Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KIMIA UNSUR TRANSISI

GOLONGAN VIII B

OLEH:

KELOMPOK 6
1. Abepura Dwi Putra Absa 06101181722034
2. Jon Faizal 06101981722068
3. Multi Ermaika Islami 06101281722040
4. Septi Giana 06101181722039
5. Sy. Ummu Farwah 06101281722037

Dosen Pengampu :

Drs. M. Hadeli L, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
PEMBAHASAN
A. Sifat Fisika dan Sifat Kimia
1. Sifat Fisika
Untuk data sifat-sifat fisik logam-logam golongan VIII B dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
a) Besi (Fe)
Karakteristik : 26Fe
Konfigurasi elektronik : [18Ar] 3d6 4s2
Kelimpahan / ppm : 62000
-3
Densitas / g cm (20ºC) : 7,874
Titik leleh / ºC : 1535
Titik didih / ºC : 2750
Jari-jari atomik / pm : 126
(bilangan koordinasi 12) :
Jari-jari ionik / pm : 25* - Fe6+
58,5 - Fe4+
55 - Fe3+ (ls)
64,5 - Fe3+ (hs)
61 - Fe2+ (ls)
78 - Fe2+ (hs)
Energi ionisasi (Kj / mol)
Pertama : 762.5
Kedua : 1561.9
Ketiga : 2957
Elektronegativitas : 1,8
Potensial reduksi standar / V
(M2+ +2e →M) : −0.44

(M3+ + 3e → M) : −0.04
Bilangan oksidasi utama (p) : +2, +3
Bentuk (warna logam) : Putih keperakan dan berkilauan
Fase : Padat
Warna ion M2+ : Hijau muda
Warna ion M3+ : Kuning
Sifat kemagnetan : Feromagnetik

Struktur krista l : α-besi = bcc (body centered cube) (25ºC)


ɣ-besi = fcc (face centered cube) (910ºC)
δ-besi = bcc (body centered cube) (1390ºC)

b) Kobalt
Karakteristik : 27Co
Konfigurasi elektronik : [18Ar] 3d7 4s2
Kelimpahan / ppm : 29
Densitas / g cm-3 (20ºC) : 8,9
Titik leleh / ºC : 1495
Titik didih / ºC : 3100
Jari-jari atomik / pm :
125
(bilangan koordinasi 12)
Jari-jari ionik / pm : 53 - Co4+
54,5 – Co3+ (ls)
61 - Co3+ (hs)
65 - Co2+ (ls)
74,5 - Co2+ (hs)
Energi ionisasi (Kj / mol)
Pertama : 760.4
Kedua : 1648
Ketiga : 3232

Elektronegativitas : 1,8
Potensial reduksi standar / V
(M2+ +2e →M) : −0.28
(M3+ + 3e → M) :
Bilangan oksidasi utama (p) : +2, +3
Bentuk (warna logam) : Mengkilat keperakan sedikit kebiru-biruan
Fase : Padat
Warna ion M2+ : Merah muda
Warna ion M3+ : Biru
Sifat kemagnetan : Feromagnetik
Struktur krista l : fcc (face centered cube)

c) Nikel
Karakteristik : 28Ni
Konfigurasi elektronik : [18Ar] 3d8 4s2
Kelimpahan / ppm : 99
Densitas / g cm-3 (20ºC) : 8,908
Titik leleh / ºC : 1455
Titik didih / ºC : 2920
Jari-jari atomik / pm :
124
(bilangan koordinasi 12) :
Jari-jari ionik / pm : 48 - Ni4+
56 - Ni3+ (ls)
60 - Ni3+ (hs)
69 - Ni2+
Energi ionisasi (Kj / mol)
Pertama : 737.1
Kedua : 1753.0
Ketiga : 3395
Elektronegativitas : 1,8
Potensial reduksi standar / V
(M2+ +2e →M) :
−0.25
(M3+ + 3e → M) :
Bilangan oksidasi utama (p) : +2, +3
Bentuk (warna logam) : Putih perak mengkilat
Fase : Padat
Warna ion M2+ : Hijau
Warna ion M3+ : -
Sifat kemagnetan : Feromagnetik
Struktur krista l : fcc (face centered cube)

d) Ruthenium
- Massa jenis (sekitar suhu kamar) 12.45 g/cm³
- Massa jenis cair pada titik lebur 10.65 g/cm³
- Titik lebur 2607 K (2334 °C, 4233 °F)
- Titik didih 4423 K(4150 °C, 7502 °F)
- Kalor peleburan 38.59 kJ/mol
- Kalor penguapan 591.6 kJ/mol
- Kapasitas kalor (25 °C) 24.06 J/(mol•K)
- Struktur kristal hexagonal
- Bilangan oksidasi 2, 3, 4, 6, 8
- Elektronegativitas 2.2 (skala Pauling)
- Energi ionisasi pertama: 710.2 kJ/mol
- Energi ionisasi ke-2: 1620 kJ/mol
- Energi ionisasi ke-3: 2747 kJ/mol
- Jari-jari atom 130 pm
- Jari-jari kovalen 126 pm
e) Rhodium
- Rodium berwarna putih keperakan dan bila dipijarkan perlahan-lahan di udara, akan
berubah menjadi resquioksida. Pada suhu yang lebih tinggi, resquioksida ini kembali
menjadi unsur rodium. Logam ini memiliki titik cair yang tinggi dan bobot jenis yang
lebih rendah dari platina. Sifat lainnya adalah reflektif, keras dan tahan lama.
- Termasuk fase solid
- Massa jenis (sekitar suhu kamar) 12.41 g/cm³
- Massa jenis cair pada titik lebur 10.7 g/cm³
- Titik lebur 2237 K (1964 °C, 3567 °F)
- Titik didih 3968 K (3695 °C, 6683 °F)
- Kalor peleburan 26.59 kJ/mol
- Kalor penguapan 494 kJ/mol
- Kapasitas kalor (25 °C) 24.98 J/(mol·K)
- Struktur kristal cubic face centered
- Bilangan oksidasi 2, 3, 4 (amphoteric oxide)
- Elektronegativitas 2.28 (skala Pauling)
- Energi ionisasi
Pertama 719.7 kJ/mol
kedua 1740 kJ/mol
ketiga 2997 kJ/mol
- Jari-jari atom 135 pm
- Jari-jari atom (terhitung) 173 pm
- Jari-jari kovalen 135 pm
- Hambat jenis listrik (0 °C) 43.3 nΩ·m
- Konduktivitas termal (300 K) 150 W/(m·K)
- Ekspansi termal (25 °C) 8.2 µm/(m·K)

f) Palladium
- Unsur ini adalah logam putih seperti baja, tidak mudah kusam di udara, dengan
kerapatan dan titik cair paling rendah di antara logam grup platina. Ketika
ditempelkan, paladium bersifat lunak dan bisa ditempa; suhu rendah meningkatkan
kekuatan dan kekerasannya. Paladium dilarutkan dengan asam nitrat dan asam sulfat.
Pada suhu kamar, logam ini memiliki sifat penyerapan yang tidak lazim hingga 900
kali lipat dari volume hidrogen, sehingga memungkinkan membentuk Pd2H. Meski
demikian, masih belum jelas apakah Pd2h ini bersifat sebagai senyawa. Hidrogen
berdifusi melewati paladium yang dipanaskan, menghasilkan prinsip pemurnian gas
hidrogen.
- Fase solid
- Massa jenis (sekitar suhu kamar) 12.023 g/cm³
- Massa jenis cair pada titik lebur 10.38 g/cm³
- Titik lebur 1828.05 K (1554.9 °C, 2830.82 °F)
- Titik didih 3236 K (2963 °C, 5365 °F)
- Kalor peleburan 16.74 kJ/mol
- Kalor penguapan 362 kJ/mol
- Kapasitas kalor (25 °C) 25.98 J/(mol·K)
- Struktur kristal cubic face centered
- Bilangan oksidasi ±1 (mildly basic oxide)
- Elektronegativitas 2.20 (skala Pauling)
- Energi ionisasi
Pertama 804.4 kJ/mol
Kedua 1870 kJ/mol
Ketiga 3177 kJ/mol
- Jari-jari atom 140 pm
- Jari-jari atom (terhitung) 169 pm
- Jari-jari kovalen 131 pm
- Jari-jari Van der Waals 163 pm

g) Osmium

h) Iridium
- Iridium, termasuk keluarga grup platinum, berwarna putih (sama dengan platinum)
tapi dengan sedikit kuning semu. Karena iridium sangat keras dan rapuh, maka logam
ini sangat sulit dipakai maupun dibentuk.
- Fase solid
- Massa jenis (sekitar suhu kamar) 22.65 g/cm³
- Massa jenis cair pada titik lebur 19 g/cm³
- Titik lebur 2719 K (2446 °C, 4435 °F)
- Titik didih 4701 K (4428 °C, 8002 °F)
- Kalor peleburan 41.12 kJ/mol
- Kalor penguapan 231.8 kJ/mol
- Kapasitas kalor (25 °C) 25.10 J/(mol·K)
- Struktur kristal cubic face centered
- Bilangan oksidasi 2, 3, 4, 6 (mildly basic oxide)
- Elektronegativitas 2.20 (skala Pauling)
- Energi ionisasi
Pertama 880 kJ/mol
Kedua 1600 kJ/mol
- Jari-jari atom 135 pm
- Jari-jari atom (terhitung) 180 pm
- Jari-jari kovalen 137 pm

i) Platina
- Platinum adalah logam dengan putih keperak-perakan yang indah. Mudah ditempa
delam keadaan murni. Platinum memiliki koefisien muai yang hampir sama dengan
kaca silika-natroium karbonat, dan karenanya digunakan untuk membuat elektroda
bersegel dalam sistem kaca. Logam ini tidak teroksidasi di udara pada suhu
berapapun, tapi termakan oleh halogen, sianida, sulfur dan basa kaustik. Platinum
tidak dapat larut dalam asam klorida dan asam nitrat, tapi melarut dengan aqua regia
membentuk asam kloroplatinumt.
- Fase solid
- Massa jenis (sekitar suhu kamar) 21.45 g/cm³
- Massa jenis cair pada titik lebur 19.77 g/cm³
- Titik lebur 2041.4 K (1768.3 °C, 3214.9 °F)
- Titik didih 4098 K (3825 °C, 6917 °F)
- Kalor peleburan 22.17 kJ/mol
- Kalor penguapan 469 kJ/mol
- Kapasitas kalor (25 °C) 25.86 J/(mol·K)
- Struktur kristal cubic face centered
- Bilangan oksidasi 2, 4 (mildly basic oxide)
- Elektronegativitas 2.28 (skala Pauling)
- Energi ionisasi
Pertama 870 kJ/mol
Kedua 1791 kJ/mol
- Jari-jari atom 135 pm
- Jari-jari atom (terhitung) 177 pm
- Jari-jari kovalen 128 pm
- Jari-jari Van der Waals
- Sifat magnetik : paramagnetic

2. Sifat Kimia
a) Besi (Fe)
1. Besi lebih reaktif daripada logam-logam lainnya di golongan VIIIB.
2. Besi bereaksi dengan asam nonoksidator maupun asam oksidator.
3. Unsur besi bersifat elektropositif (mudah melepaskan elektron) sehingga bilangan
oksidasinya bertanda positif.
4. Fe dapat memiliki biloks +2, +3, +4, dan +6. Hal ini disebabkan karena perbedaan
energi elektron pada subkulit 4s dan 3d cukup kecil, sehingga elektron pada subkulit
3d juga terlepas ketika terjadi ionisasi selain electron pada subkulit 4s.
5. Logam murni besi sangat reaktif secara kimiawi dan mudah terkorosi, khususnya di
udara yang lembab atau ketika terdapat peningkatan suhu.
6. Memiliki bentuk allotroik ferit, yakni alfa, beta, gamma dan omega dengansuhu
transisi 700, 928, dan 1530ºC. Bentuk alfa bersifat magnetik, beta, sifat tapi ketika
berubah menjadi magnetnya menghilang meski pola geometris molekul tidak berubah.
7. Mudah bereaksi dengan unsur-unsur non logam seperti halogen, sulfur, pospor, boron,
karbon dan silikon.
8. Larut dalam asam- asam mineral encer.
9. Oksidanya bersifat amfoter.

b) Kobalt (Co)
1. Mudah larut dalam asam-asam mineral encer.
2. Kurang reaktif.
3. Dapat membentuk senyawa kompleks.
4. Senyawanya umumnya berwarna.
5. Dalam larutan air, terdapat sebagai ion Co2+ yang berwarna merah.
6. Senyawa-senyawa Co(II) yang tak terhidrat atau tak terdisosiasi berwara biru.
7. Ion Co3+ tidak stabil, tetapi kompleks – kompleksnya stabil baik dalam bentuk larutan
maupun padatan.
8. Kobalt (II) dapat dioksidasi menjadi kobalt(III).
9. Bereaksi dengan hidogen sulfida membentuk endapan hitam.
10. Tahan korosi.
c) Nikel (Ni)
1. Pada suhu kamar, reaksi dengan udara lambat.
2. Jika dibakar, reaksi berlangsung cepat membentuk oksida NiO.
3. Dengan Cl2 membentuk Klorida (NiCl2).
4. Dengan steam H2O membentuk Oksida NiO.
5. Dengan HCl encer dan asam sulfat encer, reaksi berlangsung lambat.
6. Dengan asam nitrat dan aquaregia, Ni segera larut
Ni + HNO3 Ni(NO3)2 + NO + H2O
7. Tidak beraksi dengan basa alkali.
8. Bereaksi dengan H2S menghasilkan endapan hitam dalam larutan akuatik Ni[H2O]62+.

d) Ruthenium
e) Rhodium
f) Palladium
g) Osmium
h) Iridium
i) Platina

B. Reaksi-reaksi dan Senyawaan


1. Reaksi-reaksi Unsur
A. Besi (Fe)
Besi yang murni adalah logam warna putih-perak, yang kukuh dan liat. Ia melebur
pada 1535 oC. Jarang terdapat besi yang murni; biasanya besi mengandung sejumlah kecil
karbida, silisida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini
memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Besi dapat dimagnitkan. Asam
klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi, pada mana dihasilkan garam-
garam besi (II) dan gas hidrogen.
Fe + 2H+ Fe2+ + H2
Fe + 2HCl Fe2+ + 2Cl- + H2
Asam sulfat pekat yang panas, menghasilkan ion-ion besi(III) dan belerang dioksida:
2Fe + 3H2SO4 +6H+ 2Fe3+ + 3SO2 + 6H2O
Dengan asam nitrat encer dingin, terbentuk ion besi(II) dan amonia:
4Fe + 10H+ + NO3- 4Fe2+ + NH4+ + 3H2O
Asam nitrat pekat, dingin, membuat besi menjadi pasif; dalam keadaan ini, ia tak
bereaksi dengan asam nitrat encer dan tak pula mendesak tembaga dari larutan air suatu
garam tembaga. Asam nitrat 1+1 atau asam nitrat pekat yang panas melarutkan besi dengan
membentuk gas nitrogen oksida dan ion besi(III):
Fe + HNO3 +3H+ Fe3+ + NO + 2H2O
Garam-garam besi(II) (atau ferro) diturunkan dari besi(II) oksida, FeO. Dalam
larutan, garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion-ion
gabungan dan kompleks-kompleks sepit yang berwarna tua adalah juga umum. Ion besi(II)
dapat mudah dioksidasikan menjadi besi(III), maka merupakan zat pereduksi yang kuat.
Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek ini; dalam suasana netral atau basa
bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasikan ion besi(II). Maka larutan besi(II) harus
sedikit asam bila ingin disimpan untuk waktu yang agak lama.
Garam-garam besi(III) (atau ferri) diturunkan dari oksida besi(III), Fe2O3. Mereka lebih stabil
daripada garam besi(II). Dalam larutannya, terdapat kation-kation Fe3+ yang berwarna kuning
muda; jika larutan mengandung klorida, warna menjadi semakin kuat. Zat-zat pereduksi
mengubah ion besi(III) menjadi besi(II).
1. Larutan natrium hidroksida
a. Besi(II)
Endapan putih besi(II) hidroksida, Fe(OH)2, bila tak terdapat udara sama sekali. Endapan ini
tak larut dalam reagensia berlebihan, tetapi larut dalam asam. Bila terkena udara, besi(II)
hidroksida dengan cepat dioksidasikan, yang pada akhirnya menghasilkan besi(III) hidroksida
yang coklat-kemerahan. Pada kondisi biasa, Fe(OH)2, nampak sebagai endapan hijau kotor;
dengan penambahan hidrogen peroksida, ia segera dioksidasikan menjadi besi(III)
hidroksida:
Fe2+ + 2OH- Fe(OH)2
4Fe(OH)2 +2H2O +O2 4Fe(OH)3
2Fe(OH)2 + H2O2 2Fe(OH)3
b. Besi(III)
Endapan coklat kemerahan besi(III) hidroksida, yang tak larut dalam reagensia berlebihan:
Fe3+ + 3OH- Fe(OH)3
2.Larutan amonia
a. Besi(II)
Terjadi pengendapan besi(II) hidroksida. Tetapi jika ada ion amonium dalam jumlah yang
lebih banyak, disosiasi amonium hidroksida tertekan, dan konsentrasi ion hidroksil menjadi
semakin rendah, sampai sedemikian, sehingga hasil kali kelarutan besi(II) hidroksida,
Fe(OH)2, tak tercapai, dan pengendapan tak terjadi.
b. Besi(III)
Endapan coklat merah seperti gelatin dari besi(III) hidroksida, yang tak terlarut dalam
reagensia berlebihan, tetapi larut dalam asam.
Fe3+ + 3NH3 + 3H2O Fe(OH)3 + 3NH4+
Hasil kali kelarutan besi(III) hidroksida begitu kecil(3,8x10-38), sehingga terjadi pengendapan
sempurna, bahkan dengan adanya garam-garam amonium.
Pengendapan tak terjadi jika ada serta asam-asam organik tertentu. Besi(III) hidroksida
diubah pada pemanasan yang kuat menjadi besi(III) oksida; oksida yang dipijarkan dapat
larut dengan sukar dalam larutan asam encer, tetapi melarut setelah dididihkan dengan keras
bersama asam klorida pekat.
2Fe(OH)3 Fe2O3 + 3H2O
+
Fe2O3 + 6H 2Fe3+ + 3H2O
3. Hidrogen sulfida
a. Besi(II)
Tak terjadi pengendapan dalam larutan asam, karena konsentrasi ion sulfida, [S2-], tak cukup
untuk melampaui hasil kali kelarutan besi(II) sulfida. Jika konsentrasi ion hidrogen jadi
berkurang dan konsentrasi ion sulfida bertambah dengan sesuai, dengan penambahan larutan
natrium asetat, maka terjadi pengendapan sebagian besi(II) sulfida, FeS, yang hitam.
b. Besi(III)
Dalam larutan asam mereduksi ion-ion besi(III) menjadi besi(II) dan terbentuk belerang
sebagai endapan putih-susu:
2Fe3+ + H2S 2Fe2+ + 2H+ + S
Jika suatu larutan netral besi(III) klorida ditambahkan pada larutan hidrogen sulfida jenuh
yang baru saja dibuat, timbul mula-mula pewarnaan kebiruan, diikuti dengan pengendapan
belerang. Warna biru ini disebabkan oleh larutan koloid belerang yang ukuran partikelnya
sangat kecil. Reaksi ini bisa dipakai untuk menguji baru atau tidaknya larutan-larutan
hidrogen sulfida.
Belerang yang berbentuk halus itu tak dapat disaring dengan mudah dengan kertas saring
biasa. Dengan mendidihkan larutan bersama beberapa potong sobekan kertas saring, endapan
berkoagulasi dan bisa disaring.
4. Larutan amonium sulfida
a. Besi(II)
Endapan hitam besi(II) sulfida, FeS, yang larut dengan mudah dalam asam, dengan
melepaskan hidrogen sulfida. Endapan yang basah, akan menjadi coklat setelah terkena
udara, karena dioksidasikan menjadi besi(III) sulfat basa, Fe2O(SO4)2.
Fe2+ + S2- FeS
FeS + 2H+ Fe2+ + H2S
4FeS + 9O2 2Fe2O(SO4)2
b. Besi(III)
Terbentuk endapan hitam, yang terdiri dari besi(II) sulfida dan belerang:
2Fe3+ + 3S2- 2FeS + S
Dalam asam klorida, endapan besi(II) sulfida hitam itu melarut dan warna putih dari belerang
menjadi nampak jelas:
FeS + 2H+ H2S + Fe2+
Dari larutan basa, kita memperoleh besi(III) sulfida hitam:
2F3+ + 3S2- Fe2S3
Dengan diasamkan dengan asam klorida, ion besi(III) direduksi menjadi besi(II), dan
terbentuk belerang:
Fe2S3 + 4H+ 2Fe2+ + 2H2S + S
Endapan besi(II) sulfida yang lembab, bila terkena udara, perlahan-lahan dioksidasikan
menjadi besi(III) hidroksida yang coklat:
4FeS + 6H2O + 3O2 4Fe(OH)3 + 4S
Reaksi ini eksotermal. Pada kondisi-kondisi tertentu, mungkin begitu banyak panas
dilepaskan sehingga endapan menjadi kering, dan kertas saring, dengan belerang yang halus
di atasnya, terbakar. Maka endapan-endapan sulfida tak boleh sekali-kali dibuang ke dalam
tempat sampah, tetapi lebih baik dihanyutkan dengan air mengalir; hanya kertas saringnya
saja yang boleh dibuang dengan melemparkan.
5. Larutan kalium sianida (RACUN)
a. Besi(II)
Endapan coklat kekuningan, besi(II) sianida, yang larut dalam reagensia berlebihan,
berlebihan, pada mana kita memperoleh larutan kuning muda dari ion heksasianoferat(II)
(ferosianida) [Fe(CN)6]4-:
Fe2+ + 2CN- Fe(CN)2
Fe(CN)2 + 4CN- [Fe(CN)6]4-
Karena ion heksasianoferat(II) adalah ion kompleks, tidak memberi reaksi-reaksi besi yang
khas. Besi yang ada dalam larutan demikian, bisa dideteksi dengan menguraikan ion
kompleks itu dengan mendidihkan larutan dengan asam sulfat pekat dalam kamar asam yang
mempunyai ventilasi yang baik, pada mana terbentuk gas karbon monoksida(bersama-sama
dengan hidrogen sianida, jika kalium sianida terdapat berlebihan):
[Fe(CN)6]4- + 6H2SO4 + 6H2O Fe2+ + 6CO + 6NH4+ + 6SO42-
Cuplikan kering yang mengandung alkali heksasianoferat(II), terurai sewaktu dipijarkan
menjadi besi karbida, alkali sianida, dan nitrogen.
b. Besi(III)
Bila ditambahkan perlahan-lahan, menghasilkan endapan coklat kemerahan besi(III) sianida:
Fe3+ + 3CN- Fe(CN)3
Dengan reagensia berlebihan, endapan melarut menghasilkan larutan kuning, pada mana
terbentuk ion heksasianoferat(III):
Fe(CN)3 + 3CN- [Fe(CN)6]3-
Reaksi-reaksi ini harus dilaksanakan dalam kamar asam, karena asam bebas yang terdapat
dalam larutan besi(III) klorida membentuk gas hidrogen sianida dengan reagensia:
H+ + CN- HCN
6. Larutan kalium heksasianoferat(II)
a. Besi (II)
Dalam keadaan tanpa udara sama sekali, terbentuk endapan putih kalium besi(II)
heksasianoferat:
Fe2+ + 2K+ + [Fe(CN)6]4- K2Fe[Fe(CN)6]
Pada kondisi atmosfer biasa, diperoleh suatu endapan biru muda
b. Besi (III)
Endapan biru tua, besi(III) heksasianoferat (biru Prusia):
4Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4- Fe4[Fe(CN)6]3
Endapan tak larut dalam asam encer, tetapi terurai dalam asam klorida pekat. Reagensia yang
sangat berlebihan melarutkannya sebagian atau seluruhnya, pada mana diperoleh larutan yang
berwarna biru tua. Natrium hidroksida mengubah endapan menjadi merah, karena terbentuk
besi(III) oksida dan ion heksasianoferat(II):
Fe4[Fe(CN)6]3 + 12OH- 4Fe(OH)3 + 3[Fe(CN)6]4-
Asam oksalat yang juga melarutkan Biru Prusia, membentuk larutan biru; proses ini pernah
dipakai untuk membuat tinta tulis berwarna biru.
Jika besi(III) klorida ditambahkan pada kalium heksasianoferat(II) yang berlebihan, terbentuk
produk dengan komposisi Kfe[Fe(CN)6]. Zat ini cenderung membentuk larutan koloid (‘Biru
Prusia Yang Larut’) dan tak dapat disaring.
7. Larutan kalium heksasianoferat(III)
a. Besi(II)
Diperoleh endapan biru tua. Mula-mula ion heksasianoferat(III) mengoksidasikan besi(II)
menjadi besi(III), pada mana terbentuk heksasianoferat(II):
Fe2+ + [Fe(CN)6]3- Fe3+ + [Fe(CN)6]4-
dan ion-ion ini bergabung menjadi endapan yang disebut Turnbull:
4Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4- Fe4[Fe(CN)6]3
Endapan ini diuraikan oleh larutan natrium atau kalium hidroksida, pada mana besi(III)
hidroksida mengendap.
b. Besi(III)
Dihasilkan pewarnaan coklat, oleh pembentukan kompleks yang tak terdisosiasi, yaitu
besi(III) heksasianoferat(III):
Fe3+ + [Fe(CN)6]3- Fe[Fe(CN)6]
Dengan menambahkan hidrogen peroksida atau sedikit larutan timah(II) klorida, bagian
heksasianoferat(III) dari senyawa ini direduksi, dan mengendaplah biru Prusia.
8. Larutan amonium tiosianat
a. Besi(II)
Tak diperoleh pewarnaan denagn garam-garam besi(II) yang murni.
b. Besi(III)
Dalam larutan yang sedikit asam, dihasilkan pewarnaan merah-tua, yang disebabkan karena
pembentukan suatu kompleks besi(III) tiosianat yang tak terdisosiasi:
Fe3+ + 3SCN- Fe(SCN)3
Molekul yang tak bermuatan ini dapat diekstraksi oleh eter atau amil alkohol. Selain ini,
terbentuk pula serangkaian ion-ion kompleks, seperti: [Fe(SCN)]2+, [Fe(SCN)2]+, [Fe(SCN)4]-
, [Fe(SCN)5]2-, dan [Fe(SCN)6]3-.
9. Larutan dinatrium hidrogen fosfat
a. Besi(III)
Terbentuk endapan putih kekuningan besi(III) fosfat:
Fe3+ + HPO42- FePO4 + H+
Reaksi ini reversibel, karena terbentuk suatu asam kuat yang melarutkan endapan. Sebaiknya
tambahan sedikit natrium asetat, yang akan bertindak sebagai buffer tehadap asam kuat itu:
CH3COO- + H+ CH3COOH
Asam asetat, yang terbentuk dalam reaksi ini, tak melarutkan endapan. Reaksi keseluruhan,
dengan ada sertanya natrium asetat, dapat ditulis:
Fe3+ + HPO42- + CH3COO- FePO4 + CH3COOH
10. Larutan natrium asetat
a. Besi(III)
Diperoleh pewarnaan coklat kemerahan, yang disebabkan oleh pembentukan ion kompleks
dengan komposisi [Fe(OH)2(CH3COO)6]+. Reaksi:
3Fe3+ + 6CH3COO- + 2H2O [Fe3(OH)2(CH3COO)6]+ +2H+
menuju ke kesetimbangan, karena terbentuk asam kuat, yang menguraikan kompleks
tersebut. Jika reagensia ditambahkan berlebihan, natrium asetat bertindak sebagai buffer, dan
reaksi berjalan sampai selesai.
Jika larutan diencerkan dan dididihkan, terbentuk endapan coklat-kemerahan, besi(III) asetat
basa:
[Fe3(OH)2(CH3COO)6]+ + 4H2O 3Fe(OH)2CH3COO +
3CH3COOH + H+
11. Reduksi ion besi(III) menjadi besi(II)
Dalam larutan asam, ini bisa dicapai dalam berbagai zat. Logam zink atau kadmium, atau
amalgamnya (yakni aliase dengan merkurium) boleh dipakai:
2Fe3+ + Zn Zn2+ + 2Fe2+
2Fe3+ + Cd Cd2+ + 2Fe2+
Larutan akan mengandung masing-masing ion zink atau kadmium setelah reduksi. Dalam
larutan asam, logam-logam ini akan larut lebih lanjut dengan membebaskan hidrogen; karena
itu logam-logam ini harus dikeluarkan dari larutan setelah reduksi tercapai.
Timah(II) klorida, kalium iodida, hidroksilamina hidroklorida, hidrazina sulfat, atau asam
askorbat dapat juga dipakai:
2Fe3+ + Sn2+ 2Fe2+ + Sn4+
2Fe3+ + I- 2Fe2+ + I2
4Fe3+ + 2NH2OH 4Fe2+ + N2O + H2O + 4H+
4Fe3+ + N2H4 4Fe2+ + N2 + 4H+
2Fe3+ + C6H8O6 2Fe2+ + C6H6O6 + 2H+
dimana produk reduksinya dengan asam askorbat adalah asam dehidroaskorbat.
Hidrogen sulfida dan gas belerang dioksida, juga mereduksi ion besi(III):
2Fe3+ + H2S 2Fe2+ + S + 2H+
2Fe3+ + SO2 + 2H2O 2Fe2+ + SO42- + 4H+
12. Oksidasi ion besi(II) menjadi besi(III)
Oksidasi terjadi dengan lambat, ketika terkena udara. Oksidasi yang cepat dihasilkan oleh
asam nitrat pekat, hidrogen peroksida, asam klorida pekat dengan kalium klorat, air raja,
kalium permanganat, kalium dikromat, dan serium(IV) sulfat dalam larutan asam.
4Fe2+ + O2 + 4H+ 4Fe3+ + 2H2O
3Fe2+ + HNO + 3H+ NO + 3Fe3+ + 2H2O
2Fe2+ + H2O2 + 2H+ 2Fe3+ + 2H2O
6Fe2+ + ClO3- + 6H+ 6Fe3+ + Cl- + 3H2O
2Fe2+ + HNO3 + 3HCl+ 2Fe3+ + NOCl + 2Cl- + 2H2O
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ 5Fe3+ + Mn2 + 4H2O
Fe2+ + Ce4+ Fe3+ + Ce3+

B. Kobalt (Co)
Kobalt adalah logam berwarna abu-abu seperti baja, dan bersifat sedikit magnetis. Ia melebur
pada 1490oC. Logam ini mudah larut dalam asam-asam mineral encer:
Co + 2H+ Co2+ + H2
Pelarutan dalam asam nitrat disertai dengan pembentukan nitrogen oksida:
3Co + 2HNO3 + 6H+ 3Co2+ + 2NO + 4H2O
Dalam larutan air, kobalt secara normal terdapat sebagai ion kobalt(II), Co2+; kadang-kadang,
khususnya dalam kompleks-kompleks, dijumpai ion kobalt(III), Co3+. Kedua ion ini masing-
masing diturunkan dari oksida CoO dan Co2O3. Oksida kobalt(II) – kobalt(III), Co3O4, juga
diketahui.
Dalam larutan air dari senyawa-senyawa kobalt(II), terdapat ion Co2+ yang merah. Senyawa-
senyawa kobalt(II) yang tak-terhidrat atau tak terdisosiasi, berwarna biru. Jika disosiasi dari
senyawa-senyawa kobalt ditekan, warna larutan berangsur-angsur berubah menjadi biru.
Ion kobalt(III), Co3+, tidak stabil, tetapi kompleks-kompleksnya stabil, baik dalam larutan
maupun dalam bentuk kering. Kompleks-kompleks kobalt(II) dapat dioksidasikan dengan
mudah menjadi kompleks-kompleks kobalt(III).
1. Larutan natrium hidroksida
Dalam keadaan dingin, mengendap suatu garam basa berwarna biru:
Co2+ + OH- + NO3- Co(OH)NO3
Pada pemanasan dengan alkali berlebihan (atau kadang-kadang hanya dengan menambahkan
reagensia berlebihan), garam basa itu diubah menjadi endapan kobalt(II) hidroksida yang
berwarna merah jambu:
4Co(OH)NO3 + OH- Co(OH)2 + NO3-
Tetapi, sedikit endapan melarut ke dalam larutan.
Hidroksida ini perlahan-lahan berubah manjadi kobalt(II) hidroksida yang hitam kecoklatan,
ketika terbuka terhadap udara:
4Co(OH)2 + O2 + 2H2O 4Co(OH)3
Perubahan akan terjadi dengan lebih cepat jika ditambahkan suatu pengoksid seperti natrium
hipoklorit atau hidrogen peroksida:
2Co(OH)2 + H2O2 2Co(OH)3
2Co(OH)2 + OCl- + H2O 2Co(OH)3 + Cl-
Endapan kobalt(II) hidroksida mudah larut dalam amonia atau larutan garam-garam amonium
pekat, asalkan cairan induk bersifat basa:
Co(OH)2 + 6NH3 [Co(NH3)6]2+ + 2OH-
Co(OH)2 + 6NH4+ 4OH- [Co(NH3)6]2+ + 6H2O
Larutan ion heksaaminakobaltat(II) yang coklat-kekuningan perlahan-lahan berubah menjadi
merah-kecoklatan jika terkena udara; hidrogen peroksida lebih cepat mengoksidasikan ion
kompleks itu menjadi ion heksaaminakobaltat(III):
4[Co(NH3)6]2+ + O2 +2H2O 4[Co(NH3)6]3+ + 4OH-
2[Co(NH3)6]2+ + H2O2 2[Co(NH3)6]3+ + 2OH-
Bila ada serta garam-garam amonium, alkali hidroksida tidak mengendapkan kobalt(II)
hodroksida sama sekali. Demikian pula halnya jika larutan mengandung sitrat atau tatrat.
2. Larutan amonia
Jika terdapat garam-garam amonium, sedikit amonia akan mengendapkan garam basa seperti
dalam reaksi:
Co2+ + NH3 + H2O + NO3- Co(OH)NO3 + NH4+
Kelebihan reagensia melarutkan endapan, pada mana ion-ion heksaaminakobaltat(II)
terbentuk:
Co(OH)NO3 + 6NH3 [Co(NH3)6]2+ + NO3- + OH-
Pengendapan garam basa tak terjadi sama sekali jika ada serta ion amonium dalam jumlah
yang lebih banyak, melainkan, kompleks tersebut akan terbentuk dalam satu tahap. Pada
kondisi-kondisi demikian, kesetimbangan
Co2+ + 6NH4+ [Co(NH3)6]2+ + 6H+
bergeser ke arah kanan karena pengikatan ion hidrogen oleh amonia:
H+ + NH3 NH4+
3. Larutan amonium sulfida
Sulfida endapan hitam kobalt(II) sulfida dari larutan netral atau basa:
Co2+ + S2- CoS
Endapan tak larut dalam asam klorida encer atau asam asetat (meskipun tak akan terjadi
pengendapan dari larutan-larutan demikian). Asam nitrat pekat, panas, atau air raja,
melarutkan endapan, sementara belerang putih tetap tertinggal:
3CoS + 2HNO3 +6H+ 3Co2+ + 3S + 2NO + 4H2O
CoS + HNO3 + 3HCl Co2+ + S + NOCl + 2Cl- + 2H2O
Pada persamaan lebih lama, campuran menjadi jernih karena belerang teroksidasi menjadi
sulfat:
S + 2HNO3 SO42- + 2H+ + 2NO
S + 3HNO3 + 9HCl SO42- + 6Cl- + 3NOCl + 8H+ + 2H2O
4. Larutan kalium sianida
Endapan coklat-kemerahan kobalt(II) sianida:
Co2+ + 2CN- Co(CN)2
Endapan melarut dalam reagensia berlebihan; terbentuk larutan coklat heksasianokobaltat(II):
Co(CN)2 + 4CN- [Co(CN)6]4-
Dengan mengasamkan dalam keadaan dingin dengan asam klorida encer, endapan muncul
lagi:
[Co(CN)6]4- + 4H+ Co(CN)2 + 4HCN
Eksperimen ini harus dikerjakan dalam kamar asam dengan ventilasi yang baik.
Jika larutan coklat dididihkan lebih lama dalam udara, atau jika ditambahkan sedikit hidrogen
peroksida dan larutan dipanaskan, larutan akan berubah menjadi kuning karena terbentuk ion
heksasianokobaltat(III):
4[Co(CN)6]4- + O2 + 2H2O 4[Co(CN)6]3- + 4OH-
2[Co(CN)6]4- + H2O2 2[Co(CN)6]3- + 2OH-
5. Larutan kalium nitrit
Endapan kuning kalium heksanitritokobaltat(III), K3[Co(NO2)6].3H2O:
Co2+ + 7NO2- + 2H+ + 3K+ K3[Co(NO2)6] + NO + H2O (a)
Reaksi ini berlangsung dalam dua tahap. Mula-mula, nitrit mengoksidasikan kobalt(II)
menjadi kobalt(III):
Co2+ + 7NO2- + 2H+ Co3+ + NO + H2O (b)
lalu ion kobalt(III) bereaksi dengan ion nitrit dan kalium:
Co3+ + 6NO2- + 3K+ K3[Co(NO2)6] (c)
Reaksi ini juga khas untuk ion-ion kalium dan nitrit. Ion nikel tak bereaksi jika ada serta
asam asetat.
6. Larutan amonium tiosianat:
Dengan menambahkan beberapa butir krital amonium tisoanat kepada larutan kobalt(II) yang
netral atau asam, muncul warna biru karena terbentuk ion tetratiosianattokobaltat(II):
Co2+ + 4SCN- [Co(SCN)4]2-
C. Nikel (Ni)
Nikel adalah logam putih perak yang keras. Nikel bersifat liat, dapat ditempa dan sangat
kukuh. Logam ini melebur pada 1445oC, dan bersifat sedikit magnetis.
Asam klorida encer (maupun pekat) dan asam sulfat encer, melarutkan nikel dengan
membentuk hidrogen:
Ni + 2H+ Ni2+ + H2
Ni + 2HCl Ni2+ + 2Cl- + H2
Reaksi-reaksi ini dipercepat jika larutan dipanaskan. Asam sulfat, panas, melarutkan nikel
dengan membentuk belerang dioksida:
Ni + H2SO4 + 2H+ Ni2+ + SO2 + 2H2O
Asam nitrat encer dan pekat melarutkan nikel dengan mudah dalam keadaan dingin:
3Ni + 2HNO3 + 6H+ 3Ni2+ + 2NO + 4H2O
Garam-garam nikel(II) yang stabil, diturunkan dari nikel(II) oksida, NiO, yang merupakan zat
berwarna hijau. Garam-garam nikel yang terlarut, berwarna hijau, disebabkan oleh warna dari
kompleks heksakuonikelat(II), [Ni(H2O)6]2+; tetapi untuk singkatnya, dianggap sebagai ion
nikel(II) Ni2+. Nikel(III) oksida, NiO3, yang hitam-kecoklatan, juga ada, tetapi zat ini melarut
dalam asam dengan membentuk ion nikel(II). Dengan asam klorida encer reaksi ini
menghasilkan gas klor:
Ni2O3 + 6H+ + 2Cl- 2Ni2+ + Cl2 + 3H2O
1. Larutan natrium hidroksida
Endapan hijau nikel(II) hidroksida:
Ni2+ + 2OH- Ni(OH)2
Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan. Tak terjadi endapan jika ada serta tatrat atau
sitrat, karena terbentuk kompleks. Amonia melarutkan endapan; dengan adanya alkali
hidroksida berlebihan, garam-garam amonium akan juga melarutkan endapan:
Ni(OH)2 + 6NH3 [Ni(NH3)6]2+ + 2OH-
Ni(OH)2 + 6NH4+ + 4OH- [Ni(NH3)6]2+ + 6H2O
Larutan ion heksamaminanikelat(II) ini berwarna biru tua; ion ini dapat dengan mudah
disangka sebagai ion tembaga(II) yang membentuk ion tetraaminakuprat(II) biru dalam suatu
reaksi yanga analog. Larutan tak teroksidasi pada pendidihan yang terbuka terhadap udara,
atau pada penambahan hidrogen peroksida.
Endapan nikel(II) hidroksida yang hijau, dapat dioksidasikan menjadi nikel(III) hidroksida
hitam dengan larutan natrium hipoklorit:
2Ni(OH)2 + ClO- + H2O 2Ni(OH)3 + Cl-
Namun larutan hidrogen peroksida tidak mengoksidasikan nikel(III) hidroksida, tetapi
endapan itu mengkatalis penguraian hidrogen peroksida menjadi oksigen dan air

2H2O2 2H2O + O2
tanpa perubahan apa-apa lainnya yang nampak.
2. Larutan amonia
Endapan hijau nikel(II) hidroksida:
Ni2+ + 2NH3 + 2H2O Ni(OH)2 + 2NH4+
yang larut dalam reagensia berlebihan:
Ni(OH)2 + 6NH3 [Ni(NH3)6]2+ + 2OH-
larutan berubah menjadi biru tua. Jika ada serta garam amonium, tak terjadi pengendapan,
tetapi kompleks tersebut langsung terbentuk dengan segera.
3. Larutan amonium sulfida
Endapan hitam nikel sulfida dari larutan netral atau sedikit basa:
Ni2+ + S2- NiS
Jika reagensia ditambahkan berlebihan, terbentuk larutan koloid coklat tua, yang akan
mengalir menembus kertas saring. Jika larutan koloid ini dididihkan atau jika ia dijadikan
sedikit asam asetat dan dididihkan, larutan koloid (hidrosol) itu akan berkoagulasi dan lalu
bisa disaring. Adanya amonium klorida dalam jumlah banyak biasanya mencegah
terbentuknya sol. Nikel sulfida praktis tak larut dalam asam klorida encer dingin dan dalam
asam asetat, tetapi larut dalam asam nitrat pekat panas dan dalam air raja disertai pemisahan
belerang:
3NiS + 2HNO3 + 6H+ 3Ni2+ + 2NO + 3S + 4H2O
NiS + HNO3 + 3HCl S + NOCl + 2Cl- + 2H2O
Dengan memanaskan lebih lama, belerang melarut dan larutan menjadi jenuh:
S + 2HNO3 SO42- + 2H+ + NO
S + 3HNO3 + 9HCl SO42- + 6Cl- + 3NOCl + 8H+ + 2H2O
4. Hidrogen sulfida (gas atau larutan air jenuh)
Hanya sebagian dari nikel mengendap perlahan-lahan sebagai nikel sulfida dari larutan netral;
tak terjadi endapan dari larutan yang mengandung asam mineral atau banyak asam asetat.
Namun, pengendapan sempurna terjadi dari larutan yang dijadikan basa dengan larutan
amonia, atau dari larutan yang mengandung asetat alkali berlebihan yang sedikit diasamkan
dengan asam asetat.
5. Larutan kalium sianida (RACUN)
Endapan hijau nikel(II) sianida
Ni2+ + 2CN- Ni(CN2)
Endapan mudah larut dalam reagensia berlebihan, pada mana timbul larutan berwarna kuning
yang disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks tetrasiaonikelat(II):
Ni(CN)2 + 2CN- [Ni(CN)4]2-
Asam klorida encer menguraikan kompleks ini dan endapan muncul lagi:
[Ni(CN)4]2- + 2H+ Ni(CN)2 + 2HCN
Jika larutan tetrasianonikelat(II) dipanaskan dengan larutan natrium hipobromit (yang dibuat
ditempat (in situ) dengan menambahkan air brom pada larutan natrium hidroksida), kompleks
itu terurai dan terbentuk endapan nikel(III) hidroksida hitam:
2[Ni(CN)4]2- + OBr - + 4OH- + H2O 2Ni(OH)3 + 8CN- + Br –
Kalium sianida berlebihan dan/atau air brom berlebihan harus dihindarkan karena ini bereaksi
dengan membentuk sianogen bromida, yang beracun dan menyebabkan mata berair:
CN- + Br2 BrCN + Br -
6. Larutan kalium nitrit
Tak dihasilkan endapan dengan adanya asam asetat.

2. Senyawaan Unsur
A. Besi (Fe)
Besi membentuk 2 macam senyawa – yaitu senyawa ferro, yang mana valensinya dua; dan
senyawa ferri, yang mana valensi tiga. Larutan dari senyawa ini masing-masing
menghasilkan ion ferro (Fe2+) dan ion ferri (Fe3+). Senyawa ferri lebih stabil, karena pada
umumnya senyawa ferro mungkin dapat dengan mudah teroksidasi ke tingkat valensi yang
lebih tinggi, seringkali dilakukan oleh oksigen dari udara.
Penambahan larutan hidroksida ke larutan yang mengandung ion ferro berakhir pada
pembentukan endapan hijau pucat dari ferro hidroksida. Senyawa tersebut mudah teroksidasi
oleh oksigen dari udara dan segera setelah pengendapan (kecuali oksigen dikeluarkan)
oksidasi menjadi ferri oksida terhidrat terjadi. Ferri hidroksida terhidrat mengendap sebagai
padatan merah kecoklatan dari penambahan larutan dasar ke larutan yang mengandung ion
ferri. Baik ferro hidroksida maupun ferri hidroksida keduanya tidak bersifat amfoter, dan
keduanya tidak larut dalam kelebihan basis.
Senyawa besi dengan alkali sianida membentuk 2 jenis garam kompleks, ferrosianida, yang
menyediakan ion Fe(CN)64- dalam larutan; dan ferrisianida, yang menyediakan ion Fe(CN)63-
. Potassium ferrosianida [K4Fe(CN)6] dihasilkan dari pemanasan bersama bahan organik,
potassium karbon, dan potongan besi. Garam dihasilkan sebagai kristal kuning dari
penguapan larutan yang diperoleh dalam pelarutan campuran. Potassium ferrisianida
diperoleh sebagai kristal merah gelap dari oksidasi potassium ferro sianida dengan klorin.
Kedua senyawa ini penting dalam menguji kadar ion ferro dan ferri. Ion ferri bereaksi dengan
ferrosianida untuk membentuk endapan biru yang khas dari ferri ferrosianida, yang disebut
Biru Prussia.
4Fe3+ + 3Fe(CN)64- Fe4[Fe(CN)6]3
Ion ferro bereaksi dengan ion ferrisianida untuk membentuk ferro ferrisianida, senyawa
larutan biru yang disebut Biru Turnbull.
3Fe2+ + 2Fe(CN)6 Fe3[Fe(CN)6]2
Prussia dan Turnbull merupakan biru yang identik, dan terlihat sama bahwa kedua senyawa
tersebut mempunyai komposisi yang sama, karena penyusunan kembali intramolekul.
Namun, adanya ion ferro dan ferri mungkin dapat dideteksi dalam sampel bahkan di hadapan
satu sama lain. Pembentukan endapan biru dari penambahan ferrosianida ke dalam larutan
harus menunjukkan adanya ion ferri, dan pembentukan endapan biru dari penambahan
ferrisianida harus menunjukkan bahwa ion ferro ada. Tentu saja, pembentukan endapan biru
dari penambahan kedua ferrosianida dan ferrisianida dapat menunjukkan bahwa kedua ion
ferro dan ferri ada dalam sampel.
Jika besi melebur dalam asam sulfat encer dan larutan diuapkan sampai kering, kristal hijau
terang dari ferro sulfat heptahidrat (FeSO4.7H2O), kadang-kadang disebut asam belerang
hijau atau copperas, diperoleh. Garam ini adalah garam besi yang lebih banyak digunakan,
dan paling banyak diperoleh dari pengendapan “pengasinan” larutan, diperoleh sebagai
produk dari pembersihan ion dengan mencelupkan ke dalam asam sulfat sebelum galvanisasi.
1. Besi(III)
Ion besi(III) berukuran relatif kecil dengan rapatan muatan 349 C mm-3 untuk low-spin dan
232 C mm-3 untuk high-spin, sehingga mempunyai daya mempolarisasi yang cukup untuk
menghasilkan ikatan berkarakter kovalen. Sebagai contoh, besi(III) kloridaberwarna merah-
hitam, berupa padatan dengan struktur jaringan kovalen. Pada pemanasan hingga fase gas
terbentuk spesies dimerik, Fe2Cl6. Besi(III) klorida dapt dibuat dari pemanasan langsung besi
dengan klorin menurut persamaan reaksi:

2Fe(s) + 3Cl2 (g) 3FeCl3 (s)


Besi(III) bromida mirip dengan besi(III) klorida, tetapi besi(III) iodida tidak dapat diisolasi
sebab ion iodida mereduksi besi(III) menjadi besi(II):
2Fe3+ (aq) + 2I- (aq) + 2Fe2+ (aq) + I2 (aq)
Besi(III) klorida anhidrat bereaksi dengan air menghasilkan gas HCl karena reaksinya
bersifat eksotermik, kontras dengan padatan kuning kekemasan garam heksahidrat,
FeCl3.6H2O, yang larut begitu saja dalam air menghasilkan ion heksahidrat, [Fe(H2O)6]3+:
FeCl3 (s) + 3H2O (l) Fe(OH)3 (s) + 3HCl (g) + kalor
Ion heksaakuobesi(III), [Fe(H2O)6]3+, berwarna agak ungu pucat, seperti halnya warna
besi(III) nitrat nanohidrat. Warna kekuningan untuk senyawa kloridanya dapat dikaitkan
dengan terjadinya transfer muatan Fe3+ - C- Fe2+ - Cl0 dalam ion [Fe(H2O)5Cl]2+.
Semua garam besi(III) larut dalam air menghasilkan larutan asam. Rapatan muatan kation
yang relatif tinggi (232 C mm-3) mampu mempolarisasikan molekul air ligan dengan cukup
kuat, sehingga molekul air pelarut dapat berfungsi sebagai basa dan memisahkan proton dari
air ligan tersebut menurut persamaan reaksi:
[Fe(H2O)6]3+ (aq) + H2O (l) H3O+ (aq) + [Fe(H2O)5(OH)]2+ (aq)
[Fe(H2O)5(OH)]2+ (aq) + H2O (l) H3O+ (aq) + [Fe(H2O)4(OH)2]+ (aq)
Kesetimbangan reaksi tersebut sangat bergantung pada pH. Penambahan ion hidronium tentu
akan menggeser kesetimbangan kekiri, menghasilkan ion [Fe(H2O)6]3+ yang hampir tak
berwarna. Sebaliknya, penambahan ion hidroksida akan menggeser kesetimbangan kekanan,
menghasilkan larutan kuning dan lebih lanjut endapan gelatin besi(III) oksida hidroksida,
FeO(OH) yang berwarna karat.
Walaupun biasanya spesies besi(III) mengadopsi geometri oktahedron, tetapi ligan ion
klorida dapat menghasilkan geometri tetrahedron ion tetrakloroferat(III), [FeCl4]-. Ion
kompleks ini berwarna kuning dan dapat diisolasi dengan penambahan HCl pekat ke dalam
larutan ion heksaakuobesi(III) menurut persamaan reaksi:
[Fe(H2O)6]3+ (aq) + 4Cl- (aq) [FeCl4]- (aq) + 6H2O (l)
Uji terhadap adanya ion besi(III) dapat dilakukan dengan penambahan larutan ion
heksasianoferat(II), [Fe(CN)6]4-, yang menyebabkan terjadinya endapan biru Prusian besi(III)
heksasianoferat(II), Fe4[Fe(CN)6]3.
4Fe3+ (aq) + 3[Fe(CN)6]4- (aq) Fe4[Fe(CN)6]3 (s).
Selain itu, uji paling sensitif adanya ion besi(III) adalah dengan penambahan larutan ion
tiosianat ke dalam larutan fe(III); terjadinya warna merah darah oleh karena terbentuk ion
pentaaquotiosianatobesi(III), sebagai indikasi adanya ion Fe3+ dalam larutan.
[Fe(H2O)6]3+ (aq) + SCN- (aq) [Fe(H2O)5(SCN)]2+ (aq) + H2O (l)
2. Besi(II)
Besi(II) klorida anhidrat, FeCl2, dapat dibuat dengan mengalirkan gas HCl kering pada logam
besi panas. Karena gas H2 yang dihasilkan bersifat reduktor, maka oksidasi lanjut Fe(II)
menjadi besi(III) dapat dicegah:
Fe (s) + 2HCl (g) FeCl2 (s) + H2 (g)
Besi(II) klorida anhidrat tak berwarna demikian juga tetrahidratnya, tetapi heksahidratnya
menjadi agak kehijauan. Baik besi(II) klorida anhidrat maupun terhidrat, keduanya adalh
ionik. Hal ini dapat diasosiasikan dengan rendahnya densitas muatan besi(II) (~ 98 C mm -3)
yang jauh berbeda dengan rendahnya densitas muatan besi(III) (~ 232 C mm-3). Semua garam
besi(II) terhidrat mengandung ion [Fe(H2O)6]2+ yang berwarna pucat kehijauan, jika sebagian
teroksidasi menjnadi besi(III) warna menjadi kuning kecokalatan. Kristal garam besi(II)
sulfat heptahidrat, FeSO4.7H2O, cenderung kehilangan beberapa molekul air (efleresense).
Dalam fase padat, garam rangkap amonium besi(II) sulfat heksahidrat,
(NH4)2Fe(SO4)2.6H2O, atau lebih tepatnya amonium heksaakuobesi(II) sulfat,
[(NH4)2Fe(H2O)6][SO4]2, atau disebut juga garam Mohr, menunjukka stabilitas kisi yang
paling tinggi. Garam ini di udara terbuka tidak mengalami efluoresense dan juga tidak
teroksidasi, sehingga sering dipakai sebagai larutan standarkhususnya pada titrasi redoks.
Penambahan ion hiroksida ke dalam larutan ion besi(II) pada awalnya menghasilkan endapan
gelatin hijau besi(II) hidroksida. Tetapi, hadirnya oksidator misalnya dari udara,
mengakibatkan terjadi perubahan warna menjadi kuning-coklat dari besi(III) oksida terhidrat
menurut persamaan reaksi:
Fe2+ (aq) + 2OH- (aq) Fe(OH)2 (s)
Sama seperti ion besi(III) yang dapat diidentifikasi dengan ion heksasianoferat(II),
[Fe(CN)6]4-, ion besi(II) juga dapat dideteksi dengan ion heksasianoferat(III), [Fe(CN)6]3-,
dengan menghasilkan produk yang sama dengan biru Prusian (yang pada mulanya disebut
biru Turnbull ketika diduga merupakan produk berbeda):
3Fe2+ (aq) + 2[Fe(CN)6]3- (aq) Fe4[Fe(CN)6]3 (s) + 6CN- (aq)
3. Oksida Besi
Ada tiga macam oksida besi yang umum dikenal yaitu besi(II) oksida, FeO, besi(III) oksida,
Fe2O3, dan besi(II) besi(III) oksida, Fe3O4. Besi(II) oksida yang berwarna hitam
sesungguhnya merupakan senyawa nonstoikiometrik, selalu sedikit kekurangan ion besi(II).
Besi(II) oksida bersifat basa, larut dalam air menghasilkan ion Fe2+.
Besi(III) oksida hanya dapat terbentuk dalam oksigen atmosfer, maka atmosfer planet bumi
tentuylah sangat kaya akan oksigen oada waktu itu. Besi(III) oksida dapat dibuat di
laboratorium yaitu dengan memanaskan (~ 200oC) besi(III) oksida hidroksida, yang diperoleh
dari penambahan ion hidroksida pada ion Fe3+.
 Proses pengaratan besi
Oksidasi logam besi secara perlahan oleh dioksigen udara dikenal sebagai proses pengaratan.
Dengan menggunakan indikator dapat ditunjukkan adanya kenaikan pH di sekitar permukaan
besi yang berkarat. Proses pengaratan besi merupakan pembentukan oksida terhidrat,
Fe(OH)3 atau FeO(OH), secara elektrokimia dan ini hanya terjadi oleh karena hadirnya
dioksigen, air dan suatu elektrolit. Jika salah satu dari ketiga zat tersebut absen, proses
pengaratan akan terhambat. Di suatu titik permukaan besi yang mengandung konsentrasi
dioksigen lebih besar terjadilah proses reduksi menjadi ion hidroksida:
O2 (g) + 2H2O (l) + 4 e 4OH- (aq)
Batang besi bertindak seperti kawat (kabel) penghubung baterai yang mengangkut elektron
dari titik permukaan besi yang lain yang mempunyai konsentrasi dioksigen lebih rendah
tempat terjadinya proses oksidasi:
Fe (s) Fe2+ (aq) + 2 e
Kedua ion tersebut terdifusi dan bertemu menghasilkan endapan besi(II) hidroksida, Fe(OH)2,
yang teroksidasi lebih lanjut dalam suasana basa menjadi besi(III) oksida hidroksida. Jadi,
secara ringkas persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut:
Katode : O2 (g) + 2H2O (l) + 4e 4OH- (aq)
Anode : Fe (s)
-
+ 3OH (aq) FeO(OH) (s) + H2O (l) + 4 e
Redoks : Fe (s) + O2 (g) + H2O (l) FeO(OH) (s) + OH-(aq)

B. Kobalt (Co)
1. Senyawa Oksida
Beberapa oksida logam kobalt adalh kobalt(II), CoO, campuran Co(II) dan Co(III) – Co3O4.
Satu-satunya oksida logam divalen, CoO yang berupa serbuk hijau, dapat diperoleh dari
pemanasan logamnya dalam udara atau dengan uap air, atau pemanasan hidroksida, karbonat
atau nitrat dalam kondisi tanpa udara. CoO mempunyai struktur NaCl alam, dan stabil;
pemanasan 600 -700 oC mengakibatkan terbentuknya Co3O4-hitam. Oksidasi Co(OH)2 atau
penambahan larutan alkali ke dalam kompleks kobalt(III) diperoleh kobalt(III)
hidroksida,CoO(OH).
2. Kobalt(III)
Semua senyawa kompleks kobalt(III) mengadopsi geometri oktahedron, misalnya ion
heksaaminakobalt(III), [Co(NH3)6]3+, dan heksasianokobaltat(III), Co[CN]6]3-. Ion kompleks
heksanitrokobaltat(III), [Co(NO2)6]3-, yang berwarna kuning dan biasanya dibuat sebagai
garam natriumnya, menunjukkan sifat yang tak lazim. Seperti lazimnya garam-garam alkali,
Na3[Co(NO2)6] larut dalam air, tetapi garam kaliumnya sangat sukar larut dalam air,
demikian juga garam-garam rubidium maupun sesiumnya. Hal ini dikaitkan dengan ukuran
ion relatif. Ion kalium mempunyai ukuran relatif jauh lebih dekat dengan ukuran anion
kompleksnya, sehingga kristalnya memiliki energi kisi yang lebih tinggi dan kelarutan lebih
rendah. Sifat ini merupakan salah satu reaksi penunjuk kualitatif adanya ion kalium:
3K+ (aq) + [Co(NO2)6]3- (aq) K3[Co(NO2)6] (s)
Kuning
3. Kobalt(II)
Gaeam kobalt(II) berwarna pink jika ion logam ini mengadopsi geometri oktahedral,
misalnya sebagai [Co(H2O)6]2+, tetapi berwarna biru jika mengadopsi geometri tetrahedral,
misalnya sebagai [CoCl4]2-. Kristal CoCl2.6H2O berwarna pink (demikian juga dalam larutan
air), namun pada penambahan HCl pekat akan diperoleh larutan biru karena terbentuk ion
tetrahedral [CoCl4]2- :
[Co(H2O)6]2+ (aq) + 4Cl- (aq) [CoCl4]2- (aq) + 6H2O (l)
Pink biru
Hasil yang sama juga dapat diperoleh pada proses pelarutan kristal pink CoCl 2.6H2O di
daalam etanol absolut atau aseton; dalam hal ini, pelarut etanol/aseton berfungsi menarik
ligan air dari sekeliling ion pusat Co2+, sehingga posisi ligan digantikan oleh ion Cl- namun
membentuk geometri yang berbeda. Kondid keseimbangan warna antara pink – biru dapat
dibuat “tepat” dengan cara melarutkan kristal pink CoCl2.6H2O di dalam etanol absolut,
kemudian menambahkan air secara tetes demi tetes sehingga larutan biru hampir tepat
berubah menjadi pink. Larutan dalam kondisi keseimbangan seperti ini sangat sensitif
terhadap perubahan temperatur, yaitu jika larutan dipanaskan maka warna larutan menjadi
biru, tetapi jika larutan didinginkan (dalam air es) warna larutan menjadi pink.
Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan ion kobalt(II) menghasilkan endapan kobalt(II)
hidroksida yang berwarna biru pada awalnya, tetapi menjadi pink setelah dibiarkan beberapa
lama:
[Co(H2O)6]2+ + 2OH- Ca(OH)2 + H2O
Secara perlahan, kobalt(II) hidroksida teroksidasi oleh oksigen udara menjadi kobalt(III)
oksida hidroksida, CoO(OH).
Kobalt(II) hidroksida barangkali daapat dianggap sebagai hidroksida amfoterik, sebaba
penambahan ion hidroksida pekat menghasilkan larutan biru ion tetrahidroksokobaltat(II):
Co(OH)2 + 2OH- [Co(OH)4]2-

C. Nikel (Ni)
Sebagian besar senyawa kompleks nikel mengadopsi struktur geometri oktahedron, hanya
sedikit mengadopsi geomtrei tetrahedron dan bujursangkar. Ion heksaakuonikel(II) berwarna
hijau; penambahan amonia menghasilkan ion biru heksaaminanikel(II):
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 6NH3 (aq) [Ni(NH3)6]2+ (aq) + 6H2O(l)
hijau biru
Penambahan larutan ion hidroksida ke dalam larutan garam nikel(II) menghasilkan endapan
gelatin hijau nikel(II):
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2OH- (aq) [Ni(OH)2] (s) + 6H2O (l)
Seperti halnya kobalt(II), kompleks yang lazim mengadopsi geometri tetrahedron adalah
halida, misalnya ion tetrakloronikelat(II) yang berwarna biru. Senyawa kompleks ini
terbentuk dari menambahan HCl pekat ke dalam larutan garam nikel(II) dalam air:
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 4Cl- (aq) [NiCl4]2- (aq) + 6H2O (l)
hijau biru
Senyawa kompleks nikel(II) bujursangkar yang umum dikenal adalah ion
tetrasianonikelat(II), [Ni(CN)4]2-, yang berwarna kuning, dan bis (dimetilglioksimaton)
nikel(II), [Ni(C4N2O2H7)2] yang berwarna merah pink. Warna yang karakteristik pada
kompleks yang kedua ini sering digunakan untuk reaksi uji terhadap ion nikel(II). Senyawa
kompleks ini dapat diperoleh dari penambahan larutan dimetilglioksim (C2N2O2H8 = DMGH)
ke dalam larutan nikel(II) yang dibuat tepat basa dengan penambahan amonia:
[Ni(H2O)6]2+ (aq) + 2DMHG (aq) + 2 OH- (aq) [Ni(DMG)2] (s) + 8H2O (l)

C. Ruthenium
Reaksi-reaksi rutenium
 Reaksi dengan udara

Ru(s) + O2(g)RuO2(s)

 Reaksi dengan halogen

Rutenium bereaksi dengan fluorin berlebih untuk membentuk ruthenium(IV) fluorida:


Ru(s) + 3F2(g)RuF6(s)

D. Osmium
Reaksi-reaksi Osmium

 Reaksi dengan air

Osmium tidak dapat bereaksi dengan air di bawah kondisi normal

 Reaksi dengan udara

Os(s) + 2O2(g)OsO4(s)

 Reaksi dengan halogen

Osmium bereaksi dengan fluorin berlebih pada suhu 600°C pada tekanan 400 atm untuk
membentuk osmium(VII) fluoride
2Os(s) + 7F2(g)2OsF7(s)
Pada kondisi dibawahnya terbentuk heksafluorida (OsF6) :
Os(s) + 3F2(g)OsF6(s)
Osmium bereaksi dengan klorin dan bromin dengan pemanasan di bawah tekanan pada
pembentukan tetrahalida osmium(IV) klorida atau osmium(IV) bromida :

Os(s) + 2Cl2(g)OsCl4(s)

Os(s) + 2Br2(g)OsBr4(s)

E. Radium
Radium dihasilkan dari peluruhan unsur yang lebih berat Waktu paruh radium yang
singkat menyebabkan unsur radium sangat jarar^g ditemukan. Keberadaannya dialam
pun sangat sedikit, dalam? ton batuan uranium(pitchblende) hanya terdapatsekitar 1
gram radium. Kelimpahan radium pada kerak bumi adalah 1x 10 ppna sedar^gkan
kdimpahannya dalam laut adalah 2 x 10 ppm.
Logam ini ditemukan dalam jumlah kecil dalam bijih uranium dan thorium dalam
batu pitchblende. Diperkirakan bahwa setiap kilometer persegi permukaan bumi
(hingga kedalaman 40 cm) berisi 1 gram radium. Jumlah radium dalam bijih uranium
bervariasi antara 50 dan 350 mg/ton. Dan juga terkandung dalam bijih Zaire. Radium
dapat ditemukan dalam sebagai matriks lingkungan, seperti batu-batuan, tanah, air (air
tanah, air laut, air mineral, dan air dari sumber air panas), tanaman (tanaman darat dan
tanaman air), hewan (hewan darat dan hewan air), udara, dan manusia.
Masuknya radium dari dalam tanah ke air, dapat secara alami, yaitu dengan migrasi
seperti yang telah dijelaskan di atas, di samping itu jt<ga dapat berasal dari atmosfer
akibat dari kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber-sumber alam dari dalam
tanah, misalnya kegiatan penambangan, terutama tambang fosfat termasuk limbah
pabrik pembuatan pupuk fosfat PLTU batubara (coal fly ash), bahan-bahan bangunan
(gipsum, semen, dan pasir).
Akibat lepasan 226Ra ke lingkungan karena kegiatan manusia, menurut
Dickson diperkirakan bahwa sekitar 2,4 x 1014 BqAahun masuk ke dalam lapisan
atmosfer. Kadar 226Ra dalam lapisan troposfer berkurang dengan ketinggian dan
kadarnya sangat rendah di lapisan atmosfer atas. Distribusi vertikal dalam lapisan
untuk lapisan stratosfer rendah sama dengan kadar 238U, 210 Pb, dan Pb (stabil),
yang semua bersumber pada pemnukaan bumi. Kejadian alami dan kegiatan manusia
memberi kontribusi cemaran radium di lapisan atmosfer, yang akhirnya 226Ra dapat
jatuh ke bumi bersama-sama dengan air hujan. Kontribusi 226Ra di lingkungan yang
berasal dari atmosfer relatif kecil, sedangkan kontribusi paling besar berasal dari air
buangan akibat kegiatan penambangan, terutama penambangan batubara sampai
mencapai kadar ratusan BqAg. Pernah dilaporkan di Rusia (1983), hasil penggalian
batubara 2,8 x 103 ton dapat menghasilkan lepasan 226Ra total tahunan ke
lingkungan (sungai) mendekati 6 x 1012 Bq. Sehingga kemungkinan terjadinya
pencemaran lingkungan oleh 226Ra baik yang berasal dari kegiatan manusia maupun
secara alami perlu dikendalikan secara sungguh-sungguh. Jejak radionuklida 226Ra
dari bermacam- macam sumber pencemar melalui berbagai media dan masuk ke
dalam tubuh manusia.

F. Cara Pembuatan / Isolasi


1. Besi (Fe)
Dalam bentuk murni, besi adalah merupakan logam yanglunak dan hampir tidak
mempunyai kegunaan sama sekali. Tetapi alloynya, khususnya baja, adalah merupakan faktor
yang sangat penting dalam peradaban industri. Besi diekstraksi dari bijih besi yang
mengandung senyawa besi seperti hematit (Fe2O3), limonit (2Fe2O3.3H2O), magnetit (Fe3O4),
dan siderit (FeCO3). Proses ekstraksi dilakukan dalam tungku yang disebut tanur tiup (blast
furnace) dengan menggunakan metode reduksi. Bahan mentah untuk preparasi besi adalah
bijih besi yang telah dipekatkan, kokas (C), dan batu kapur (CaCO3). Bijih besi yang
digunakan biasanya mengandung SiO2dan CaCO3 berperan sebagai fluks. Ketiga bahan
mentah tadi dimasukkan kedalam tanur lewat bagian atas tanur. Kemudian, udara panas
ditiupkan dengan kuat (kecepatan ~350 mph) melalui bagian bawah tanur. Udara panas yang
ditiupkan bereaksi dengan kokas membentuk gas CO2.Hembusan udara panas pada dasar
tanur terjadi pada temperatur hingga 1300ºC.

C(S) + O2(g) → CO 2(g)

Gas CO2 yang terbentuk selanjutnya akan bergerak ke atas dan bereaksi lebih lanjut
dengan kokas (C) membentuk gas CO yang kemudian berperan sebagai agen pereduksi.
CO2(g) + C(s) 2 CO(g)
Reaksi ini bersifat endotermik, sehingga terjadi sedikit penurunan suhu proses. Karbon
monoksida yang terbentuk ini secara progressif mereduksi oksida-oksida besi ke bentuk
oksida-oksida yang lebih rendah dan akhirnya menjadi logam. Mula-mula uap air akan
terdesak ke luar, kemudian sebagian bijih mulai tereduksi ole karbon monoksida.

3 Fe2O3(s) + CO(g) 2 Fe3O4(s) + CO2(g)

Fe3O4(s) + CO(g) 3 FeO(s) + CO2(g)

FeO(s) + CO(g) Fe(l) + CO2(g)


Reaksi keseluruhannya dapat ditulis sebagai berikut:

Fe2O3(s) + 3 CO(g) 2 Fe(l) + 3 CO2(g)


Fe yang terbentuk akan mengalir dan berkumpul di bawah. Karena suhu di bawah tinggi
sekitar 2000°C, Fe akan berada dalam bentuk lelehannya. Sementara itu, CaCO3 dalam tanur
akan diuraikan oleh panas dari tanur menjadi CaO.
CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)
CaO yang terbentuk akan bereaksi dengan pengotor yang bersifat asam yang ada dalam
bijih besi, seperti pasir silika. Reaksi ini menghasilkan senyawa dengan titik didih rendah,
yaitu kerak kalsium silikat yang berupa liquid yang disebut terak (slag).
Lelehan terak kemudian akan mengalir ke bagian bawah tanur. Karena kerapatan
lelehan terak yang lebih rendah dibandingkan lelehan besi, maka lelehan terak berada di atas
lelehan besi sehingga keduanya dapat dikeluarkan secara terpisah. Secara tidak langsung,
lelehan terak ini melindungi lelehan besi dari teroksidasi kembali.
Besi yang dihasilkan dari tanur pembakaran disebut cast iron atau pig iron atau besi
gubal, yang mengandung pengotor sebagai berikut:
C=2,0 – 4,5 % , Si=0,7 – 3,0 %, S=0,1 – 0,3 %, P=0 - 3,0%, Mn=0,2 – 1,0 %. Akibat adanya
pengotor-pengotor ini, pig iron bersifat rapuh dan hanya cocok untuk memproduksi besi
tuang yang tidak tahan terhadap kejutan. Reduksi kandungan karbon menjadi 0,05 – 2,0 %
dan penghilangan hampir semua pengotor non-logam lainnya menghasilkan baja, yaitu alloy
dengan kualitas yang lebih diinginkan tentang fleksibilitas, kekerasan, kekuatan, dan ke-
dapattempaannya. Dan ini normalnya dapat dicapai dalam suatu tungku pembakaran, yang
terdiri dari kutub dangkal dari leburan besi yang dipanaskan oleh nyala gas di atas
permukaan. Tungku pembakaran dihubungkan dengan magnesium oksida atau campuran
magnesium dengan oksida-oksida kalsium. Oksida-oksida besi yang cukup ditambahkan
untuk mengoksidasi belerang, fosfor, dan sebagian besar karbon.
Proses reduksi pada ekstraksi besi ini bersifat dapat balik / reversibel, dan reduksi
sempurna hanya terjadi jika karbon dioksida yang terbentuk dihilangkan. Hal ini dapat
dilakukan dengan penambahan kokas berlebihan yang akan mereduksi karbon dioksida
menjadi karbon monoksida.

2. Kobalt (Co)
Produksi logam kobalt umumnya mengandalkan kepada fakta bahwa Co sering terdapat
dalam mineral-mineral logam-logam lainnya (misalnya, Ni, Cu, dan Ag) dan proses akhir
meliputi reduksi Co3O4 dengan Al atau C yang diikuti oleh electrolytic refining.

3. Nikel (Ni)
Ekstraksi logam Ni dapat dilakukan melalui proses Mond. Proses Mond yang kadang-
kadang dikenal sebagai proses karbonil adalah teknik yang diciptakan oleh Ludwig Mond
pada tahun 1890 untuk mengekstrak dan memurnikan nikel. Proses ini digunakan secara
komersial sebelum akhir abad ke-19. Hal ini dilakukan dengan mengkonversi oksida nikel
(nikel dikombinasikan dengan oksigen) ke nikel murni.Proses Mond ini didasarkan pada
fakta bahwa Ni membentuk derivatif karbonil lebih cepat dibanding logam lainnya.Dalam
proses ini mula-mula dilakukan pembakaran mineral Ni di udara yang akan menghasilkan
nikel oksidayang kemudian direduksi dengan menggunakan karbon untuk menghasilkan
logam Ni.Kemudian logam direfining secara elektrolisis atau dengan cara pengubahan
menjadi Ni(CO)4lalu diikuti oleh peruraian termal.
Tahapan reaksinya adalah sebagai berikut:
Logam nikel mentah bereaksi dengan karbon monoksida membentuk nikel
tetrakarbonil:
Ni(s) + 4 CO(g) Ni(CO)4(g)
Senyawa atsiri ini dapat dipisahkan dengan mudah dari zat pengotor yang semula ada
dalam logam mentah. Pemanasan yang tinggi akhirnya menguraikan Ni(CO)4 dan diperoleh
logam nikel murni.
Ni(CO)4(g) Ni(s) + 4 CO(g)

4. Ruthenium
Rutenium diisolasi besar-besaran dengan proses kimiawi yang rumit, dengan tahap
akhirnya adalah reduksi ammonium rutenium klorida dengan hidrogen, yang menghasilkan
bubuk rutenium. Bubuk ini disatukan dengan tekhnik metalurgi bubuk atau dengan
pengelasan busur argon.

5. Rhodium
Rodium terjadi dalam jumlah kecil dalam bijih logam seperti platina, paladium, nikel,
perak, dan emas. Secara komersial, logam ini diperoleh sebagai produk sampingan dari
penyulingan bijih nikel sulfida dari Kanada. Radium dibuat dengan menggunakan limbah
plitchblende yang merupakan bijih mineral yang dihasilkan oleh uranium. Pembuatan radium
ini ditemukan oleh Pierre Currie dan Marie Currie . Unsur uranium diisilasi oleh Currie
melalui anamalgamnya.

6. Palladium
Palladium terjadi di alam sebagai logam bebas dan juga dicampur dengan emas,
platinum, dan logam kelompok platinum lainnya. Secara komersial, ini dihasilkan dari
deposit bijih nikel-tembaga di mana ditemukan dalam jumlah kecil.

7. Osmium
Osmium ditemukan dalam bijih platinum dan mineral osmiridium (paduan osmium dan
iridium). Secara komersial, osmium diperoleh kembali sebagai hasil samping dari pemurnian
nikel.

8. Iridium
Iridium tidak terdapat di alam bersama dengan platinum dan logam satu grup platinum
dalam mineral tanah. Iridium didapatkan seagai hasil samping dari industri penambangan
nikel.

9. Platina
Platinum bersama-sama dengan sisa logam platinum diperoleh secara komersial
sebagai produk dari nikel dan tembaga penambangan dan pengolahan. Selama electrorefining
tembaga, logam mulia seperti perak, emas dan kelompok platinum logam serta selenium dan
telurium mengendap di bagian bawah sebagai anoda sel lumpur, yang merupakan titik awal
untuk ekstraksi logam kelompok platinum.
Jika platinum murni ditemukan dalam placer deposito atau bijih lainnya, itu terisolasi
dari mereka dengan berbagai metode mengurangkan kotoran. Karena platinum secara
signifikan lebih padat daripada banyak dari kotoran, kotoran yang lebih ringan dapat
dihilangkan dengan hanya melayang mereka pergi dalam air mandi. Platinum juga non-
magnetik, sedangkan nikel dan besi keduanya magnetis. Kedua zat pengotor sehingga
dihapus dengan menjalankan elektromagnet atas campuran. Karena platinum memiliki titik
lebur yang lebih tinggi daripada kebanyakan zat lain, banyak pengotor dapat dibakar atau
meleleh tanpa melelehkan platinum. Akhirnya, platinum yang tahan terhadap klorida dan
asam sulfat, sedangkan senyawa lain mudah diserang oleh mereka. Kotoran logam dapat
dihilangkan dengan mengaduk campuran dalam salah satu dari dua asam dan memulihkan
platinum yang tersisa.
Salah satu metode yang cocok untuk pemurnian untuk platinum mentah, yang
mengandung platinum, emas, dan logam grup platina lain, adalah proses itu dengan aqua
regia, di mana paladium, emas dan platinum yang dibubarkan, sementara osmium, iridium,
rhodium dan ruthenium tinggal tidak bereaksi. Emas ini dipicu oleh penambahan besi (III)
klorida dan setelah penyaringan dari emas, platinum ini dipicu oleh penambahan amonium
amonium klorida sebagai chloroplatinate. Chloroplatinate amonium dapat diubah menjadi
logam dengan pemanasan.

G. Kegunaan
1. Besi
a. Digunakan sebagai campuran untuk membuat paduan logam, misalnya untuk
membuat baja, besi tempa, besi tuang, dan lain-lain yang banyak digunakan sebagai
bahan bangunan, peralatan-peralatan logam, rangka kendaraan dan lain-lain.
b. Digunakan untuk membuat lembaran logam seperti lembaran logam berlapis seng.
c. Besi(III)-a digunakan sebagai polishing and grinding agent dan pada pembuatan
ferrit.
d. Besi murni digunakan sebagai bahan elektromagnet.
e. Senyawa-senyawa besi digunakan dalam bidang kedokteran untuk pengobatan
anemia.
f. Digunakan sebagai tonik.
g. Besi mempunyai peranan yang sangat penting dalam sistem biologi, misalnya, dalam
haemoglobin dan mioglobin (pembawa O2), ferredoksin dan sitokrom (proses
redoks), ferritine (penyimpanan zat besi), asam fosfatase (hidrolisis fosfat),
superoksida dismutase (dismutase O2), dan nitrogenase (fiksasi nitrogen).
Kekurangan besi dalam tubuh menyebabkan anaemia dan kelebihan besi
menyebabkan haemochromatosis.

2. Kobalt
a. Kobalt-60 digunakan dalam industri dan terapi radioisotop.
b. Digunakan sebagai campuran paduan logam yang banyak dimanfaatkan dalam
industri dan turbin gas pada mesin pesawat terbang.
c. Baja-kobalt digunakan untuk membuat magnet permanen.
d. Dengan wolfram (tungsten) karbida digunakan untuk membuat bahan yang sangat
keras.
e. Digunakan sebagai pengering keramik dan cat.
f. Digunakan sebagai katalis pada beberapa reaksi kimia.
g. Senyawa-senyawa kobalt secara luas digunakan sebagai pigment,misalnya, earna
biru untuk porselen, enamel, dan kaca, katalis, dan sebagai zat additif pada pakan
ternak.

3. Nikel
a. Digunakan sebagai pelapis logam tahan karat.
b. Digunakan untuk membuat aliasi logam seperti monel, nikrom, dan alniko.
c. Serbuk nikel digunakan sebagai katalis pada hidrogenasi lemak dalam pembuatan
margarin.
d. Nikel(III) oksida digunakan pada sel Edison.

4. Rutenium
Kegunaan utama rutenium adalah sebagai agen paduan. Menambahkan 0,1%
rutenium ke dalam titanium membuat titanium 100 kali lebih tahan terhadap korosi.
Sejumlah kecil rutenium ditambahkan ke dalam platinum dan paladium untuk
memerkuat mereka. Paduan ini digunakan dalam perhiasan dan kontak listrik.

5. Rhodium
Kegunaan utama rhodium adalah sebagai bagian dari alloy untuk mengeraskan
platinum dan paladium. Alloy semacam ini digunakan untuk rakitan gulungan kawat
koil dalam tungku pemanas, pembuatan termokopel, bushing (pembentukan garis
silindris untuk menahan gerakan mekanis) pada produksi serat kaca, elektroda pada
kabel kontak pemercik api pada pesawat terbang, dan pembuatan cawan porselen.
Rhodium sangat berguana sebagai bahan kontak listrik karena rhodium memiliki
hambatan listrik dan kontak yang rendah, dan sangat tahan terhadap korosi. Rhodium
juga digunakan untuk perhiasan wanita, dekorasi, dan sebagai katalis.

6. Paladium
a. Paladium yang sangat halus adalah katalis yang baik dan digunakan untuk proses
hidrogenasi dan dehidrogenasi.
b. Digunakan dalam campuran alloy untuk perhiasan yang diperdagangkan. Emas putih
adalah alloy emas yang diawawarnakan dengan penambahan paladium.
c. Seperti emas, paladium dapat dibentuk menjadi lembaran setipis 1/250000 inch.
Logam ini digunakan dalam dunia kedokteran gigi, pembuatan jam, pembuatan alat-
alat bedah, dan kontak listrik.

7. Osmium
a. Osmium tetroksida digunakan untuk mendeteksi sidik jari dan untuk mewarnai
jaringan lemak untuk slide mikroskop.
b. Logam ini hampir selalu digunakan untuk menghasilkan alloy yang sangat keras
dengan logam grup platinum lainnya untuk mata pulpen, jarum fonograf, dan kontak
listrik.

8. Iridium
a. Kegunaan utama iridium adalah sebagai zat pengeras untuk platinum.
b. Digunakan untuk membuat cawan dan peralatan yang membutuhkan suhu tinggi.
c. Digunakan sebagai bahan kontak listrik.
d. Iridium membentuk alloy dengan osmium yang digunakan untuk mata pulpen dan
bearing kompas.

9. Platina
a. Platinum digunakan besar-besaran sebagai perhiasan wanita, kawat, dan bejana
untuk aplikasi laboratorium dan banyak instrumen berharga lainnya termasuk
termokopel.
b. Platinum juga digunakan untuk bahan kontak listrik, peralatan tahan korosi dan
kedokteran gigi.
c. Ketahanan kawat platinum digunakan untuk membuat tungku listrik bersuhu tinggi.
d. Platinum digunakan untuk melapisi kerucut misil, kerucut bensin mesin jet dan lain-
lain, yang mengandalkan ketahanan pada suhu tinggi untuk waktu yang sangat lama.
Logam ini, seperti palladium, menyerap sejumlah besar hidrogen, menahannya pada
suhu biasa dan melepaskannya ketika dipanaskan.
e. Dalam kondisi yang sangat halus, platinum merupakan katalis yang sempurna, yang
banyak digunakan untuk menghasilkan asam sulfat. Juga digunakan sebagai katalis
dalam pemecahan produk minyak bumi. Platinum juga banyak diminati untuk
dimanfaatkan sebagai katalis dalam sel bahan bakar dan peralatan anti polusi untuk
mobil.
f. Anoda platinum digunakan secara ekstensif dalam sistem perlindungan katoda untuk
kapal besar dan bejana yang melewati lautan, pipa, baja dermaga dan lain-lain.
g. Kawat platinum yang sangat halus akan berkilau merah terang bila ditempatkan
dalam uap metil alkohol, di mana platinum berperan sebagai katalis, untuk
mengubah alkohol menjadi formaldehida. Fenomena ini digunakan secara komersial
untuk memproduksi pemantik api rokok dan penghangat tangan. Hidrogen dan
oksigen dapat meledak dengan adanya platinum.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Logam-logam triade besi terdiri atas besi (Fe), kobalt (Co), dan Nikel (Ni).
2. Unsur besi sumber utamanya adalah mineral haematite, (α-Fe2O3), magnetite, (Fe3O4),
siderite, (FeCO3), goethite, (α-Fe(O)OH), lepidocrocite, (γ-Fe(O)OH), pyrite, (FeS2),
dan chalcopyrite, (CuFeS2), taconite, mengandung semua mineral-mineral besi lainnya,
umumnya berwarna hijau, dan unsur terbanyak keempat dengan kelimpahan dalam
batuan kerak bumi adalah ~62000 ppm.
3. Kobalt merupakan logam yang jarang ditemukan, diperkirakan meliputi 20 ppm dalam
kerak bumi. Kobalt ditemukan dalam cadangan yang mengumpul sehingga produksi
tahunannya mencapai jutaan pon. Di alam, kobalt terdapat pada lapisan-lapisan batuan
sebagai smaltit (CoAs2), kobalt sulfarsenid (CoAsS), kobaltit dan erithrit.
4. Nikel menduduki urutan ke-24 dalam jumlah kandungannya di kerak bumi. Bijih-bijih
nikel yang utama ialah sulfida, oksida, dan arsenida. Di alam, nikel terdapat dalam
bentuk senyawa, misalnya pentlandite (FeS.NiS), nickeliferous pyrrhotite dan lain-lain.
5. Besi dapat diekstraksi menggunakan tanur tiup; kobalt diperoleh melalui reduksi Co3O4
dengan Al atau C yang diikuti oleh electrolytic refining; dan nikel diperoleh dengan
ekstraksi melalui proses Mond.
DAFTAR PUSTAKA

https://sites.google.com/a/unila.ac.id/regina-rissa-nadia/laporan-en/chemical/golongan-viiib-
logam-triade-besi

http://chemist3fkipuns.blogspot.com/2012/12/makalah-unsur-logam-golongan-viii-b-9.html

https://id.scribd.com/doc/242641351/Unsur-Gol-Ib-Viiib

King, J. Brooks dan Caldwell, William E. 1962. College Chemistry Fourth Edition. New
York: American Book Company.

Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prisip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 3.
Jakarta: Erlangga.

Sugiyarto, Kristian H. dan Suyanti Retno D. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Suminar. 2003. Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Sunardi. 2006. 116 Unsur Kimia, Deskripsi dan Pemanfaatannya. Bandung: Penerbit Yrama
Widya.

Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT.
Kalman Media Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai