Jaringan prasarana utama
merupakan sistem primer yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah NKRI selain untuk melayani kegiatan
berskala nasional yang meliputi sistem jaringan transportasi,
sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi dan sistem jaringan sumber daya air. Yang
termasuk dalam sistem jaringan primer yang direncanakan
adalah jaringan transportasi untuk menyediakan Alur Laut
Kepulauan Indonesia (ALKI) bagi lalu lintas damai sesuai dengan
ketentuan hukum internasional);
b. Rencana pola ruang wilayah nasional yang meliputi :
- Kawasan lindung nasional;
(Kawasan lindung nasional, antara lain, adalah kawasan lindung
yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang terletak
lebih dari satu wilayah provinsi, kawasan lindung yang
memberikan pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang
terletak di wilayah provinsi lain, kawasan lindung yang
dimaksudkan untuk melindungi warisan kebudayaan nasional,
kawasan hulu daerah aliran sungai suatu bendungan atau
waduk, dan kawasankawasan lindung lain yang menurut
peraturan perundang-undangan pengelolaannya merupakan
kewenangan Pemerintah);
- Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional;
(Kawasan budi daya yang mempunyai nilai strategis nasional,
antara lain, adalah kawasan yang dikembangkan untuk
mendukung fungsi pertahanan dan keamanan nasional,
kawasan industri strategis, kawasan pertambangan sumber daya
alam strategis, kawasan perkotaan metropolitan, dan kawasan-
kawasan budi daya lain yang menurut peraturan perundang-
undangan perizinan dan/atau pengelolaannya merupakan
kewenangan Pemerintah)
c. Penetapan kawasan strategis nasional;
(Yang termasuk kawasan strategis nasional adalah kawasan yang
menurut peraturan perundang-undangan ditetapkan sebagai kawasan
khusus);
d. Arahan pemanfaatan ruang yang berisi indikasi program utama
jangka menengah lima tahunan;

Tanggapan Terhadap KAK | D - 23


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

(Indikasi program utama merupakan petunjuk yang memuat usulan


program utama, perkiraan pendanaan beserta sumbernya, instansi
pelaksana, dan waktu pelaksanaan dalam rangka mewujudkan
pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang. Indikasi
program utama merupakan acuan utama dalam penyusunan program
pemanfaatan ruang yang merupakan kunci dalam pencapaian tujuan
penataan ruang, serta acuan sektor dalam menyusun rencana strategis
beserta besaran investasi. Indikasi program utama lima tahunan
disusun untuk jangka waktu rencana 20 (dua puluh) tahun);
e. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional yang berisi
indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional arahan perizinan,
arahan insentif dan disinsentif serta arahan sanksi.
3. Rencana tata ruang wilayah nasional mencakup:
- Ruang darat, ruang laut dan ruang udara termasuk ruang di dalam
bumi
- Rencana pemanfaatan sumber daya alam di zona ekonomi eksklusif
Indonesia
4. Rencana tata ruang wilayah nasional diatur dengan Peraturan Pemerintah;
5. Rencana tata ruang wilayah nasional berjangka waktu 20 tahun, dengan
peninjauan kembali 1 kali dalam 5 tahun guna melihat kesesuaian antara
rencana tata ruang dan kebutuhan pembangunan yang memperhatikan
perkembangan lingkungan strategis dan dinamika internal, serta
pelaksanaan pemanfaatan ruang. Sedangkan dalam kondisi lingkungan
strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar yang
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan / atau perubahan
batas teritorial negara yangn ditetapkan dengan undang-undang, RTRWN
ditinjau kembali lebih dari 1 kali dalam 5 tahun.
6. Rencana tata ruang wilayah nasional menjadi pedoman untuk :
a. Penyusunan rencana jangka panjang nasional
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
nasional
d. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan
perkembangan antar wilayah provinsi, serta keserasian antar sektor
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi
f. Penataan ruang kawasan strategis nasional dan
g. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten / kota
Rencana tata ruang wilayah nasional menjadi acuan bagi instansi
pemerintahan tingkat pusat dan daerah serta masyarakat untuk
mengarahkan lokasi dan memanfaatkan ruang dalam menyusun program
pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang.
A.1.2 Rencana Rinci Tata Ruang

Tanggapan Terhadap KAK | D - 24


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

1. Rencana tata ruang pulau / kepulauan dan rencana tata ruang kawasan
strategis nasional, diatur dengan Peraturan Presiden.
2. Ketentuan mengenai muatan, pedoman dan tata cara penyusunan rencana
rinci tata ruang (rencana tata ruang pulau / kepulauan dan rencana tata
ruang kawasan strategis nasional), diatur dengan peraturan menteri.

Berdasarkan kajian diatas, peran Pemerintah dalam pelaksanaan penataan ruang


wilayah nasional diuraikan sebagai berikut:
1. RTRWN diatur dalam PP No.26 Tahun 2008.
2. Penetapan kawasan strategis nasional diatur dalam PP No. 26 Tahun 2008
tentang RTRWN pada pasal 75-80 dan pada Lampiran X.
3. Perencanaan tata ruang kawasan strategis nasional diatur berdasarkan PP No.
26 Tahun 2008 tentang RTRWN pada pasal 81-82 dan pada Lampiran X.
4. Jangka waktu RTRWN berdasarkan pasal 20 ayat (3) dan ayat (4) UU No.
26 tahun 2007 adalah 20 Tahun, ditinjau kembali 1 kali dalam 5 Tahun, ,
atau kondisi tertentu berkaitan dengan bencana alam skala besar yang
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan
batas teritorial Negara yang ditetapkan dengan undang-undang, RTRWN
dapat ditinjau kembali lebih dari 1 kali dalam 5 tahun.

B. Pemanfaat Ruang Wilayah Nasional.


Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan
program beserta pembiayaannya.
Pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan dengan pemanfaatan ruang, baik
pemanfaatan ruang secara vertikal maupun pemanfaatan ruang di dalam bumi.
Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya termasuk jabaran dari
indikasi program utama yang termuat di dalam rencana tata ruang wilayah.
Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka waktu
indikasi program utama pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam rencana tata
ruang.
Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah nasional disinkronisasikan dengan
pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah administratif sekitarnya.
Pemanfaatan ruang dilaksanakan dengan memperhatikan standar pelayanan
minimal dalam penyediaan sarana dan prasarana.
Pasal 33 mengatur bahwa pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang
ditetapkan dalam rencana tata ruang dilaksanakan dengan mengembangkan
penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, dan penatagunaan
sumber daya alam lain. Dalam rangka pengembangan penatagunaan tanah,
penatagunaan air, penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam lain
diselenggarakan kegiatan penyusunan dan penetapan neraca penatagunaan tanah,
neraca penatagunaan sumber daya air, neraca penatagunaan udara, dan neraca
penatagunaan sumber daya alam lain.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 25


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

Penatagunaan tanah pada ruang yang direncanakan untuk pembangunan


prasarana dan sarana bagi kepentingan umum memberikan hak prioritas pertama
bagi Pemerintah untuk menerima pengalihan hak atas tanah dari pemegang hak
atas tanah.
Dalam pemanfaatan ruang pada ruang yang berfungsi lindung, diberikan prioritas
pertama bagi Pemerintah untuk menerima pengalihan hak atas tanah dari
pemegang hak atas tanah jika yang bersangkutan akan melepaskan haknya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penatagunaan tanah, penatagunaan air,
penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam lainnya diatur dengan
peraturan pemerintah.
Berdasarkan Pasal 34, dalam pemanfaatan ruang wilayah nasional pemerintah
melakukan:perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang
wilayah nasional dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional;
1. perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang dan pola
ruang wilayah nasional dan kawasan strategis nasional; dan
2. pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang
wilayah nasional dan kawasan strategis nasional.
Dalam rangka pelaksanaan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang
wilayah nasional dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional ditetapkan
kawasan budi daya yang dikendalikan dan kawasan budi daya yang didorong
pengembangannya.
Pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang wilayah
dan kawasan strategis dilaksanakan melalui pengembangan kawasan secara
terpadu.
Pemanfaatan ruang wilayah nasional dilaksanakan sesuai dengan:
a. standar pelayanan minimal bidang penataan ruang;
b. standar kualitas lingkungan; dan
c. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
Dari kajian diatas, peranan Pemerintah dalam pemanfaatan ruang wilayah nasional
adalah sebagai berikut:
1. Pemanfaatan ruang wilayah nasional mengacu pada PP No. 26 Tahun 2008
pada pasal 83 dan pasal 84.
2. Pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional, mengacu pada PP No. 26
Tahun 2008 tentang RTRWN pada pasal 75 sampai dengan pasal 80.
3. Pemanfaatan ruang dilaksanakan sesuai dengan :
a. Standar pelayanan minimal bidang penataan ruang mengacu pada pasal 6
ayat (6) huruf b penjelasan UU Nomor 26 tahun 2007.
b. Standar kualitas lingkungan mengacu pada UU No. 23 Tahun 2007
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, mengacu pada
penjelasan PP No. 26 tahun 2008 pasal 8 ayat (3).
4. Dalam pemanfaatan ruang wilayah nasional dilakukan :

Tanggapan Terhadap KAK | D - 26


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

a. Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi RTRWN dan RTR Kawasan


Strategis Nasional.
b. Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang
mengacu pada pasal 10 – pasal 49 PP Nomor 26 tahun 2008 dan pola
ruang wilayah nasional dan kawasan strategis, mengacu pada pasal 50 –
pasal 74 PP Nomor 26 tahun 2008.
c. Pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang
wilayah dan kawasan strategis

C. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional.


Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewuudkan tertib ruang.
Kewenangan Pemerintah dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional mencakup aspek yang terkait
dengan nilai strategis yang menjadi dasar penetapan kawasan strategis. Pemerintah
daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota tetap memiliki
kewenangan dalam penyelenggaraan aspek yang tidak terkait dengan nilai strategis
yang menjadi dasar penetapan kawasan strategis.
Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang.
Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona
pemanfaatan ruang. Peraturan zonasi ditetapkan dengan peraturan pemerintah
untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional;
Ketentuan perizinan diatur oleh Pemerintah menurut kewenangannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dibatalkan oleh Pemerintah
menurut kewenangannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui
prosedur yang benar, batal demi hukum. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh
melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah, dibatalkan oleh Pemerintah sesuai dengan kewenangannya.
Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin oleh pemerintah,
dapat dimintakan penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin.
Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana
tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dengan memberikan ganti
kerugian yang layak. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin
pemanfaatan ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang.
Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara
penggantian yang layak tersebut diatur dengan peraturan pemerintah.
Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah dapat diberikan insentif dan/atau disinsentif oleh
Pemerintah.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 27


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

Insentif yang merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan


terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
1. keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang,
dan urun saham;
2. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
3. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
4. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah
daerah.
Disinsentif yang merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan,
atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
1. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan
ruang; dan/atau
2. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.
Insentif dan disinsentif diberikan oleh pemerintah kepada pemerintah daerah dan
masyarakat dengan tetap menghormati hak masyarakat.
Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif dan
disinsentif diatur dengan peraturan pemerintah.
Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan
zonasi.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian pemanfaatan ruang diatur dengan
peraturan pemerintah.
Kerja sama penataan ruang antarnegara melibatkan negara lain sehingga terdapat
aspek hubungan antarnegara yang merupakan wewenang Pemerintah.
Yang termasuk kerja sama penataan ruang antarnegara adalah kerja sama penataan
ruang di kawasan perbatasan negara.
Pemberian wewenang kepada Pemerintah dalam memfasilitasi kerja sama
penataan ruang antarprovinsi dimaksudkan agar kerja sama penataan ruang
memberikan manfaat yang optimal bagi seluruh provinsi yang bekerja sama.
Dari kajian diatas, peranan Pemerintah dalam pengendalian pemanfaatan ruang
wilayah nasional adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional mengacu pada Pasal 85 PP
No. 26 Tahun 2008.
2. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional mengacu pada
PP No. 26 Tahun 2008 pasal 89
3. Peraturan zonasi ditetapkan dengan peraturan pemerintah untuk arahan
peraturan zonasi system nasional mengacu pada PP No.26 Tahun 2008 Pasal
86-113.
4. Ketentuan perizinan diatur oleh pemerintah dan pemerintah daerah menurut
kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan PP No.26 Tahun 2008 Pasal 114.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 28


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

5. Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh pemerintah kepada pemerintah


daerah dan pemerintah kepada masyarakat berdasarkan pada PP No.26
Tahun 2008 Pasal 115-119.

4. Ketentuan Tentang Pengawasan Penataan Ruang


Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang
dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengertian pengawasan penataan ruang disini adalah upaya yang dilakukan oleh
pemerintah agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengawasan yang dilakukan pemerintah dalam rangka penyelenggaraan penataan
ruang berdasarkan kewenangan pemerintah, Pasal 8 ayat (1), meliputi:
1. Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional, provinsi,
dan kabupaten/kota;
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota.

Untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan penataan ruang, yaitu untuk


mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, maka
dilakukan pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan
penataan ruang. Pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan
pelaksanaan penataan ruang dimaksudkan untuk menjamin terlaksananya peraturan
perundang-undangan, terselenggaranya upaya pemberdayaan seluruh pemangku
kepentingan, dan terjaminnya pelaksanaan penataan ruang. Kegiatan pengawasan
termasuk pula pengawasan melekat dalam unsur-unsur struktural pada setiap
tingkatan wilayah.
Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap kinerja pengaturan,
pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang terdiri atas tindakan pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan, dilaksanakan oleh pemerintah sesuai kewenangannya dan
dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat yaitu dapat dilakukan dengan
menyampaikan laporan dan/atau pengaduan oleh masyarakat kepada Pemerintah
(Pasal 55).
Tindakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan terhadap penyelenggaraan penataan
ruang merupakan kegiatan mengamati dengan cermat, menilai tingkat pencapaian
rencana secara objektif, dan memberikan informasi hasil evaluasi secara terbuka.
Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan mengamati dan memeriksa kesesuaian
antara penyelenggaraan penataan ruang dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Apabila dari hasil pemantauan dan evaluasi terbukti terjadi penyimpangan
administratif dalam penyelenggaraan penataan ruang, Menteri (Pemerintah)
mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan kewenangannya.
Langkah penyelesaian merupakan tindakan nyata pejabat administrasi, antara lain,
berupa tindakan administratif untuk menghentikan terjadinya penyimpangan.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 29


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

Apabila hasil pemantauan dan evaluasi terbukti terjadi penyimpangan administratif


dalam penyelenggaraan penataan ruang, namun Bupati/Walikota (pemerintah daerah
kabupaten/kota) dan Gubernur (Pemerintah daerah provinsi) tidak mengambil
langkah penyelesaian sesuai dengan kewenangannya, dan dalam hal Bupati/Walikota
tidak melaksanakan langkah penyelesaian namun Gubernur tidak mengambil langkah
penyelesaian yang tidak dilaksanakan Bupati/Walikota, maka Menteri mengambil
langkah penyelesaian yang tidak dilaksanakan Gubernur. (Pasal 56)
Dalam hal terjadi penyimpangan administratif dalam penyelenggaraan penataan
ruang, pihak yang melakukan penyimpangan dapat dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan penataan ruang maka
dilakukan pula pengawasan terhadap (Pasal 58):
1. kinerja fungsi dan manfaat penyelenggaraan penataan ruang;
2. kinerja pemenuhan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.
Dalam rangka peningkatan kinerja fungsi dan manfaat penyelenggaraan penataan
ruang wilayah nasional disusun standar pelayanan penyelenggaraan penataan ruang
untuk tingkat nasional.
Standar pelayanan minimal bidang penataan ruang meliputi aspek pelayanan dalam
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Standar pelayanan minimal mencakup standar pelayanan minimal bidang penataan
ruang provinsi dan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang
kabupaten/kota. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan minimal bidang
penataan ruang tersebut diatur dengan peraturan Menteri.
Pengawasan terhadap penataan ruang pada setiap tingkat wilayah dilakukan dengan
menggunakan pedoman bidang penataan ruang, yang ditujukan pada pengaturan,
pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
cara pengawasan terhadap pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang
diatur dengan peraturan Menteri.
Dari kajian diatas, peranan Pemerintah dalam pengawasan penataan ruang wilayah
nasional (Pasal 55-59 UU No.26 Tahun 2007 dan penjelasannya), antara lain
meliputi :
1. Pengawasan terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
2. Pengawasan dilaksanakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
kewenangannya
3. Pengawasan yg dilakukan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan
melibatkan peran masyarakat
4. Berdasarkan ketentuan pasal 56 ayat (4) UU No. 26 Tahun 2007, jika dari hasil
pemantauan dan evaluasi terbukti terjadi penyimpangan admininstratif dalam
penyelenggaraan penataan ruang, Menteri mengambil langkah penyelesaiannya
sesuai dengan kewenangannya.
5. Dalam hal Gubernur tidak melaksanakan langkah penyelesaian, Menteri
mengambil langkah penyelesaian yang tidak dilaksanakan Gubernur.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 30


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

D.7.2. Penyelenggaraan Penataan Ruang Oleh Pemerintah Provinsi


Wewenang pemerintah daerah provinsi dalam penyelenggaraan penataan ruang
meliputi:
1. Pengaturan terhadap pelaksanaan penataan ruang:
a. Wilayah:
- provinsi
- kabupaten/kota
b. Kawasan strategis:
- provinsi
- kabupaten/kota
2. Pembinaan terhadap pelaksanaan penataan ruang:
a. Wilayah:
- provinsi
- kabupaten/kota
b. Kawasan strategis:
- provinsi
- kabupaten/kota
3. Pengawasan terhadap pelaksanaan ruang:
a. Wilayah:
- provinsi
- kabupaten/kota
b. Kawasan strategis:
- provinsi
- kabupaten/kota
4. Pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi:
a. Perencanaan tata ruang wilayah provinsi
b. Pemanfaatan ruang wilayah provinsi
c. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi
5. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi
a. Penetapan kawasan strategis provinsi
b. Perencanaan tata ruang kawasan strategis provinsi
c. Pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi
d. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi
6. Kerja sama penataan ruang antarprovinsi dan pemfasilitasan kerja sama penataan
ruang antarkabupaten/kota.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 31


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

Pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis


provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c dan huruf d dapat dilaksanakan
pemerintah daerah kabupaten/kota melalui tugas pembantuan.
Pasal 10 ayat (6), dalam melaksanakan penyelenggaraan penataan ruang, pemerintah
daerah provinsi harus:
1. menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan:
a. rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan
ruang wilayah provinsi;
b. arahan peraturan zonasi untuk sistem provinsi yang disusun dalam rangka
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi; dan
c. petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang;
2. melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.
Pasal 10 ayat (7), dalam hal pemerintah daerah provinsi tidak dapat memenuhi standar
pelayanan minimal bidang penataan ruang, Pemerintah mengambil langkah
penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

