Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................2
1.2 Tujuan dan Manfaat.........................................................................................................3
1.2.1 Tujuan Umum............................................................................................................3
1.2.2 Tujuan Khusus...........................................................................................................3
1.2.3 Manfaat.....................................................................................................................3
1.3 RUANG LINGKUP.........................................................................................................4
BAB II. GAMBARAN UMUM.................................................................................................5
2.1 Data Geografi...................................................................................................................5
2.2 Jumlah Sarana dan Prasarana...........................................................................................6
2.3 Data Pendidikan...............................................................................................................7
2.4 Jumlah RT dan RW..........................................................................................................7
2.5 Keadaan Wilayah..............................................................................................................8
2.6 Sarana Transportasi..........................................................................................................8
2.7 Jarak Kelurahan ke Puskesmas........................................................................................8
2.8 Waktu Tempuh ke Puskesmas..........................................................................................8
2.9 Data Khusus.....................................................................................................................9
BAB III. PENGUMPULAN DATA DAN HASIL...................................................................10
3.1 Pengumpulan Data.........................................................................................................10
3.2 Hasil Wawancara............................................................................................................10
3.3 Identifikasi Masalah.......................................................................................................13
3.4 Prioritas Masalah............................................................................................................13
3.5 Penyebab Masalah..........................................................................................................14
3.6 Pemecahan Masalah.......................................................................................................15
BAB IV. PENUTUP.................................................................................................................16
4.1 KESIMPULAN..............................................................................................................16
4.2 SARAN..........................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) menjadi sangat penting seiring dengan
kemajuan pembangunan yang digerakkan oleh modernisasi dan industrialisasi serta
globalisasi karena kemajuan pembangunan memberikan dampak positif maupun negatif
khususnya bagi pekerja, baik pada level intemasional maupun level nasional. Dengan
terbukanya lapangan pekerjaan, permasalahan yang timbul akibat pekerjaanpun semakin
meningkat, masalah kesehatan kerja adalah adanya penyakit yang timbul akibat kerja,
penyakit akibat hubungan kerja ataupun kecelakaan kerja yang disebabkan oleh adanya
interaksi antara pekerja dengan alat, metode, bahan dan proses kerja serta lingkungan kerja.

International Labour Organisation (ILO) pada tahun 2013 mencatat bahwa setiap 15
detik seorang pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja serta sebanyak 160 pekerja
mengalami sakit akibat kerja, sehingga diperlukan upaya kesehatan dan keselamatan kerja
untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada BAB XII, khususnya
Kesehatan Kerja Pasal 164 ayat (1) Menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan
untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Pekerja yang dimaksud adalah pekerja
sektor formal maupun informal. Pekerja sektor informal jumlahnya lebih banyak
dibandingkan dengan pekerja sektor formal.

Pemerintah Indonesia memberlakukan peraturan yang ketat tentang penerapan


kesehatan dan keselamatan kerja untuk sektor formal yang tersistematis. Peraturan tersebut
tercantum dalam Peraturan Pemerintah nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Peraturan tersebut belum bisa
diimplementasikan dalam sektor informal. Salah satu bentuk perhatian pemerintah dalam
penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di sektor informal adalah Pos Upaya Kesehatan
Kerja (Pos UKK).

Tantangan kesehatan pada pekerja adalah potensi dan kasus Penyakit Akibat Kerja
(PAK) serta Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) yang tinggi. Faktor resiko karena pekerjaan
adalah faktor paparan bahaya di lingkungan kerja karena proses kerja, baik resiko pajanan
fisik, kimia, biologi, ergonomik, psikososial dan gaya hidup, antara lain gaya hidup yang
tidak sehat seperti kurang aktifitas, kebiasaan merokok, pola makan yang berlebihan dalam
hal garam, gula dan lemak, selain juga polusi lingkungan.

2
Oleh karena itu diperlukan adanya Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK). Hal ini
bertujuan agar para pekerja di lokasi tersebut dapat bekerja dengan aman, sehat, dan
produktif. Pos UKK merupakan upaya kesehatan kerja puskesmas dalam bentuk upaya
kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang memberikan pelayanan kesehatan dasar
(primary health care) bagi masyarakat pekerja, baik pekerja formal maupun pekerja informal.
Pos UKK dibentuk untuk meningkatkan kesehatan pekerja sehingga dapat meningkatkan
produktifitas kerja. Berdasarkan data dari Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga
Kementerian kesehatan Republik Indonesia pada tahun 20l6, Pos UKK secara nasional
berjumlah 1610 Pos dengan berbagai jenis bidang pekerjaan.

