GBS
Disusun oleh:
Simran Jeet Kaur
406181057
Pembimbing:
dr.Sunaryo, M. Kes, Sp. S
0
REKAM MEDIS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Sulasah
Tanggal Lahir : 10- 02 -1975
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Mojoagung 4/1, Trangkil, Pati
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Masuk RS : 17 Januari 2019
II. ANAMNESIS
Dilakukan pada tanggal 18 Januari 2019 , autoanamnesis di RSU Fastabiq
Sehat PKU Muhammadiyah.
Keluhan Utama
Pasien mengeluh badan lemas dan panas pada seluruh tubuh
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan badan lemas dan terasa panas pada
seluruh tubuh, lemas awalnya dirasakan pada lengan dan tungkai kiri, 2 minggu
setelahnya lemas dirasakan juga pada lengan dan tungkai kanan. Riwayat
demam disangkal, sebelum merasakan lemas pada tungkai dan lengan kiri ,
pasien merasakan nyeri dibelakang telinga. Pasien mengatakan sulit saat ingin
berbicara, dan mengeluh lidah terasa kaku dan lengket, tenggorokan terasa
kering, perut dirasakan kaku dan seperti diikat. Pasien juga mengeluh sering
kesemutan pada tungkai dan lengannya. Pasien juga mengeluh belum BAB
sejak 11 hari yang lalu. Keluhan seperti mual dan muntah disangkal, penurunan
kesadaran disangkal.
1
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat tekanan darah tinggi : (-)
Riwayat keluhan serupa sebelumnya : (-)
Riwayat kencing manis : (-)
Riwayat kolesterol : (-)
Riwayat keganasan : disangkal
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah berobat ke rs selama 4 hari
Pemeriksaan Sistem
Kepala : mesosefal, deformitas (-), sklera ikterik (-/-), konjungtiva
anemis (-/-)
Leher : trakea ditengah, perbesaran tiroid (-), perbesaran KGB (-)
Paru : Inspeksi : gerak simetris, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri sama kuat
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
2
Auskultasi : suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-),wheezing (-/-)
Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di sela iga 5
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, reguler,murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Inspeksi : bentuk abdomen datar
Auskultasi : bisung usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : timpani di ke-4 kuadran abdomen
Ekstremitas : akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi Luhur
Orientasi : baik
Gangguan bicara dan bahasa : tidak ada
Daya ingat : baik
Rangsang Meningeal
Kaku kuduk : (-)
Brudzinsky I : (-)
Brudzinsky II : (-)
Brudzinsky III : (-)
Brudzinsky IV : (-)
Kernig : > 135○ / > 135°
Saraf Kranialis
3
Gerak mata ke superior (+) (+)
Gerak mata ke inferior (+) (+)
Gerak mata ke medial (+) (+)
Pupil (bentuk & ukuran) Bulat, Ø 3 mm Bulat, Ø 3 mm
Refleks cahaya langsung (+) (+)
Refleks cahaya tak langsung (+) (+)
Strabismus divergen (-) (-)
Nervus Trochlearis (N. IV)
Gerak mata ke lateroinferior (+) (+)
Strabismus konvergen (-) (-)
Nervus Trigeminus (N. V)
Sensorik (cabang
ophtalmicus, maxillaris, Normal Normal
mandibularis)
Motorik (membuka mulut,
menggerakan rahang, Normal Normal
menggigit)
Nervus Abducens (N. VI)
Gerak mata ke lateral (+) (+)
Strabismus konvergen (-) (-)
Nervus Fascialis (N. VII)
Kerutan kulit dahi Normal Normal
Mengangkat alis Normal Normal
Lagopthalmus (-) (-)
Sulcus nasolabialis Normal Normal
Menggembungkan pipi Tidak ada yang Tidak ada yang
bocor bocor
Menyeringai Normal Normal
Nervus Vestibulo-Cochlearis (N. VIII)
Test pendengaran Dalam batas normal Dalam batas normal
Test penala Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Test romberg Tidak dilakukan
Nistagmus (-) (-)
Nervus Glossopharyngeus (N. IX)
Palatum molle Normal
Arkus faring Normal
4
Uvula Normal
Disfagia (-)
Disfonia (-)
Nervus Vagus (N. X)
Arkus faring Normal
Bersuara (+)
Menelan (+)
Nervus Accesorius (N. XI)
Menoleh kanan-kiri (-) (-)
Mengangkat bahu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus Hipoglossus (N. XII)
Sikap lidah Simetris
Menjulurkan lidah Simetris
Disartria (-)
Pemeriksaan Motorik
Trofi otot : Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
Tonus otot : Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus
Kekuatan : 1 1
1 1
Pemeriksaan Sensorik : - -
- +
Refleks Fisiologis
Biceps : +/ +
Triceps :+/+
Patella :+/ +
Achilles :+/+
5
Refleks Patologis
Hoffman-Tromner :-/-
Babinski :-/-
Chaddock :-/-
Oppenheim :-/-
Gordon :-/-
Schaefer :-/-
Bing :-/-
Rosolimo :-/-
Mendel-Bechterew :-/-
Klonus paha :-/-
Klonus kaki :-/-
Hematrokrit (%) 40 - 52 45
Elektrolit
V. RESUME
6
Pasien datang ke IGD dengan keluhan badan lemas dan terasa panas pada
seluruh tubuh, lemas awalnya dirasakan pada lengan dan tungkai kiri, 2
minggu setelahnya lemas dirasakan juga pada lengan dan tungkai kanan.
Riwayat demam disangkal, sebelum merasakan lemas pada tungkai dan
lengan kiri , pasien merasakan nyeri dibelakang telinga. Pasien mengatakan
sulit saat ingin berbicara, dan mengeluh lidah terasa kaku dan lengket,
tenggorokan terasa kering, perut dirasakan kaku dan seperti diikat. Pasien
juga mengeluh sering kesemutan pada tungkai dan lengannya. Pasien juga
mengeluh belum BAB sejak 11 hari yang lalu. Keluhan seperti mual dan
muntah disangkal, penurunan kesadaran disangkal.
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Sindrom gullain barre
Diagnosis Topis :
Diagnosis Etiologis :
TATALAKSANA
Medikamentosa
o IVFD Asering 20 tpm/ 8j
o Iv Lameson 125 mg/12 j
o Iv pepzol 40 mg /24 j
o Iv Lapibal 500 mg/24 j
o Inforce 1 tb (PO)/12 j
VI. PROGNOSIS
7
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
8
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Sindrom Guillan Bare adalah suatu polineuropati yang bersifat ascending dan
akut yang sering terjadi setelah 1 sampai 3 minggu setelah infeksi akut.
Menurut Bosch, GBS merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya
paralisis flasid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun
dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis.
B. ETIOLOGI
Etiologi GBS sampai saat ini masih belum dapat diketahui dengan pasti
penyebabnya dan masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa keadaan/
penyakit yang mendahului dan mungkin ada hubungannya dengan terjadinya
GBS, antara lain:
1. Infeksi
2. Vaksinasi
3. Pembedahan
4. Penyakit sistematik:
a) keganasan
b) systemic lupus erythematosus
c) tiroiditis
d) penyakit Addison
5. Kehamilan atau dalam masa nifas
9
GBS sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi
kasus GBS yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara 56% - 80%, yaitu
1 sampai 4 minggu sebelum gejala neurologi timbul seperti infeksi saluran
pernafasan atas atau infeksi gastrointestinal.
C.
P
ATOGENESIS
10
1. Didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (cell
mediated immunity) terhadap agen infeksious pada saraf tepi.
2. Adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi
3. Didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran
pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses demyelinisasi saraf
tepi.
Proses demyelinisasi saraf tepi pada GBS dipengaruhi oleh respon imunitas
seluler dan imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai peristiwa
sebelumnya, yang paling sering adalah infeksi virus.
a. Teori-teori Imun
Sebelum respon imunitas seluler ini terjadi pada saraf tepi antigen harus
dikenalkan pada limposit T (CD4) melalui makrofag. Makrofag yang telah
menelan (fagositosis) antigen/terangsang oleh virus, allergen atau bahan
imunogen lain akan memproses antigen tersebut oleh penyaji antigen (antigen
presenting cell = APC). Kemudian antigen tersebut akan dikenalkan pada
11
limposit T (CD4). Setelah itu limposit T tersebut menjadi aktif karena aktivasi
marker dan pelepasan substansi interlekuin (IL2), gamma interferon serta alfa
TNF. Kelarutan E selectin dan adesi molekul (ICAM) yang dihasilkan oleh
aktifasi sel endothelial akan berperan dalam membuka sawar darah saraf,
untuk mengaktifkan sel limfosit T dan pengambilan makrofag . Makrofag
akan mensekresikan protease yang dapat merusak protein myelin disamping
menghasilkan TNF dan komplemen.
c. Patologi
12
Gambar 1. Sistem imunopathologi saraf pada SGB
13
D. Klasifikasi
14
relaps. Lesi luas dan ireguler terutama pada batang otak, seperti pons,
midbrain, dan medulla. Meskipun gejalanya berat, namun prognosis BBE
cukup baik.
15
E. Gejala klinis dan kriteria diagnose
16
- Tidak ada peningkatan protein CSS setelah 1 minggu gejala
- Jumlah sel CSS: 11-50 MN/mm3
17
F. KRITERIA DIAGNOSTIK
Kelemahan ascenden dan simetris. Anggota gerak bawah terjadi lebih dulu
dari anggota gerak atas. Kelemahan otot proksimal lebih dulu terjadi dari otot
distal, kelemahan otot trunkal ,bulbar dan otot pernafasan juga terjadi. 2
Kelemahan terjadi akut dan progresif bisa ringan sampai tetraplegi dan
gangguan nafas. Penyebaran hiporefleksia menjadi gambaran utama, pasien
GBS biasanya berkembang dari kelemahan nervus cranial, seringkali
kelemahan nervus fasial atau faringeal. Kelemahan diaframa sampai nervus
phrenicus sudah biasa. Sepertiga pasien GBS inap membutuhkan ventilator
mekanik karena kelemahan otot respirasi atau orofaringeal.5
1. Puncak defisit dicapai 4 minggu
2. Recovery biasanya dimulai 2-4minggu
3. Gangguan sensorik biasanya ringan bisa parasthesi, baal atau sensasi
sejenis
4. Gangguan Nn cranialis: facial drop, diplopia disartria, disfagia (N.
VII, VI, III, V, IX, dan X)
5. Banyak pasien mengeluh nyeri punggung dan tungkai
18
terbakar, kesemutan, tersetrum - Ataksia sensorik krn proprioseptif
terganggu - Variasi : parestesi wajah & trunkus
c. Disfungsi Otonom
1) Hipertensi - Hipotensi - Sinus takikardi / bradikardi
2) Aritmia jantung - Ileus - Refleks vagal
3) Retensi urine
19
b. Beberapa hari - 4 mgg, jarang > 8 mgg.
c. Dimulai dari onset (mulai tjd kelumpuhan yg
d. bertambah berat sampai maksimal
e. Perburukan > 8 minggu disebut› chronic inflammatory-
demyelinating polyradiculoneuropathy (CIDP)
4. Fase Plateau
a. Kelumpuhan telah maksimal dan menetap.
b. Fase pendek :2 hr, >> 3 mg, jrg > 7 mg
5. Fase Penyembuhan
a. Fase perbaikan kelumpuhan motorik
b. beberapa bulan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. LCS
- Disosiasi sitoalbumin
Pada fase akut terjadi peningkatan protein LCS > 0,55 g/l, tanpa
peningkatan dari sel < 10 limposit/mm3 - Hitung jenis pada panel
metabolik tidak begitu bernilai 5 Peningkatan titer dari agent seperti
CMV, EBV, membantu menegakkan etiologi.
a. Antibodi glicolipid
b. Antibodi GMI
2. EMG
a. Gambaran poliradikuloneuropati
b. Test Elektrodiagnostik dilakukan untuk mendukung klinis bahwa
paralisis motorik akut disebabkan oleh neuropati perifer.
c. Pada EMG kecepatan hantar saraf melambat dan respon F dan H
abnormal.
3. Ro: CT atau MRI
Untuk mengeksklusi diagnosis lain seperti mielopati.
20
H. DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Poliradikulopati
a. Difteri
b. Paralisis Tick
c. Logam berat : arsen, timbal, thallium, emas
d. Keracunan organofosfat
e. Heksakarbon (neuropati penghirup lem)
f. Perhexiline
g. Obat-obatan : vincristine, disulfiram, nitrofurantoin
h. Critical illness polyneuropathy
21
a. Myastenia gravis
b. Botulismus
c. Hipermagnesemi
d. Paralisis yang diinduksi antibiotika
e. Bisa gigitan ular
Miopati
a. Polimiositis
b. Miopati akut lain, misalnya akibat induksi obat
Abnormalitas metabolik
a. Hipokalemi
b. Hipermagnesemia
c. Hipofosfatemia
Lain-lain
a. Histeri
b. Malingering
I. KOMPLIKASI
1. Paralisis menetap
2. Gagal nafas
3. Hipotensi
4. Tromboembolisme
5. Pneumonia
6. Aritmia Jantung
7. Ileus
8. Aspirasi
22
9. Retensi urin
10. Problem psikiatrik
GBS dapat berdampak pada kinerja dan kehidupan pribadi pasien dalam
jangka waktu yang lama, dapat sampai 3 sampai 6 tahun setelah onset
penyakit. Kesembuhan biasanya berlangsung perlahan dan dapat berlangsung
bertahun-tahun. Baik pasien maupun keluarga pasien harus diberitahu tentang
keadaan pasien yang sebenarnya untuk mencegah ekspektasi yang berlebihan
atau pesimistik. Kesembuhan pasien berlangsung selama tahun – tahun
pertama, terutama enam bulan pertama, tetapi pada sebagian besar pasien
dapat sembuh sempurna pada tahun kedua atau setelahnya.
Kecacatan yang permanen terlihat pada 20% - 30% pasien dewasa.tetapi lebih
sedikit pada anak-anak. Disabilitas yang lama pada dewasa lebih umum pada
axonal GBS dan GBS yang berbahaya, misalnya pada pasien dengan
ventilator.
Gangguan fungsi otonomik yang serius dan fatal termasuk aritmia dan
hipertensi ekstrim atau hipotensi terjadi kurang lebih 20% dari pasien dengan
GBS.gangguan lain yang signifikan adalah ileus dinamik, hipontremia, dan
defisiensi dari fungsi mukosa bronchial. 7
J. TERAPI
23
1. Kortikosteroid
Kebanyakan penelitian mengatakan bahwa penggunaan preparat
steroid tidak mempunyai nilai/tidak bermanfaat untuk terapi SGB.
2. Plasmaparesis
Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan untuk mengeluarkan
faktor autoantibodi yang beredar. Pemakain plasmaparesis pada SGB
memperlihatkan hasil yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih
cepat, penggunaan alat bantu nafas yang lebih sedikit, dan lama
perawatan yang lebih pendek. Pengobatan dilakukan dengan
mengganti 200-250 ml plasma/kg BB dalam 7-14 hari. Plasmaparesis
lebih bermanfaat bila diberikan saat awal onset gejala (minggu
pertama).
3. Pengobatan imunosupresan
a. Imunoglobulin IV
Pengobatan dengan gamma globulin intervena lebih
menguntungkan dibandingkan plasmaparesis karena efek
samping/komplikasi lebih ringan. Dosis maintenance 0.4 gr/kg
BB/hari selama 3 hari dilanjutkan dengan dosis maintenance 0.4
gr/kg BB/hari tiap 15 hari sampai sembuh.
b. Obat sitotoksik
Pemberian obat sitoksik yang dianjurkan adalah:
6 merkaptopurin (6-MP)
azathioprine
cyclophosphamid
Efek samping dari obat-obat ini adalah: alopecia, muntah, mual
dan sakit kepala.
24
1) latihan ROM dini u/ cegah kontraktur
2) Hidroterapi
e. Analgesik
Analgesic ringan atau OAINS mungkin dapat digunakan untuk
meringankan nyeri ringan, namun tidak untuk nyeri yang
sangat,penelitian random control trial mendukung penggunaan
gabapentin atau carbamazepine pada ruang ICU pada perawatan
SGB fase akut. Analgesic narkotik dapat digunakan untuk nyeri
dalam, namun harus melakukan monitor secara hati-hati kepada
efeksamping denervasi otonomik.terapi ajuvan dengan tricyclic
antidepressant , tramadol, gabapentin, carbamazepine, atau
mexilitene dapat ditambahkan untuk penatalaksanaan nyeri
neuropatik jangka panjang.
K. PEMULIHAN
25
5. Pada pasien dengan kelemahan motorik menetap, pemulihan
dapat berlangsung >2 tahun
6. Mortalitas: 3-5%
7. Relaps: 2-10%
8. Perburukan: 6% menjadi CIDP (Chronic Inflammatory
Demyelinating Polyradiculoneuropathy)
L. PROGNOSIS
26
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
27
Japardi, Iskandar. Dr. 2002. Sindroma Guillain-Barre. Bagian Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara
28