PENDAHULUAN
1.Pengertian Pajak
Menurut Soemitro dalam (Winataputra, dkk., 2016 : 17),pajak ialah peralihan
kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan
sumber utama untuk membiayai public investment. Menurut UU No 28 Tahun
2007,pasal 1 : Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalaan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
2.Fungsi Pajak
Pajak merupakan bagian terbesar dari penerimaan negara kita. Dengan
demikian,pajak sangat penting fungsinya bagi kelangsungan kehidupan
bernegara,khususnya dalam pelaksanaan pembangunan. Karena pajak merupakan
sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk
pengeluaran pembangunan.
Jika terjadi kondisi Baitul Mal kekurangan atau kosong (karena tidak ada
Ghanimah dan Fay’I atau Zakat),maka seorang Imam (Khalifah) tetap wajib
mengadakan tiga kebutuhan pokok rakyatnya yaitu Keamanan,Kesehatan,dan
Pendidikan sebagaimana hadits Rasulullah Saw yang berartikan : “Barang siapa
diantaramu yang bangun dipagi hari dalam kegembiraan,sehat badan,dan mempunyai
bahan makanan pada hari itu,maka ia seolah-olah diberikan seluruh dunia ini.”
(HR.Tirmidzi)
Ulama berbeda pendapat mengenai adakah kewajiban bagi kaum muslim atas
harta selain zakat. Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa zakat adalah satu-satunya
kewajiban kaum muslim atas harta. Barang siapa telah menunaikan zakat,maka
bersihlah hartanya dan bebaslah kewajibannya. Dasarnya adalah berbagai hadits
Rasulullah Saw. Selain ada pendapat ulama bahwa dalam harta kekayaan ada
kewajiban lain selain zakat. Jalan tengah dari dua perbedaan pendapat ini adalah
bahwa kewajiban atas harta yang wajib adalah Zakat,namun jika datang kondisi yang
menghendaki adanya keperluan tambahan (darurat),maka akan ada kewajiban
tambahan lain berupa Pajak (Dharibah).
Diperbolehkannya memungut pajak tidak ada alasan lain selain untuk
kemaslahatan umat,karena dana pemerintah tidak mencukupi untuk membiayai
berbagai “pengeluaran” yang jika pengeluaran itu tidak dibiayai,maka timbul
kemudaratan,sedangkan mencegah kemudaratan adalah suatu kewajiban. Dalam
pemungutan pajak ini,negara berkewajiban untuk memenuhi dua syarat,yaitu :
1. Penerimaan hasil-hasil pajak harus dipandang sebagai suatu amanah dan harus
dibelanjakan secara jujur dan efisien untuk merealisasikan tujuan tujuan pajak.
a) QS.[2]:177
b) QS.[6]:141
c) QS.[4]:59
Dan Rasulullah pernah bersabda yang artinya “ Di dalam harta terdapat hak-hak yang
lain disamping zakat “. (HR.Thirmidzi)
1. Pajak bersifat temporer atau hanya boleh dipungut ketika di baitul mal tidak ada
harta atau kurang.
2. Pajak hanya boleh dipungut untuk pembiayaan yang merupakan kewajiban bagi
kaum muslimin dan sebatas jumlah yang diperlukan
3. Pajak hanya diambil dari kaum muslimin
4. Pajak hanya dipungut dari kaum muslimin yang mencukupi
5. Pajak dapat dihapus apabila sudah tidak diperlukan lagi
Memang terdapat banyak kesamaan antara Zakat dan Pajak,tetapi tidak bisa
dipungkiri bahwa keduanya juga memiliki perbedaan yang hakiki sehingga keduanya
tidak dapat disamakan begitu saja.
1. Zakat dan Pajak bersifat wajib dan mengikat atas harta penduduk suatu negara
I.RANGKUMAN
Dalam ajaran Islam,Kewajiban utama kaum muslim atas harta adalah Zakat,akan
tetapi Pajak juga merupakan salah satu landasan untuk mencegah kemiskinan dan
mencapai tujuan-tujuan lain sebuah negara asalkan sesuai syariat ajaran Islam.