Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ariyani Safitri

NIM : 06101181722012

Ciri dan Sifat Unsur Transisi


Ada beberapa ciri yang dimiliki bersama oleh unsur transisi yang tidak dimiliki unsur-unsur lain,
yang disebabkan oleh terisinya sebagian dari subkulit d. Di antaranya adalah:

1. pembentukan senyawa yang warnanya disebabkan oleh transisi elektron d-d


2. pembentukan senyawa dengan banyak bilangan oksidasi, dikarenakan kereaktifan yang
relatif rendah pada elektron subkulit d yang tidak berpasangan
3. pembentukan beberapa senyawa paramagnetik disebabkan oleh adanya elektron subkulit
d yang tidak berpasangan. Beberapa senyawa dari unsur golongan utama juga merupakan
paramagnetik (seperti nitrogen oksida dan oksigen).

A. Ciri-ciri Unsur Transisi

Anggota Unsur Transisi

Unsur transisi dalam sistem periodik berada di antara unsur alkali tanah dan unsur golongan
boron. Unsur-unsur transisi adalah unsur-unsur blok d di dalam sistem periodik. Perhatikan
unsur-unsur transisi dalam tabel berikut.

Tabel 1. Unsur-Unsur Transisi

Keterangan :
Baris 1 = Periode 4
Baris 2 = Periode 5
Baris 3 = Periode 6

Pada tabel di atas unsur transisi dalam (periode 7) tidak diperlihatkan karena unsur-unsur
tersebut sangat jarang ditemukan dan tidak stabil.

Konfigurasi elektron
Unsur-unsur transisi mempunyai karakteristik konfigurasi elektronik ... (n-1)d 1-10 ns 1-2, tidak
penuh pada orbitald bagi atom atau ionnya. Energi elektron dalam orbital (n-1)d isi selalu lebih
rendah dibanding dengan energi elektron dalam orbital ns2, dengan perkecualian stabilitas lebih
tinggi pada konfigurasi penuh atau setengah penuh. Peran orbital (n-1)d ini menentukan tingkat
oksidasi yang bervariasi, pembentukan senyawa kompleks, sifat magnetik spesies yang
bersangkutan.

Senyawa berwarna

Warna pada senyawa yang mengandung logam transisi pada umumnya disebabkan oleh transisi
elektron dalam dua tipe:

 transfer muatan kompleks. Sebuah elektron dapat melompat dari orbit ligan ke orbit
logam, membentuk ligant to metal charge transfer (LMCT). Hal ini dapat dilihat dengan
mudah jika logam sedang pada bilangan oksidasi yang tinggi. Sebagai contoh, warna
pada ion kromat, dikromat, dan permanganat termasuk tipe ini. Conton lainnya adalah
pada raksa(II) iodida yang berwarna merah larena transisi LMCT.

Transisi metal to ligand charge transfer (MLCT) terjadi ketika logam dalam bilangan oksidasi
yang rendah sehingga ligan dengan mudah tereduksi.

 transisi d-d. Sebuah elektron melompat dari satu orbit d ke orbit yang lain. Pada senyawa
logam transisi yang kompleks, antarorbit d tidak mempunyai tingkat energi yang sama.
Pola pemisahan orbit d dapat dihitung dengan teori medan kristal. Tingkat pemisahan
tergantung pada jenis logam, bilangan oksidasi, dan sifat dari ligan. Tingkat energi yang
sebenarnya ditunjukkan oleh diagram Tanabe-Sugano.

Pada kompleks yang sentrosimetrik, seperti oktahedral, transisi d-d melanggar aturan Laporte
dan hanya terjadi karena penggabungan vibronik di mana getaran molekul terjadi bersamaan
dengan transisi d-d. Kompleks tetrahedral mempunyai warna yang lumayan terang karena
perpaduan subkulit d dan p dimungkinkan jika tidak ada pusat simetri, sehingga transisi tidak
murni d-d.

B. Sifat-sifat Unsur Transisi

Bilangan oksidasi

Salah satu ciri logam transisi adalah di mana unsur-unsur tersebut mempunyai lebih dari satu
bilangan oksidasi. Contohnya, pada senyawa vanadium diketahui mempunyai bilangan oksidasi
mulai -1 pada V(CO)6- hingga +5 pada VO43-. Bilangan oksidasi maksimum pada logam transisi
baris pertama sama dengan jumlah elektron valensi seperti titanium (+4) dan mangan (+7)
namun berkurang pada unsur-unsur selanjutnya. Pada baris kedua dan ketiga ada ruthenium dan
osmium dengan bilangan oksidasi +8. Pada senyawa seperti [Mn04]- dan OsO4, unsur logam
transisi memperoleh oktet yang stabil dengan membentuk empat ikatan kovalen. Bilangan
oksidasi terendah ada pada senyawa Cr(CO)6 (bilangan oksidasi nol) dan Fe(CO)42- (bilangan
oksidasi -2) di mana aturan 18 elektron dipatuhi. Senyawa tersebut juga merupakan kovalen.
Ikatan ion biasanya terbentuk pada bilangan oksidasi +2 atau +3. Pada senyawa yang terlarut, ion
tersebut biasanya berikatan dengan enam molekul air yang tersusun secara oktahedral.

Kemagnetan

Senyawa pada logam transisi biasanya bersifat paramagnetik apabila terdapat satu atau lebih
elektron tak berpasangan pada subkulit d. Pada senyawa oktahedral dengan elektron antara
empat hingga tujuh pada subkulit d, spin tinggi dan spin rendah mungkin terjadi. Senyawa
tetrahedral seperti [FeCl4]2- bersifat spin tinggi dikarenakan pemisahan medan kristal yang
rendah sehingga energi yang diperoleh dari elektron yang berada pada tingkat energi yang lebih
rendah selalu lebih kecil daripada energi yang diperlukan untuk memasangkan spin. Beberapa
senyawa bersifat diamagnetik. Yang termasuk golongan ini adalah senyawa oktahedral, spin
rendah, d6, dan d8 yang berbentuk segi empat planar. Feromagnetisme terjadi jika atom tunggal
bersifat paramagnetik dan arah spin tersusun sejajar satu sama lain pada bahan kristal. Logam
besi dan campuran alniko adalah contoh senyawa logam transisi yang bersifat feromagnetik.
Anti-feromagnetisme adalah contoh sifat kemagnetan yang terbentuk dari susunan khusus dari
spin tunggal pada benda padat.

Sifat katalitik

Logam transisi dan senyawanya diketahui mempunyai aktivitas katalitik sifat homogen dan
heterogen. Aktivitas ini berasal dari kemampuan logam transisi untuk mempunyai lebih dari satu
bilangan oksidasi dan kemampuan membentuk senyawa kompleks. Sebagai contoh Vanadium
(V) oksida dikenal dapat memisahkan besi (pada proses Haber) dan nikel (pada hidrogenasi
katalitik). Katalis pada permukaan bidang padat menyertakan pembentukan ikatan antara
molekul reaktan dan atom pada permukaan katalis. Hal ini mempunyai pengaruh meningkatnya
konsentrasi reaktan pada permukaan katalis dan memperlemah ikatan pada molekul yang
bereaksi (menurunkan energi aktivasi reaksi). Dan juga karena unsur logam transisi dapat
mengubah bilangan oksidasinya, sehingga efektif sebagai katalis.

Sifat Lain

Sesuai namanya, semua logam transisi adalah logam dan merupakan konduktor listrik. Secara
umum, logam transisi mempunyai massa jenis yang tinggi serta titik leleh dan titik didih yang
tinggi. Hal tersebut dikarenakan adanya ikatan logam dengan elektron yang mudah berpindah,
yang menyebabkan kohesi yang meningkatkan jumlah elektron bersama. Meskipun demikian,
logam golongan 12 mempunyai titik didih dan titih leleh yang lebih rendah karena subkulit d
unsur tersebut mencegah ikatan d-d. Air raksa mempunyai titik leleh -38.83 °C (-37.89 °F) dan
merupakan zat cair pada suhu ruang. Logam transisi dapat berikatan membentuk bermacam-
macam ligan.

Kelogaman dari unsur logam golongan transisi lebih kuat dibandingkan golongan-golongan
utama. Hal itu disebabkan karena pada golongan unsur transisi terdapat banyak elektron bebas
dalam orbital d. Dalam subkulit d tidak terisi secara penuh atau mudah menghasilkan ion-ion
dengan subkulit d yang juga tidak terisi penuh.

Anda mungkin juga menyukai