Anamnesis pada sistem pencernaan atau digesti harus memperhatikan dua hal, yaitu
aspek komunikasi dan aspek anamnesis itu sendiri, sama seperti anamnesis pada sistem-
sistem lain. Sebelum mempelajari ketrampilan Anamnesis pada gangguan sistem digesti,
pelajari kembali point-point penting dalam Anamnesis secara umum yang telah dipelajari
pada Fase 1. Hal-hal yang perlu diingat adalah agar membiarkan pasien menjelaskan
gejalanya dengan menggunakan kata-katanya sendiri, hindari untuk terlalu mengarahkan,
dan selalu mulai pertanyaan dengan pertanyaan terbuka. Dalam penggalian anamnesis
menuju diagnosis banding barulah menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertutup.
Untuk aspek anamnesis pada sistem digesti, hal-hal yang harus ditanyakan formatnya
sama dengan anamnesis pada umumnya, yang berbeda hanya pada penggalian mendalam
tentang keluhan utamanya (riwayat penyakit sekarang dan keluhan penyerta).
Sesuai dengan Anamnesis secara umum yang telah dipelajari, berikut ini adalah
panduan anamnesis untuk gangguan sistem digesti:
1. Anamnesis identitas pasien, yaitu nama lengkap, umur, jenis kelamin, alamat, dan
pekerjaan.
2. Menanyakan keluhan utama. Pada gangguan sistem digesti, keluhan utama yang sering
muncul adalah:
Nyeri perut
Konstipasi
Diare
Dispepsia
Sulit menelan/disfagia
Perdarahan saluran cerna
Ikterus
Mual dan muntah
3. Menggali riwayat penyakit sekarang. Berdasarkan keluhan utama, dilakukan penggalian
lebih mendalam dengan menanyakan riwayat penyakit sekarang. Seperti pada waktu
anamnesis umum, hal-hal yang harus ditanyakan adalah:
Onset: kapan pertama kali muncul keluhan.
Frekuensi: berapa sering keluhan muncul.
Sifat munculnya keluhan: apakah keluhan muncul secara akut (mendadak), kronis
(sudah lama), atau intermitten (hilang timbul).
Durasi: sudah berapa lama menderita keluhan.
Sifat sakit/keluhan utama: sakitnya seperti apa, merupakan penjelasan sifat dari
keluhan utama, yang biasanya spesifik untuk setiap keluhan utama di atas.
Lokasi: di mana letak pasti keluhan, apakah tetap, atau berpindah-pindah/menjalar.
Hubungan dengan fungsi fisiologis lain: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang
diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, kehilangan nafsu makan,
dan sebagainya.
Akibat yang timbul terhadap aktivitas sehari-hari, seperti tidak dapat bekerja, hanya
bisa tiduran, dan sebagainya.
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan: pemberian obat/tindakan
tertentu, pengambilan posisi tertentu, dan sebagainya. Apabila diberikan obat,
ditanyakan pula berapa dosis yang diberikan dan sudah berapa lama. Pada saat
membicarakan obat, yang digali tidak hanya obat yang diberikan dokter, tetapi juga
obat bebas yang dikonsumsi sendiri oleh pasien, serta obat herbal. Digali pula
Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 5
Blok Keterampilan Klinik Dasar 2
bagaimana efek dari upaya untuk mengurangi keluhan itu, apakah berhasil tapi tidak
maksimal, atau tidak berhasil sama sekali.
Di bagian berikutnya akan diberikan beberapa contoh penggalian mendalam terhadap
riwayat penyakit sekarang untuk masing-masing keluhan utama di atas.
4. Menggali riwayat penyakit dahulu, baik penyakit serupa maupun penyakit lain. Selain
itu, ditanyakan juga apakah pasien pernah harus rawat inap, dan karena apa, serta berapa
lama. Bila pernah mendapat pengobatan, ditanyakan riwayat pengobatan yang telah
dijalani.
5. Menggali penyakit keluarga, baik yang serupa dengan yang diderita sekarang, maupun
penyakit yang diturunkan.
6. Menanyakan keluhan penyerta (keluhan sistem) yang terkait dengan gangguan digesti.
Penelusuran anamnesis sistem harus relevan dengan keluhan utama pasien dan dugaan
terhadap diagnosis yang akan ditegakkan, termasuk diagnosis bandingnya.
7. Membuat resume anamnesis. Pada tahap ini, jawaban yang diberikan oleh pasien
dirangkai menjadi suatu alur riwayat penyakit yang kronologis. Jawaban pasien tidak
harus semuanya dimasukkan ke dalam resume, harus dipilah-pilah yang berguna dalam
perencanaan pemeriksaan, diagnosis, atau terapi. Hasil anamnesis disusun dimulai dari
waktu dan tanggal anamnesis, identitas, keluhan utama (KU), riwayat penyakit sekarang
(RPS), riwayat penyakit dahulu (RPD), riwayat penyakit keluarga (RPK)/lingkungan
(RPL), dan anamnesis sistem.
Keluhan Utama yang Sering Berkaitan dengan Sistem Digesti Nyeri Perut
Nyeri perut merupakan keluhan utama yang sering ditemui, mencakup hampir 10%
dari seluruh kunjungan ke unit gawat darurat, dan hampir 25%-nya harus dirawat inap.
Epidemiologi nyeri perut akut lebih banyak dipelajari daripada nyeri perut yang kronis.
Yang disebut dengan nyeri perut akut adalah yang muncul selama beberapa menit, namun
bisa menetap berhari-hari. Eksaserbasi akut dari nyeri perut kronis tidak termasuk dalam
nyeri perut akut. Nyeri perut kronis dirasakan minimal selama 6 bulan tanpa diagnosis yang
jelas, walaupun sudah dilakukan evaluasi terhadap kondisi pasien.
Prevalensi berbagai penyebab nyeri perut yang akut tergantung pada usia pasien.
Berdasarkan epidemiologi, pada usia di bawah 60 tahun, penyebab tersering nyeri perut akut
(sesuai urutan dari frekuensi tersering sampai jarang) adalah nyeri perut nonspesifik (nyeri
yang sulit dilokalisasi, bisa mencapai 33%), appendisitis akut, nyeri urologis (berasal dari
distensi vesica urinaria, sistitis, nefrolitiasis, pielonefritis), obstruksi usus, trauma perut,
kolelitiasis, ulkus peptik, nyeri ginekologis, pankreatitis, dan nyeri akibat keganasan. Pada
usia di atas 60 tahun, penyebab tersering (sesuai urutan dari frekuensi tersering sampai
jarang) adalah kolesistitis, obstruksi usus, nyeri perut nonspesifik, keganasan, ileus, hernia
inkarserata, kolelitiasis, appendisitis akut, ulkus peptik, kolitis, pankreatitis, dan nyeri
urologik.
Begitu pasien memberikan keluhan utama nyeri perut, lakukan penggalian tentang
keluhan tersebut berdasarkan penggalian riwayat penyakit sekarang, yaitu:
Onset dan durasi
Sifat munculnya nyeri: apakah nyeri perut akut, nyeri perut kronis, atau eksaserbasi akut
dari nyeri perut yang kronis (intermitten).
Frekuensi
Sifat nyeri:
Keluhan penyerta dari nyeri perut yang bisa mengarahkan pada diagnosis antara lain
adalah:
Mual dan muntah, bisa diakibatkan oleh gastroenteritis, sedangkan penyebab serius
adalah infark miokard, appendisitis, obstruksi usus, kolesistitis, hernia
inkarserata/strangulata, dan pankreatitis. Isi muntahan juga bisa menentukan diagnosis,
misalnya apabila yang dimuntahkan berupa makanan yang belum dicerna, bisa
disebabkan oleh obstruksi esofagus. Apabila isi muntahan berupa makanan yang belum
dicerna bercampur dengan asam, maka penyebabnya bisa berupa gastroparesis atau
obstruksi saluran keluar lambung. Apabila muntahnya berdarah (hematemesis), bisa
disebabkan oleh GERD, varices esofagus atau lambung, ulkus peptik, dan kanker
lambung.
Rasa penuh/kembung sesudah makan atau sering bersendawa sesudah makan yang
mengiringi nyeri epigastrium biasanya disebabkan oleh ulkus peptik
Feces berwarna pucat dan/atau urine berwarna seperti teh, penyebab yang serius adalah
obstruksi empedu.
Feces berwarna hitam/berdarah, penyebab ringan adalah pemakaian suplemen besi,
penyebab yang serius adalah perdarahan saluran cerna.
Konstipasi, penyebab ringan adalah dehidrasi, sedangkan penyebab yang serius adalah
obstruksi usus dan hiperkalsemia.
Ikterus, biasanya disebabkan oleh obstruksi empedu. Adanya Charcot’s triad (demam,
nyeri perut kanan atas, dan ikterus) sering terjadi pada kolangitis.
Demam, penyebab ringannya adalah penyakit virus, sedangkan penyakit yang srrius
adalah appendisitis, kolesistitis, dan diverkulitis.
Hematuria, bisa disebabkan oleh obstruksi saluran kencing.
Nyeri perut yang muncul beberapa hari sebelum haid dan terus memburuk, dan
berkurang sesudah haid berhenti, biasanya diakibatkan oleh pelvic inflammatory disease
dan endometriosis.
Perdarahan per vaginam yang didahului oleh amenore, mengarahkan pada kehamilan
ektopik.
Konstipasi
Konstipasi secara klasik didefinisikan sebagai defekasi < 3 kali seminggu.
Konstipasi kronis didefinisikan sebagai adanya 2 gejala berikut atau lebih yang dialami
minimal selama 12 minggu (tidak perlu minggu yang berurutan) dalam 12 bulan terakhir:
Kesulitan untuk defekasi selama > 25% defekasi
Feces keras atau bergumpal-gumpal (lumpy) pada > 25% defekasi
Perasaan evakuasi feces yang tidak habis pada > 25% defekasi
Perasaan ada obstruksi anorektal pada > 25% defekasi
Manuver manual untuk > 25% defekasi
Diare
Diare didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi defekasi (> 3 kali per hari) dengan
peningkatan jumlah feces (> 200 g/dl). Diare disebut akut apabila berlangsung < 2 minggu,
dan disebut kronis bila berlangsung minimal 4 minggu. Diare disebut persisten bila
berlangsung selama 2 sampai 4 minggu.
Penyebab diare bervariasi, mulai dari infeksi, diare fungsional, inflammatory bowel
disease, malabsorpsi, penggunaan laksatif, efek samping obat, diare postoperatif, keganasan,
kolitis, dan idiopatik.
Saat menganamnesis diare akut, yang penting untuk dinilai juga adalah adanya tanda
dehidrasi seperti kehausan, kelelahan atau pusing, yang memerlukan resusitasi cairan
dan/atau rawat inap.
Penggalian tentang keluhan diare berdasarkan penggalian riwayat penyakit sekarang
adalah sebagai berikut:
Onset dan durasi.
Sifat munculnya keluhan: akut, kronis, hilang-timbul. Diare yang muncul akut biasanya
disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, atau diare sekretorik idiopatik. Diare yang
Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 10
Blok Keterampilan Klinik Dasar 2
Flatus dengan frekuensi lebih sering, biasanya diakibatkan oleh malabsorpsi karbohidrat,
enteritis virus, dan irritable bowel syndrome.
Mual dan muntah, sering terjadi pada gastroenteritis virus dan obstruksi usus.
Dispepsia
Dispepsia adalah istilah umum yang merujuk pada gejala-gejala yang bersumber dari
saluran cerna bagian atas, bisa berupa nyeri epigastrium, mual, muntah, distensi abdomen,
dan tidan nafsu makan. Pada 40-50% kasus, terdapat penyebab organik, paling sering berupa
ulkus peptik dan GERD, tetapi pada 50% kasus tidak ditemukan penyebabnya, sehingga
pasien disebut menderita dispepsia fungsional atau dispepsia non-ulkus. Penyebab organik
lainnya yang lebih jarang adalah gastritis, duodenitis, esofagitis, irritable bowel syndrome,
pankreatitis, obat-obatan, intoleransi laktosa, dan gangguan metabolik seperti hiper-
/hipotiroidisme, diabetes, dan hiperparatiroidisme.
Pasien dispepsia dianamnesis untuk mengklasifikasikan mereka menjadi 3
kelompok:
Dispepsia karena ulkus, dimana nyerinya dapat ditunjukkan dengan jelas, dan sering
berkurang oleh makanan atau antasida. Pasien sering mengeluhkan munculnya gejala di
malam hari.
Dispepsia karena dismotilitas, dimana nyerinya bertambah berat oleh makanan dan
disertai dengan kembung atau rasa penuh. Mual, muntah, dan cepat kenyang sering
dikeluhkan.
Dispepsia karena refluks, dimana pasien mengeluhkan rasa terbakar yang menyebar ke
dada atau tenggorokan, dan biasanya diikuti dengan rasa asam di mulut. Gejalanya
memburuk bila berbaring atau sesudah mengkonsumsi makanan pedas, berlemak,
alkohol, coklat, peppermint, atau minuman berkafein. Pasien mungkin mengeluhkan
adanya regurgitasi (pasase isi lambung ke arah mulut).
Penggalian tentang keluhan dispepsia berdasarkan penggalian riwayat penyakit
sekarang adalah sebagai berikut:
Onset dan durasi. Durasi nyeri yang menetap selama 30 menit sampai 2 jam, kemudian
perlahan menghilang biasanya disebabkan oleh ulkus peptik, sedangkan kolik empedu
biasanya memuncak dalam 15-45 menit, lalu berkurang perlahan dalam beberapa jam.
Sifat munculnya keluhan: akut, kronis, hilang-timbul. Onset akut biasanya terjadi pada
pankreatitis akut, sedangkan keluhan yang timbul secara perlahan terjadi pada ulkus
peptik dan kolik empedu.
Frekuensi. Nyeri yang konstan biasanya diakibatkan oleh keganasan, sedangkan nyeri
yang intermitten biasanya akibat gastritis, ulkus peptik, kolik empedu, dispepsia karena
obat, dan irritable bowel syndrome.
Sifat keluhan:
apakah sakitnya seperti terbakar/ditusuk/kram/tidak tertahankan/sampai terbangun
dari tidur. Nyeri seperti rasa terbakar yang bisa membangunkan tidur di malam hari,
yang diperberat oleh NSAID, dan berkurang apabila makan atau diberi antasida
biasanya disebabkan oleh gastritis dan ulkus peptik. Nyeri seperti ditusuk biasanya
karena pankreatitis dan ulkus peptik. Nyeri kram/kolik yang bertambah nyeri bila
makan makanan berlemak/berminyak biasanya karena kolik empedu. Nyeri tak
tertahankan biasanya diakibatkan pankreatitis akut. Ulkus peptik umumnya bisa
sampai membangunkan dari tidur.
hal yang memunculkan atau memperberat kondisi juga perlu digali, misalnya
merokok (ulkus peptik, esofagitis refluks, kanker lambung), alkoholik berat
Sifat keluhan:
apakah darahnya berupa hematemesis, melena, atau hematochezia. Hematemesis
biasanya menunjukkan perdarahan saluran cerna bagian atas, walaupun tidak adanya
hematemesis tidak mengeksklusi perdarahan saluran cerna bagian atas, karena
perdarahan bisa terjadi intermitten atau berasal dari distal duodenum. Melena
biasanya menunjukkan sumber dari perdarahan saluran cerna bagian atas, tetapi bisa
juga berasal dari perdarahan usus halus atau kolon proksimal dengan waktu transit
yang lambat. Hematochezia biasanya menunjukkan sumber perdarahan dari saluran
cerna bagian bawah, tetapi bisa juga diakibatkan perdarahan saluran cerna bagian
atas yang masif. Darah yang bercampur atau menyelimuti feces biasanya bersumber
dari anorektal.
apa warna perdarahannya. Pada hematemesis, warna ampas kopi menunjukkan
bahwa perdarahan sudah melambat atau berhenti, sedangkan darah yang merah segar
menunjukkan perdarahan yang masih aktif.
jumlah perdarahan, apakah banyak atau hanya berupa tetes-tetes darah atau bekuan-
bekuan kecil.
Hubungan dengan fungsi fisiologis
Akibat terhadap aktivitas sehari-hari.
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan.
Ikterus
Ikterus adalah pewarnaan kuning pada jaringan tubuh akibat bilirubin yang
berlebihan. Bilirubin adalag pigmen yang dihasilkan selama metabolisme heme. Ikterus
pertama terdeteksi di sklera, di bawah lidah dan membran timpani, dan akhirnya pada kulit.
Dengan demikian, ikterus pada kulit menunjukkan adanya kadar bilirubin yang lebih tinggi
daripada ikterus pada sklera saja. Anamnesis perlu membedakan ikterus dengan pewarnaan
kuning akibat karotenemia, atau overdosis isotretinoin dan rifampisin, yang semuanya tidak
menimbulkan pewarnaan kuning di sklera. Begitu kondisi-konisi tersebut dieksklusi, ikterus
harus dibedakan apakah manifestasi dari penyakit hati, obstruksi empedu, atau hanya akibat
hemolisis atau gangguan metabolisme bilirubin.
Pada orang dewasa, ikterus umumnya diakibatkan oleh hepatitis, batu empedu,
sirosis, serta keganasan hati atau pankreas.
Penggalian tentang keluhan ikterus berdasarkan penggalian riwayat penyakit
sekarang adalah sebagai berikut:
Onset dan durasi. Onset mendadak biasanya terjadi pada hepatitis akut, koledokolitiasis,
kolangitis, hemolisis, dan sepsis. Onset kronis biasanya terjadi pada keganasan
hepatobilier dan pankreas.
Sifat munculnya keluhan.
Frekuensi.
Sifat keluhan:
apakah darahnya berupa hematemesis, melena, atau hematochezia. Hematemesis
biasanya menunjukkan perdarahan saluran cerna bagian atas, walaupun tidak adanya
hematemesis tidak mengeksklusi perdarahan saluran cerna bagian atas, karena
perdarahan bisa terjadi intermitten atau berasal dari distal duodenum. Melena
biasanya menunjukkan sumber dari perdarahan saluran cerna bagian atas, tetapi bisa
juga berasal dari perdarahan usus halus atau kolon proksimal dengan waktu transit
yang lambat. Hematochezia biasanya menunjukkan sumber perdarahan dari saluran
cerna bagian bawah, tetapi bisa juga diakibatkan perdarahan saluran cerna bagian
atas yang masif. Darah yang bercampur atau menyelimuti feces biasanya bersumber
dari anorektal.
Hubungan dengan fungsi fisiologis
Akibat terhadap aktivitas sehari-hari.
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan.
Keluhan penyerta dan anamnesis riwayat penyakit dahulu/keluarga yang bisa
mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah:
Riwayat konsumsi obat (misalnya parasetamol, isoniazid, dan sebagainya) dan alkohol,
yang bisa menyebabkan kerusakan hati.
Riwayat penyalahgunaan obat injeksi bisa mengarah pada hepatitis.
Riwayat kontak dengan penderita hepatitis (melalui makanan pada hepatitis A, melalui
kontak seksual/darah/transfusi pada hepatitis B atau C, melalui persalinan pada hepatitis
B).
Riwayat menderita anemia sel sabit (hemolisis) dan hepatitis
Nyeri kuadran kanan atas, disebabkan oleh kolangitis, hepatitis akut, batu empedu, ulkus
peptik, pneumonia lobus kanan bawah, efusi pleura kanan, dan nyeri muskuloskeletal.
Nyeri epigastrium, biasanya disebabkan oleh pankreatitis atau kanker pankreas.
Mual dan muntah, biasanya disebabkan oleh hepatitis akut, koledokolitiasis, kolangitis,
sepsis.
Malaise, anoreksia, dan cepat lelah, biasanya disebabkan hepatitis akut, serta keganasan
hepatobilier atau pankreas.
Feces berwarna pucat biasanya disebabkan obstruksi empedu.
Peningkatan lingkar pinggang, bisa diakibatkan oleh asites karena sirosis, atau adanya
massa abdomen akibat keganasan hati atau pankreas.
isi muntahan: apakah makanan, hanya cairan lambung, berwarna hijau, atau ada
darah (apabila berdarah, dianamnesis seperti menganamnesis Perdarahan Saluran
Cerna). Bila berwarna hijau, bisa diakibatkan oleh obstruksi usus halus.
apakah berbau busuk, bisa diakibatkan oleh obstruksi usus.
apakah muntahnya proyektil, biasanya disebabkan oleh peningkatan tekanan
intrakranial atau stenosis pylorus.
apakah muntah pagi sebelum sarapan, lebih dari sejam sesudah makan, saat makan
atau segera sesudah makan? Muntah pagi sebelum sarapan biasanya akibat
kehamilan, sejan atau lebih sesudah makan bisa diakibatkan oleh gastroparesis atau
obstruksi keluar lambung, saat makan atau segera sesudah makan bisa diakibatkan
oleh ulkus lambung atau eating disorder.
Hubungan dengan fungsi fisiologis
Akibat terhadap aktivitas sehari-hari.
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan.
Keluhan penyerta dan anamnesis riwayat penyakit dahulu/keluarga yang bisa
mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah:
Riwayat trauma kepala.
Riwayat konsumsi obat kanker, antibiotika, analgetika, dna lain-lain.
Riwayat penyakit ginjal, bisa mengarahkan pada uremia.
Riwayat ulkus peptik, cepat kenyang, mengarah pada gangguan saluran cerna.
Riwayat penyakit jantung, mengarahkan pada muntah akibat infark myokard atau
toksisitas digoksin pada penderita gagal jantung.
Riwayat lingkungan sekitar juga mual dan muntah sesudah memakan makanan yang
sama, bisa mengarahkan pada keracunan makanan. Riwayat memakan makanan mentah
ataupun makanan kalengan juga bisa mengarahkan pada keracunan makanan.
Riwayat diabetes bisa mengarahkan pada ketoasidosis.
Nyeri perut kanan bawah, bisa disebabkan oleh appendisitis akut. Nyeri perut
periumbilikal yang kemudian berpindah ke nyeri kanan bawah juga mengarah pada
appendisisitis akut.
Nyeri perut yang bertambah bila melakukan gerakan yang menyebabkan guncangan
seperti turun tangga, bisa mengarah pada peritonitis.
Nyeri perut bagian atas yang stabil selama > 30 menit dengan ciri nyeri kolik, bisa
disebabkan oleh kolesistitis akut.
Diare, bisa disebabkan oleh gastroenteritis atau keracunan makanan, apalagi apabila ada
riwayat lingkungan sekitar yang mengalami muntah dan diare juga.
Ikterus dan urine berwarna gelap bisa mengarah pada hepatitis dan koledokolitiasis.
Nyeri dada akut, bisa disebabkan oleh infark myokard akut, sedangkan penyebab yang
lebih ringan adalah GERD.
Nyeri kepala, bisa disebabkan oleh perdarahan intrakranial, massa atau infeksi di
intrakranial. Penyebab yang lebih ringan adalah nyeri kepala migren.
Kaku kuduk, bisa disebabkan oleh meningitis.
Perubahan status mental, bisa disebabkan oleh perdarahan, massa atau infeksi
intrakranial.
Ada tanda kehamilan, seperti amenore, nyeri atau pembengkakan mammae, bisa
diakibatkan kehamilan dini. Bila pasien sudah positif hamil, bisa disebabkan oleh
emesis- dan hiperemesis gravidarum.
Pusing dan merasa ruangan berputar (vertigo), bisa diakibatkan oleh labirintitis
Perubahan berat badan (naik dan turun), masalah dengan body image, muntah sembunyi-
sembunyi, dan kebiasaan menginduksi muntah, bisa diakibatkan oleh eating disorder.
Penurunan berat badan saja bisa diakibatkan oleh keganasan gastrointestinal.
Muntah yang terjadi saat berada dalam kendaraan yang bergerak, bisa diakibatkan oleh
motion sickness.
Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang benar
2 = dilakukan dengan benar
Gambar 1. Organ yang dapat menyebabkan nyeri berdasarkan 9 daerah anatomi abdomen
Kelainan di lambung
Beberapa kelainan di lambung yang dapat menyebabkan keluhan nyeri di
epigastrium, antara lain; gastritis akuta dan kronika dan ulkus di lambung. Pemeriksaan
fisik menunjukkan penderita yang kesakitan di daerah epigastrium dan nyeri pada perabaan
(palpasi) di bawah prosesus xiphoideus atau perut atas agak ke kiri.
Kelainan di Usus Halus
Usus halus yang sering memberikan keluhan nyeri atau tidak enak di perut adalah:
kelainan di duodenum, dan apendisitis. Pada kelainan duodenum pemeriksaan fisik teraba
nyeri tekan atau palpasi di perut kanan atas dekat umbilikus.
Pada dasarnya appendisitis akut adalah suatu proses penyumbatan yang
mengakibatkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus
tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan
Alvarado Score
Digunakan untuk menegakkan diagnosis sebagai appendisitis akut atau bukan. Alvarado
Score: meliputi:
Appendicitis point pain : score 2
Lekositosis : score 2
Vomitus : score 1
Anorexia : score 1
Rebound Tendeness Fenomen : score 1
Degree of Celcius (.>37,5) : score 1
Observation of hemogram : score 1
Abdominal migrate pain : score 1
Total : 10
Dinyatakan appendisitis akut bila skor > 7 poin
TUJUAN
Setelah mengikuti kegiatan ini mahasiswa diharap mampu melakukan pemeriksaan
nyeri epigastrik, nyeri ketok pada ginjal, pemeriksaan apendisitis dan kolelitiasis serta asites.
PEMERIKSAAN
Syarat-syarat pemeriksaan abdomen yang baik adalah
1. Penerangan ruangan yang memadai
2. Penderita dalam keadaan rileks
3. Daerah abdomen mulai dari atas prossesus xyphoideus sampai simpisis pubis harus
terbuka
3. Perkusi
4. Palpasi
7. Periksalah tanda obturator. Tekuk tungai penderita pada sendi paha dengan lutut
menekuk, kemudian putarlah ke dalam. Nyeri pada daerah hipogastrik kanan
menunjukkan tanda obturator positif, berarti terdapat iritasi m. obturator.
Pendahuluan
Nasogastric tube (NGT) adalah salah satu alat yang dimasukkan melalui hidung menuju
lambung. Tabung ini digunakan untuk memberikan nutrisi, dekompresi ataupun
mengalirkan cairan dan udara yang tidak diinginkan dari lambung. Penggunaan ini berguna
intik memberikan sistem pencernaan untuk beristirahat dan memicu penyembuhan setelah
pembedahan usus. NGT juga dapat digunakan untuk memonitor perdarahan pada saluran
pencernaan, membuang zat yang tidak diinginkan (bilas lambung) seperti racun atau untuk
memberikan terapi pada pasien dengan obstruksi usus.
Tujuan dan Manfaat Tindakan:
1. Memasukan makanan cair atau obat-obatan cair atau padat yang dicairkan
2. Mengeluarkan cairan/ isi lambung (lavage) dan gas yang ada dalam lambung
(decompression)
3. Mengirigasi karena perdarahan/ keracunan dalam lambung
4. Mencegah atau mengurangi nausea (mual) dan vomiting (muntah) setelah pembedahan
atau trauma
5. Mengatasi obstruksi mekanis pada saluran pencernaan bagian atas
6. Mengambil specimen pada lambung untuk studi laboratorium.
7. Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia
8. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi
pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung
sewaktu recovery (pemulihan dari general anaesthesia).
Indikasi Pemasangan NGT:
• Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan
• Keracunan makanan minuman
• Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT
• Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung
Kontraindikasi Pemasangan NGT
Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan berlebihan kepada beberapa
pasien predisposisi yang bisa mengakibatkan bahaya sewaktu memasang NGT,seperti:
1. Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau anterior fossa skull
fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka potensial akan melewati
criboform plate, ini akan menimbulkan penetrasi intracranial.
2. Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices, alkali ingestion juga
beresiko untuk esophageal penetration.
3. Klien dengan koma juga potensial muntah dan aspirasi sewaktu memasukan NGT.
Diperlukan tindakan proteksi jalan napas yang dipasang terlebih dahulu sebelum NGT.
4. Pasien dengan gastric bypass surgery yang mana pasien ini mempunyai kantong
lambung yang kecil untuk membatasi asupan makanan.
Tipe dan Indikasi Pemasangan NGT :
1. NGT tipe Levin, Ewald, Salem Sumo untuk mengeluarkan cairan/ isi lambung (lavage)
2. NGT tipe Salem Sump, Levin, Miller-Abbott untuk decompression
3. NGT tipe Sengstaken-Blakemore untuk compression
4. NGT tipe Duo, Dobhoff, Levin untuk feeding (gavage)
Dilakukan pada:
Pemeriksaan
Pastikan mana lubang hidung yang potensial untuk dipasang NGT dengan meminta pasien
untuk menutup salah satu hidung dan bernafas secara normal melalui lubang hidung yang
lain. Pilih lubang hidung yang lebih mudah dialiri oleh udara. Lalu, tanyakan riwayat
mengenai trauma wajah, polip ataupun pembedahan. Pasien dengan fraktur di daerah wajah
memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya kesalahan pemasangan NGT menuju otak.
Amati adanya distensi pada abdomen, auskultasi bising usus atau peristalsis dan palpasi
abdomen untuk distensi dan adanya kekakuan. Jika abdomen terdistensi, pertimbangkan
untuk mengukur lingkar abdomen dengan patokan umbilikus sebagai ukuran awal.
pemasangan NGT terasa sangat sakit. Gel lidokain atau semprot dapat digunakan untuk
mengurangi rasa tidak nyaman selama pemasangan NGT.
5. Ambil perlengkapan, termasuk NGT yang sesuai. NGT harus radioopak, memiliki
penanda untuk pengukuran dan memiliki beberapa lubang untuk aspirasi.
6. Tutup tirai atau pintu pasien agar privasi pasien dapat terjaga. Naikkan ranjang pasien
sampai dengan posisi yang nyaman untuk bekerja; biasanya setinggi siku pemeriksa
agar mencegah nyeri punggung dan otot. Bantu pasien menjadi posisi high Fowler's atau
naikkan ujung atas ranjang menjadi 45 derajat jika pasien tidak dapat duduk sendiri
(gambar 1). Posisi setengah duduk lebih alami dan nyaman bagi asien untuk menelan
dan mencegah terjadinya aspirasi intubasi bronkhus. Berikan alas berupa handuk
ataupun alas lain yang sekali pakai. Letakkan ember muntah dan tisu dalam jangkauan.
Gambar 1. Meletakkan pasien pada posisi Fowler semi-tinggi untuk persiapan pemasangan
NGT.
7. Ukur jarak dari selang yang akan dimasukkan dengan meletakkan ujung selang pada
hidung menuju cuping telinga kemudian pada processus xiphoideus (Gambar 2 dan 3).
Tandai selang dengan tinta yang tidak mudah dihapus. Pengukuran ini akan memastikan
bahwa selang cukup panjang untuk masuk lambung pasien.
Gambar 2. Mengukur NGT dari lubang Gambar 3. Mengukur NGT dari ujung
hidung ke ujung cuping telinga cuping telinga hingga processus
xiphoideus
8. Pasang sarung tangan. Berikan pelumas pada ujung selang (minimal 5-10 cm) dengan
jelly berbasis air. Berikan anestesi topikal pada hidung dan orofaring jika diperlukan.
Lubrikasi menurunkan gesekan dan membantu lewatnya selang menuju lambung.
Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 34
Blok Keterampilan Klinik Dasar 2
Pelumas beebahan air tidak menyebabkan pneumonia jika selang tidak sengaja masuk
ke paru-paru. Anestesi topikal bekerja sebagai anestesi lokal yang mengurangi
ketidaknyamanan.
9. Setelah memilih lubang hidung yang sesuai, minta pasien memfleksikan kepalanya
sedikit ke depan menjauhi bantal. Masukkan selang menuju lubang hidung dengan
mantap, dengan mengarahkan selang sepanjang dasar hidung (gambar 4). Ikuti bentuk
jalan nafas saat memasukkan selang agar mengurangi iritasi dan cedera mukosa. Selang
dapat memicu refleks tersedak, dan air mata adalah respon alami pasien saat selang
melewati nasofaring. Pasien mungkin mengalami tersedak atau muntah saat selang
menyentuh faring. Berikan tisu untuk membersihkan air mata. Berikan kenyamanan dan
keamanan pada pasien. Banyak pasien merasa tersedak dan tidak nyaman di
tenggorokan lebih sakit dibandingkan saat masuk melalui lubang hidung.
10. Saat selang sudah di faring, perintahkan pasien untuk menyentuhkan dagu ke dada.
Melakukan hal tersebut membantu menutup trakea dan membuka esofagus. Perintahkan
pasien untuk menghisap air melalui sedotan dan menelan bahkan walaupun jika cairan
tidak diperbolehkan. Lanjutkan memasukkan selang saat pasien menelan (gambar 5).
Menelan membantu selang masuk, menyebabkan epiglotis menutup jalan masuk trakea
dan membantu mengeliminasi tersedak dan batuk. Jika terjadi tersedak dan batuk yang
menetap, hentikan memasukkan selang dan cek letak selang dengan spatel lidah dan
senter. Batuk dan tersedak yang berlebihan dapat terjadi jika selang kusut di
tenggorokan. Jika selang melengkung kusut, luruskan selang dan masukkan lagi. Terus
masukkan selang sampai tanda batas tercapai. Jangan dipaksa memasukkan selang
karena dapat merusak membran mukosa. Jika menemui hambatan, upayakan untuk
memutar selang.
Gambar 5. Memasukkan selang saat pasien mendekatkan dagunya ke dada dan menelan
(minum air)
11. Hentikan tindakan dan lepaskan selang jika ada tanda distress pernafasan seperti nafas
termegap-megap, batuk, sianosis dan kesulitan berbicara. Hal ini dapat terjadi jika
selang menutupi jalan nafas.
12. Amankan selang sementara secara longgar pada hidung atau pipi menggunakan plester
sampai dipastikan bahwa selang berada di lambung pasien.
a. Memasang spuit pada ujung NGT, memasang bagian diafragma stetoskop pada perut
di kuadran kiri atas pasien (gaster) di bawah kosta, kemudian suntikkan 10-20 cc
udara bersamaan dengan auskultasi abdomen menggunakan stetoskop. Jika
terdengar suara hembusan udara di daerah lambung, kemungkinan besar NGT masuk
di lambung.
b. Tempelkan semprit pada ujung selang dan aspirasi sedikit isi lambung. Selang
berada di lambung jika isinya bisa diaspirasi. Jika tidak dapat mengambil spesimen,
lalukan reposisi pasien dan berikan bilas selang dengan 30 ml udara. Tindakan ini
kadang dapat berguna. Literatur terkini merekomendasikan bahwa untuk
memastikan letak NGT perlu beberapa metode, tidak bisa hanya dengan 1 metode.
c. Jika diperlukan, ukur pH dari cairan yang diaspirasi tadi menggunakan pH meter
atau kertas lakmus (gambar 6).
d. Amati isi aspirasi, cek warna dan konsistensinya. Cairan lambung berwarna hijau
dengan beberapa partikel, abu-abu atau coklat jika ada darah yang lama. Cairan usus
cenderung terlihat jernih atau berwarna kuning keemasan. Juga, cairan intestinal
dapat berwarna hijau-kecoklatan jika tercampur dengan empedu. Cairan respiratori
seperti tracheobronchial biasanya berwarna putih hingga coklat dan bisa bercampur
dengan lendir. Sedikit cairan bercampur darah dapat terlihat segera setelah
pemasangan NGT.
e. Jika diperlukan, lakukan pemeriksaan x-ray pada untuk menentukan letak selang,
tergantung kebijakan fasilitas. X-ray merupakan metode yang paling dipercaya untuk
mengidentifikasi posisi dari NGT.
13. Pasang pelindung kulit pada ujung hidung dan biarkan kering. Pelindung kulit
meningkatkan daya lengket dan melindungi kulit. Penekanan menetap dari selang pada
kulit dan membran mukosa dapat menyebabkan cedera jaringan. Lepaskan sarung
tangan dan amankan selang sesuai dengan petunjuk dari produsen atau berikan plester
pada hidung pasien.
a. Potong plester sebesar 10 cm dan belah bagian bawahnya sepanjang 5 cm atau jika
ada gunakan plester khusus untuk NGT (gambar 7).
b. Letakkan bagian yang tidak terbelah pada hidung pasien (gambar 8).
c. Bungkus selang dengan plester yang terbelah saling menyilang melalui bawah
(gambar 9). Hati-hati, jangan terlalu erat agar tidak melukai hidung.
14. Pasang sarung tangan. Klem selang dan lepaskan semprit. Tutup selang atau
tempelkan selang ke suction (gambar 10) tergantung indikasi medis. Suction
digunakan untuk dekompresi lambung dan drainase isi lambung.
15. Ukur panjang dari selang yang terlihat. Tebalkan tanda pada selang di lubang hidung
dengan tinta permanen. Panjang selang harus dicek dan dibandingkan dengan
pengukuran awal, bersamaan dengan pengukuran pH dan pengamatan visual zat
aspirasi. Penambahan panjang dari selang yang terlihat dapat mengindikasikan NGT
kemungkinan tercabut. Minta pasien untuk menghadap ke sisi yang berlawanan dari
selang yang dimasukkan. Amankan selang pada baju pasien dengan menggunakan pita
karet atau plester dan peniti (gambar 11). Jika digunakan selang dengan lumen ganda
(salem sump tube = untuk selang makanan), letakkan lubangnya di atas tinggi lambung.
Untuk tambahan, selang bisa ditempelkan pada pipi pasien dengan menggunakan
plester.
16. Bantu pasien untuk membersihkan mulut setiap 2-4 jam. Beri pelembab pada bibir dan
bersihkan hidung jika diperlukan. Membersihkan mulut akan menjaga mulut tetap
bersih dan lembab, menciptakan rasa nyaman dan mengurangi rasa haus. Berikan
permen hisap atau semprotan anestesi untuk mengurangi iritasi tenggorokan jika
diperlukan.
17. Lepas peralatan dan kembalikan pasien pada posisi yang nyaman dan aman. Lepaskan
sarung tangan dan alat proteksi diri yang digunakan kemudian cuci tangan secara
higienis. Hal ini akan menurunkan risiko infeksi transmisi dan kontaminasi pada item
lainnya serta mencegah penularan kuman
18. Dokumentasikan lubang hidung yang digunakan, respon pasien, ukuran dan tipe NGT
yang dimasukkan dan pengukuran dari hidung ke ujung selang yang terlihat. Catat
deskripsi dari isi lambung, termasuk pH, warna dan konsistensi. Juga dokumentasikan
hasil pemeriksaan seperti X-ray yang diambil untuk mengkonfirmasi posisi selang jika
ada.
Pelepasan NGT
Saat selang NGT tidak diperlukan lagi untuk keperluan diagnostik ataupun terapi, NGT akan
dilepaskan dengan hati-hati agar pasien merasa nyaman dan mencegah komplikasi. Saat
selang dilepas, pasien akan menahan nafasnya untuk mencegah aspirasi dari cairan yang
tersisa di selang saat dilepaskan.
Perlengkapan
- Tisu
- Semprit ukuran 50 cc (jika diperlukan)
- Sarung tangan non steril
- Alat pelindung diri tambahan, jika ada indikasi
- Stetoskop
- Kantong plastik sekali pakai
- Handuk atau alas sekali pakai
- Cairan garam fisiologis untuk irigasi (jika diperlukan)
- Ember untuk muntah
Lakukan pemeriksaan abdomen dengan melihat adanya distensi, auskultasi bising usus, dan
mempalpasi adanya kaku pada dinding abdomen. Jika ada distensi abdomen, pertimbangkan
mengukur lingkar abdomen dengan patokan umbilikus. Jika pasien merasa adanya mual,
perut kram, kaku dengan distensi, dan jika bising usus tidak ada, pertimbangkan ulang untuk
melepaskan NGT. Setelah NGT dikeluarkan, amati jumlah cairan, warna dan konsistensi
dari selang yang ada.
6. Pasang sarung tangan. Hentikan suction dan pisahkan selang dari suction. Lepaskan
peniti dari baju pasien dan lepaskan plester yang menempel secara hati-hati dari hidung
pasien.
7. Cek letak dari NGT dan tempelkan semprit dan semprotkan dengan 10 ml air atau
larutan garam fisiologis (jika diperlukan) atau dengan 30-50 ml udara (gambar 13). Hal
ini dilakukan untuk membersihkan selang dari sekret, sisa makanan ataupu debris
lainnya.
8. Jepit selang menggunakan jari dengan melipat selang menjadi dua (gambar 14) agar
mencegah drainase isi lambung ke faring dan esofagus. Perintahkan pasien untuk
mengambil nafas dalam dan menahannya agar mencegah aspirasi dari sekret lambung.
Secara cepat dan hati-hati lepaskan selang saat pasien menahan nafas. Gulung selang
dan masukkan pada alas sekali pakai sekaligus melepasnya dari pasien.Ukur jumlah
drainase NGT pada alat penampungan dan rekam.
9. Lepaskan sarung tangan dan lakukan cuci tangan secara higienis untuk mencegah
kuman tersebar.
10. Berikan perawatan mulut pada pasien dan tisu wajah agar dapat menghembuskan
hidung. Turunkan ranjang dan bantu pasien menuju posisi yang senyaman mungkin.
11. Bereskan peralatan lain dan lepaskan alat perlindungan diri tambahan. Lakukan cuci
tangan secara higienis.
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Tentukan indikasi pemasangan NGT sesuai secara medis.
2 Lakukan cuci tangan secara higienis dan pasang alat perlindungan diri
3 Identifikasi pasien
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien dan diskusikan
4 ketidaknyamanan yang mungkin dapat terjadi dan tindakan apa yang
mungkin bisa dilakukan untuk mengatasi ketidaknyamanan tersebut.
5 Ambil perlengkapan, termasuk NGT yang sesuai.
6 Tutup tirai atau pintu pasien agar privasi pasien dapat terjaga.
Bantu pasien menjadi posisi high Fowler's atau naikkan ujung atas
7
ranjang menjadi 45 derajat jika pasien tidak dapat duduk sendiri.
Ukur jarak dari selang yang akan dimasukkan dengan meletakkan
8 ujung selang pada hidung menuju cuping telinga kemudian pada
processus xiphoideus
9 Berikan pelumas pada ujung selang (minimal 5-10 cm)
Setelah memilih lubang hidung yang sesuai, minta pasien
memfleksikan kepalanya sedikit ke depan menjauhi bantal. Masukkan
10
selang menuju lubang hidung dengan mantap, dengan mengarahkan
selang sepanjang dasar hidung.
Saat selang sudah di faring, perintahkan pasien untuk menyentuhkan
dagu ke dada. Perintahkan pasien untuk menghisap air melalui
11
sedotan dan menelan bahkan walaupun jika cairan tidak
diperbolehkan.
Jika terjadi tersedak dan batuk yang menetap, hentikan memasukkan
12
selang dan cek letak selang dengan spatel lidah dan senter.
Hentikan tindakan dan lepaskan selang jika ada tanda distress
13 pernafasan seperti nafas termegap-megap, batuk, sianosis dan
kesulitan berbicara.
Amankan selang sementara secara longgar pada hidung atau pipi
14 menggunakan plester sampai dipastikan bahwa selang berada di
lambung pasien.
a. Memasang spuit pada ujung NGT, memasang bagian diafragma
stetoskop pada perut di kuadran kiri atas pasien (gaster) di bawah
kosta, kemudian suntikkan 10-20 cc udara bersamaan dengan
auskultasi abdomen menggunakan stetoskop.
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Pastikan indikasi pelepasan NGT sudah benar.
2 Lakukan cuci tangan dan pasang alat perlindungan diri
3 Identifikasi pasien
4 Jelaskan prosedur pada pasien dan mengapa tindakan ini diperlukan.
Tutup tirai ranjang pasien untuk memberikan privasi. Naikkan
5
ranjang menjadi posisi yang nyaman untuk bekerja
Bantu pasien menjadi posisi 30-45 derajat. Letakkan handuk atau alas
6
di dada pasien. Sediakan tisu dan ember dekat pasien.
Pasang sarung tangan. Hentikan suction dan pisahkan selang dari
7 suction. Lepaskan peniti dari baju pasien dan lepaskan plester yang
menempel secara hati-hati dari hidung pasien.
Cek letak dari NGT dan tempelkan semprit dan semprotkan dengan
8 10 ml air atau larutan garam fisiologis (jika diperlukan) atau dengan
30-50 ml udara.
Jepit selang menggunakan jari dengan melipat selang menjadi dua.
Perintahkan pasien untuk mengambil nafas dalam dan. Secara cepat
9 dan hati-hati lepaskan selang saat pasien menahan nafas. Gulung
selang dan masukkan pada alas sekali pakai sekaligus melepasnya
dari pasien
10 Ukur jumlah drainase NGT pada alat penampungan dan rekam.
11 Lepaskan sarung tangan dan lakukan cuci tangan secara higienis
12 Berikan perawatan mulut pada pasien dan tisu wajah.
Turunkan ranjang dan bantu pasien menuju posisi yang senyaman
13
mungkin.
Bereskan peralatan lain dan lepaskan alat perlindungan diri tambahan.
14
Lakukan cuci tangan secara higienis.
TOTAL