Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

DEFINISI, ETIOLOGI, PATOFISIOLOGI, TANDA DAN GEJALA

SINDROM PROTEUS

2.1 Definisi dan Etiologi

Sindrom Proteus merupakan suatu kelainan hamartomatous kongenital yang

jarang terjadi dan sangat kompleks. Sindrom Proteus ditandai dengan adanya

gigantisme sebagian pada tangan , kaki atau keduanya, hiperplasia pada telapak kaki,

hemangiomas, lipomas, lymphangiomas, varicosities, verrucous epidermal nevi,

macrocephaly, cranial exostosis , dan asimetris pada anggota badan karena

pertumbuhan yang berlebihan pada sumsum tulang belakang.3

Penyebab sindrom Proteus ini masih belum jelas. Sindrom Proteus tampaknya

terjadi secara acak dan bukanlah karena faktor keturunan. Pada tahun 1987, Happle

menemukan bahwa sindrom Proteus merupakan hasil dari gen yang tidak dikenal

yang berubah (mutasi) pada beberapa sel tetapi normal pada sel-sel tubuh lainnya.

Hal ini disebut dengan mosaicism. Sifatnya yang progresif alamiah dan keterlibatan

multisistem menunjukkan adanya penyebab genetik. Kemunculan sindrom ini sudah

lama diketahui bersifat sporadis, hal ini kemungkinan karena suatu mutasi mematikan

yang bertahan hanya pada bentuk mosaik. Mutasi somatis yang diperoleh dapat

mempengaruhi reseptor faktor pertumbuhan jaringan fibroblas atau faktor

pertumbuhan fibroblas di bagian tubuh tertentu. Tingkat keterlibatannya bervariasi

Universitas Sumatera Utara


tetapi keterlibatan penyebaran pada sistem organnya tidak khas. Tidak ditemukan

adanya perbedaan statistik pada prevalensi jenis kelamin.3,4

2.2 Patofisiologi

Sindrom Proteus ini adalah suatu penyakit sporadis yang jarang, dengan

manifestasi mosaik atau tidak teratur. Penyebab sindrom Proteus masih belum

diketahui, namun hipotesis utama menyatakan bahwa sindrom Proteus disebabkan

oleh perubahan mosaik postzigotik dalam gen yang mematikan di daerah nonmosaik.

Penyimpangan kromosom belum ditunjukkan dengan studi sitogenetik, tetapi

kariotipe pada dua pasien dengan sindrom Proteus menunjukkan adanya susunan

abnormalitas dari kromosom 16 dan kromosom 1 dalam distribusi mosaik, lebih

mendukung hipotesis mutasi somatik.5

Konsep mutasi somatis yang melibatkan faktor pertumbuhan jaringan atau

reseptor dapat menjelaskan beberapa aspek sindrom Proteus, seperti mosaik distribusi

lesi, kejadian sporadisnya, keturunan terpengaruh dari individu yang terkena dampak

dan keberadaan kembar tidak identik. Meskipun bukti mengarah pada mutasi somatis,

tidak ada penyebab mutasi gen yang telah dikenal sebagai sindrom Proteus.5

Pasien dengan sindrom Proteus mengalami kesulitan berjalan karena jari kaki

makrodaktil, skoliosis, dan ketidakstabilan sendi dengan dislokasi pinggul , tumor

subkutan ekspansif dan neuropati kompresi karena hamartomas intraneural. Beberapa

pasien mungkin atelektasis permanen, pneumonia, atau gejala dari insufisiensi paru.

Terdapat sekitar 30% pasien yang mengalami retardasi mental dan 20% pasien

sindrom Proteus yang dilaporkan mengalami kematian dini, kebanyakan disebabkan

karena trombosis vena dalam atau emboli paru-paru, komplikasi postoperasi atau

Universitas Sumatera Utara


pneumonia. Sindrom Proteus tidak mempunyai prevalensi pada ras tertentu

sedangkan laki-laki beresiko terkena hampir dua kali lipat lebih besar dibanding

dengan perempuan dengan rasio laki-laki berbanding peempuan adalah 1.9 : 1.5

Sedikitnya kelainan yang terkait dengan sindrom Proteus muncul saat lahir

atau pada tahun pertama kehidupan. Mereka biasanya tumbuh sampai pubertas

terutama nervus cerebriform biasanya tidak terlihat sampai kisaran umur 2 tahun, hal

ini sering menunda diagnosis yang benar dari sindrom Proteus.5

Jaringan dan organ yang terpengaruh oleh sindrom Proteus dan keparahan

efek mungkin tergantung pada berapa banyak sel yang mengandung gen bermutasi

dan apa jenis sel yang terkandung di dalamnya. Seseorang dengan banyak sel yang

mengandung gen mutasi cenderung memiliki lebih banyak efek dibandingkan dengan

seseorang dengan hanya sedikit sel mutasi.4

2.3 Tanda dan Gejala

Penderita sindrom Proteus dapat memiliki manifestasi yang luas. Dampaknya

juga bisa dari yang ringan sampai yang berat. Manifestasi yang paling umum dari

sindrom Proteus ini antara lain :2 ,4

1. Abnormalitas tulang dan perkembangan jaringan halus, seperti

hemihyperplasia (pertumbuhan berlebihan yang asimetris pada anggota tubuh

seperti tengkorak kepala, wajah, jari tangan dan jari kaki), scoliosis (kelainan

tulang belakang), pertumbuhan yang tidak seimbang dan atrofi pada otot lengan

atas dan leher.

2. Abnormalitas kulit dan perkembangan jaringan konektif, seperti kulit kasar yang

menonjol (verrucous epidermal naevi) atau datar, garis yang dalam dan

Universitas Sumatera Utara


pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan halus pada telapak kaki (cerebriform

connective tissue naevi), dan tumor benigna pada jaringan lemak (lipoma) atau

area dimana berperan dalam menurunkan atau menaikkan berat badan serta

pertumbuhan abnormal pada pembuluh darah atau limfatik (vascular

malformations).

3. Bentuk wajah seperti pembesaran belakang kepala, kelopak mata yang menurun,

tulang hidung yang rendah, lubang hidung yang menengadah, wajah yang panjang

dan sempit, mulut yang tetap terbuka saat istirahat (incompetent lips).

Organ internal yang juga terkena dampak termasuk limpa dan timus, yang

dapat membesar. Kondisi ini juga menyebabkan cacat fisik yang cukup signifikan dan

ketidakmampuan belajar atau keterlambatan perkembangan.2

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai