Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANALGESIK

A.1 Analgesik secara umum

Analgesik merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan

untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri (diakibatkan oleh berbagai

rangsangan pada tubuh misalnya rangsangan mekanis, kimiawi dan fisis

sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan yang memicu pelepasan

mediator nyeri seperti brodikinin dan prostaglandin yang akhirnya

mengaktivasi reseptor nyeri di saraf perifer dan diteruskan ke otak).1

Untuk mengurangi atau meredakan rasa sakit atau nyeri tersebut

maka banyak digunakan obat-obat analgetik (seperti parasetamol, asam

mefenamat dan antalgin) yang bekerja dengan memblokir pelepasan

mediator nyeri sehingga reseptor nyeri tidak menerima rangsang nyeri. 1

Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgesik dibagi dalam dua

kelompok yaitu:1

1. Analgesik narkotik

Analgesik narkotik merupakan kelompok obat yang memiliki sifat

opium atau morfin. Analgesik narkotik, khusus digunakan untuk

mengahalau rasa nyeri hebat, seperti pada fraktur dan kanker.

Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain,


golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau

menghilangkan rasa nyeri yang hebat. Meskipun terbilang ampuh,

jenis obat ini umumnya dapat menimbulkan ketergantungan pada

pemakai.

2. Analgesik non narkotik

Analgesik non narkotik dalam ilmu Farmakologi juga sering dikenal

dengan istilah Analgesik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgesik

perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat

narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan analgesik non-

narkotik atau analgesik perifer ini cenderung mampu

menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh

pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek

menurunkan tingkat kesadaran. Analgesik non narkotik analgesik

perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna.

Efek samping obat-pbat analgesik perifer: kerusakan lambung,

kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan kulit.

Penggunaan analgesik dalam dosis tinggi dan lama sangat tidak

dianjurkan

Interaksi: kebanyakan analgesik memperkuat efek antiguakulansia

kecuali parasetamol dan glafenin. Kedua obat ini pada dosis biasa

dapat dikombinasi dengan aman untuk jangka waktu 2 minggu.

Pada wanita hamil obat analgesik sangat tidak dianjurkan kecuali

parasetamol karena dapat mengganggu perkembangan janin.


Farmakodinamika analgesik

Analgesik biasanya mempunyai efek lain, seperti anti piretik dan

anti inflamasi. Obat-obat analgesik anti inflamasi, terutama yang non

steroid (NSAIDS) bekerja dengan cara menghambat enzim

siklooksigenase (COX), baik COX 1 maupun COX 2. COX 1 mensintesis

prostalglandin di lambung, ginjal dan platelet, sehingga jika enzim ini

terhambat akan mengganggu fungsi normal lambung, ginjal dan platelet.

Sedangkan COX 2 mensintesis prostalglandin hanya pada tempat

inflamasi, sehingga jika enzim ini terhambat akan mencegah pembentukan

prostalglandin di tempat inflamasi saja.2

Aksi utama analgesik anti piretik, seperti paracetamol adalah

dengan cara menghambat sintesis prostalglandin di pusat (hipotalamus),

tetapi tidak di perifer (jaringan), sehingga tidak mempunyai efek sebagai

anti inflamasi.2

Farmakokinetik analgesik

Untuk memperoleh efek analgesik yang optimal dari suatu obat,

diperlukan beberapa kriteria atau sifat-sifat farmakokinetik sebagi berikut:2

1. diabsorbsi dengan cepat dan sempurna

2. terdistribusi secara cepat dan baik ke jaringan target dengan

konsentrasi yang tidak terlalu tinggi di organ-organ untuk

mengurangi efek samping


3. eliminasinya cepat, baik melalui hepar maupun ginjal untuk

mencegah terjadinya penimbunan obat

4. tidak toksik (toksisitas minimal), sedikit memberi interaksi terhadap

obat-obat lain yang kemungkinan harus diberikan bersamaan serta

harus mempunyai indeks teraupetik yang sempit

Efek samping yang dapat terjadi sehubungan dengan pemakaian

obat analgesik dapat terjadi dalan bentuk ringan maupun yang lebih

serius. Pada umumnya manifestasi obat tersebut dalam bentuk ringan

berupa reaksi alergi dengan angka kejadian yang relatif kecil untuk

paracetamol , metamizol dan ibuprofen sedangkan pada aspirin lebih

besar.2

Efek samping aspirin terutama pada sistem gastrointestinal berupa

dispepsi, nyeri epigastrik, mual, muntah hingga perdarahan lambung.

Berbeda dengan aspirin, paracetamol juga bersifat menghambat sintesis

prostalglandin di pusat, sehingga aman untuk lambung, ginjal dan

platelet.2

A.2 Analgesik dalam bidang kedokteran gigi

I. Bedah mulut

Pada sakit post operasi gigi impaksi molar 3 RB diberikan

metamizol dan paracetamol. Manfaatnya setelah dievaluasi secara

subyektif oleh pasien adalah penurunan intensitas sakit dari jam pertama

sampai jam kedelapan.2


II. Periodontal

Salah satu gangguan pada jaringan periodontal adalah abses

gingiva. Abses gingiva terjadi ketika terinfeksi bakteri dan menyebar ke

rongga mulut atau dalam gigi, Penyebabnya adalah bakteri yang

merupakan flora normal dalam mulut. Yaitu bakteri coccus aerob gram

positif, dan coccus anaerob gram seperti fusobacteria, Streptococcus sp

dan bakteri lainnya. Bakteri terdapat dalam plak yang berisi sisa makanan

dan kombinasi dengan air liur. Bakteri-bakteri tersebut dapat

menyebabkan karies, gingivitis, dan periodontitis. Jika mencapai jaringan

yang lebih dalam melalui nekrosis pulpa dan poket periodontal dalam,

maka akan terjadi infeksi odontogen.3

Satu-satunya cara untuk menyembuhkan abses gingiva adalah

mengikuti perawatan gigi. Dokter gigi akan mengobati abses dengan

menggunakan prosedur perawatan abses gigi dalam beberapa kasus,

pembedahan, atau keduanya.3

Abses gingiva sangat nyeri, tetapi dapat digunakan obat penghilang

sakit (analgesik). Di antaranya yaitu paracetamol, ibuprofen dan aspirin.


Jika nyeri terasa hebat maka dapat menggunakan analgesik yang lebih

kuat yaitu codeine fosfat.3

Anda mungkin juga menyukai