1.2 Tujuan dan Manfaat


1.2.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum kegiatan ini adalah mengevaluasi hasil program Pos UKK Puskesmas
Cibeber.

1.2.2 Tujuan Khusus

- Mengevaluasi kegiatan promotif yaitu konseling mengenai PAK yang dilakukan di


Pos UKK Emping Bentola.
- Mengevaluasi kegiatan preventif terkait PAK berupa implementasi posisi kerja
ergonomis, ventilasi yang memadai dan aktivitas peregangan di Pos UKK Emping
Bentola
- Mengevaluasi kegiatan kuratif berupa diagnosis PAK dan penanganannya di Pos
UKK Emping Bentola.
- Menetapkan prioritas masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan Pos UKK Emping
Bentola.

1.2.3 Manfaat

- Bagi Dokter Internsip


o Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan kerja.
o Penerapan pengetahuan yang terkait kesehatan kerja terutama mengenai
Penyakit Akibat Kerja (PAK).
- Bagi Puskesmas
o Memberikan gambaran tentang pelaksanaan Pos UKK serta hal-hal yang
masih menjadi kendala.
o Memberikan informasi mengenai masalah yang ada pada pelaksanaan Pos
UKK Emping Bentola.

1.3 RUANG LINGKUP

3
Pos UKK pengerajin Emping bertempat di link. Bentola, kelurahan bulakan,
kecamatan Cibeber. Data pada evaluasi program ini diambil dari laporan bulanan pos UKK
wilayah Kecamatan Cibeber yaitu wilayah kerja Puskesmas DTP Cibeber.

4
BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1 Data Geografi

Puskesmas DTP Cibeber merupakan salah satu dari 8 (Delapan) Puskesmas yang
ada di Kota Cilegon. Puskesmas DTP Cibeber terletak di Komplek PCI Blok D No. 52,
Kelurahan Cibeber, Kecamatan Cibeber yang merupakan daerah perbatasan Kota Cilegon
dan Kabupaten Serang dengan luas wilayah + 21,49 KM.

Berdasarkan peta wilayah, tampak bahwa wilayah kerja Puskesmas Cibeber


memiliki batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Jombang

Sebelah Selatan : Kecamatan Mancak (Kabupaten Serang)

Sebelah Barat : Kecamatan Cilegon

Sebelah Timur : Kecamatan Kramat Watu (Kabupaten Serang)

Semua Kelurahan dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2 (dua) maupun roda 4
(empat) sehingga memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses sarana
pelayanan kesehatan dan memudahkan petugas kesehatan untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat secara administratif. Kecamatan Cibeber mempunyai 6 (enam)
kelurahan yang mencakup 37 RW dan 143 RT.

5
Jumlah penduduk di Kecamatan Cibeber pada tahun 2017 adalah 52.879 jiwa, adapun
perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Jumlah Penduduk Tahun 2017

NO KELURAHAN JUMLAH PENDUDUK

1 Cibeber 19.877

2 Kedaleman 9.595

3 Kalitimbang 6.742

4 Karang Asem 8.834

5 Bulakan 4.565

6 Cikerai 3.266

JUMLAH 52.879

2.2 Jumlah Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang ada diwilayah kerja Puskesmas DTP
Cibeber adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Sarana dan prasarana di wilayah Puskesmas Cibeber Tahun 2017

6
POSKESDES
POLINDES

POSYANDU
PUSTU
PKM

POD
NO KELURAHAN

1 Cibeber 1 0 0 16 0 0

2 Kedaleman 0 0 0 5 1 0

3 Kalitimbang 0 1 0 6 0 0

4 Karang asem 0 0 0 7 0 1

5 Bulakan 0 0 1 6 0 0 Dari
tabel
6 Cikerai 0 0 1 7 0 0 diatas
dapat
T O TAL 1 1 2 47 1 1 dilihat
bahwa
sarana pelayanan kesehatan diwilayah Puskesmas DTP Cibeber bahwa Puskesmas
Induk berada di Kelurahan Cibeber. Pustu berada di Kelurahan Kalitimbang. Polindes
ada dua yang berada di Kelurahan Bulakan dan Kelurahan Cikerai. Poskesdes berada
di Kelurahan Kedaleman dan POD berada di Kelurahan Karang Asem.

2.3 Data Pendidikan

7
Tabel 3. Sarana Pendidikan di Wilayah Binaan Puskesmas DTP Cibeber Tahun 2017

No Kelurahan SLTA SLTP SKH SD RA PAUD TK JUMLAH

1 Cibeber 2 4 1 7 2 4 8 28

2 Kedaleman 0 0 1 5 1 2 1 10

3 Kalitimbang 3 4 3 0 1 2 13

4 Karang asem 2 3 6 3 1 15

5 Bulakan 0 1 3 1 5

6 Cikerai 1 1 3 3 8

T O TAL 8 13 2 27 6 12 11 79

Sarana pendidikan yang ada di wilayah Kecamatan Cibeber tahun 2017 yaitu TK sebanyak
11, PAUD sebanyak 12, RA sebanyak 6 sekolah, Sekolah Dasar (SD) sebanyak 27 sekolah,
SKH 2 sekolah, SLTP sebanyak 13 sekolah, SLTA sebanyak 8 sekolah. Dengan demikian,
total sarana pendidikan yang ada sebanyak 79 sekolah.

2.4 Jumlah RT dan RW

Secara administratif, Kecamatan Cibeber terdiri dari 6 (enam) Kelurahan yang terdiri dari 37
RW dan 143 RT.

Tabel 4. Jumlah RW dan RT menurut Kelurahan Tahun 2017

NO KELURAHAN JUMLAH RW JUMLAH RT

1. Cibeber 11 56

2. Kedaleman 7 34

3. Kalitimbang 5 18

4. Karang Asem 6 10

8
5. Bulakan 4 14

6. Cikerai 4 11

JUMLAH 37 143

9
2.5 Keadaan Wilayah

Wilayah Kecamatan Cibeber rata-rata keadaan daerahnya berupa dataran rendah yaitu
Kelurahan Cibeber, Kelurahan Kedaleman, Kelurahan Kalitimbang, Kelurahan Karang Asem.
Ada dua Kelurahan yang daerahnya agak tinggi yaitu di Kelurahan Bulakan dan Kelurahn
Cikerai.

2.6 Sarana Transportasi

Semua wilayah Kecamatan Cibeber dapat dilalui dengan kendaraan roda dua maupun roda
empat, hal ini merupakan suatu keuntungan/ kemudahan yang ada sehingga baik petugas/
sarana kesehatan maupun masyarakat umum dapat saling menjangkau yang tentu saja
berdampak positif bagi pencapaian dan keberhasilan program.

2.7 Jarak Kelurahan ke Puskesmas

Adapun untuk jarak tempuh dari Puskesmas ke 6 (enam) Kelurahan tersebut adalah :

Tabel 5. Jarak Tempuh Puskesmas Ke 6 (Enam) Desa

NO KELURAHAN JARAK TEMPUH KEADAAN DESA

1. Cibeber 2 Km Non IDT

2. Kedaleman 2Km Non IDT

3. Kalitimbang 6 Km Non IDT

4. Karang Asem 4 Km Non IDT

5. Bulakan 8 Km Non IDT

6. Cikerai 10 Km Non IDT

2.8 Waktu Tempuh ke Puskesmas

Adapun waktu tempuh yang digunakan untuk mencapai Kelurahan tersebut dengan
menggunakan roda 2 (dua) atau 4 (empat) adalah sebagai berikut : Kelurahan Bulakan 20
menit, Kelurahan Cikerai 30 menit, Kelurahan Kalitimbang 10 menit, Kelurahan Karang
Asem 10 menit, Kelurahan Cibeber 5 menit, dan Kelurahan Kedaleman 10 menit.

10
11
2.9 Data Khusus
Pos UKK Emping bentola beranggotakan 25 orang yang diketuai oleh Ibu Maesaroh.

NO URAIAN JUMLAH KET.

1 Pekerja sakit yang dilayani 88

2 Kasus penyakit umum pada pekerja 91

Kasus diduga penyakit akibat kerja


3 pada pekerja 0

Kasus penyakit akibat kerja pada


4 pekerja 0

Kasus kecelakaan akibat kerja pada


5 pekerja 0

Jumlah Pos UKK yang dibina 2

a. Masyarakat Nelayan 0

Pos UKK Harapan


6 sehat
20
b. Masyarakat pekerja usaha sektor
Pengrajin Genteng
informal lainnya

Pos UKK Emping


25 Bentola

Presentase (%) petugas puskesmas


yang menggunakan APD
7 90
(masker dan atau handscoon)
sesuai standar

12
BAB III

PENGUMPULAN DATA DAN HASIL

3.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu menggali


informasi secara mendalam melalui wawancara (indepth interview). Wawancara
dilaksanakan pada bulan Januari sampai Februari 2018, dan informannya adalah Pemegang
Program UKK Puskesmas Cibeber, 1 orang kader pos UKK, 4 orang anggota pos UKK dan
masyarakat sekitar daerah pembuatan emping.

3.2 Hasil Wawancara

 Hasil Wawancara dengan Pemegang Program

Wawancara dilakukan pada tanggal 19 Januari 2018 di Puskesmas Cibeber dengan


pemegang program Pos UKK Emping Bentola yaitu Ibu Fatimatul Zahro. Menurut beliau,
kegiatan pos UKK Emping Bentola lebih terfokus pada konseling saat kunjungan ke rumah-
rumah pengrajin yang berguna untuk mencegah terjadinya PAK. Konseling edukasi tentang
PAK, posisi ergonomis saat bekerja, ventilasi yang baik saat membuat emping serta
implementasi peregangan tiap 2 jam kepada para pengerajin. Kegiatan juga bertujuan untuk
mendeteksi ada atau tidaknya PAK pada pengerajin.

Untuk edukasi PAK, pengerajin diberitahu penyakit-penyakit apa saja yang dapat
timbul pada pekerjaannya, mencakup gejala-gejala yang mungkin akan dirasakan oleh
pengerajin, kendala yang dihadapi adalah terbatasnya jumlah tenaga kesehatan dan seringkali
tenaga kesehatan dihadapkan oleh benturan jadwal untuk konseling dikarenakan memiliki
tanggung jawab dan pekerjaan/ program lain yang harus dilaksanakan. Jumlah kader yang
tidak memadai dikarenakan pendanaan yang kurang baik juga menjadi salah satu masalah
yang mempengaruhi kegiatan follow up konseling.

Untuk posisi kerja ergonomis, ventilasi, dan peregangan, pengerajin dicontohkan


posisi kerja yang baik untuk tubuh, ventilasi yang memadai untuk sirkulasi udara, dan
diperagakan cara peregangan. Kendala yang dihadapi adalah sarana dan prasarana yang tidak
memadai untuk para pengrajin, yaitu berupa meja dan kursi yang ergonomis untuk para
pengrajin. Bantuan pengadaan diperlukan karena pengrajin tidak bersedia untuk membuat
sendiri.

Untuk deteksi PAK, sampai saat ini belum dapat dilakukan dikarenakan tidak adanya
tenaga yang dilatih atau dokter yang sudah dilatih untuk mendiagnosis PAK, sehingga angka
kejadian untuk PAK belum bisa ditentukan.

13
Harapan beliau adalah agar tim kesehatan kerja puskesmas berjalan sehingga pos
UKK dapat berjalan lebih efektif.

 Hasil Wawancara dengan Kader Pos UKK Emping

Wawancara dilakukan pada tanggal 19 Januari 2018 dengan kader Pos UKK Emping Bentola
yaitu Ibu Maesaroh. Ibu Maesaroh mengatakan bahwa fokus kegiatan pos UKK adalah
konseling pada para pengrajin untuk praktik pengerjaan emping berupa posisi kerja yang baik
serta konseling ventilasi dan konseling PAK. Tanggapan dari masyarakat dirasa kurang baik
ditandai dengan tidak ada perubahan dari cara pembuatan emping. Kader menyadari bahwa
hal ini dikarenakan pengrajin sudah nyaman dengan posisi saat ini dan pengrajin tidak
bersedia mengeluarkan biaya untuk mengganti tempat membuat emping. Tetapi kader optimis
bahwa jika diberikan bantuan fasilitas, pengrajin akan bersedia untuk menggunakannya.

