Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KIMIA UNSUR GOLONGAN UTAMA

UNSUR GOLONGAN I A (ALKALI)

DISUSUN OLEH:

ARIYANI SAFITRI

NIM: 06101181722012

DOSEN PENGASUH : Drs. Jejem Mujamil, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya seningga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Unsur Golongan I A
(Alkali)”. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW Serta
keluarga dan para sahabatnya.
Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing atas
bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insyaAllah sesuai yang kami
harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait
dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahan,baik materi maupun sismatika penulisan.untuk itu dengan segala kerendahan hati,
penulis mengharapkian kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
di masa yang akan datang.semoga makalah ini bermanfaat.

Inderalaya, Maret 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tabel periodik unsur kimia, terdapat sembilan puluh macam unsure alam dan
beberapa unsur buatan. Pengertian dari unsure sendiri merupakan suatu zat sederhana yang
memiliki beberapa karakteristik yang berbeda tiap unsurnya. Beberapa unsur berwujud padat,
cair, dan gas. Seperti yang telah diketahui dalam sistem periodik unsur terdapat 8 bagian yaitu
IA (alkali), IIA (alkali tanah), IIIA, IVA, VA, VIA,VIIA (halogen), dan VIIIA (gas mulia),
juga terdapat golongan transisi yaitu golongan IB – VIIIB. Namun yang akan difokuskan
pada makalah ini adalah unsur-unsur dalam golongan alkali (golongan IA).
Unsur-unsur alkali (golongan IA) terdiri atas logam Litium (Li), Natrium (Na), Kalium
(K), Rubidium (Rb), Cesium (Cs), dan Fransium (Fr). Logam-logam golongan alkali
memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang berbeda pada setiap unsurnya. Logam-logam pada
golongan IA susah ditemukan dalam keadaan bebas di alam tetapi biasanya ditemui sebagai
ion positif dalam senyawa ion karena unsur-unsur tersebut memiliki sifat reaktif karena
memiliki energi ionisasi relatif rendah.
Ketersediaan logam alkali di alam relative tinggi. Natrium dan kalium masing-masing
memiliki kelimpahan di alam sebesar 2,4% dan 2,6%. Litium, rubidium, dan cesium memiliki
kelimpahan lebih rendah. Sedangkan fransium kelimpahannya paling sedikit diantara yang
lainnya karena bersifat radioaktif.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun berdasarkan dari latar belakang diatas, didapatkan beberapa rumusan masalah
diantaranya :
1.2.1 Bagaimana Bagaimana karakteristik dan sifat-sifat dari unsur golongan IA?
1.2.2 Bagaimana kelimpahan setiap unsur pada golongan IA di alam?
1.2.3 Apa saja reaksi yang terjadi pada setiap unsurnya?
1.2.4 Bagaimana reaktivitas setiap unsur logam alkali pada golongan IA?
1.2.5 Bagaimana pembuatan unsur-unsurnya?
1.2.6 Apa manfaat unsur golongan IA ?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, pada makalah ini difokuskan pada tujuan,
diantaranya:
1.3.1 Dapat menyebutkan karakteristik dan sifat dari logam alkali golongan IA.
1.3.2 Dapat mengetahui kelimpahan setiap unsure pada golongan IA di alam.
1.3.3 Dapat menjelaskan setiap reaksi yang terjadi pada setiap unsurnya.
1.3.4 Dapat mengetahui reaktivitas setiap unsurnya.
1.3.5 Dapat menjelaskan pembuatan setiap unsurnya.
1.3.6 Dapat menjelaskan manfaat unsur golongan IA
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik dan Sifat-Sifat Unsur Golongan IA (Alkali)

Logam alkali merupakan kelompok elemen homogen dengan sifat sangat reaktif yang

digambarkan dengan baik kesamaannya dan tren yang diharapkan dari klasifikasi periodik.

Sifat fisik dan kimia unsur golongan IA dapat dijelaskan dalam konfigurasi elektronik

sederhana, ns1. Senyawa natrium dan kalium telah dikenal dari zaman kuno dan keduanya

merupakan elemen penting untuk kehidupan hewan, perdagangan dan industri kimia.

Lithium pertama kali diakui sebagai elemen yang terpisah pada awal abad kesembilan belas,

tetapi tidak dianggap penting untuk industri besar sampai sekitar 40 tahun yang lalu.