1. Ketentuan Tentang Pengaturan Penataan Ruang


Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang. Penataan
ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Pengaturan penataan ruang dilakukan melalui penetapan ketentuan peraturan
perundang-undangan bidang penataan ruang termasuk pedoman bidang penataan
ruang. (Pasal 12)
Pedoman bidang penataan ruang menurut penjelasan Pasal 8 ayat (5) adalah
mencakup pula norma, standar, dan manual dalam bidang penataan ruang. Yang
termasuk standar bidang penataan ruang adalah ketentuan teknis sebagai acuan
dalam pelaksanaan penataan ruang. Yang termasuk manual bidang penataan ruang
adalah petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis sebagai acuan operasional dalam
pelaksanaan penataan ruang.
Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang wilayah provinsi, pemerintah daerah
provinsi dapat menyusun petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang pada tingkat
provinsi dan kabupaten/kota, (Pasal 10 ayat (5))
Dalam menyusun petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang pada tingkat provinsi
dan kabupaten/kota, pemerintah daerah provinsi menyesuaikan kebutuhan dengan
memperhatikan karakteristik daerah. Petunjuk pelaksanaan dimaksud merupakan
penjabaran dari pedoman bidang penataan ruang yang ditetapkan oleh pemerintah.
(Penjelasan Pasal 10 ayat (5))
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas maka dapat dirumuskan yang merupakan
lingkup pengaturan penataan ruang oleh pemerintah daerah provinsi adalah
Pemerintah daerah provinsi dapat menyusun petunjuk pelaksanaan bidang penataan
ruang pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota, untuk dijadikan landasan hukum

Tanggapan Terhadap KAK | D - 32


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

bagi pemerintah, pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota), dan masyarakat


dalam penataan ruang;
Berdasarkan kewenangannya, pemerintah daerah provinsi menyusun rencana umum
tata ruang yaitu rencana tata ruang wilayah provinsi sebagai standar bidang penataan
ruang, dan rencana rinci tata ruang yaitu rencana tata ruang kawasan strategis
provinsi sebagai manual bidang penataan ruang.
Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang ada dan masih berlaku, pengaturan terhadap pelaksanaan
penataan ruang yang disusun dan ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi adalah
sebagai berikut:
1. Peraturan Daerah yang dikeluarkan oleh Gubernur masing-masing wilayah
Provinsi tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.
2. Peraturan Daerah yang dibuat berdasarkan persetujuan bersama oleh DPRD
bersama-sama Gubernur masing-masing wilayah Provinsi tentang Rencana Tata
Ruang Kawasan Strategis Provinasi.
3. Peraturan Daerah yang dikeluarkan oleh Gubernur masing-masing wilayah
Provinsi tentang Penetapan Kawasan Strategis Provinsi.

2. Ketentuan Tentang Pembinaan Penataan Ruang


Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan
ruang yang diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Pengertian penyelenggaraan pembinaan penataan ruang disini adalah upaya untuk
meningkatkan kinerja penataan ruang yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah
provinsi.
Penyelenggaraan pembinaan penataan ruang oleh pemerintah daerah provinsi
mengacu kepada kewenangan pemerintah daerah provinsi sebagaimana diatur dalam
Pasal 10 ayat (1) yang mencakup:
1. pembinaan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah, provinsi, dan
kabupaten/kota;
2. pembinaan terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi,
dan kabupaten/kota.
Diatur dalam Pasal 13 bahwa Pemerintah daerah provinsi melakukan pembinaan
penataan ruang kepada pemerintah daerah kabupaten/kota, dan masyarakat.
Pemerintah daerah provinsi menyelenggarakan pembinaan penataan ruang menurut
kewenangannya melalui:
1. koordinasi penyelenggaraan penataan ruang;
2. sosialisasi peraturan perundang-undangan dan sosialisasi pedoman bidang
penataan ruang; Sosialisasi peraturan perundang-undangan dan sosialisasi
pedoman bidang penataan ruang dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada aparat pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya,
tentang substansi peraturan perundang-undangan dan pedoman bidang penataan
ruang;
3. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan penataan ruang;

Tanggapan Terhadap KAK | D - 33


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

4. pendidikan dan pelatihan; Pendidikan dan pelatihan dimaksudkan, antara lain,


untuk meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah dan masyarakat dalam
penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
5. penelitian dan pengembangan;
6. pengembangan sistem informasi dan komunikasi penataan ruang;
7. penyebarluasan informasi penataan ruang kepada masyarakat; dan
8. pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat. Yang termasuk
upaya pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat adalah
menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat,
yang diharapkan akan meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaran
penataan ruang.

3. Ketentuan Tentang Pelaksanaan Penataan Ruang


A. Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah Provinsi.
Pelaksanaan penataan ruang meliputi:
1. Pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi:
a. Perencanaan tata ruang wilayah provinsi
b. Pemanfaatan ruang wilayah provinsi
c. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi
2. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis provinsi
a. Penetapan kawasan strategis provinsi
b. Perencanaan tata ruang kawasan strategis provinsi
c. Pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi
d. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi
Perencanaan tata ruang wilayah provinsi untuk menghasilkan:
1. rencana umum tata ruang (rencana tata ruang wilayah provinsi);
2. rencana rinci tata ruang ( rencana tata ruang kawasan strategis provinsi.
Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi mengacu pada:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. pedoman bidang penataan ruang; dan
c. rencana pembangunan jangka panjang daerah.
Penyusunan rencana tata ruang wilayah provinsi harus memperhatikan:
a. perkembangan permasalahan nasional dan hasil pengkajian implikasi
penataan ruang provinsi;
b. upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi provinsi;
c. keselarasan aspirasi pembangunan provinsi dan pembangunan
kabupaten/kota;

Tanggapan Terhadap KAK | D - 34


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

d. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;


e. rencana pembangunan jangka panjang daerah;
f. rencana tata ruang wilayah provinsi yang berbatasan;
g. rencana tata ruang kawasan strategis provinsi; dan
h. rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.
Rencana tata ruang wilayah provinsi memuat:
a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi;
b. rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem perkotaan
dalam wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah
pelayanannya dan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi;
c. rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan
kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis provinsi;
d. penetapan kawasan strategis provinsi;
e. arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan; dan
f. arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi
indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan
insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
Rencana tata ruang wilayah provinsi menjadi pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;
b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang dalam wilayah
provinsi;
d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah kabupaten/kota, serta keserasian antarsektor;
e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi;
f. penataan ruang kawasan strategis provinsi; dan
g. penataan ruang wilayah kabupaten/kota.
Jangka waktu rencana tata ruang wilayah provinsi adalah 20 (dua puluh) tahun.
Rencana tata ruang wilayah provinsi ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun. Sedangkan dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan
dengan bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-
undangan dan/atau perubahan batas teritorial negara dan/atau wilayah provinsi
yang ditetapkan dengan undang-undang, rencana tata ruang wilayah provinsi
ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Rencana tata ruang wilayah provinsi ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi.
Rencana rinci tata ruang yaitu rencana tata ruang kawasan strategis provinsi
ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi. Ketentuan mengenai muatan,
pedoman, dan tata cara penyusunan rencana rinci tata ruang diatur dengan
peraturan Menteri. Penetapan rancangan peraturan daerah provinsi tentang

Tanggapan Terhadap KAK | D - 35


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

rencana tata ruang kawasan strategis provinsi harus mendapat persetujuan


substansi dari menteri.
Berdasarkan kajian diatas, pelaksanaan penataan ruang oleh Pemerintah Provinsi
sebagaimana dimaksud Pasal 14 UU No 26 tahun 2007 adalah :
1. RTRWP mengacu pada Perda masing-masing Provinsi. Sedangkan sedangkan
untuk RTR Pulau/Kepulauan mengacu pada UU No. 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan pulau-pulau Kecil.
2. Perencanaan tata ruang wilayah provinsi ditetapkan oleh Gubernur melalui
Perda masing-masing Provinsi.
3. Penetapan kawasan strategis provinsi ditetapkan oleh Gubernur melalui
Perda masing-masing Provinsi.
4. Perencanaan tata ruang kawasan strategis provinsi ditetapkan oleh Gubernur
melalui Perda masing-masing Provinsi.
5. Berdasarkan ketentuan Pasal 23 ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) UU No. 26
Tahun 2007, untuk Jangka waktu RTRW Provinsi adalah 20 Tahun, ditinjau
kembali 1 kali dalam 5 Tahun, kondisi tertentu berkaitan dengan bencana
alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan
dan/atau perubahan batas territorial Negara dan/atau wilayah provinsi yang
ditetapkan dengan undang-undang, RTRW Provinsi dapat ditinjau kembali
lebih dari 1 kali
6. Penetapan rancangan perda provinsi ttg RTRW Provinsi dan RRTR Provinsi,
harus mendapat persetujuan substansi dari Menteri
7. RTRW Provinsi ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi
8. RTR Kawasan Strategis Provinsi ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi

B. Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi.


Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan ruang
beserta pembiayaannya. Pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan dengan
pemanfaatan ruang, baik pemanfaatan ruang secara vertikal maupun pemanfaatan
ruang di dalam bumi. Program pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya
termasuk jabaran dari indikasi program utama yang termuat di dalam rencana tata
ruang wilayah provinsi.
Pemanfaatan ruang diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka waktu
indikasi program utama pemanfaatan ruang yang ditetapkan dalam rencana tata
ruang. Pelaksanaan pemanfaatan ruang di wilayah provinsi disinkronisasikan
dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah administratif sekitarnya.
Pemanfaatan ruang yang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan
ruang beserta pembiayaannya dilaksanakan dengan memperhatikan standar
pelayanan minimal dalam penyediaan sarana dan prasarana.
Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana
tata ruang dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan tanah,
penatagunaan air, penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam lain.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 36


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

Dalam rangka pengembangan penatagunaan tanah, penatagunaan air,


penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam lain diselenggarakan
kegiatan penyusunan dan penetapan neraca penatagunaan tanah, neraca
penatagunaan sumber daya air, neraca penatagunaan udara, dan neraca
penatagunaan sumber daya alam lain.
Penatagunaan tanah pada ruang yang direncanakan untuk pembangunan
prasarana dan sarana bagi kepentingan umum memberikan hak prioritas pertama
bagi pemerintah daerah untuk menerima pengalihan hak atas tanah dari pemegang
hak atas tanah.
Dalam pemanfaatan ruang pada ruang yang berfungsi lindung, diberikan prioritas
pertama bagi pemerintah daerah untuk menerima pengalihan hak atas tanah dari
pemegang hak atas tanah jika yang bersangkutan akan melepaskan haknya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penatagunaan tanah, penatagunaan air,
penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya alam lainnya dan diatur
dengan peraturan pemerintah.
Dalam pemanfaatan ruang wilayah provinsi dilakukan:
a. perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah
provinsi dan rencana tata ruang kawasan strategis provinsi;
b. perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang dan
pola ruang wilayah provinsi dan kawasan strategis provinsi; dan
c. pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang
wilayah provinsi dan kawasan strategis provinsi.
Dalam rangka pelaksanaan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang
wilayah provinsi dan rencana tata ruang kawasan strategis provinsi ditetapkan
kawasan budi daya yang dikendalikan dan kawasan budi daya yang didorong
pengembangannya.
Pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang wilayah
provinsi dan kawasan strategis provinsi dilaksanakan melalui pengembangan
kawasan secara terpadu.
Pemanfaatan ruang dilaksanakan sesuai dengan:
a. standar pelayanan minimal bidang penataan ruang;
b. standar kualitas lingkungan; dan
c. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

Dari kajian diatas, peranan Pemerintah Provinsi dalam pemanfaatan ruang wilayah
provinsi:
1. Pemanfaatan ruang wilayah provinsi mengacu pada RTRWP masing-masing
wilayah Propinsi
2. Pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi Mengacu pada Perda masing-
masing Provinsi yang dibuat atas keputusan bersama-sama DPRD dan
Gubernur
3. Pemanfaatan ruang dilaksanakan sesuai dengan :

Tanggapan Terhadap KAK | D - 37


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

a. Standar pelayanan minimal bidang penataan ruang mengacu pada UU


No.26 Tahun 2007 Pasal 10 ayat (6) huruf b.
b. Standar kualitas lingkungan.
c. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup mengacu pada PP
No.26 Tahun 2008 pasal 8.
4. Dalam pemanfaatan ruang wilayah provinsi dilakukan:
a. Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi RTRWP, RTRW Pulau/
Kepulauan dan RTR Kawasan Strategis Provinsi mengacu pada Perda
RTRWP masing-masing provinsi.
b. Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang
dan pola ruang wilayah provinsi dan kawasan strategis mengacu pada
Perda RTRWP masing-masing Provinsi.
c. Pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang
wilayah dan kawasan strategis mengacu pada Perda Provinsi masing-
masing, RPJMD,RPJPD.

C. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi.


Pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang.
Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona
pemanfaatan ruang. Peraturan zonasi ditetapkan dengan peraturan daerah
provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi;
Ketentuan perizinan diatur pemerintah daerah menurut kewenangannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dibatalkan oleh pemerintah daerah
menurut kewenangannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui
prosedur yang benar, batal demi hukum. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh
melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah, dibatalkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya.
Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin, dapat dimintakan
penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin. Izin pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata ruang wilayah dapat
dibatalkan oleh pemerintah daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak.
Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang
dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Ketentuan
lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara penggantian yang
layak diatur dengan peraturan pemerintah.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 38


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

Dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang agar pemanfaatan ruang sesuai dengan


rencana tata ruang wilayah dapat diberikan insentif dan/atau disinsentif oleh
pemerintah daerah.
Insentif, yang merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
a. keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa
ruang, dan urun saham;
b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
c. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
d. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah
daerah kabupaten/kota.
Disinsentif, yang merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan,
atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan
ruang; dan/atau
b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.
Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak masyarakat.
Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh pemerintah daerah kepada
pemerintah daerah lainnya;
Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif dan
disinsentif diatur dengan peraturan pemerintah.
Pengenaan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan
zonasi. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian pemanfaatan ruang diatur
dengan peraturan pemerintah.
Pemberian wewenang kepada pemerintah daerah provinsi dalam memfasilitasi
kerja sama penataan ruang antarkabupaten/kota dimaksudkan agar kerja sama
penataan ruang memberikan manfaat yang optimal bagi kabupaten/kota yang
bekerja sama.
Dari kajian diatas, peranan Pemerintah Provinsi dalam pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah provinsi:
1. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi, mengacu pada Perda tentang
RTRWP dan perda yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang pada masing-
masing provinsi, dalam hal ini DPRD bersama-sama Gubernur membuat Perda
tentang RTRWP, dan perda-perda yang berkaitan dengan pemanfaatan
ruang.
2. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi mengacu pada
Perda tentang RTRWP masing-masing provinsi.
3. Peraturan zonasi ditetapkan dengan peraturan daerah provinsi untuk arahan
peraturan zonasi system provinsi, dalam hal ini DPRD bersama-sama
Gubernur membuat Perda tentang peraturan zonasi pemanfaatan ruang.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 39


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

4. Ketentuan perizinan diatur oleh pemerintah dan pemerintah daerah menurut


kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, dalam hal ini DPRD bersama-sama Gubernur membuat Perda
tentang perizinan pemanfaatan ruang.
5. Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh pemerintah kepada pemerintah
daerah dan masyarakat berdasarkan pada PP No.26 Tahun 2008 Pasal 115-
119. berdasarkan pada PP No.26 Tahun 2008 Pasal 115-119.

4. Ketentuan Tentang Pengawasan Penataan Ruang


Untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan penataan ruang, dilakukan
pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan
ruang. Pengawasan tersebut terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan.
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangannya.
Pengawasan yang dilaksanakan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat. Peran masyarakat dapat dilakukan
dengan menyampaikan laporan dan/atau pengaduan kepada pemerintah daerah.
Tindakan pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan mengamati dan memeriksa
kesesuaian antara penyelenggaraan penataan ruang dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.Apabila hasil pemantauan dan evaluasi terbukti terjadi
penyimpangan administratif dalam penyelenggaraan penataan ruang, Gubernur
mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan kewenangannya.
Dalam hal Bupati/Walikota tidak melaksanakan langkah penyelesaian sesuai
kewenangannya, Gubernur mengambil langkah penyelesaian yang tidak dilaksanakan
Bupati/Walikota.
Dalam hal penyimpangan dalam penyelenggaraan penataan ruang, pihak yang
melakukan penyimpangan dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3, dilakukan pula pengawasan terhadap kinerja fungsi dan
manfaat penyelenggaraan penataan ruang dan kinerja pemenuhan standar pelayanan
minimal bidang penataan ruang.
Standar pelayanan minimal bidang penataan ruang meliputi aspek pelayanan dalam
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Standar pelayanan minimal mencakup standar pelayanan minimal bidang penataan
ruang provinsi dan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang
kabupaten/kota.
Pengawasan terhadap penataan ruang pada setiap tingkat wilayah dilakukan dengan
menggunakan pedoman bidang penataan ruang. Pengawasan ditujukan pada
pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan penataan ruang. Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara pengawasan terhadap pengaturan, pembinaan, dan pelaksanaan
penataan ruang diatur dengan peraturan Menteri.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 40


KLHS METROPOLITAN BANDUNG RAYA USULAN
TEKNIS

Berdasarkan kajian diatas, pengawasan terhadap kinerja pengaturan, pembinaan, dan


pelaksanaan penataan ruang mengacu pada ketentuan Pasal 56 UU Nomor 26
Tahun 2007,antara lain :
1. Pengawasan terdiri atas tindakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
2. Pengawasan dilaksanakan oleh Pemerintah daerah sesuai kewenangannya.
3. Pengawasan Pemerintah Daerah dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat.
4. Berdasarkan ketentuan pasal 56 ayat (4) UU No. 26 Tahun 2007, jika dari hasil
pemantauan dan evaluasi terbukti terjadi penyimpangan admininstratif dalam
penyelenggaraan penataan ruang, Gubernur mengambil langkah penyelesaiannya
sesuai dengan kewenangannya.
5. Dalam hal Bupati/Walikota tidak melaksanakan langkah penyelesaian, Gubernur
mengambil langkah penyelesaian yang tidak dilaksanakan Bupati/ Walikota
Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negri Pasal 3 Nomor 147 tahun 2004 tentang
Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) maka pada tiap-tiap provinsi
perlu dibentuk BKPRD Provinsi dengan Keputusan Gubernur, yang tugasnya antara
lain:
a. Melaksanakan kegiatan pengawasan yang meliputi pelaporan, evaluasi, dan
pemantauan penyelenggaraan pemanfaatan ruang.
b. Memberikan rekomendasi penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang.
c. Memberikan rekomendasi perizinan tata ruang provinsi.
d. Melakukan evaluasi tahunan atas kinerja penataan ruang.
e. Melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara berkala kepada Gubernur.

Tanggapan Terhadap KAK | D - 41

Anda mungkin juga menyukai