Wa0004
Wa0004
PENDAHULUAN
Rumah sakit sebagai sistem terdiri dari input, proses dan output/outcome.
Untuk ketiganya saling berpengaruh, terjadi saling interaksi dan interdependensi yang
kuat. Mutu pelayanan yang berorientasi keselamatan pasien dapat dipandang sebagai
output/outcome, sedang SDM (Sumber Daya Manusia) dalam hal ini perawat sebagai
input. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang bertugas di garis depan pelayanan sangat
Konsep James Reason (1990) seperti yang dikutip dari Vincent C., Taylor
Adam (2003) bahwa error lebih banyak disebabkan oleh kegagalan sistem
dibandingkan dengan kelalaian individu. Kegagalan sistem ini yang dikenal dengan
latent error, termasuk didalamnya adalah tidak adekuatnya komunikasi, staffing dan
Direktur dari Agency for Healthcare Research and Quality (2004) menyatakan
bahwa untuk membangun keselamatan pasien, harus ada lingkungan atau budaya yang
memungkinkan para profesi di rumah sakit untuk berbagi informasi mengenai masalah
(Hamdani, 2007).
Ada dua teori yang dapat menerangkan terjadinya Insiden Keselamatan Pasien
1
Kedua teori tersebut pada hakekatnya memberi penjelasan bahwa IKP terjadi
karena adanya multiple faktor yang saling berpengaruh dan berinteraksi antara petugas
pemberi layanan langsung dengan sistem, kebijakan, prosedur dan tata regulasi yang
dibangun.
terjadinya IKP :
2
Keterangan :
b. Terjadinya IKP dapat dipengaruhi ujung tajam dan ujung tumpul, active
depan rumah sakit, dalam penelitian adalah perawat yang bertugas di unit
sistem.
Dalam penerapan sistem keselamatan pasien rumah sakit tidak boleh terfokus
pada sistem mikro, tetapi harus terintegrasi dalam sistem mikro ke sistem makro
level institusi dan adanya sikap profesional dan fokus kepada pasien pada level
dilihat dari dua perspektif sebagaimana ia jelaskan : “Implementation studies have two
3
pemerintah, atau program). Berbeda dengan perspektif pertama, perspektif kedua
implementasi tidak hanya dilihat dari segi kepatuhan para implementer dalam
mengikuti SOP namun demikian juga diukur dari keberhasilan mereka dalam
Evaluasi dari penerapan keselamatan pasien (patient safety) dilihat dari angka
kejadian insiden di rumah sakit tersebut, semakin kecil insiden maka semakin baik
mutu pelayanan di rumah sakit tersebut. Dengan adanya kebijakan ini yang paling
diharapkan sebagai tujuan utamanya adalah pasien yang dirawat di rumah sakit
Undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit. Dalam kebijakan ini dijelaskan
beberapa hal yang menjadikewajiban dan hak rumah sakit. Di dalam salah satu
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit dijelaskan bahwa setiap rumah sakit yang ada
membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS) yang bertugas untuk
melaporkan setiap
4
insiden yang terjadi di rumah sakit kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
dasar bagi rumah sakit untuk menerapkan keselamatan pasiennya (patient safety).
Adapun tujuan dari proses penerapan tersebut adalah agar keselamatan pasien di
rumah sakit dapat terlindungi dan lebih terjamin serta mutu pelayanan di rumah sakit
dapat ditingkatkan terus – menerus sesuai standarnya. Selain itu dengan penerapan
keselamatan pasien (patient safety ) di rumah sakit, insiden keselamatan pasien dapat
dicegah kejadiannya.