Perhitungan Lebar Retak Pada Beton Pratekan Parsial Dengan Unified Approach
Perhitungan Lebar Retak Pada Beton Pratekan Parsial Dengan Unified Approach
ABSTRAK
Pada beton pratekan parsial, jarang dilakukan perhitungan lebar retak. Lebar retak dibatasi
dengan melakukan pembatasan tegangan baja yang terjadi. Makalah ini memperkenalkan
perhitungan lebar retak yang sudah dikembangkan di Amerika (ACI). Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa lebar retak tidak hanya dipengaruhi tegangan saja, tetapi juga variabel
lainnya. Dalam paper ini dengan mengunakan prosedur perhitungan yang sama untuk beton
pratekan, pratekan parsial maupun beton bertulang biasa (unified approach), dibuat dan
diperkenalkan alat bantu berupa grafik dan tabel.
ABSTRACT
In partially prestressed concrete, crack width is rarely calculated. The crack width was controlled
only by limiting the steel stress. This paper introduced crack width calculations which has been
developed in America (ACI). The calculations show that factor influencing crack width is not only the
steel stresses, but there are some other variables. "Unified approach" is used to introduce design aids
in the form of graphs and tables that can be used for partially prestressed, prestressed and reinforced
concrete.
9
DIMENSI TEKNIK SIPIL VOL. 2, NO. 1, MARET 2000: 9 - 21
penampang beton pratekan yang ditinjau Gaya pratekan efektif. Pe , dihitung dengan
menjadi kondisi yang sama/identik dengan menggunakan rumus berikut:
beton bertulang biasa, yaitu tidak ada tegangan
bila tidak ada beban mati atau beban hidup. Pe = Pi + ∆fps Aps (2)
Gaya dekompresi pada penampang beton Didalam rumus diatas Pi adalah gaya pratekan
pratekan adalah gaya fiktif yang dikerjakan segera setelah pelimpahan gaya, sedangkan Aps
pada tulangan pratekan dan non pratekan adalah luas baja prategang. Kehilangan
untuk mengeliminasi/menghilangkan tegang-an tegangan, ∆fps, dihitung dengan rumus berikut:
pada beton, sementara beban mati dan beban
hidup dianggap tidak bekerja. nf cpi φt + ∈sh Es + f re
∆f ps = (3)
1 + n(ρ p + ρs )(1 + e2 / r 2 )(1 + 0.8φt )
Perhitungan dari gaya dekompresi cukup rumit
karena gaya pratekan berubah sesuai dengan
waktu selama susut dan rangkak pada beton Kehilangan tegangan akibat relaksasi baja
dan relaksasi tegangan pada baja pratekan pratekan berkurang karena adanya susut dan
masih terjadi. Definisi diatas dapat dilihat pada rangkak pada beton, oleh karena itu relaksasi
Gambar 1. intrinsik, fre, dapat digantikan dengan fre yang
tereduksi yaitu αr. Koefisien αr dapat diperoleh
dari Gambar 6. Pada grafik ini αr merupakan
fungsi dari β = fpsi/fpu, rasio dari tegangan initial
dengan kuat tarik baja prategang, dan Ω =
∆fps’/fpsi, sedangkan ∆fps’ adalah kehilangan
tegangan karena terjadinya susut dan rangkak,
dan diberikan dengan rumus:
nf cpiφt + ∈sh E s
∆f ps' = (4)
1 + n(ρ p + ρs )(1 + e2 / r2 )(1 + 0 .8 φt )
nf csi φt + ∈sh Es
Gambar 1. Tahap dekompresi beton ∆f s = (6)
1 + n( ρ p + ρ s )(1 + e 2 / r2 )(1 + 0.8φt )
Dari Gambar 1, gaya dekompresi, Pdc, dapat
dirumuskan sebagai berikut: didalam rumus (3), (4) dan (6):
Pdc = Pe − f cpe A psn + Ps − f cseA n sn (1) fcpi = tegangan beton di lokasi baja prategang
akibat gaya pratekan inisial dan berat
sendiri elemen.
dimana : fcsi = tegangan beton di lokasi baja non-
fcpe = tegangan beton di lokasi baja prategang prategang akibat gaya pratekan inisial
akibat gaya pratekan efektif dan beban dan berat sendiri elemen.
mati. φt = koefisien rangkak.
Aps = adalah luas baja prategang. εsh = susut bebas.
n = Es/Ec, rasio modulus baja terhadap beton. ρ p = rasio baja prategang.
fcse = tegangan beton di lokasi baja non- ρ s = rasio baja non pra-tegang.
prategang akibat gaya pratekan efektif e = eksentrisitas baja prategang terhadap
dan beban mati. titik berat penampang beton bruto.
Ans = luas baja non-prategang. r = jari-jari girasi penampang beton bruto.
10
PERHITUNGAN LEBAR RETAK PADA BETON PRATEKAN PARSIAL DENGAN METODE UNIFIED APPROACH (Gideon Hadi Kusuma et al.)
Tegangan baja setelah dikompresi dapat Seluruh parameter disebelah kanan dapat di-
diperoleh dengan analisa tegangan pada nyatakan dengan p, n, ρ, α1, dan α2, dimana α1 =
penampang retak transformasi yang menerima bw/b, dan α2 = hf/(na) dapat dilihat pada Tabel A.
beban aksial tekan sebesar Pdc dan momen kerja
Ms. Tegangan baja setelah dekompresi tersebut
sama dengan n kali tegangan beton pada lokasi LEBAR RETAK
baja, yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Lebar retak dipengaruhi oleh faktor tegangan
Gaya dekompresi diasumsikan bekerja pada baja setelah dekompresi, tipe tulangan, selimut
lokasi baja pratekan, sehingga tegangan baja beton, luas beton tarik, distribusi tulangan pada
setelah dikompresi yang terjadi pada kombinasi daerah tarik, mutu beton, metode pratekanan,
titik berat baja adalah: pembebanan, luas total baja.
11
DIMENSI TEKNIK SIPIL VOL. 2, NO. 1, MARET 2000: 9 - 21
Es 196500
Maka n= = = 6 .95
Ec 28270
12
PERHITUNGAN LEBAR RETAK PADA BETON PRATEKAN PARSIAL DENGAN METODE UNIFIED APPROACH (Gideon Hadi Kusuma et al.)
13
DIMENSI TEKNIK SIPIL VOL. 2, NO. 1, MARET 2000: 9 - 21
Pe = PI - ∆ fps x Aps A ps d ps + A ns d ns
= 1500 – 314.291 x 990 N = 1188.852 kN d=
A ps + A ns
Ps = ∆ fs x Ans
= -68.777 x 1962.5 N = -134.975 kN 990 x 885 +1962 .5 x 950
= = 928 .205 mm
990 + 1962 .5
Momen yang mengakibatkan retak (Mcr) ( A ps + A ns )
nρ = n
fr = 0.62 √ fc’ = 0.62 √35 = 3.66 MPa bd
Pe I ucr f I ( 990 + 1962 ,5 )
M cr = Pe e ucr + + r ucr = 6,95 x
A ucr y b −ucr y b− ucr 400 x 928 .205
= 0.055
1188852 x 3.64 x 1010
= 1188852 x 366 .983 = + Pdc d ps
417569 .135 x 481.983 p=
Ms
3.66 x 3 .64 x10 10
= 927711714 .882 Nmm 1051 .323 x 885
481 .983 = = 0,775
1200 x 10 3
Analisa tegangan karena Pe dan MD α1 = α2 =1
Tegangan beton di lokasi baja pratekan Pertambahan tegangan baja setelah dekompresi
dan tinggi garis netral
Pi P xe x ( d ns − yucr ) M D x ( d ps − y ucr )
f cpe = − − i ucr +
Aucr I ucr I ucr Dengan menggunakan Gambar 7 atau Tabel C
3 3 2 akan diperoleh:
1188.852 x10 1188.852 x 10 x ( 885 − 518.017)
=− − +
417569.135 3.64 x10
10 k = 0,432
c = kd = 0,432 x 928.205 = 400.985 mm
470 x 106 x ( 885 − 518.017 fs/(na) = 24,53
3.64 x 1010 Ms
= − 0.189 MPa
fs = 7.39 x n x
bd 2
Tegangan beton di lokasi baja non pratekan 1200x 106
fs =7.39 x 6,95 x
Pe P x e x (dns − yucr) MD x (dns − yucr) 400 x 928.2052
f cpe = − − e ucr +
Aucr Iucr Iucr fs = 178.855 Mpa
1500x103 1500x 103 x (885− 518.017)(950− 518.017)
=− − + Pertambahan tegangan baja pratekan dan baja
417569
.135 3.64x 1010
non tratekan setelah dekompresi
470x 106
x (950− 518.017)
3.64x 1010 d ps − c
= 0.282MPa f ps = f s
d−c
Perubahan gaya pada baja untuk mencapai 885 − 400.985
= 178,855 x
kondisi dekompresi 928.205 − 400.985
∆ Pp = fcpe x Aps x n = 164.198MPa
= -0.189 x 990 x 6,95 N d ns − c
= -1.297 kN f ns = f s
d−c
∆ Ps = fcse x Ans x n
= 0.282 x 1962.5 x 6,95 N 885 − 400 .985
= 178 ,855 x
= 3.851 kN 928 .205 − 400 .985
= 186 .248 MPa
Gaya dekompresi
Pdc = Pe + Ps + ∆ Pp + ∆ Ps Perhitungan lebar retak
= 1188.852 – 134.975 + 1.297 – 3.851
= 1051.323 kN Rumus Gergely-Lutz
wmax = k1.fs(dcA)
Parameter-parameter untuk menggunakan k1 = 13,7 x 10-6 (Tabel 2)
tabel dan grafik desain fs = fns = 186.248 Mpa
dc = 40 mm
14
PERHITUNGAN LEBAR RETAK PADA BETON PRATEKAN PARSIAL DENGAN METODE UNIFIED APPROACH (Gideon Hadi Kusuma et al.)
15
DIMENSI TEKNIK SIPIL VOL. 2, NO. 1, MARET 2000: 9 - 21
16
PERHITUNGAN LEBAR RETAK PADA BETON PRATEKAN PARSIAL DENGAN METODE UNIFIED APPROACH (Gideon Hadi Kusuma et al.)
Gambar 5. Diagram alir perhitungan lebar retak dan defleksi pada beton prataekan parsial
17
DIMENSI TEKNIK SIPIL VOL. 2, NO. 1, MARET 2000: 9 - 21
18
PERHITUNGAN LEBAR RETAK PADA BETON PRATEKAN PARSIAL DENGAN METODE UNIFIED APPROACH (Gideon Hadi Kusuma et al.)
19
DIMENSI TEKNIK SIPIL VOL. 2, NO. 1, MARET 2000: 9 - 21
20
PERHITUNGAN LEBAR RETAK PADA BETON PRATEKAN PARSIAL DENGAN METODE UNIFIED APPROACH (Gideon Hadi Kusuma et al.)
21