Anda di halaman 1dari 15

BAB I

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berbicara tentang belajar dan pembelajaran adalah berbicara tentang
sesuatu yang tidak pernah berakhir sejak manusia ada dan berkembang di
muka bumi sampai akhir zaman nanti. Belajar merupakan suatu aktivitas atau
suatu proses untuk memperoleh perilaku, sikap dan mengokohkan
kepribadian. Dalam hal ini belajar merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal
ini dapat berarti, bahwa berhasil tidaknya tujuan pendidikan itu amat
bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika berada di
sekolah maupun di lingkungan rumah.
Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar
dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para
pendidik. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi terhadap proses belajar
dan hal- hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang
bermutunya hasil pembelajaran. Tujuan belajar yang paling utama adalah apa
yang dipelajari itu berguna dikemudian hari, yakni membantu kita untuk
dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Hal ini dikenal sebagai
transfer belajar. Apa yang kita pelajari dalam situasi tertentu memungkinkan
kita untuk memahami hal-hal lain. Transfer inilah yang menjadi inti dalam
proses belajar. Demikian pula dengan tujuan pelajaran bukan hanya
penguasaan prinsip-prinsip yang fundamental, melainkan juga
mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar, penelitian, penemuan,
serta pemecahan masalah atas kemampuan sendiri. Untuk itu penulis akan
mengemukakan salah satu teori belajar yakni teori belajar Jerome Bruner
yang sekiranya mampu menjawab bagaimana seharusnya belajar itu dalam
pandangan psikologi kognitif yang dikembangkannya.

1
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Profil Bruner?
b. Bagaimana Teori Belajar Kognitif Bruner?
c. Bagaimana Peran Guru Menurut Bruner?
d. Bagaimana Peran Siwa Menurut Bruner?
e. Bagaimana Integrasi dalil Agama dengan teori belajar kognitif Bruner?
f. Seperti Apa Kelemahan dan Kelebihan Teori Bruner?
3. Tujuan
a. Untuk Mengetahui Profil Bruner
b. Untuk Mengetahui Teori Belajar Kognitif Menurut Bruner
c. Untuk Mengetahui Peran Guru menurut Bruner
d. Untuk Mengetahui Peran Siswa Menurut Bruner
e. Untuk Mengetahui Integrasi dalil Agama dengan Psikologi Kognitif
Bruner
f. Untuk Mengetahui Kelemahan dan Kelebihan Teori Bruner
B. PEMBAHASAN
1. Profil Jerome S. Bruner
Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan
psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentag psikologi adalah elektik.
Penelitiannya yang demikian banyak meliputi persepsi manusia, motivasi,
belajar, dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, ia menganggap manusia
sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi.
Mengenai daftar riwayat hidup dan perjalanan karirnya, tokoh yang
memiliki nama lengkap Jerome Seymour Bruner ini, dilahirkan di New York
City pada tanggal 1 Oktober 1915. Ia berkebangsaan Amerika. Bruner
menyelesaikan pendidikan sarjana di Duke University di mana ia menerima
gelar sarjananya (B.A) pada tahun 1937. Selanjutnya, Bruner belajar
psikologi di Harvard University dan mendapat gelar doktornya pada tahun
1939 dan mendapat gelar Ph.D. Pada tahun 1939 dibawah bimbingan Gordon

2
Allport. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya
meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar, dan berpikir. Dalam
mempelajari manusia, Bruner mengganggap manusia sebagai pemroses,
pemikir, dan pencipta informasi. Bruner menerbitkan artikel psikologis
pertama yang berisi tentang mempelajari pengaruh ekstrak timus pada
perilaku seksual tikus betina. Pada tahun 1941, tesis doktornya berjudul " A
Psychological Analysis of International Radio Broadcasts of Belligerent
Nations". Setelah menyelesaikan program doktornya, Bruner memasuki
Angkatan Darat Amerika Serikat dan bertugas di Divisi Warfare Psikologis
dari Markas Agung Sekutu Expeditory Angkatan Eropa komite di bawah
Eisenhower, meneliti fenomena psikologi sosial di mana karyanya berfokus
pada propaganda (subyek tesis doktornya) serta opini publik di Amerika
Serikat. Dia adalah editor Public Opinion Quarterly (1943-1944).
Pada tahun 1945,
Bruner kembali ke Harvard sebagai profesor psikologi dan sangat
terlibat dalam penelitian yang berkaitan dengan psikologi kognitif dan
psikologi pendidikan. Ia dengan cepat naik pangkat dari dosen menjadi
profesor pada tahun 1952 . Dia berperan penting dalam membangun Path
Breaking Center For Cognitive Studies pada tahun 1960 menjabat sebagai
direktur pada tahun 1972. Lalu pada tahun 1964-1965 ia terpilih dan
menjabat sebagai presiden dari American Psychological Association. Pada
tahun 1970, Bruner meninggalkan Harvard untuk mengajar di Universitas
Oxford di Inggris. Dia kembali ke Amerika Serikat pada tahun 1980 untuk
melanjutkan penelitian di bidang psikologi perkembangan. Pada tahun 1972,
Bruner berlayar melintasi Atlantik. Hal ini dikarenakan untuk mengambil
posisi Watts Professor of Experimental Psychology at Oxford University .
Pada tahun 1991, Bruner bergabung dengan fakultas di New York University
Law School. Selain itu, Bruner juga telah dianugerahi gelar doktor
kehormatan dari Yale dan Columbia, serta perguruan tinggi dan universitas

3
seperti Sorbonne, Berlin, dan Roma, dan merupakan Fellow dari American
Academy of Arts dan Ilmu.1
Dari pemaparan di atas, terlihat jelas bahwa Jerome S Bruner
merupakan ahli psikologi perkembangan dan khususnya psikologi kognitif,
yang tidak diragukan lagi. Hal ini terlihat jelas dari riwayat hidupnya, dan
kontribusi yang dilakukan Bruner dalam mengembangkan penelitiannya
tentang psikologi kognitif. Kiprah dan pengalaman yang sangat luas
mengenai psikologi telah membawanya pada banyak penghargaan yang
diterimanya. Penelitian- penelitian yang dilakukan Jerome S Bruner, mampu
membuktikan dan memunculkan teori baru, yang kemudian teori itu memiliki
ciri khas sendiri, dan berbeda dengan teori sebelumnya, inilah yang
dinamakan teori kognitif menurut pandangan Jerome S Bruner. Yaitu
menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi.
2. Teori Belajar Kognitif Jerome S. Bruner
Sebelum menjelaskan bagaimana teori belajar kognitif JS Bruner,
alangkah baiknya memahami apa itu kognitivisme. Sehubungan dengan
kelemahan teori behaviorisme yang telah dikemukakan banyak para ahli dan
pemikir pendidikan yang kurang puas terhadap ungkapan para behavioris
bahwa belajar sekedar hubungan antara stimulus dan respon. Menurut teori
ini perilaku seorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Menurut teori kognitif
belajar merupakan proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya. Belajar
merupakan aktivitas belajar yang kompleks.2

1
http://en.wikipedia.org/wiki/Jerome_Bruner, diakses pada tanggal 3 Desember, pukul
19.27WIB
2
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Kosep Dasar, ( Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 73

4
Teori belajar kognitif ini lebih menekankan arti penting proses
internal, mental mansia. Dalam pandangan para ahli kognitif tingkah laku
manusia yang tampak tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan
proses mental, seperti: motivasi, kesengajaan, keyakinan dan sebagainya.
Dalam perspektif psikologi kognitif, belajar pada dasarnya adalah peristiwa
mmental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah) meskipun
hal- hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap
peristiwa belajar siswa.3
Jadi Pada dasarnya, teori belajar kognitif lebih menekankan pada
bagaimana prosesnya daripada hasilnya, ketika diimplikasikan pada belajar,
maka yang terjadi adalah, bagaimana proses belajar itu sendiri, dari pada
hasil dari belajar. Artinya proes belajar itu bukanlah suatu hal yang
sederhana akan tetapi kompleks, bisa meliputi proses, bagaimana seseorang
itu memperoleh suatu pengetahuan, bagaimana rasa, kejiwannya dan respon
yang ditimbulkan dari kegiatan belajar.
Psikologi kognitif ini dikembangkan oleh beberapa ahli, seperti Jean
Piaget, JS Bruner, Ausubel, Gagne. Selanjutnya mengenai pembahasan teori
belajar psikologi kognitif menurut Bruner. Dalam pandangannya Belajar
yang terpenting adalah cara bagaimana orang memilih, mempertahankan,
dan menstranformasi informasi secara efektif.4 Bruner memusatkan
perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan informasi
yang diterimanya dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi
yang diskret itu mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan
padanya.5

3
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 93
4
Syaiful Syagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, ( Bandung: ALFABETA, 2009), hlm.
35
5
Ratna Willis, Teori- Teori Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 74

5
Dapat disimpulkan pada intinya belajar menurut Bruner adalah
terdapat suatu proses, tidak terjadi begitu saja. Proses tersebut, ialah
bagaimana mengolah informasi yang diterima secara baik. Ada beberapa
pokok pembahasan, yang dipaparkan Bruner dalam teorinya:
a. Belajar Penemuan (Discovery Learning)
Salah satu model intruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah
model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan nama belajar penemuan.
Dasar dari teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa
anak harus berperan aktif saat belajar di kelas. Konsepnya adalah belajar
dengan menemukan discovery learning. Bruner menganggap bahwa
belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh
manusia dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha
sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang benar-
benar bermakna. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar
melalui partisipasi secara aktif dengan konsep dan prisnsip- prinsip agar
memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen yang mengiinkan
mereka untuk menemukan prinsip- prinsip itu sendiri. 6
Dalam implikasinya pada proses pembelajaran, Siswa
mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu
bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir anak.7 Siswa
didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri. Siswa belajar melalui
aktif dengan kosep- konsep dan prinsip- prinsip.8
Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
aturan (termasuk konsep, teori, definisi dan sebagainya) melalui contoh-
6
Ibid, hlm.
7
Suyono, Op. Cit, hlm. 88
8
Baharudin dan Eka Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, ( Jogjakarta: AR-RUZZ
Media, 2007), hlm. 129

6
contoh yang menggambarkan aturan yang menjadi sumbernya. Siswa
dibimbing secara induktif untuk memahami suatu kebenaran umum.
Lawan dari pendekatan ini disebut “belajar ekspositori” (belajar dengan
cara menjelaskan). Dalam hal ini siswa diberi informasi umum untuk
diminta menjelaskan informasi tersebut melalui contoh- contoh khusus
dan konkret.9
Jadi dapat disimpulkan belajar penemuan adalah …………..
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan
beberapa kebaikan. Pertama, pengetahuan itu bertahan lama atau lama
diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan
cara- cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer
yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep-
konsep dan prinsip- prinsip yang dijadikan milik kognitif seorang lebih
mudah diterapkan pada situasi yang baru. Ketiga, secara menyeluruh
belajar penemuan meningktkan penalaran siswa dan kemampuan untuk
berpikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih
ketrampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah
masalah tanpa pertolongan orang lain. Belajar penemuan juga dapat
membangkitkan keingin tahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja
terus sampai menemukan jawaban- jawaban lagi, mengajarkan
ketrampilan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain dan
meminta para siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi,
tidak hanya menerima saja.10
Pada dasarnya belajar penemuan sarat akan makna, dengan belajar
penemuan mendorong siswa untuk aktif dan memberikan moivasi dalam
9
Muhammad Thobrani dan Arif, Teori Belajar dan Pembelajaran Pengembangan Wacana
dan Praktk Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. (Jogjakarta: AR-RUZZ Media, 2011), hlm.
99
10
Ratna, Op. Cit, hlm. 80

7
belajar sehingga melatih kemampuan kognitifnya untuk memecahkan
suatu permasalahan.
b. Tahap Perkembangan Intelektual dalam Proses Belajar
Menurut Bruner seiring dengan pertumbuhan kognitif, para pembelajar
harus melalui tiga tahap intelektual, meliputi Tahap Enaktif, Ikonik dan
Simbolik11:
1) Enaktif, seseorang belajar tentang dunia melalui respon atau aksi- aksi
terhadap suatu objek. Dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan ketrampilan dan pengetahuan motorik seperti meraba,
memegang, mencengkram, menyentuh, mengggit dan sebagainya.
Anak- anak harus diberi kesempatan bermain dengan berbagai
bahan/alat pembelajaran tertentu agar dapat memahami begaimana
bahan/alat itu bekerja.
2) Ikonik, pembelajaran terjadi melalui penggunaan model- model dan
visualisasi verbal. Anak- anak mencoba memahami dunia sekitarnya
melalui bentuk- bentuk perbandingan (komparasi) dan perumpamaan,
dan tidak lagi memerlukan manipulasi objek-objek pembelajaran
secara langsung.
3) Simbolik, siswa sudah mampu menggabarkan kapasitas berpikir dalam
istilah- istilah yang abstrak. Dalam memahami dunia sekitarnya anak-
anak belajar melalui simbol- simbol bahasa, logika, matematika dan
sebagainya. Huruf dan lambing bilangan merupakan contoh sistem
simbol. Fase simbolik merupakan tahap final dalam pembelajaran.
c. Scaffolding
Bruner menegaskan bahwa guru yang efektif harus membantu
pembelajar dan memimbingnya untuk melewati ketiga fase tersebut,
dengan suatu proses yang disebut Scaffolding. Inilah cara siswa

11
Muhammad Thobroni, Op. Cit, hlm. 100

8
membangun pemahaman. Pada akhirnya melalui Scaffolding, siswa
dibimbing menjadi pembelajar yang mandiri.
Tujuan pokok pendidikan menurut Bruner adalah bahwa guru harus
memandu para siswanya sehingga mereka dapat membangun basis
penegtahuannya sendiri dan bukan karena diajari melalui memori hafalan
(rote memorization). Informasi- informasi baru dipahami siswa dengan
cara mengklasifikasinya berlandaskan pengetahuan yang terdahulu yang
dimilikinya. Menurut Bruner, interkoneksi antara pengetahuan baru
dengan pengetahuan terdahulu menghasilkan reorganisasi dari struktur
kognitif, yang kemudian menciptakan makna dan mengizinkan individu
memahami secara mendalam informasi baru yang diberikan.12
d. Fase- Fase dalam Proses Belajar
Belajar merupakan proses aktif dengan cara siswa mengkonstruk
gagasan baru atau konsep baru berlandaskan pengetahuan awal yang telah
dimilikinya. Pembelajar memilih dan mengolah informasi,membangun
hipotesis, dan membuat keputusan yang berlangsung dalam struktur
kognitifnya.
Karena belajar merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di
dalamnya terjadi perubahan- perubahan yang bertahap. Perubahan
tersebut timbul melalui tahap- tahap yang antara satu dengan lainnya
berkaitan secara berurutan.13 Menurut Bruner, dalam proses pembelajaran
siswa menempuh tiga fase, yaitu
1) Informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah
keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara
informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan beridiri

12
Suyatno, OP. Cit, hlm. 90
13
Muhibbin,Op. Cit, hlm. 98

9
sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperluas dan
memperdalam pengetauan yang sebelumnya.
2) Transformasi, dalam fase ini informasi yang telah diperoleh, dianalisis,
diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau
konseptual.
3) Evaluasi, dalam tahap evaluasi ini, menilai sejauh mana informasi
yang telah ditransformasikan dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala atau memecakan masalah yang dihadapi.
e. Kurikulum Spiral
Tentang kurikulum, konsep Bruner yang terkenal adalah kurikulum
berbentuk spiral ( a spiral curriculum) sebagai suatu cara menyajikan
suatu materi pelajaran dengan mengorganisasikan materi pelajaran pada
tingkat makro. Dalam hal ini materi pelajaran mula- mula disajikan
secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang
sama dalam cakupan yang lebih rinci. Hal ini merupakan bentuk
penyesuaian antara materi yang dipelajari dengan perkembangan struktur
kognitif pembelajar. Contoh sederhana penyajian spiral, yaitu jika pada
awalnya siswa diajar tentang penambahan, maka pada pembelajaran
berikutnya siswa diajar tentang perkalian, dalam hal ini dijelaskan bahwa
perkalian tidak lain adalah melakukan kegiatan penambahan berulang-
ulang.
Kesimpulan……jadi…….
3. Peran Guru Menurut Bruner
Dengan mengajar seperti yang dimaksud oleh Bruner, Peran guru dalam
pembelajaran penemuan sebagai berikut:
a. Merencanakan pelajaran demikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat
pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa.
b. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para
siswa untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu

10
dapat mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar
penemuan, misalnya dengan penggunaan fakta-fakta yang berlawanan.
Guru hendaknya mulai dengan sesuatu yang sudah dikenal oleh siswa-
siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan. Dengan
demikian terjadi konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbullah
masalah. Dalam keadaan yang ideal, hal yang berlawanan itu
menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang para siswa untuk
menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis, dan mencoba
menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang mendasari masalah
itu.
c. Selain hal-hal yang tersebut di atas, guru juga harus memperhatikan tiga
cara penyajian yang telah dibahas terdahulu. Cara cara penyajian itu ialah
cara enaktif, cara ikonik, dan cara simbolik. Contoh cara-cara penyajian
ini telah diberikan dalam uraian terdahulu. Untuk menjamin keberhasilan
belajar, guru hendaknya jangan menggunakan cara penyajian yang tidak
sesuai dengan tingkat kognitif siswa. Disarankan agar guru mengikuti
aturan penyajian dari enaktif, ikonik, lalu simbolik. Perkembangan
intelektual diasumsikan mengikuti urutan enaktif, ikonik, dan simbolik,
jadi demikian pula harapan tentang urutan pengajaran.
d. Bila siswa memecahkan masalah di laboratonium atau secara teoretis,
guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru
hendaknya jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan
yang akan dipelajari, tetapi ia hendaknya rnemberikan saran-saran
bilamana diperlukan. Sebagai seorang tutor, guru sebaiknya memberikan
umpan balik pada waktu yang tepat. Umpan balik sebagai perbaikan
hendaknya diberikan dengan cara demikian rupa, hingga siswa tidak tetap
tergantung pada pertolongan guru. Akhirnya siswa harus melakukan
sendiri fungsi tutor itu.

11
e. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan.
Seperti kita ketahui, tujuan-tujuan tidak dapat dirumuskan secara
mendetail, dan tujuan-tujuan itu tidak diminta sama untuk berbagai siswa.
Lagi pula tujuan dan proses tidak selalu seiring. Secara garis besar, tujuan
belajar penemuan ialah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan
menemukan sendiri generalisasi-generalisasi itu.
Di lapangan, pènilaian basil belajar penemuan meliputi pemahaman
tentang prinsip-prinsip dasar mengenai suatu bidang studi, dan
kemampuan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip itu pada situasi baru.
Untuk maksud ini bentuk tes dapat berupa tes objektif atau tes essai.14
Jadi dapat disimpulkan peran guru menurut Bruner, guru biasa
menjadi tutor, fasilitator, motivator dan evaluator. Dengan kata lain dalam
belajar penemuan, guru tidak begitu mengendalikan proses pembelajaran.
Guru hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan
masalah. Penilaian hasil belajar meliputi tentang konsep dasar dan
penerapannya pada situasi yang baru.
4. Peran Teman dan Siswa dalam Teori Bruner
Peran teman dan siswa dianggap penting, sebagaimana kita ketahui
bahwa teori Bruner ini lebih menekankan agar siswa dalam proses belajar-
mengajarnya lebih berperan aktif , dan memberikan kesempatan kepada siwa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupannya. Maka itu dalam belajar
guru perlu mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, minatnya
perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan
tertentu.
Sementara peran teman dalam proses belajar “Discovery Learning”
cukup diperlukan, dimana mereka bisa saling bertukar informasi dari apa

14
Ratna, Op. Cit, hlm. 84

12
yang mereka pelajari dan temukan sendiri, selain itu teori ini bisa disajikan
dalam bentuk diskusi kelas, demonstrasi, kegiatan laboratorium, kertas kerja
siswa, dan evaluasi-evaluasi.
Pada diskusi, guru harus merumuskan lebih dahulu yang akan dicapai,
mengenai konsep-konsep, prinsip-prinsip tau kemampuan apa saja yang dapat
dikembangkan siswa. Prinsip-prinsip itu diusahakan tersaji dalam bentuk
masalah. Siswa diharapkan dapat merumuskan, mengolahnya, kemudian
memecahkannya, sehingga mereka dapat menemukan sendiri konsep-konsep
atau prinsip-prinsip sesuai dengan yang telah direncanakan guru.15
Jadi dapat disimpulkan peran teman dan siswa dianggap penting,
terutama pada proses belajar mengajar, peran siswa harus lebih aktif dalam
menemukan dan mengembangkan sendiri materi yang diajarakan. Sementara
peran teman sebagai sosok yang dapat membantu memberikan tambahan
informasi selain guru, demi tercapainya tujuan pembelajaran.
5. Integrasi dalil dalil Agama dengan Psikologi Kognitif Bruner
……………………………………..Belumm…
6. Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Penemuan Bruner
Menurut Evelin, Kelebihan dari Teori Belajar Penemuan (Free Dicovery
Learning) adalah :
1. Menimbulkan rasa ingin tahu siswa, dapat memotivasi untuk
menemukan jawaban- jawaban.
2. Menimbulkan ketrampilan memecahkan masalah secara mandiri dan
mengharuskan siswa untuk menganalisa dan memanipulasi informasi.16
Selain itu, ada beberapa kelebihan belajar penemuan, diantaranya:

15
http://www.anneahira.com/teori-kognitif-bruner.htm, diakses pada tanggal 13Desember
2013, Pukul 13.57.WIB
16
Evelin Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, ( Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011), hlm. 34

13
3. Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah
diingat.
4. Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah
bermakna.
5. Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab
yang diinginkan dalam belajar agar si belajar dapat mendemonstrasikan
pengetahuan yang diterima.
6. Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri
oleh si belajar daripada disajikan dalam bentuk jadi.
7. Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam
menciptakan motivasi belajar.
8. Meningkatkan penalaran si belajar dan kemampuan untuk berfikir
secara bebas.
Kelemahan dari Teori Belajar Penemuan (Free Discovery Learning)
1. Belajar Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila
kurang cerdas, hasilnya kurang efektif
2. Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang
terpimpin atau kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan
kekaburan atas materi yang dipelajari.17
C. KESIMPULAN
1.
2.
3.
4.
5.

17
http://www.anneahira.com/teori-kognitif-bruner.htm, diakses pada tanggal 13Desember
2013, Pukul 13.57.WIB

14
DAFTAR RUJUKAN

Baharudin dan Eka Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: AR-
RUZZ Media, 2007
Siregar, Evelin dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Kosep Dasar,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012
Syah, Muhibbin Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999
Syaiful Syagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: ALFABETA, 2009
Thobrani, Muhammad dan Arif, Teori Belajar dan Pembelajaran Pengembangan
Wacana dan Praktk Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Jogjakarta:
AR-RUZZ Media, 2011
Willis,Ratna Teori- Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga, 2006
http://www.anneahira.com/teori-kognitif-bruner.htm, diakses pada tanggal
13Desember 2013, Pukul 13.57.WIB
http://en.wikipedia.org/wiki/Jerome_Bruner, diakses pada tanggal 3 Desember 2013,
pukul 19.27WIB

15

Anda mungkin juga menyukai