Rubidium dan cesium yang menarik secara akademis tapi sejauh memiliki beberapa aplikasi

industri. Fransium, unsur sulit dipahami, hanya memiliki keberadaan sekilas di alam karena

memiliki waktu paruh yang sangat pendek, dan ini tertunda penemuannya sampai tahun

1939.

a. Lithium

Litium merupakan logam yang lunak, memiliki warna Nampak keperakan jika

baru dipotong. Litium ini bila dibiarkan pada udara bebas, maka permukaan logam ini akan

berubah menjadi warna abu-abu. Jika litium dicampurkan dengan alumunium dan

magnesium maka akan menghasilkan alloy yang ringan. Alloy tersebut biasanya

dimanfaatkan untuk baterai, obat-obatan dan sebagainya.

b. Natrium dan Kalium


Natrium merupakan logam berupa putih-perak yang lunak melebur pada suhu

97,5oC. natrium mudah teroksidasi dengan cepat pada udara lembab, maka penyimpanan

natrium harus diperhatikan dengan baik disimpan terendam seluruhnya dalam pelarut
23
naftal atau silena. (Svehla, 1990) vogel halaman 310. Ion Natrium disimbolkan 11 Na+.

Memiliki massa atom 11, nomor massa 23. Jumlah neutron 12, electron 10, dan jumlah

proton 11. Logam alkali Natrium mempunyai daya reduksi paling rendah. Afinitas

electron pada Na sebesar -53. Unsur natrium memiliki titik leleh sebesar 98oC, jari-jari

ionic sebesar 0,96oA serta memiliki warna spectrum (nyala Bunsen) dengan warna

kuning. Natrium memiliki titik lebur yang lebih rendah daripada unsur litium. Reaksi

yang terjadi pada natrium menghasilkan panas yang lebih cepat. (Lestari, 2004) halaman

21 Natrium memiliki konfigurasi electron [Ne] 3s. (Cotton, halaman 115) Pada Natrium,

besar jari-jari terhidrasi kira-kira 2,76 Ǻ, perkiraan bilangan hidrasi 16,6b, energy hidrasi

406 kJ mol-1, dan mobilisasi ionic pada ∞, 18o sebesar 43,5. (Cotton halaman 257).

Sodium, 22 700 ppm (2,27%) adalah unsur ketujuh yang paling berlimpah dalam

batuan kerak dan logam kelima yang paling berlimpah, setelah Al, Fe, Ca dan Mg.

Kalium (18.400 ppm) adalah unsur yang paling melimpah berikutnya setelah natrium.

Sodium terjadi sebagai batu garam (NaCl) dan sebagai karbonat (trona), nitrat (sendawa),

sulfat (mirabilite), borat (boraks, kernite), dll. Kalium pada prinsipnya terbentuk sebagai

klorida sederhana (silvit), sebagai klorida ganda KCl .MgC12.6H20 (karnalit) dan K2Mg2

anhydrous sulfat (S04)3 (langbeinite).

Ada juga pasokan terbatas NaCl dalam air asin alami dan perairan laut (-30 g m-3).

Dengan demikian, telah menghitung bahwa batu-garam setara dengan NaCl di lautan

dunia akan menempati 19 juta km kubik (Le. 50% lebih dari total volume benua Amerika

Utara di atas permukaan laut). Atau menyatakan, satu-km prisma persegi akan

membentang dari bumi ke bulan 47 kali. Perhatikan juga bahwa, meskipun Na dan K

hampir sama berlimpah dalam batuan kerak bumi, Na adalah sekitar 30 kali lebih banyak

sebagai K di lautan. Hal ini sebagian karena garam K dengan anion yang lebih besar
cenderung kurang larut daripada garam Na dan, juga, K lebih kuat terikat pada silikat

kompleks dan aluminosilikat dalam tanah (pertukaran ion dalam tanah liat). Kalium

merupakan elemen penting atau kehidupan tanaman dan pertumbuhan tanaman liar sering

dibatasi oleh pasokan K tersedia bagi mereka. (Greenwood)

c. Rubidium dan Cesium

Logam Rubidium adalah suatu unsur kimia yang memliki lambang Rb dengan

nomor atom 37. Logam rubidium memiliki karakteristik flame colorations yang berwarna

nyala putih perak dengan warna khas kemerahan. Warna nyala yang dihasilkan oleh suatu

unsur disebut sprektum emisi. Spektrum emisi yang dihasilkan berkaitan dengan model

atom Neils Bohr. Ketika atom diberikan sejumlah energi, elektron-elektron yang berada

pada keadaan dasar akan tereksitasi menuju tingkat energi yang lebih tinggi. Elektron

yang tereksitasi dapat kembali keadaan dasar atau mengemisi dengan memancarkan

sejumlah energi dalam bentuk radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang (λ)

tertentu. Spektrum emisi terjadi ketika larutan garamnya dibakar menggunakan nyala

Bunsen (Greenword dan Earnshaw,1997).

Logam cesium adalah suatu unsur kimia yang memliki lambang Cs dengan nomor

atom 55. Logam cesium memiliki karakteristik flame colorations yang berwarna nyala

biru Warna nyala yang dihasilkan oleh suatu unsur disebut sprektum emisi. Spektrum

emisi yang dihasilkan berkaitan dengan model atom Neils Bohr. Ketika atom diberikan

sejumlah energi, elektron-elektron yang berada pada keadaan dasar akan tereksitasi

menuju tingkat energi yang lebih tinggi. Elektron yang tereksitasi dapat kembali keadaan

dasar atau mengemisi dengan memancarkan sejumlah energi dalam bentuk radiasi
elektromagnetik dengan panjang gelombang (λ) tertentu. Spektrum emisi terjadi ketika

larutan garamnya dibakar menggunakan nyala bunsen (Greenword dan Earnshaw,1997).

d. Fransium

Logam Fransium adalah logam dengan lambang Fr dengan nomor atom 87 yang bersifat

radioaktif dan sangat reaktif. Karena itulah unsur Fransium sulit dijumpai di alam.

1. Sifat Fisik Unsur Golongan IA

Gambar 1 : Sifat fisik unsur golongan IA

(Shiver and Atkins, 2010)

Unsur-unsur golongan IA memiliki konfigurasi valensi ns1 yang memungkin-

kan logam-logam alkali untuk membentuk ion L+ dengan melepaskan satu elektron

dari kulit terluar (Shiver and Atkins, 2010). Unsur-unsur golongan IA memiliki jari-

jari atom dari atas ke bawah meningkat secara periodik. Hal ini karena Lintasan

elektron yang dalam semakin banyak. Begitu pula dengan jari-jari ion nya yang

semakin besar dari atas ke bawah. Jari-jari ion memiliki ukuran yang lebih kecil

daripada jari-jari atomnya. Hal ini dikarenakan ion logam alkali membentuk ion

positif. Ion positif mempunyai jumlah electron yang lebih sedikit dibandingkan
atomnya. Berkurangnya jumlah electron ini menyebabkan daya tarik inti terhadap

lintasan electron lebih tertarik kearah inti (Wardhani)

Gambar 2 : Jari-jari atomik dalam satu golongan


(Shiver and Atkins, 2010)

Elektronegativitas golongan IA dari atas ke bawah semakin kecil. Kecenderungan

ini disebabkan karena semakin besarnya jari-jari.

a. Lithium

Lithium adalah unsure golongan IA dengan nomor atom 3 dan nomor massa 6,941.

Lithium memiliki densitas pada suhu 20°C sebesar 0,534 gcm-3 (greenwood,..)

b. Natrium

Natrium atau sodium adalah unsure golongan IA dengan nomor 11 dan nomor

massa 22,99. Natrium memiliki densitas pada suhu 20°C sebesar 0,968 gcm-3.

c. Kalium

Kalium atau potassium adalah unsure yang memiliki nomor atom 19 dan nomor

massa 39,10. Kalium memiliki densitas pada suhu 20°C sebesar 0,856 gcm-3.

Unsur-unsur golongan IA memiliki karakter warna nyala yang berbeda-beda.


Uji nyala secara umum digunakan untuk mengidentifikasi adanya logam-

logam alkali dan senyawanya. Transisi elektronik terjadi di dalam atom –atom

logam dan ion-ion yang terbentuk dari api dengan energy yang jatuh dalam bagian

sinar tampak pada spectrum yang memberikan karakteristik warna pada api yang

dihasilkan (Shiver and Atkins, 2010).

Unsur lithium memiliki warna nyala crimson dengan panjang gelombang

sebesar 670,8 nm. Unsur natrium memiliki warna nyala kuning dengan panjang

gelombang sebesar 589,2 nm. Unsur kalium memiliki warna nyala violet dengan

panjang gelombang 766,5 nm. Unsur Rubidium memiliki warna nyala merah

keunguan dengan panjang gelombang 780,0 nm. Unsur Cesium memiliki warna

nyala biru dengan panjang gelombang 455,5 nm(greenwood, )

Gambar 3 : Sifat-sifat fisika logam alkali (Miesler and Tarr, 1991)


Energi ionisasi adalah energi yang dibutuhkan untuk melepaskan elektron

dari atom pada fase gas. Ionisasi berhubungan erat dengan jari-jari atomik dan

unsur dengan jari-jari atom kecil memiliki energi ionisasi yang tinggi. Pada satu

golongan dari atas ke bawah, unsure-unsur golongan 1 mengalami peningkatan

jari-jari atomic. Sehingga menyebabkan menurunnya energy ionisasi karena

semakin besar jari-jari atom, semakin jauh pula jarak elektron valensi terhadap inti

atom. Oleh karena itu elektron lebih mudah dilepas dan dengan kata lain

membutuhkan energi lebih kecil untuk melepaskan elektron pada kulit valensi

(Shiver and Atkins, 2010)

Gambar 4 : Jari-jari atom dan Energi Ionisasi unsur-unsur Golongan IA


(Shiver and Atkins, 2010)

Titik leleh dan titik didih golongan alkali makin rendah dengan bertambahnya

jari-jari atom, karena terjadi ikatan antara atom-atom logam alkali. Elektron

valensi yang sama menyebabkan unsur-unsur dengan nomor atom yang lebih

besar menghasilkan ikatan logam yang lebih lemah. Hal itu dapat dilihat dari data
titik didih dan titik leleh yang semakin rendah. Titik leleh yang rendah

menunjukkan ikatan logamnya lemah karena setiap atom hanya berkontribusi

menyumbangkan 1 elektron pada orbital molekul (Shiver and Atkins, 2010).

Afinitas elektron berperan untuk mengetahui energi yang dibutuhkan untuk

membentuk anion. Dalam satu golongan untuk golongan IA dari atas ke bawah

afinitas electron semakin menurun. Hal ini disebabkan jari-jari atom yang semakin

besar sehingga jarak elektron terluar ke inti semakin jauh dan gaya tarik inti ke

electron terluar menjadi kecil sehingga energy untuk melepaskan electron menjadi

semakin kecil (Shiver and Atkins, 2010).

Elektronegativitas adalah kecenderungan atom untuk menarik electron dari

luar atom ke dalam dirinya. Jika atom memiliki energy ionisasi yang tinggi (susah

melepaskan electron) dan afinitas electron yang tinggi (lebih mudah menarik

elektron), akan cenderung untuk menarik elektron. Dari atas ke bawah dalam satu

golongan elektronegativitas unsur golongan 1 menurun secara periodik (Shiver

and Atkins, 2010)

Gambar 5 : Variasi elektronegativitas dalam satu golongan


(Shiver and Atkins, 2010)
Entalpi atomisasi meningkat dengan meningkatnya jumlah electron valensi.

Entalpi atomisasi unsure  ° adalah energy yang dibutuhkan untuk membentuk

atom berfasa gas. Pada golongan 1, dari atas ke bawah entalpi atomisasi menurun

(Shiver and Atkins, 2010)

Gambar 6: Entalpi Atomisasi dalam satu golongan (Shiver and Atkins, 2010)

Semua unsur dalam golongan 1 ini harus disimpan dalam minyak

hidrokarbon untuk mencegah reaksi dengan oksigen di atmosfer, meskipun

Li,Na,K dapat dismpan di udara dalam periode yang singkat, sedangkan Rb dan

Cs harus selalu disimpan pada kondisi atmosfer inert (Shiver and Atkins, 2010).

Semua unsur pada golongan 1 memiliki struktur body-centred cubic (kubus

berpusat badan). Pada pola ini setiap atom bersinggungan dengan 4 atom

dibawahnya dan 4 arom diatasnya. Oleh karena itu bcc memiliki 8 bilangan

koordinasi.
Gambar 3 : lapisan 1 dan 2 pola kubus berpusat badan

b) pola kubus berpusat badan secara keseluruhan

2. Sifat Kimia Unsur Golongan IA

Unsur golongan IA memiliki bilangan oksidasi +1. Bilangan oksidasi +2 sulit

terbentuk karena energy ionnisasinya yang sangat besar. Senyawanya selalu bersifat

ionik hanya beberapa senyawa Li yang mempunyai sifat kovalen(Wardhani)

Titik leleh dan titik didih golongan IA makin rendah dengan bertambahnya jari-

jari atom, karena terjadi ikatan antara atom-atom logam alkali. Elektron valensi yang

sama menyebabkan unsur-unsur dengan nomor atom yang lebih besar menghasilkan

ikatan logam yang lebih lemah. Hal itu dapat dilihat dari data titik didih dan titik leleh

yang semakin rendah. Titik leleh yang rendah menunjukkan ikatan logamnya lemah

karena setiap atom hanya berkontribusi menyumbangkan 1 elektron pada orbital

molekul (Shiver and Atkins, 2010).

Unsur logam cesium memiliki berbagai sifat diantaranya yaitu :

1. Sifat atomik dari logam cesium yaitu memiliki nomor atom 55, jumlah siotop alami

sebesar 1, berat atom sebesar 223, konfigurasi electron (Xe) 6S1, energi ionisasi sebesar

375,7 kJ mol-1, afinitas elektron sebesar 45,5 kJ/mol-1, ΔHdissoc sebesar 44.77 kJ mol-1,

radius logam 1 sebesar 265 pm, radius ionik (6-koordinat) sebesar 167 pm, dan potensial

elektroda / Eo sebesar - 2,923 Volt (Greenwood dan Earnshaw, 1997).

2. Sifat Kimia Cesium memiliki massa atom yang lebih tinggi dan lebih elektropositif dari

yang lain (non-radioaktif). Cesium adalah unsur kimia yang paling elektropositif stabil.

Cesium memiliki daya oksidasi sangat besar dalam golongan alkali. Itu disebabkan jari-

jari atom cesium sangat besar sehingga sangat mudah melepaskan elektron
3. Sifat Fisis dari logam cesium yaitu memiliki titik lebur sebesar 28,40C, titik didih

sebesar 6710C, massa jenis pada suhu (200C) sebesar 1,90 g cm-3, ΔHfus sebesar 2,09 kJ

mol-1, ΔH vap sebesar 2,09 kJ mol-1, ΔHf sebesar 78,2 kJ mol-1, dan resistivitas listrik

(250C) sebesar 20,8 µohm cm (Greenwood dan Earnshaw,1997)

2.2 Kelimpahan Unsur Golongan IA di Alam

Logam-logam alkali ditemukan di alam dalam bentuk persenyawaan karena memiliki

kereaktifan yang tinggi. Litium memiliki jumlah realtif lebih banyak daripada sesium dan

rubidium. Ketiga unsur ini terdapat pada mineral fosfat trifilit, mineral silikat, spodumen

[LiAl(SO3)2], dan lepidolit [Li2Al2(SiO3)3(FOH)2]. Unsur natrium terdapat sebagai NaCl

terdapat pada air laut, borak (Na2B4O7.10H2O), trona (Na2CO3.NaHCO3.2H2O), saltpeter

(NaNO3), dan mirabilit (Na2SO4) Unsur kalium terutama terdapat sebagai sylvit(KCl),

sylvinite (campuran KCl dan NaCl), karnalit(garam rangkap KCl. MgCl 2. 6H2O (Harefa dan

Gin, 2010).

Natrium dan Kalium memiliki kelimpahan yang tinggi di alam, tersebar secara luas

sebagai garam seperti garam klorida. Litium relatif jarang ditemukan di alam, biasa

ditemukan dalam mineral spodumen (LiAlSi2O6). Rubidium dan Cesium juga masih jarang

tetapi terdapat pada beberapa mineral seperti zeolit polusit Cs2Al2Si4O12.nH2O. Logam

Natrium dan Litium diekstrak melalui elektrolisis dari lelehan logam klorida. Kalium

diperoleh dengan mereaksikan KCl dengan logam natrium dan rubidium. Cesium diperoleh

melalui reaksi dari logam klorida dengan kalsium atau barium (Shiver and Atkins, 2010)

Natrium dan kalium melimpah di litosfer yang masing-masing memiliki presentase

sebesar 2,4% dan 2,6%. Litium, rubidium, dan cesium memiliki kelimpahan yang lebih

rendah dan terdapat dalam beberapa mineral silikat. Sedangkan fransium hanya memiliki
waktu idup isotop yang sangat pendek yang terbentuk dalam deret peluruhan radioaktif

alamiah atau dalam reactor nuklir (Cotton, et al, 1995).

Pembuatan logam rubidium hasil dari produk sampingan dari kalium disebut alkarab.

Alkarab mengandung 21 % dengan sisanya yaitu kalium dan sebagian kecil dari cesium.

Metode yang dilakukan untuk mengekstraksi rubidium adalah menggunakan metode reduksi.

Reduksi lelehan senyawa RbCl digunakan untuk membuat logam rubidium, reaksi ini dalam

keadaan setimbang. Karena rubidium mudah menguap, harus diproduksi dengan terus

menerus dengan cara proses reduksi kalium. berdasarkan reaksi :

Na + RbCl → Rb + NaCl

Kelimpahan cesium di alam banyak ditemukan dialam pada lapisan-lapisan batuan,

dan dalam bentuk mineral seperti pollux (pollucit), lepidotite, carnallite, dan feldspar. Dalam

laboratorium cesium dapat dibuat memalui proses elektrolisis ekstrak mineral dalam bentuk

sianida atau melalui pemanasan hidroksida, karbonat, magnesium, atau alumulium.

2.3 Reaksi yang Terjadi Pada Unsur Golongan IA

1. Sulfida, selenida, dan telurida

Unsur-unsur golongan IA membentuk sulfida sederhana, M2S, dan polisulfida dalam

kombinasi dengan sulfur. Li+ hingga K+, mengadopsi struktur antifluorite dengan ion S2-.

Polisulfida, M2Sn, dengan n berjumlah 2-6, yang juga diketahui untuk logam-logam

alkali beratdimana asam lemah M+ distabilkan basa lemah Sn2-.

2. Hidroksida

Semua unsur golongan IA larut dalam air dan menyerap air dan karbon dioksida dari

atmosfer. Litium hidroksida (LiOH) membentuk hidrat yang stabil, LiOH.8H2O.


Kalium hidroksida, KOH, larut dalam etanol. Larutan logam alkali hidroksida menyerap

karbon dioksida dari air

2MOH(aq) + CO2(g) → M2CO3 (aq) + H2O(l)

3. Senyawa-senyawa Asam Okso

Unsur-unsur golongan IA membentuk garam-garam dengan kebanyakan asam okso.

a. Karbonat

Senyawa golongan IA membentuk karbonat yang larut.

2 NaCl(aq) + CaCO3 (s) ↔ Na2CO3 (s) + CaCl2 (aq)

b. Hidrogenkarbonat

Alkali hidrgenkarbonat terbentuk dari reaksi alkali karbonat dengan karbon dioksida.

Na2CO3 (aq) + CO2 (g) + H2O (l) → 2 NaHCO3 (s)

Reaksi balik dapat terjadi ketika hidrogenkarbonat dipanaskan

2 NaHCO3 (s) → Na2CO3 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)

c. Garam-garam Okso yang lain

Unsur-unsur golongan alkali dapat membentuk alkali sulfat jika direaksikan dengan

asam.

NaCl (aq) + H2SO4 (aq) → Na2SO4 (aq) +2HCl (aq)

4. Hidrida

Unsur golongan 1 bereaksi dengan hidrogen membentuk ikatan ionik hidrida

untuk anion ditunjukkan dengan ion hidrogen H-, reaksi hidrida dengan air

NaH(s) +H2O(l) → NaOH(aq) + H2(g)


Natrium hidrida mudah terbakar jika dibiarkan di udara terbuka, kebkaran itu

sulit untuk dipadamkan karena di udara terbuka mengandung banyak oksigen. Hidrida

biasanya digunakan sebagai basa non-nukleofilik

NaH (s) + H2O (l) → NaNH2 (am) + H2

5. Halida

Semua unsur digolongan 1, berekasi dengan unsur halida membentuk MX.

6. Oksigen

Semua unsur dalam golongan 1 bereaksi dengan oksigen hanya Li yang dapat

dengan oksigen bebas, Li2O.

4Li (s) + O2 (g) → 2 Li2O (s)

Natrium bereaksi dengan oksigen membentuk peroksida yang mengandung ion

peroksida, O22-.

2Na (s) + O2 (g) → Na2O2

Unsur golongan 1 lainnya membentuk super oksida:

K(s) + O2 (g) → KO2 (s)

Macam-macam jenis oksida yang mempunyai sifat basa dan bereaksi dengan air

terdiri dari OH- dan H+ yang berasal dari H2O ditunjukkan dengan reaksi asam basa lewis,

Okdida dan peroksida bereaksi dengan menggunakan transfer proton dari H2O.

Bentuk awal dari ion hidrogen superoksida, akibat transfer proton menjadi ion

superoksida segera diikuti oleh disproporsionasi dari HO2 menjadi O2 dan H2O2.
Oksida dari Na, K, Rb, Cs dapat diperoleh dari pemanasan logam dengan sejumlah

oksigen atau dengan dekomposisi termal dari proksida atau superoksida

Na2O2 (s) → Na2O (s) + ½ O2

7. Nitrida dan karbida

Meskipun Li merupakan paling tidak reaktif dari golongan 1, salah satu dari

nitrida dapat di jelaskan dari reaksi dengan nitrogen.

6Li(s) + N2 (g) → 2Li3N(s)

Litium nitrida juga menunjukkan potensial dari hidrogen , reaksi Li3N dengan

hidrogen memebentuk LiNH2 dan LiH dalam reaksi kesetimbangan

Li3N(s) + 2H2(g) ↔ LiNH2(s) + 2 LiH(s) (dengan suhu 1700C)

Unsur dari golongan 1 yang lain tidak bereaksidengan nitrida yang mengandung

ion N3-, menjadi reaksi

2NaNH2(s) + N2O(g) →NaN3(s) + NaOH(s) + NH3(g)

8. Reaksi logam rubidium dengan umsur lainnya :

1. Reaksi dengan udara menghasilkan warna cokelat tua yang berasal dari rubidium

superoksida

Rb(s) + O2(g) → RbO2(s)

2. Reaksi dengan air Rubidium bereaksi cepat dengan air membentuk rubidium oksdia

dan gas hidrogen. Larutan yang dihasilkan tidak berwarna dan bersifat basa karena

hidroksida yang terlarut. Reaksi ini sangat eksotermis dan sangat cepat. Reaksi ini

lebih lambat dibandingkan cesium tetapi lebih cepat dibandingkan potassium.

3. Reaksi dengan halogen, logam rubidium beraksi sangat cepat dengan semua halogen :
2Rb(s) + F2 → RbF(s)

2Rb(s) + Cl2 → RbCl(s)

2Rb(s) + Br2 → RbBr(s)

2Rb(s) + F2 → RbF(s)

4. Reaksi dengan asam

2Rb(s) + H2SO4(aq) 2Rb+(aq) + SO42-(aq) + 2H+

9. Reaksi logam cesium dengan berbagai unsur lainnya :

1. Dengan Oksigen :

Cs + O2 → CsO2 (Super Peroksida)

2. Dengan Halogen (Br) :

2Cs + Br2 → 2CsBr ( Halida)

3. Dengan Hidrogen :

2Cs + H2 → 2CsH (Hidrida)

4. Dengan Air (logam dapat menyala):

2Cs + 2H2O → 2CsOH + H2

5. Dengan Asam Encer

2Cs + 2H+ → 2Cs+ + H2

6. Dengan Gas Amonia pada Suhu 400 0C

2Cs + AlCl3 → 2CsNH2 + H2

2.4 Reaktivitas Unsur Golongan IA

Reaktivitas kimia dan tren


Kemudahan melibatkan elektron ns terluar dalam ikatan, ditambah dengan energy

ionisasi sangat tinggi tahap kedua dari logam alkali, untuk menjelaskan kedua reaktivitas

kimia yang sangat besar dari unsur-unsur dan fakta bahwa negara oksidasi dalam senyawa

tidak pernah melebihi +1. Logam memiliki kilau tinggi ketika baru dipotong tapi bereaksi

cepat di udara karena reaksi dengan O2 dan kelembapan yanga da di udara. Reaksi dengan

halogen sangat kuat bahkan dapat meledak dalam beberapa kasus. Semua logam alkali

bereaksi dengan hidrogen (p. 65) dan dapat bertindak sebagai donor proton seperti alkohol,

amonia gas dan bahkan alkuna. Unsur golongan IA juga bertindak sebagai agen mengurangi

sekuat terhadap banyak oksida dan halida dan sehingga dapat digunakan untuk

mempersiapkan berbagai elemen logam atau paduan logam.

Ukuran kecil dari lithium sering menganugerahkan sifat khusus senyawa dan untuk

alasan ini unsur ini kadang-kadang disebut "anomali". Sebagai contoh, adalah larut dengan

Na hanya di atas 380 "dan bercampur dengan lelehan K, Rb dan Cs, sedangkan semua

pasangan lain dari logam alkali adalah larut dengan satu sama lain dalam semua proporsi.

(Paduan terner mengandung 12% Na, 47% K dan 41% Cs memiliki mp dikenal termurah, -78

"C, dari setiap sistem metalik.) Li menunjukkan banyak kesamaan dengan Mg. Ini disebut

"hubungan diagonal" berasal dari kesamaan dalam ukuran ion dari dua elemen: r (Li +) 76pm,

r (Mg2 +) 72 pm, dibandingkan dengan r (Na +) 102 pm. Dengan demikian, seperti pertama

kali dicatat oleh Arfvedson membangun lithium sebagai elemen baru, LiOH dan Li2CO3 jauh

lebih larut daripada yang sesuai.

Na dan K senyawa dan karbonat (seperti MgCO3) terurai lebih mudah untuk

dipanaskan. Demikian pula, LiF (seperti MgF2) jauh lebih sedikit larut dalam air daripada

fluor logam alkali lain karena energi kisi besar yang terkait dengan ukuran kecil baik kation

dan anion. Sebaliknya, garam lithium besar, anion non-terpolarisasi seperti ClO4- jauh lebih
larut daripada yang lain logam alkali, mungkin karena energi tinggi solvasi dari Li+. Untuk

alasan yang sama banyak garam lithium sederhana biasanya terhidrasi (.P88) dan garam

anhidrat sangat higroskopik: afinitas yang besar ini untuk bentuk air dasar meluasnya

penggunaan LiCl dan LiBr air asin di dehumidifying dan unit AC. Lebih halus ada juga

hubungan struktural yang erat antara struktur hidrogen-ikatan dari LiC1O4.3H2O dan Mg

(ClO4) 2.6H2O di mana wajah-berbagi kelompok oktahedral dari [Li(&O)6]+ diganti secara

bergantian dengan setengah jumlah diskrit [Mg (H2O),], Lithium sulfat, seperti sulfat logam
3+
alkali lainnya, tidak membentuk alum [M(H2O)6] + [Al(H2O)6] - [SO4]2-2 karena kation

lithium terhidrasi terlalu kecil untuk mengisi situs yang tepat dalam struktur tawas.

Lithium tidak biasa dalam bereaksi langsung dengan N2 untuk membentuk Li3N

nitrida; tidak ada logam alkali lain memiliki properti ini, yang lithium saham dengan

magnesium (yang mudah membentuk Mg3N2). Berdasarkan ukuran, itu akan diharapkan

bahwa Li akan tetrahedrally dikoordinasikan oleh N tetapi, seperti yang ditunjukkan oleh AF

Wells, ('3) ini akan membutuhkan 12 tetrahedra untuk bertemu di suatu titik yang merupakan

kemustahilan geometris, 8 menjadi jumlah maksimum teoritis mungkin; sesuai Li3N memiliki

struktur yang unik (lihat hal 92.) di mana sepertiga dari Li memiliki 2N atom sebagai

tetangga terdekat (di 194 pm) dan sisanya memiliki 3 N atom sebagai tetangga (at 213 pm);

masing-masing N dikelilingi oleh 2 Li at 194 pm dan 6 lainnya di 213 pm. (Greenwood)

Reaktivitas logam rubidium sangat reaktif dibandingkan oleh jumlah elektron valensi

yang hanya satu dan ukuran jari- jari atom yang besar. Sifat tersebut disebabkan oleh haraga

ionisasinya yang lebih kecil dibandingkan logam golongan lain sehingga semakin kebawah

unsur golongan I A dari Li sapai Fr semakin reaktif. Reaktifitas logam tersebut dapat
dibuktikan dengan kumudahnnya beraksi dengan unsur lain (Greenword dan Earnshaw,

1997).

2.5 Cara Pembuatan Unsur Golongan IA

Proses Downs, merupakan sebutan untuk pembuatan Lithium dan natrium yaitu

melalui elektrolisis lelehan NaCl dengan titik lebur 800oC yang ditambahkan dengan 58%

CaCl2 serta digunakan KF untuk menurunkan suhu lebur sampai mencapai suhu 505oC.

Dapat dituliskan seperti:

Na+ + e  Na

Selain menggunakan NaCl, elektrolisis pembuatan Natrium juga dapat dari CaCl2.

Sedangkan untuk unsur Kalium, Rubidium, Cesium, dan Fransium tidak dapat

dibuat dengan cara elektrolosis lelehan garan CaCl2 atau NaCl. Hal ini dikarenakan unsur-

unsur tersebut mudah menguap dalam suhu yang tinggi (Svehla, 1990).

2.6 Manfaat Unsur Golongan IA

Logam Natrium dapat manfaatkan untuk hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari

seperti contohnya, Natrium dapat digunakan untuk pengisi lampu penerangan dijalan

maupun yang biasa ada pada kendaraan. Karena memiliki kemampuan emisi warna

kuningnya yang dapat menembus kabut. Selain itu Natrium juga biasa digunakan untuk

pembuatan TEL yaitu untuk naikkan bilangan oktan suatu bahan bakar. Logam Natrium juga

biasa digunakan untuk pembuatan NaOH. NaOH dihasilkan dari proses elektrolisis NaCl.

Kemudian hasil elektrolisis tersebut yang berupa NaOH dapat dimanfaatkan untuk bahan

detergen, kertas, memisahkan belerang dari minyak bumi dan sebagainya. Selain NaOH,

NaHCO3 yang biasa disebut soda kue juga dihasilkan dari proses kimiawi dengan bahan

natrium.

Pada proses pembuatan NaHCO3 tersebut dapat dituliskan reaksinya sebagai berikut:
HCO3- + H+  H2CO3

HCO3- + OH-  H2O +CO32-

Selain senyawa-senyawa diatas juga dihasilkan NaCO3, Na-gutamat, serta Na-

benzoat dari unsur Natrium.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan unsur-unsur golongan IA diatas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan

masing-masing unsur tersebut di alam berbeda-beda prosentasenya. Memiliki sifat fisik dan

kimia yang berbeda sesuai dengan masing-masing karakteristik yang dimiliki. Membutuhkan

cara-cara pembuatan yang berbeda. Pada Natrium dan Litium sama-sama menggunakan cara

elektrolisis lelehan garam dalam pembuatannya. Namun pada unsur lain selain Natrium dan

Litium pada golongan I, tidak dapat menggunakan elektrolisis lelehan garam karena sifatnya

yang volatile.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins., Shriver, Inorganic Chemistry 5th Edition.


Chang., Raymond, 2005, Kimia Dasar Jilid II, Erlangga, Jakarta.
Cotton.,Wilkinson, 2013, Kimia Anorganik Dasar, UI-Press, Jakarta.
Greenwood, N. N., dan Earnshaw, 1997, Chemistry Of The Elements, Reed Education and
Professional Publishing Ltd, India.
Lestari., Sri, 2004, Mengurai Susunan Periodik Unsur Kimia, PT. Kawan Pustaka, Jakarta.
Miessler, G. L., Fischer, P. J., Tarr, D. A, , 2014, Inorganic Chemistry 5th edition, Pearson
Education Inc, Germany.
Svehla. G, 1979, Textbook Of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis, PT. Kalman
Media Pustaka, Jakarta.
Wardhani., Sri, Unsur-Unsur Golongan IA, Malang.

Anda mungkin juga menyukai