 Hasil wawancara dengan Pengrajin Emping

Ibu A

Ibu A merupakan pengerajin emping yang telah membuat emping selama 30 tahun. Ibu A
mengetahui keberadaan Pos UKK emping yang merupakan salah satu program dari
puskesmas. Ibu A mengakui bahwa telah dilakukan konseling melalui kunjungan rumah
mengenai PAK dan usaha – usaha yang seharusnya dilakukan untuk mencegahnya. Walaupun
Ibu A merasakan adanya keluhan berupa kaki dan pinggang yang sering terasa sakit
dikarenakan posisi kerja, tetapi ia belum bersedia untuk melaksanakan perubahan berupa
penerapan posisi kerja yang ergonomis dikarenakan keterbatasan biaya. Ibu A melakukan
proses pembuatan emping di ruangan tertutup yang hanya memiliki 1 jendela kecil, walaupun
telah di edukasi mengenai sirkulasi ruangan yang baik oleh petugas kesehatan, namun ibu A
tidak dapat menerapkannya dikarenakan tidak ada biaya dan tenaga pembantu. Ibu A
mengaku telah diajarkan oleh petugas kesehatan mengenai peregangan tiap 2 jam, tetapi tidak
dilakukan karena ia merasa malas untuk melakukan hal tersebut. Untuk kedepannya Ibu A
berharap dapat diberikan bantuan berupa fasilitas yang menunjang pekerjaannya.

Ibu H

Ibu H telah menjadi pengerajin emping selama 20 tahun, ia memulai menjadi pengerajin
karena orang tuanya juga merupakan pengerajin emping. Ibu H telah mengetahui adanya Pos
UKK emping dan sudah pernah dikunjungi oleh kader untuk konseling. Hal – hal yang
disampaikan dalam konseling berupa edukasi mengenai PAK. Ibu H juga telah diajari cara
penerapan posisi kerja ergonomis namun dengan alasan tidak adanya fasilitas Ibu H belum
bisa menerapkannya tetapi ia tidak bersedia untuk membuat sendiri. Sementara untuk keluhan

14
yang dirasakan Ibu H yang terkait pekerjaannya, ia mengaku badan sering terasa nyeri tetapi
dapat sembuh sendiri jika beristirahat. Ibu H berharap agar dapat dibuatkan meja dan tungku
yang memadai untuk pekerjaannya.

Ibu U

Ibu U sudah membuat emping selama 18 tahun. Keberadaan Pos UKK emping telah
diketahui oleh Ibu U, ia juga pernah dikunjungi tenaga kesehatan untuk konseling edukasi
PAK. Ibu U mengaku telah diberitahu mengenai upaya pencegahan penyakit akibat kerja.
Namun Ibu U enggan untuk melaksanakannya dikarenakan sudah terbiasa dengan caranya
yang sekarang, meskipun dikemudian hari diberikan bantuan fasilitas Ibu U tetap enggan
untuk merubah kebiasaannya. Saat ini Ibu U merasakan keluhan yang terkait pekerjaan
berupa mata perih terkena asap tungku namun dapat sembuh sendiri.

Ibu As

Ibu As menjadi pengerajin emping selama 21 tahun. Ibu As telah mengetahui adanya Pos
UKK emping dan sudah pernah dikunjungi oleh kader untuk konseling edukasi PAK. Pada
saat itu Ibu As juga diajari cara penerapan posisi kerja ergonomis namun dengan alasan tidak
adanya biaya Ibu As belum bisa menerapkannya. Saat ini Ibu As membuat empingnya di luar
rumah sehingga ventilasi baik. Sementara untuk keluhan yang dirasakan Ibu As yang terkait
dengan pekerjaannya adalah berupa nyeri pada seluruh tubuh tetapi dapat sembuh jika
beristirahat. Walaupun sudah nyaman dengan tempat bekerjanya saat ini namun jika ia
diberikan fasilitas yang menunjang pekerjaannya ia bersedia untuk menggunakan fasilitas
tersebut.

 Wawancara dengan Masyarakat Sekitar

Secara garis besar masyarakat sekitar para pengerajin tidak merasa terganggu dengan adanya
aktifitas pembuatan emping di lingkungan mereka, hanya saja terkadang asap dari proses
pembuatan emping masuk ke dalam rumah para tetangga sehingga menimbulkan keluhan
berupa mata yang terasa perih. Para tetangga menyarankan agar para pengerajin melakukan
proses pembuatan emping di luar rumah agar asap tidak menganggu lingkungan sekitar.
Mereka juga mendukung jika para pengerajin emping diberikan bantuan berupa fasilitas yang
lebih baik.

15
3.3 Identifikasi Masalah

NO UPAYA MASALAH

1 Kegiatan promosi kesehatan  Jumlah petugas terbatas


berupa konseling PAK.

2 Kegiatan prevensi PAK berupa  Tempat kerja tidak memadai


posisi kerja ergonomis, ventilasi
pada ruangan, dan peregangan.

3. Kegiatan kuratif PAK  Belum ada tenaga kesehatan terlatih


untuk mendiagnosis PAK

3.4 Prioritas Masalah

MASALAH U S G TOTAL

Jumlah petugas terbatas 2 3 3 8

Tempat kerja yang tidak mamadai 4 5 5 14

Belum ada tenaga kesehatan terlatih untuk mendiagnosis PAK 4 4 5 13

16
3.5 Penyebab Masalah

MANUSIA
Pengrajin tidak bersedia menyesuaikan atau
membuat sendiri tempat bekerja yang sesuai anjuran. METODE/CARA
Kebiasaan yang sulit diubah yaitu bekerja pada satu Cara membuat emping yang sudah turun temurun
posisi duduk terus-menerus sehingga enggan ditinggalkan.

PROGRAM POS UKK EMPING BENTOLA Tempat bekerja yang


tidak memadai

SARANA DANA
Membutuhkan fasilitas yang memadai LINGKUNGAN
Keterbatasan dana untuk
berupa kursi dan tungku/meja untuk pengadaan fasilitas Lingkungan rumah yang rapat sehingga
proses pembuatan emping. asap yang dihasilkan dari proses
pembuatan emping menggaggu
Dibutuhkan ventilasi udara untuk masyarakat sekitar
sirkulasi yang baik.

14
14
3.6 Pemecahan Masalah

NO PRIORITAS PENYEBAB ALTERNATIF PEMECAHAN KET


MASALAH MASALAH PEMECAHAN MASALAH
MASALAH TERPILIH

1 Tempat untuk Membutuhkan Memfasilitasi pengrajin Belum ada pemecahan


bekerja tidak fasilitas yang dengan pengadaan kursi masalah yang terpilih
memadai memadai berupa dan tungku/meja
kursi dan
tungku/meja
untuk proses
pembuatan
emping.

Dibutuhkan Memfasilitasi pengrajin Membuka semua


ventilasi udara dengan kipas penghisap pintu dan jendela saat
untuk sirkulasi udara (exhaust) melakukan proses
yang baik. pembuatan emping

Keterbatasan dana Mengajukan kepada Mengajukan kepada Belum


untuk pengadaan dinas kesehatan untuk dinas kesehatan untuk disetuju
fasilitas pendanaan pendanaan i

Kebiasaan yang Adanya bel untuk Mengedukasi


sulit diubah yaitu dilakukan peregangan pengrajin untuk
bekerja pada satu melakukan
posisi duduk peregangan
terus-menerus
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

 Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan promotif kesehatan kerja pada Pos


UKK Emping Bentola masih dilaksanakan. Kegiatan yang dilaksanakan
berupa konseling, namun pelaksanaannya belum maksimal.
 Pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan preventif kesehatan kerja pada Pos
UKK Emping bentola masih terbatas pada edukasi mengenai posisi kerja
ergonomis, ventilasi rumah pengerajin agar sirkulasi baik, dan aktivitas
peregangan. Namun untuk implementasi pada kehidupan sehari-hari pengrajin
belum dapat dilakukan.
 Pelaksanaan kegiatan pelayanan kuratif kesehatan kerja pada Pos UKK
Emping Bentola belum dapat berjalan.
 Masalah yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan Pos UKK Emping Bentola
adalah dari aspek preventif PAK yaitu tempat kerja yang tidak memadai bagi
para pengerajin.

4.2 SARAN

 Bagi Dinas Kesehatan Cilegon untuk dapat mengimplementasikan tentang pos


upaya kesehatan kerja dengan masksimal sesuai kewenangan dan peraturan
yang berlaku untuk derajat kesehatan yang setinggi tingginya bagi masyarakat
khususnya pekerja serta memberikan alokasi dana yang sesuai dengan
kebutuhan Pos UKK.
 Bagi Puskesmas Cibeber, yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan upaya
kesehatan kerja di wilayah kerjanya termasuk didalamnya Pos UKK Emping,
untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan kerja, menyediakan fasilitas
yang memadai untuk para pengerajin serta mengontrol, mengevaluasi dan
membina Pos UKK.
 Bagi pemegang program dan kader Pos UKK Emping Bentola untuk
memaksimalkan peran serta untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan upaya
kesehatan kerja di Pos UKK yang mencakup promotif, preventif dan kuratif.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai