Anda di halaman 1dari 17

UJIAN TENGAH SEMESTER

BIMBINGAN KEJURUAN

Dosen Pengampu :
Drs. Kir Haryan, M. Pd.

Disusun Oleh :
FAHMI FERGIYANTO
NIM. 16504241052
KELAS C 2016

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
1. Rasional Pentingnya BK Di SMK
Dalam Abad ke-21 sekarang ini, setiap peserta didik/konseli dihadapkan pada situasi
kehidupan yang kompleks, penuh dengan tekanan, paradoks dan ketidakmenentuan. Dalam
konstelasi kehidupan tersebut setiap peserta didik/konseli memerlukan berbagai kompetensi
hidup untuk berkembang secara efektif, produktif dan bermaslahat bagi diri sendiri dan
lingkungannya.

Pengembangan kompetensi hidup memerlukan sistem layanan pendidikan di sekolah


yang tidak hanya mengandalkan layanan pembelajaran mata pelajaran/bidang studi dan
manajemen saja, tetapi juga layanan khusus yang lebih bersifat psikopedagogik, yakni
melalui bimbingan dan konseling. Berbagai aktivitas bimbingan dan konseling dapat
diupayakan untuk mengembangkan potensi dan kompetensi hidup peserta didik/konseli
yang efektif serta memfasilitasi mereka secara sistematik, terprogram, dan kolaboratif agar
setiap peserta didik/konseli betul-betul mencapai kompetensi perkembangan atau pola
perilaku yang diharapkan.

Dalam implementasi Kurikulum 2013 terdapat muatan peminatan yang merupakan


bagian dari struktur kurikulum pada satuan pendidikan. Muatan peminatan meliputi
peminatan akademik, kejuruan, dan muatan pilihan lintas minat/pendalaman
minat. Peminatan peserta didik/konseli merupakan suatu proses pemilihan dan
pengambilan keputusan oleh peserta didik/konseli yang didasarkan atas pemahaman
potensi diri dan peluang yang ada.

Dalam konteks tersebut bimbingan dan konseling membantu peserta didik/konseli


untuk memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, dan merealisasikan
keputusan dirinya secara bertanggungjawab. Di samping itu, bimbingan dan konseling
membantu peserta didik/konseli dalam memilih, meraih dan mempertahankan karier untuk
mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera lahir batin.

Dalam mewujudkan maksud di atas, pada satuan pendidikan Sekolah Menengah


Kejuruan (SMK) diupayakan memfasilitasinya melalui tiga komponen pendidikan, yaitu:

(1) kepemimpinan yang melaksanakan manajemen pendidikan secara proaktif dan


fasilitatif, terutama diselenggarakan oleh Kepala Sekolah beserta staff;
(2) pembelajaran yang mendidik yang diselenggarakan oleh guru mata pelajaran/bidang
studi; dan

(3) bimbingan dan konseling yang memandirikan yang diselenggarakan guru bimbingan
dan konseling atau konselor. Ini berarti bimbingan dan konseling merupakan bagian integral
dari program pendidikan di SMK.

Guru bimbingan dan konseling atau konselor bekerja dalam tim bersama guru mata
pelajaran, ketua atau koordinator kelompok guru (normatif, adaptif, eahlian/produktif),
kepala sekolah, dunia usaha dan industri, orangtua, dan masyarakat untuk menciptakaan
kondisi belajar yang kondusif, yang akan membantu semua peserta didik/konseli mencapai
perkembangan optimal dan berhasil dalam kehidupan masa depannya.

Saat ini, peserta didik/konseli berhadapan dengan tantangan-tantangan yang unik dan
bervariasi, yang berdampak terhadap perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir
mereka. Untuk membantu peserta didik/konseli menjadi generasi yang siap menghadapi
kondisi tersebut dibutuhkan dukungan berbagai pihak secara sinergis, termasuk di dalamnya
guru bimbingan dan konseling atau konselor. Setiap peserta didik/konseli di SMK harus
terpenuhi berbagai kebutuhannya, sejalan dengan perkembangan dan tantangan yang pesat
dalam menjalani kehidupannya.

Masa bersekolah di SMK merupakan waktu yang terbaik bagi peserta didik/konseli
untuk mengembangkan jatidiri (identitas) sebagai pribadi yang unik dan efektif, pembelajar
sepanjang hayat, insan yang produktif, dan manusia yang hidup harmonis dalam keragaman.
Pengembangan jatidiri tersebut dapat diupayakan dalam program bimbingan dan konseling
melalui layanan bimbingan dan konseling pribadi, belajar, karir, dan sosial.

Program bimbingan dan konseling memberikan layanan yang terintegrasi dengan


program pengembangan semua aspek hidup peserta didik/konseli di sekolah. Bimbingan dan
konseling di SMK diupayakan untuk mengidentifikasi kebutuhan bidang pribadi,
sosial, belajar, dan karir yang merupakan aktivitas esensial dalam menghadapi rintangan
dalam mencapai prestasi sesuai potensi masing-masing peserta didik/konseli. Oleh
karena itu, pemenuhan kebutuhan pribadi, sosial, belajar, dan karir merupakan kunci
keberhasilan bagi keberhasilan hidup peserta didik/konseli selanjutnya.
Kebutuhan kehidupan saat ini menghendaki adanya peranan layanan bimbingan dan
konseling yang komprehensif pada satuan pendidikan SMK, mengingat kompleksitas dan
keragaman program pendidikannya. Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta
didik/konseli SMK, kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling semakin mendesak.
Ekspektasi kinerja guru bimbingan dan konseling atau konselor di SMK berbeda dengan
guru bimbingan dan konseling atau konselor di satuan pendidikan sekolah menengah
lainnya. Dengan kata lain, guru bimbingan dan konseling atau konselor juga perlu berperan-
serta secara produktif di SMK.

Penyiapan panduan penyelengggaraan bimbingan dan konseling di SMK merupakan


kebutuhan yang harus dipenuhi. Dengan demikian, sejak awal satuan pendidikan memiliki
arah yang jelas yang akan diikuti oleh setiap penyelenggara layanan bimbingan dan
konseling di SMK.

Penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan efektif mengintegrasikan tiga


komponen sistem pendidikan yang meliputi komponen manajemen dan kepemimpinan,
komponen pembelajaran yang mendidik, serta komponen bimbingan dan konseling
yang memandirikan. Ketiga komponen tersebut memiliki wilayah garapan sendiri-
sendiri yang saling melengkapi dalam upaya tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Kejelasan wilayah garapan antara guru mata pelajaran dengan guru bimbingan dan
konseling atau konselor dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Keunikan dan Keterkaitan Pelayanan Guru Mata Pelajaran dengan Guru
Bimbingan dan Konseling atau Konselor

No Dimensi Guru Mata Pelajaran Guru Bimbingan dan Konseling

1. Wilayah Gerak Jenjang pendidikan dasar dan Jenjang pendidikan dasar dan
atau Konselor
pendidikan menengah pendidikan menengah
2. Tujuan Umum Pencapaian tujuan pendidikan Pencapaian tujuan pendidikan
nasional nasional
3. Konteks Tugas Pembelajaran yang mendidik Pelayanan yang memandirikan

melalui mata pelajaran dengan dengan skenario konseli dan


a. Fokus kegiatan Pengembangan kemampuan Pengembangan potensi diri
skenario guru konselor.
penguasaan bidang studi dan bidang pribadi, sosial, belajar,
b. Hubungan kerja masalah-masalahnya.
Alih tangan (referal) karir,tangan
Alih dan masalah-masalahnya.
(referal)
4. Target Intervensi
a. Individual Minim Utama
b. Kelompok Pilihan strategis Pilihan strategis
c. Klasikal Utama Minim
5. Ekspektasi Kinerja
a. Ukuran 1) Pencapaian Standar - Kemandirian dalam kehidupan

keberhasilan 2) Kompetensi Lulusan - Lebih bersifat kualitatif yang

b. Pendekatan umum Pemanfaatan dampak unsur-unsurnya


Pengenalan saling
diri dan terkait
lingkungan
3) Lebih bersifat kuantitatif
(ipsatif)
pembelajaran dan dampak oleh konseli dalam rangka
penyerta melalui pembelajaran pengatasan masalah pribadi,
yang mendidik. sosial, belajar, dan karir. Skenario

c. Perencanaan Kebutuhan belajar ditetapkan tindakan


Kebutuhan merupakan hasil diri
pengembangan
transaksi yang merupakan
tindakan intervensi terlebih dahulu untuk ditetapkan dalam proses
keputusan konseli.
d. Pelaksanaan ditawarkan
Penyesuaiankepada
prosespeserta
berdasarkan transaksional oleh konseli
Penyesuaian proses berdasarkan
didik/konseli. difasilitasi oleh konselor
tindakan intervensi respons ideosinkratik peserta respons unik konseli dalam
didik/konseli
Sumber: Disain Induk Pengelenggaraan yang
Bimbingan danlebih transaksi makna yang lebih lentur
Konseling (2016)
terstruktur. dan terbuka.
2. Landasan Hukum Pelaksaaan BK di SMK.
Penyelenggaraan bimbingan dan konseling (BK) di sekolah merupakan bagian integral dari
sistem pendidikan kita demi mencerdaskan kehidupan bangsa melalui berbagai pelayanan
bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka seoptimal mungkin. Kehadiran
BK di institusi pendidikan sudah memiliki landasan yuridis formal dimana pemerintah telah
menyediakan payung hukum terhadap keberadaan BK di sekolah. Berikut disampaikan
peraturan-peraturan yang mendasari dan terkait langsung dengan layanan BK di sekolah :
a. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 1
disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kerampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kemudian mengenai pendidik
diterangkan di Ayat (6) yaitu dimana pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
b. Selanjutnya tentang fungsi dan tujuan pendidikan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Selanjutnya tentang hak peserta didik disebutkan dalam Bab 5
pasal 12 Ayat (1)b dimana setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111
tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah pada pasal 2 menjelaskan tentang layanan bimbingan dan
konseling bagi konseli pada satuan pendidikan memiliki fungsi : a) pemahaman diri
dan lingkungan; b) fasilitasi pertumbuhan dan perkembangan; c) penyesuaian diri
dengan diri sendiri dan lingkungan; d)penyaluran pilihan pendidikan, pekerjaan, dan
karir; e) pencegahan timbulnya masalah; f) perbaikan dan penyembuhan; g)
pemeliharaan kondisi pribadi dan situasi yang kondusif untuk perkembangan diri
Konseli; h) pengembangan potensi optimal; i) advokasi diri terhadap perlakuan
diskriminatif; dan j) membangun adaptasi pendidik dan tenaga kependidikan
terhadap program dan aktivitas pendidikan sesuai dengan latar belakang pendidikan,
bakat, minat, kemampuan, kecepatan belajar, dan kebutuhan Konseli. Lebih lanjut
pada pasal 3 dinyatakan bahwa Layanan Bimbingan dan Konseling memiliki tujuan
membantu Konseli mencapai perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh
dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karir. Pada pasal 4 menjelaskan tentang asas
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Pada pasal 5 menjelaskan tentang
prinsip pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Untuk program pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling dijelaskan pada pasal 6 ayat (1) sampai dengan
ayat (5). Pasal 7 menjelaskan tentang strategi layanan bimbingan dan konseling.
Pasal 8 tentang mekanisme layanan bimbingan dan konseling dan pasal 9 tentang
pelaksanan layanan bimbingan dan konseling. Pasal 11 tentang kualifikasi guru
bimbingan dan konseling serta pasal 12 tentang pedoman pelaksanaan bimbingan dan
konseling.

3. Hakikat Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan
serta terprogram yang dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor untuk
memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli dalam mencapai kemandirian. Bimbingan
dan konseling merupakan komponen integral sistem pendidikan pada suatu
satuan pendidikan berupaya memfasilitasi dan memandirikan peserta didik/konseli dalam
rangka tercapainya perkembangan individu secara utuh dan optimal. Sebagai komponen
integral, wilayah bimbingan dan konseling yang memandirikan secara terpadu
bersinergi dengan wilayah layanan administrasi dan manajemen, serta wilayah kurikulum
dan pembelajaran yang mendidik. Posisi bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan
digambarkan pada gambar 1.
Sebagai komponen sistem pendidikan, bimbingan dan konseling memfasilitasi
perkembangan peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian, dalam wujud kemampuan
memahami diri dan lingkungan, menerima diri, mengarahkan diri, dan mengambil
keputusan, serta merealisasikan diri secara bertanggung jawab, sehingga tercapai
kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupannya. Pemetaan layanan bimbingan dan
konseling pada satuan pendidikan seperti tertera pada Gambar 1, menampilkan dengan
jelas kesejajaran antara posisi layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan,
dengan layanan manajemen dan kepemimpinan, serta layanan pembelajaran yang
mendidik. Artinya, bimbingan dan konseling tidak bersifat suplementer, tetapi
komplementer saling mengisi di antara peran pendidik pada satuan pendidikan.
Bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan diselenggarakan untuk membantu
peserta didik/konseli dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tugas perkembangan
ini di antaranya meliputi: mencapai hubungan persahabatan yang matang, mencapai peran
sosial sesuai jenis kelaminnya, menerima kondisi fisiknya dan menggunakannya secara
efektif, mencapai kebebesan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya,
menyiapkan diri untuk hidup berumahtangga, menyiapkan diri untuk kariernya, mencapai
seperangkat nilai dan sistem etika yang membimbing tingkahlakunya, dan mencapai
tingkahlaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial.
Pada penyelenggaraan pendidikan di SMK, guru bimbingan dan konseling atau
konselor berperan membantu tercapainya perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir
peserta didik/konseli. Pada satuan pendidikan ini, guru bimbingan dan konseling atau
konselor menjalankan semua fungsi bimbingan dan konseling, yaitu fungsi
pemahaman, fasilitasi, penyesuaian, penyaluran, adaptasi, pencegahan, perbaikan,
advokasi, pengembangan, dan pemeliharaan.
Meskipun guru bimbingan dan konseling atau konselor memegang peranan kunci
dalam sistem bimbingan dan konseling di sekolah, dukungan dari kepala sekolah sangat
dibutuhkan. Sebagai penanggungjawab pendidikan di sekolah, kepala sekolah bertanggung
jawab terselenggarakannya layanan bimbingan dan konseling. Selain itu, konselor sekolah
atau guru bimbingan dan konseling harus berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lain
seperti ketua atau koordinator kelompok guru (normatif, adaptif, keahlian/produktif), kepala
sekolah, dunia usaha dan industri, orangtua, dan pihak-pihak lain yang relevan. Layanan
bimbingan dan konseling di sekolah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah beserta lampirannya.

Tujuan BK
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah pasal 3 dinyatakan bahwa Layanan Bimbingan dan Konseling memiliki tujuan
membantu Konseli mencapai perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh dalam
aspek pribadi, belajar, sosial, dan karir. Secara lebih rinci tujuan Bimbingan dan Konseling
dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Menilai dan memahami diri.
b. Memahami nilai-nilai di masayarakat.
c. Pengenalan terhadap berbagai jenis pekerjaan yang sesuai dengan potensi dirinya.
d. Persiapan lebih matang untuk memasuki dunia kerja.
e. Memecahkan masalah khusus sehubungan dengan pemilihan pekerjaan.
f. Penghargaan yang obyektif dan sehat terhadap kerja.

4. Implementasi Filosofi Pendidikan Kejuruan dalam BK di SMK.


Ada 16 filosofi pendidikan kejuruan atau sering disebut sebagai 16 prinsip
pendidikan kejuruan yang dikemukakan oleh Dr. Charles Allen Prosser dan
implementasinya dalam BK di SMK antara lain :
a. Prinsip ke 1 berbunyi “Pendidikan kejuruan akan efisien jika lingkungan dimana siswa
dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja”. Prinsip ini akan
sangat sulit untuk bisa diterapkan di Indonesia karena pembuatan replika akan
memerlukan biaya besar dan harus selalu mengikuti perkembangan yang terjadi di dunia
industri. Melihat keadaan sekolah kejuruan di Indonesia, sangat sulit mewujudkan
prinsip ini. Hal terjauh yang bisa dilaksanakan adalah menyediakan fasilitas praktek
dasar sehingga lulusan nanti akan memiliki kompetensi dasar yang kuat untuk
dikembangkan lebih lanjut jika sudah diterima di industri.
b. Prinsip ke 2 berbunyi “Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana
tugas-tugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama seperti yang
ditetapkan di tempat kerja”. Sama seperti pada prinsip ke 1, namun jika sekolah mampu
menyelenggarakan praktek kerja langsung di industri secara memadai dari sisi waktu,
intensitas dan dengan pengawasan yang baik, maka prinsip ini bisa terpenuhi. Dalam
kenyataannya sekolah kewalahan harus menempatkan siswa dalam jumlah banyak
untuk melaksanakan praktek yang sesuai kurikulum langsung di lokasi industri.
c. Prinsip ke 3 berbunyi “Pendidikan kejuruan akan efektif jika melatih seseorang dalam
kebiasaan berpikir dan bekerja seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri”.
Idealnya sekolah bisa menciptakan kondisi yang mendukung pembentukan pola pikir
dan pola kerja bagi siswanya, namun kendala terbesar adalah bahwa manajemen sekolah
tidak memiliki latar belakang industri yang kuat. Hampir semua sekolah vokasi
dipimpin dan diajar oleh para profesional pendidikan yang tidak memiliki pengalaman
industri cukup. Maksud latar belakang dalam hal ini adalah pengalaman bekerja dan
etos kerja industri, sehingga mustahil bisa menciptakan suasana industri didalam
sekolah.
d. Prinsip ke 4 berbunyi “Pendidikan kejuruan akan efektif jika dapat memampukan setiap
individu mengembangkan minatnya, pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat
yang paling tinggi. Sistem pendidikan kita memungkinkan bagi individu siswa untuk
maju dan meraih tingkat kompetensi dan keberhasilan yang setinggi-tingginya. Ini
kemungkinan akibat liberalnya sistem pendidikan kita sehingga memungkinkan siswa
yang memiliki potensi, rajin dan memiliki kemauan kuat dapat melaju cepat. Namun hal
ini juga berlaku bagi siswa yang lemah, dimana siswa seperti ini akan tertinggal jika
tidak memiliki keinginan dan motivasi yang kuat untuk maju. Sistem pendidikan yang
ada memberikan keleluasaan besar pada guru untuk menentukan kualitas proses
pembelajaran. Guru akan cenderung memberikan prioritas pada siswa yang potensial
dan aktif. Sistem kontrol pembelajaran kurang bisa memastikan pemerataan prioritas
terhadap semua siswa untuk mendapat pelajaran yang sama kuantitas dan kualitasnya.
Dengan adanya layanan BK diharapkan dapat melakukan fungsi kontrol pembelajaran
terhadap semua siswa sesuai dengan minat, bakat dan potensi yang dimiliki masing-
masing siswa.
e. Prinsip ke 5 berbunyi “Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan
atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang
menginginkannya dan yang mendapat untung darinya”. Idealnya memang semua calon
siswa yang masuk ke sekolah kejuruan sudah melewati seleksi potensi teknis dan non-
teknis, sehingga siswa yang masuk adalah siswa yang secara bakat dan minat sesuai
dengan jurusan yang dipilih serta memiliki motivasi intrinsik yang besar untuk
menjalani pembelajaran. Namun ada banyak faktor yang menyebabkan hal ini kurang
bisa dilaksanakan di sebagian besar sekolah. Salah satu faktor penting adalah karena
tidak adanya bimbingan dan konseling karir atau vokasional di level SMP sebelum
masuk SMK dan juga di level SMA/SMK ke program vokasi lanjutannya. Ini
menyebabkan calon siswa sekolah kejuruan tidak memiliki pengertian yang cukup
mengenai dunia kerja, sehingga dalam banyak kasus terjadi ketidaksesuaian siswa yang
masuk ke sekolah vokasi.
f. Prinsip ke 6 berbunyi “Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan untuk
membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar diulang-ulang sehingga
sesuai seperti yang diperlukan dalam pekerjaan nantinya”. Prinsip ini banyak diabaikan
dan memang sulit untuk diterapkan sepenuhnya karena banyaknya beban kurikulum
sekolah kejuruan di Indonesia. Siswa tidak hanya belajar mata pelajaran teknis namun
juga pelajaran normatif dan adaptif yang memakan porsi hingga 30-40% dari total
waktu pembelajaran. Waktu pembelajaran praktek kejuruan juga tidak bisa
melaksanakan kegiatan berulang karena kurangnya sarana prasarana penunjang praktek
sehingga harus bergantian dengan siswa lain. Pada saat Praktek Industri sebenarnya
siswa mendapat waktu panjang untuk mengulang-ulang kegiatan praktek, namun
banyak siswa terkendala dengan penempatan praktek yang tidak sesuai jurusan. Peran
BK hanya dapat memberikan layanan terkait penerapan kebiasaan-kebiasaan kerja dan
kebiasaan berpikir dalam industri bekerja sama guru kejuruan dan industri terkait
tentunya.
g. Prinsip ke 7 berbunyi “Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai
pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan pengetahuan pada operasi
dan proses kerja yang akan dilakukan”. Prinsip ini juga sangat sulit diterapkan di
Indonesia. Praktisi yang sukses tidak akan memilih dunia pendidikan sebagai pilihan
karir utama mereka karena banyak faktor. Pendidik di sekolah kejuruan sebagaian besar
adalah pendidik murni dengan ketrampilan teknis tingkat pemula. Solusinya adalah
dengan mendatangkan pengajar tamu dari industri ke sekolah, namun karena
terbatasnya waktu biasanya kegiatan ini hanya bisa memberi wawasan pengetahuan saja
ke siswa dan tidak bisa sampai pada pemberian ketrampilan. Akhirnya memang kita
harus realistis, sekolah kejuruan kita baru bisa memasok calon tenaga kerja yang siap
latih ketika masuk ke dunia industri, mereka dibekali pengetahuan dan ketrampilan
dasar pada bidangnya. Jika industri ingin mendapat pekerja dengan level kompetensi
lebih tinggi atau lebih spesifik, mereka harus melakukan pelatihan lanjutan secara in-
company.
h. Prinsip ke 8 berbunyi “Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus
dipunyai oleh seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut”. Saat ini
sudah ada standar kompetensi baku yang dipakai sebagai acuan di SMK yaitu SKKD
dan Program Diploma banyak mengacu pada SKKNI. Hal ini sudah cukup memadai,
namun masih ada kendala dalam implementasi di lapangan seperti tidak standarnya
proses pembelajaran antar sekolah dan antar daerah dalam satu bidang keahlian.
Kesulitan lain adalah pada saat uji kompetensi yang juga tidak standar antar sekolah dan
antar daerah karena menggunakan penguji yang berbeda dan tidak profesional.
Seharusnya uji kompetensi dilakukan oleh satu lembaga khusus dibawah asosiasi
industri tertentu, namun secara kelembagaan hal ini belum bisa diwujudkan sepenuhnya
di Indonesia. Masih banyak sekolah kejuruan yang tidak bisa mendapatkan mitra
penguji kompetensi yang benar-benar kompeten dan layak menjadi penguji.
i. Prinsip ke 9 berbunyi “Pendidikan kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar”.
Secara alamiah prinsip ini mulai berlaku dan diterapkan terutama di sekolah kejuruan
yang memiliki birokrasi lebih fleksibel seperti sekolah swasta. Prinsip ekonomi supply-
demand berlaku saat ini, program keahlian yang tidak dibutuhkan industri akan dengan
sendirinya mendapatkan peminat yang sedikit. Jika sekolah tidak mampu menyesuaikan
dengan cepat, maka besar kemungkinan sekolah akan kesulitan menjaring siswa.
Namun banyak kendala yang harus dihadapi sekolah agar bisa menjadi sekolah yang
mampu selalu memenuhi permintaan pasar kerja. Penghapusan program keahlian yang
ada pasti akan menimbulkan konsekuensi besar dan menimbulkan kerugian bagi
sekolah. Pembukaan program keahlian baru juga tidak mudah karena mahal dan
rumitnya persiapan. Dalam realita, banyak sekolah yang akhirnya mengorbankan
kesiapan penyelenggaraan demi mengejar permintaan pasar, hal ini sangat berbahaya
dan pada akhirnya akan membuat nama baik sekolah tercemar karena gagal
menghasilkan lulusan yang berkualitas.
j. Prinsip ke 10 berbunyi “Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan
tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata”. Secara sistem prinsip ini
sudah diterapkan di sekolah kejuruan kita. Ada Praktek Industri dan Pemagangan di
SMK yang diberikan alokasi waktu cukup panjang hingga 1 tahun. Kesempatan juga
dibuka lebar dalam hal penempatan, bisa diluar kota, luar negeri, dll. Bahkan siswa
diperbolehkan untuk masuk ke industri yang relevansinya kurang dengan jurusan yang
dimiliki. Ini adalah hal yang salah dan tidak sesuai dengan prinsip pendidikan kejuruan,
namun sekolah harus menghadapi kenyataan bahwa penempatan praktek lapangan siswa
sangat sulit. Ini disebabkan kurangnya jumlah industri yang mau menerima siswa
praktek dan semakin banyaknya jumlah siswa sekolah kejuruan pada saat ini.
Sayangnya tidak ada upaya konkrit untuk memecahkan masalah rasio yang timpang ini
dari pemerintah.
k. Prinsip ke 11 berbunyi “Sumber yang dapat dipercaya untuk mengetahui isi pelatihan
pada suatu okupasi tertentu adalah dari pengalaman para ahli okupasi tersebut”. Prinsip
ini sudah cukup luas diterapkan oleh sekolah kejuruan, materi belajar memang
disediakan dari sumber yang cukup terpercaya. Ini disebabkan semakin mudahnya
pencarian informasi melalui teknologi informasi sehingga dimungkinkan penggunaan
dokumen untuk belajar yang berasal dari berbagai sumber. Bahkan saat ini hampir tidak
ada perbedaan materi belajar antar sekolah dan antar daerah karena sumber yang dipakai
sangat banyak dan tersedia bebas. Namun utnuk beberapa jurusan tertentu, sekolah
harus lebih proaktif membangun hubungan dengan industri lokal karena adanya materi
yang harus disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
l. Prinsip ke 12 berbunyi “Setiap pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lain”. Prinsip ini sudah didekati oleh sistem
pendidikan kejuruan dengan adanya pengelompokan jurusan dan program keahlian.
Sekolah juga cenderung membuka program keahlian yang serumpun agar bisa terjadi
efisiensi dalam proses mengajar karena adanya kompetensi atau sub-kompetensi yang
dipakai bersama dalam bidang keahlian yang berbeda. Dengan adanya layanan BK
siswa diarahkan untuk memilih pekerjaan yang sesuai dengan minat, bakat, dan
kompetensi yang dimiliki.
m. Prinsip ke 13 berbunyi “Pendidikan kejuruan akan merupakan layanan sosial yang
efisien jika sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memang memerlukan dan memang
paling efektif jika dilakukan lewat pengajaran kejuruan”. Prinsip ini memerlukan
banyak sumber daya dalam penerapannya. Setiap bidang keahlian memerlukan materi,
metode belajar dan pendekatan yang berbeda satu sama lain. Kebutuhan masing-masing
jurusan harus dipenuhi agar hasil dari proses pembelajaran bisa maksimal. Di Indonesia
sudah diterapkan dalam skala tertentu seperti adanya pelajaran Matematika khusus
untuk bidang keahlian bisnis dan manajemen, ada Matematika khusus bidang
Teknologi, dll. Hal yang sama juga sudah diterapkan di masing-masing rumpun seperti
antar jurusan Multimedia dan Animasi ada pelajaran Gambar Grafis yang sedikit
berbeda karena berbeda tujuan.
n. Prinsip ke 14 berbunyi “Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang
digunakan dan hubungan pribadi dengan peserta didik mempertimbangkan sifat-sifat
peserta didik tersebut”. Prinsip ini sudah cukup luas diterapkan karena karakter sosial
masyarakat Indonesia yang sangat menghargai hubungan sosial yang harmonis.
Hubungan antara sekolah, guru, siswa dan orangtua siswa tergolong baik jika dibanding
dengan negara lain. Ini adalah hal positif karena siswa dapat secara positif
mengembangkan minat dan bakatnya karena hubungan guru-siswa berjalan sehat dalam
proses belajar. Namun kendala utama prinsip ini adalah karena banyaknya siswa yang
harus diajar oleh 1 guru, artinya rasio guru-siswa masih sangat timpang sehingga masih
sulit bagi guru untuk dapat memberikan perhatian khusus pada setiap siswanya.
o. Prinsip ke 15 berbunyi “Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien jika luwes”.
Pada umumnya manajemen administrasi sekolah di Indonesia relatif fleksibel dan tidak
kaku. Ini juga berhubungan dengan karakter sosial masyarakat Indonesia yang
mengedepankan rasa saling percaya dan keterbukaan. Bahkan dalam banyak kasus
terlalu fleksibel dan mengabaikan prinsip tertib administrasi. Namun dengan semakin
banyaknya penerapan standar manajemen mutu terpadu di sekolah, hal ini semakin baik,
artinya tetap luwes namun tertib.
p. Prinsip ke 16 berbunyi “Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu dan jika tidak
terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh dipaksakan beroperasi”. Prinsip ini
banyak dilanggar. Prinsip sebaliknya yang justru sering dipakai yaitu, biarpun biaya
tidak cukup yang penting dibuka dulu. Ini adalah prinsip yang salah namun justru
menjadi mainstream di kalangan sekolah kejuruan. Pembukaan sekolah kejuruan
membutuhkan dana sangat besar, pemerintah saat ini tidak bisa memenuhi seluruh
kebutuhan di seluruh penjuru Nusantara, demikian juga swasta. Hanya beberapa sekolah
saja, baik negeri maupun swasta, yang mampu membiayai sekolah yang dikelola secara
memadai, sebagian besar lainnya tidak didukung sumber pembiayaan yang cukup.

5. Konsep Bimbingan jabatan, Bimbingan Karir, Bimbingan Konseling Beserta


Implementasinya dalam pendidikan di SMK.
a. Bimbingan Jabatan
Bimbingan jabatan lebih menekankan pada layanan yang berpusat pada pemberian
informasi pasar kerja dan jabatan. Ada beberapa pengertian tentang bimbingan jabatan
yang pada intinya sama pengertiannya. Adapun pengertian tersebut diambil dari:
1) Rekomendasi ILO No.87/1949:
a) Membantu seseorang untuk memecahkan permasalahan yang berhubungan
dengan pemilihan jabatan yang bertujuan untuk mempertemukan antara
karakteristik individu dengan kesempatan kerja.
b) Mempersiapkan pencari kerja untuk mampu mengembangkan dirinya secara
utuh, memilih pekerjaan yang sesuai dengan dirinya sendiri dan lebih
menjamin adanya kepuasan kerja.
2) Rekomendasi ILO No. 150/1975:
a) Meningkatkan ruang lingkup dari penyuluhan dan bimbingan jabatan
meliputi informasi tenaga kerja yang objektif dan komprehensif, tersedianya
program bimbingan jabatan yang lebih luas mencakup siswa sekolah,
angkatan kerja usia muda dan orang dewasa serta tenaga kerja penyandang
cacat.
b) Penyuluhan dan bimbingan jabatan mencakup pemilihan jabatan, latihan
keterampilan, studi lanjut, prospek jabatan, promosi jabatan dan kondisi
lingkungan kerja.
3) Hasil Lokakarya Nasional Bimbingan Jabatan yang diselenggarakan oleh
Departemen Tenaga Kerja pada tanggal 30 April 1979 di Jakarta “Bimbingan
Jabatan adalah suatu proses membantu seseorang untuk mengerti dan menerima
gambaran tentang dirinya dan dunia kerja diluar dirinya untuk dapat menyiapkan
diri, memilih bidang pekerjaan dan membina karier dalam bidang tersebut”
Implementasi dalam pendidikan di SMK dengan adanya bimbingan jabatan
siswa dibekali untuk mengenali tentang dirinya, pekerjaan apa yang sesuai dengan
potensinya, memilih pekerjaan yang diminati, dan mempersiapkan untuk memasuki
pekerjaan tersebut.

b. Bimbingan Karir
Bimbingan karier adalah suatu proses bantuan, layanan, pendekatan terhadap
individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja,
merencanakan masa depan yang sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya,
mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas
keputusan yang diambilnya itu sehingga mampu mewujudkan dirinya secara bermakna.
Bimbingan karier difokuskan untuk membantu individu menampilkan dirinya yang
memiliki kompetensi/keahlian agar meraih sukses dalam perjalanan hidupnya dan
mencapai perwujudan diri yang bermakna bagi dirinya dan lingkungan di sekitarnya.
Implementasi Adapun lingkup kehidupan klien yang dibantu atau difasilitasi
melalui layanan bimbingan dan konseling di sekolah itu meliputi aspek kemampuan
untuk (a) mengembangkan diri atau pribadi dengan berbagai karakteristiknya yang khas;
(b) mengembangkan hubungan sosial dalam kaitan dengan lingkungan individu yang
lain, kelompok, dan masyarakatnya; (c) mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar
yang aktif dan produktif hingga dapat mencapai prestasi yang optimal; dan (d)
mengembangkan pemahaman serta penerimaan terhadap gambaran diri pribadinya dan
dunia kerja di luar dirinya, memperoleh penyesuaian antara gambaran diri dan dunia
kerja pilihannya, hingga meraih keberhasilan dan dapat mewujudkan diri sepanjang
perjalanan hidupnya.

c. Bimbingan Konseling
Bimbingan Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu
yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi
yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat
memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta
dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Implementasi dalam pendidikan di SMK yaitu dengan adanya bimbingan konseling
siswa daoat mengembangkan potensi yang dimilikinya, dapat mengetahui potensi apa
yang dimiliki, bagaimana cara mengembangkan potensi tersebut, hingga hambatan-
hambatan yang ditemui ketika mengembangkan potensinya dapat dicarikan solusi
melalui bimbingan konseling ini.

6. Keterkaitan antara pelaksanaan BK di SMK terhadap kompetensi lulusan SMK dan


peluang kerja
Pelaksanaan BK di SMK berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah pasal 3 dinyatakan bahwa Layanan Bimbingan
dan Konseling memiliki tujuan membantu Konseli mencapai perkembangan optimal dan
kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karir. Hal ini berarti
dengan adanya BK di SMK, konseli (siswa) digali minat, bakat, dan potensi yang
dimilikinya untuk diarahkan ke arah pekerjaan mana yang cocok dengan minat, bakat, dan
potensi yang dimilikinya.
Dengan adanya kompetensi lulusan SMK, akan jelas kompetensi-kompetensi apa saja
yang dipersyaratkan untuk dimiliki oleh lulusan SMK. Siswa dapat mempersiapkan diri
untuk memenuhi kompetensi-kompetensi yang diharapkan tersebut. Dengan pelaksanaan
BK di SMK, apabila terdapat kendala atau hambatan pada siswa dalam mencapai
kompetensi tersebut dapat dibantu untuk mencari solusi atau jalan keluar dari permasalahan
tersebut.
Peluang kerja yang ada pastinya akan disesuaikan dengan kompetensi yang diharapkan
oleh industri. Industri akan mencari pekerja baru yang memiliki kompetensi-kompetensi
yang sesuai dengan yang mereka harapkan.
Sehingga pelaksanaan BK di SMK terkait dengan kompetensi lulusan kerja dan peluang
kerja adalah, dengan adanya pelaksanaan BK di SMK siswa digali dan dikembangkangkan
sesuai dengan minat, bakat, dan kompetensi nya untuk diarahkan memilih pekerjaan yang
sesuai dengan minat, bakat dan potensi yang dimilikinya. Setelah mengetahui peluang kerja
apa yang sesuai dengan minat, bakat dan potensinya selanjutnya siswa harus mempersiapkan
untuk memenuhi kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk pekerjaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai