Anda di halaman 1dari 40

Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

ANAMNESIS PADA GANGGUAN SISTEM DIGESTIF

Anamnesis pada sistem pencernaan atau digesti harus memperhatikan dua hal, yaitu
aspek komunikasi dan aspek anamnesis itu sendiri, sama seperti anamnesis pada sistem-
sistem lain. Sebelum mempelajari ketrampilan Anamnesis pada gangguan sistem digesti,
pelajari kembali point-point penting dalam Anamnesis secara umum yang telah dipelajari
pada Fase 1. Hal-hal yang perlu diingat adalah agar membiarkan pasien menjelaskan
gejalanya dengan menggunakan kata-katanya sendiri, hindari untuk terlalu mengarahkan,
dan selalu mulai pertanyaan dengan pertanyaan terbuka. Dalam penggalian anamnesis
menuju diagnosis banding barulah menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertutup.
Untuk aspek anamnesis pada sistem digesti, hal-hal yang harus ditanyakan formatnya
sama dengan anamnesis pada umumnya, yang berbeda hanya pada penggalian mendalam
tentang keluhan utamanya (riwayat penyakit sekarang dan keluhan penyerta).
Sesuai dengan Anamnesis secara umum yang telah dipelajari, berikut ini adalah
panduan anamnesis untuk gangguan sistem digesti:
1. Anamnesis identitas pasien, yaitu nama lengkap, umur, jenis kelamin, alamat, dan
pekerjaan.
2. Menanyakan keluhan utama. Pada gangguan sistem digesti, keluhan utama yang sering
muncul adalah:
 Nyeri perut
 Konstipasi
 Diare
 Dispepsia
 Sulit menelan/disfagia
 Perdarahan saluran cerna
 Ikterus
 Mual dan muntah
3. Menggali riwayat penyakit sekarang. Berdasarkan keluhan utama, dilakukan penggalian
lebih mendalam dengan menanyakan riwayat penyakit sekarang. Seperti pada waktu
anamnesis umum, hal-hal yang harus ditanyakan adalah:
 Onset: kapan pertama kali muncul keluhan.
 Frekuensi: berapa sering keluhan muncul.
 Sifat munculnya keluhan: apakah keluhan muncul secara akut (mendadak), kronis
(sudah lama), atau intermitten (hilang timbul).
 Durasi: sudah berapa lama menderita keluhan.
 Sifat sakit/keluhan utama: sakitnya seperti apa, merupakan penjelasan sifat dari
keluhan utama, yang biasanya spesifik untuk setiap keluhan utama di atas.
 Lokasi: di mana letak pasti keluhan, apakah tetap, atau berpindah-pindah/menjalar.
 Hubungan dengan fungsi fisiologis lain: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang
diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, kehilangan nafsu makan,
dan sebagainya.
 Akibat yang timbul terhadap aktivitas sehari-hari, seperti tidak dapat bekerja, hanya
bisa tiduran, dan sebagainya.
 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan: pemberian obat/tindakan
tertentu, pengambilan posisi tertentu, dan sebagainya. Apabila diberikan obat,
ditanyakan pula berapa dosis yang diberikan dan sudah berapa lama. Pada saat
membicarakan obat, yang digali tidak hanya obat yang diberikan dokter, tetapi juga
obat bebas yang dikonsumsi sendiri oleh pasien, serta obat herbal. Digali pula
Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 5
Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

bagaimana efek dari upaya untuk mengurangi keluhan itu, apakah berhasil tapi tidak
maksimal, atau tidak berhasil sama sekali.
Di bagian berikutnya akan diberikan beberapa contoh penggalian mendalam terhadap
riwayat penyakit sekarang untuk masing-masing keluhan utama di atas.
4. Menggali riwayat penyakit dahulu, baik penyakit serupa maupun penyakit lain. Selain
itu, ditanyakan juga apakah pasien pernah harus rawat inap, dan karena apa, serta berapa
lama. Bila pernah mendapat pengobatan, ditanyakan riwayat pengobatan yang telah
dijalani.
5. Menggali penyakit keluarga, baik yang serupa dengan yang diderita sekarang, maupun
penyakit yang diturunkan.
6. Menanyakan keluhan penyerta (keluhan sistem) yang terkait dengan gangguan digesti.
Penelusuran anamnesis sistem harus relevan dengan keluhan utama pasien dan dugaan
terhadap diagnosis yang akan ditegakkan, termasuk diagnosis bandingnya.
7. Membuat resume anamnesis. Pada tahap ini, jawaban yang diberikan oleh pasien
dirangkai menjadi suatu alur riwayat penyakit yang kronologis. Jawaban pasien tidak
harus semuanya dimasukkan ke dalam resume, harus dipilah-pilah yang berguna dalam
perencanaan pemeriksaan, diagnosis, atau terapi. Hasil anamnesis disusun dimulai dari
waktu dan tanggal anamnesis, identitas, keluhan utama (KU), riwayat penyakit sekarang
(RPS), riwayat penyakit dahulu (RPD), riwayat penyakit keluarga (RPK)/lingkungan
(RPL), dan anamnesis sistem.

Keluhan Utama yang Sering Berkaitan dengan Sistem Digesti Nyeri Perut
Nyeri perut merupakan keluhan utama yang sering ditemui, mencakup hampir 10%
dari seluruh kunjungan ke unit gawat darurat, dan hampir 25%-nya harus dirawat inap.
Epidemiologi nyeri perut akut lebih banyak dipelajari daripada nyeri perut yang kronis.
Yang disebut dengan nyeri perut akut adalah yang muncul selama beberapa menit, namun
bisa menetap berhari-hari. Eksaserbasi akut dari nyeri perut kronis tidak termasuk dalam
nyeri perut akut. Nyeri perut kronis dirasakan minimal selama 6 bulan tanpa diagnosis yang
jelas, walaupun sudah dilakukan evaluasi terhadap kondisi pasien.
Prevalensi berbagai penyebab nyeri perut yang akut tergantung pada usia pasien.
Berdasarkan epidemiologi, pada usia di bawah 60 tahun, penyebab tersering nyeri perut akut
(sesuai urutan dari frekuensi tersering sampai jarang) adalah nyeri perut nonspesifik (nyeri
yang sulit dilokalisasi, bisa mencapai 33%), appendisitis akut, nyeri urologis (berasal dari
distensi vesica urinaria, sistitis, nefrolitiasis, pielonefritis), obstruksi usus, trauma perut,
kolelitiasis, ulkus peptik, nyeri ginekologis, pankreatitis, dan nyeri akibat keganasan. Pada
usia di atas 60 tahun, penyebab tersering (sesuai urutan dari frekuensi tersering sampai
jarang) adalah kolesistitis, obstruksi usus, nyeri perut nonspesifik, keganasan, ileus, hernia
inkarserata, kolelitiasis, appendisitis akut, ulkus peptik, kolitis, pankreatitis, dan nyeri
urologik.
Begitu pasien memberikan keluhan utama nyeri perut, lakukan penggalian tentang
keluhan tersebut berdasarkan penggalian riwayat penyakit sekarang, yaitu:
 Onset dan durasi
 Sifat munculnya nyeri: apakah nyeri perut akut, nyeri perut kronis, atau eksaserbasi akut
dari nyeri perut yang kronis (intermitten).
 Frekuensi
 Sifat nyeri:

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 6


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

 keparahan nyeri (nyeri ringan/sedang/berat, kalau perlu pasien diminta untuk


menentukan keparahan nyerinya pada skala 0 sampai 10, dimana 0 adalah tidak nyeri
dan 10 adalah nyeri yang sangat hebat)
 apakah nyeri tajam, tumpul, menusuk, pedih, mulas, seperti kram, serasa robek, rasa
terbakar, dan sebagainya. Nyeri seperti kram/kolik biasanya disebabkan oleh distensi
saluran seperti usus, saluran empedu atau ureter. Nyeri mendadak yang sangat hebat
seperti dirobek bisa disebabkan oleh diseksi aorta. Nyeri seperti rasa terbakar,
terutama di epigastrium, biasanya dikibatkan oleh ulkus peptik.
 apa saja yang dapat membuat nyeri memburuk, apakah posisi tertentu (misalnya
membungkuk), atau aktivitas tertentu (misalnya makan makanan/obat), atau kondisi
penyakit lain (misalnya batuk), dan sebagainya. Nyeri yang bertambah hebat apabila
pasien makan bisa disebabkan oleh pankreatitis dan ulkus lambung. Nyeri yang
timbul atau bertambah berat apabila makan makanan berlemak bisa disebabkan oleh
kolik empedu. Nyeri yang bertambah hebat apabila lapar bisa disebabkan oleh ulkus
duodeni. Nyeri yang muncul atau bertambah hebat sesudah minum NSAID biasanya
disebabkan oleh ulkus peptik.
 Lokasi nyeri perut: apakah nyeri muncul di kuadran kanan atas/ulu hati
(epigastrium)/kuadran kiri atas/kuadran lateral kanan/periumbilikal/kuadran lateral
kiri/kuadran kanan bawah/kuadran hipogastrika/kuadran kiri bawah/difus; kemudian
ditanyakan apakah menjalar ke daerah tubuh lainnya.
Penyebab nyeri perut berdasarkan lokasinya adalah sebagai berikut:
 Nyeri perut kanan atas bisa diakibatkan oleh kolesistitis, pankreatitis, ulkus peptik,
hepatitis, efusi pleura, dan pneumonia.
 Nyeri epigastrium bisa diakibatkan oleh ulkus peptik, gastroesophageal reflux
disease (GERD), pankreatitis, obstruksi saluran keluar lambung, esofagitis, infark
myokard, efusi perikardium, aneurisma aorta, dan hernia hiatus.
 Nyeri perut kiri atas bisa diakibatkan oleh splenomegali, ulkus peptik, pankreatitis,
iskemi mesenterika, infark myokard, dan efusi pleura.
 Nyeri periumbilikal bisa diakibatkan oleh obstruksi usus, appendisitis (dini), kolitis,
inflammatory bowel disease, iskemi mesenterika, dan aneurisma aorta.
 Nyeri pinggang/regio lateralis bisa diakibatkan oleh kolesistitis (regio lateralis
kanan), splenomegali (regio lateralis kiri), nefrolitiasis, dan onstruksi ureter.
 Nyeri perut kanan bawah bisa diakibatkan oleh appendisitis, inflammatory bowel
disease, ileitis terminal, iskemi mesenterika, hernia, torsi adnexa, kehamilan
ektopik, dan gangguan sendi panggul.
 Nyeri hipogastrika bisa diakibatkan oleh retensi urine, dan kehamilan ektopik.
 Nyeri perut kiri bawah bisa diakibatkan oleh kolitis, divertikulitis, inflammatory
bowel disease, hernia, torsi adnexa, kehamilan ektopik, dan gangguan sendi panggul.
 Nyeri perut difus atau sulit dilokalisasi bisa diakibatkan oleh appendisitis (dini),
gastroenteritis, ulkus peptik, peritonitis, asites, obstruksi usus, kolitis, inflammatory
bowel disease, dehidrasi, iskemi mesenterika, ketoasidosis diabetik, endometriosis,
dan pelvic inflammatory disease.
Pindahnya nyeri periumbilikal ke kuadran kanan bawah juga bisa mengarahkan pada
appendisitis. Penjalaran nyeri ulu hati ke punggung bisa diakibatkan oleh pankreatitis,
ulkus duodeni, dan ulkus lambung. Penjalaran nyeri perut kanan atas memutar ke
punggung kanan dan ke bahu kanan bisa diakibatkan oleh kolik empedu. Penjalaran nyeri
daerah pinggang ke paha dalam bisa mengarahkan pada kolik ureter. Penjalaran ke bahu
kiri bisa disebabkan oleh splenomegali atau infark limpa. Penjalaran nyeri ke lengan kiri
bisa disebabkan oleh infark myokard.
Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 7
Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

 Hubungan dengan fungsi fisiologis


 Akibat terhadap aktivitas sehari-hari: tidak bisa melakukan aktivitas ringan/sedang/berat
 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan: minum obat tertentu (lengkap dengan
dosis dan durasi pemakaian obat), melakukan tindakan tertentu (misalnya makan atau
defekasi), atau mengambil posisi tubuh tertentu (misalnya membungkuk ke depan), serta
hasil dari upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan (apakah membaik, tetap, atau
memburuk).

Keluhan penyerta dari nyeri perut yang bisa mengarahkan pada diagnosis antara lain
adalah:
 Mual dan muntah, bisa diakibatkan oleh gastroenteritis, sedangkan penyebab serius
adalah infark miokard, appendisitis, obstruksi usus, kolesistitis, hernia
inkarserata/strangulata, dan pankreatitis. Isi muntahan juga bisa menentukan diagnosis,
misalnya apabila yang dimuntahkan berupa makanan yang belum dicerna, bisa
disebabkan oleh obstruksi esofagus. Apabila isi muntahan berupa makanan yang belum
dicerna bercampur dengan asam, maka penyebabnya bisa berupa gastroparesis atau
obstruksi saluran keluar lambung. Apabila muntahnya berdarah (hematemesis), bisa
disebabkan oleh GERD, varices esofagus atau lambung, ulkus peptik, dan kanker
lambung.
 Rasa penuh/kembung sesudah makan atau sering bersendawa sesudah makan yang
mengiringi nyeri epigastrium biasanya disebabkan oleh ulkus peptik
 Feces berwarna pucat dan/atau urine berwarna seperti teh, penyebab yang serius adalah
obstruksi empedu.
 Feces berwarna hitam/berdarah, penyebab ringan adalah pemakaian suplemen besi,
penyebab yang serius adalah perdarahan saluran cerna.
 Konstipasi, penyebab ringan adalah dehidrasi, sedangkan penyebab yang serius adalah
obstruksi usus dan hiperkalsemia.
 Ikterus, biasanya disebabkan oleh obstruksi empedu. Adanya Charcot’s triad (demam,
nyeri perut kanan atas, dan ikterus) sering terjadi pada kolangitis.
 Demam, penyebab ringannya adalah penyakit virus, sedangkan penyakit yang srrius
adalah appendisitis, kolesistitis, dan diverkulitis.
 Hematuria, bisa disebabkan oleh obstruksi saluran kencing.
 Nyeri perut yang muncul beberapa hari sebelum haid dan terus memburuk, dan
berkurang sesudah haid berhenti, biasanya diakibatkan oleh pelvic inflammatory disease
dan endometriosis.
 Perdarahan per vaginam yang didahului oleh amenore, mengarahkan pada kehamilan
ektopik.

Konstipasi
Konstipasi secara klasik didefinisikan sebagai defekasi < 3 kali seminggu.
Konstipasi kronis didefinisikan sebagai adanya 2 gejala berikut atau lebih yang dialami
minimal selama 12 minggu (tidak perlu minggu yang berurutan) dalam 12 bulan terakhir:
 Kesulitan untuk defekasi selama > 25% defekasi
 Feces keras atau bergumpal-gumpal (lumpy) pada > 25% defekasi
 Perasaan evakuasi feces yang tidak habis pada > 25% defekasi
 Perasaan ada obstruksi anorektal pada > 25% defekasi
 Manuver manual untuk > 25% defekasi

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 8


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

 < 3 kali defekasi per minggu.


Prevalensi konstipasi meningkat pada usia lanjut, dan faktor risiko lain adalah aktivitas fisik
yang rendah, status sosial ekonomi yang rendah, dan intake kalori yang rendah.
Banyak penyakit yang dapat menyebabkan konstipasi. Konstipasi akut sering
diakibatkan oleh efek samping obat, sedangkan konstipasi kronis biasanya diakibatkan oleh
kondisi fungsional yang mengenai kolon, anorektum, atau keduanya. Diagnosis banding
untuk konstipasi adalah:
 Obstruksi anorektal: fecal impaction, ileus, megarektum, striktur, trombosis hemoroid,
fissura anal, kanker kolon, kehamilan.
 Gangguan metabolisme dan endokrin: diabetes mellitus, hiperkalsemia,
hiperparatiroidisme, hipokalemia, hipomagnesemia, hipotiroidisme, keracunan timbal,
kehamilan, dan uremia.
 Gangguan neurogenik: neuropati otonom, Hirschprung disease
 Gangguan sistem saraf pusat: trauma atau tumor medulla spinalis, stroke, Parkinsonism.
 Efek samping obat: antasida yang mengandung aluminium atau kalsium, antikolinergik,
antidiare, antidepresi, antipsikotik, antispasmodik, suplemen kalsium, klonidin,
suplemen besi, levodopa, NSAID, analgetik opioid, simpatomimetik, verapamil,
penyalahgunaan laksatif.
 Disfungsi motilitas kolorektal: konstipasi slow transit (<2 kali defekasi per minggu),
irritable bowel syndrome dengan gejala dominan konstipasi, dan idiopatik. Irritable
bowel syndrome adalah sindrom saluran cerna tanpa penyebab organik, dengan ciri
adanya nyeri perut kronis dan kembung yang berkurang dengan adanya defekasi,
perasaan defekasi yang tidak habis, adanya mucus pada feces, perubahan frekuensi atau
konsistensi feces, diare episodik yang berselang-seling dengan konstipasi dan periode
defekasi normal, serta dipicu oleh stress.
 Psikososial: depresi, diet rendah serat, gaya hidup lembam/aktivitas rendah, somatisasi
(ekspresi stress psikologis melalui gejala fisik).
Penggalian tentang keluhan konstipasi berdasarkan penggalian riwayat penyakit
sekarang adalah sebagai berikut:
 onset dan durasi.
 sifat munculnya keluhan: akut, kronis, hilang-timbul. Konstipasi yang timbul mendadak
sesudah operasi biasanya diakibatkan oleh adhesi atau ileus. Kondisi akut lainnya bisa
terjadi pada fecal impaction, efek samping obat, dan stress. Konstipasi kronis biasanya
terjadi pada irritable bowel syndrome dan konstipasi idiopatik. Konstipasi yang dialami
selama hidupnya biasanya disebabkan oleh Hirschprung disease.
 frekuensi
 sifat keluhan:
 apakah feces yang dikeluarkan bercampur mucus (biasanya pada irritable bowel
syndrome)
 apakah feces bercampur darah (kanker kolon)
 apakah darah menetes pada feces/tidak bercampur (hemoroid, fissura, ulkus)
 apakah feces berwarna hitam (suplemen besi, bismut subsalisilat)
 apakah feces keras tetapi berair (fecal impaction)
 apakah berselang-seling dengan diare (irritable bowel syndrome, kanker kolorektal)
 perasaan seperti ada obstruksi/hambatan
 perasaan seperti defekasi yang tidak selesai (irritable bowel syndrome
 pakah masih bisa flatus (kegagalan flatus mengarah pada obstruksi usus yang
komplit)

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 9


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

 apakah perlu evakuasi manual untuk mengeluarkan feces.


 obat yang dikonsumsi sebelum munculnya konstipasi.
 pola makan (intake serat dan cairan) sebelum munculnya konstipasi juga bisa
mengarahkan pada faktor risiko konstipasi.
 gaya hidup, apakah aktivitas sangat rendah sebelum konstipasi atau baru menjalani
tirah baring yang lama akibat sakit bisa mengarahkan pada faktor risiko konstipasi.
 hubungan dengan fungsi fisiologis
 akibat terhadap aktivitas sehari-hari.
 upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan
Keluhan penyerta serta anamnesis riwayat penyakit dahulu/keluarga yang bisa
mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah:
 Riwayat radiasi atau operasi pada abdomen bisa mengarahkan pada adhesi atau striktur.
 Riwayat trauma punggung bisa mengarahkan pada trauma medulla spinalis.
 Riwayat multiparitas berhubungan dengan gangguan defekasi.
 Hematochezia dan melena, penyebab yang ringan adalah hemoroid, sedangkan penyebab
serius adalah kanker kolon, divertikulosis, striktur, dan fissura anal.
 Nyeri perut yang signifikan, penyebab yang ringan adalah irritable bowel syndrome
(nyeri menghilang sesudah defekasi), penyebab serius adalah ileus, kanker, dan
divertikulitis.
 Mual dan muntah, penyebab yang ringan adalah irritable bowel syndrome, penyebab
serius adalah obstruksi usus.
 Penurunan berat badan, penyebab serius adalah depresi dan kanker kolon.
 Peningkatan berat badan, penurunan energi, pembengkakan tungkai bisa mnegarahkan
pada hipotiroidisme.
 Peningkatan frekuensi miksi dan rasa haus, bisa mengarahkan pada diabetes mellitus
atau neuropati otonom.
 Gangguan tidur, selera makan, mood, konsentrasi dan minat mengarahkan pada depresi.
 Demam, penyebab yang serius adalah divertikulitis dan kanker.
 Nyeri punggung, adanya saddle anesthesia, kelemahan tungkai, dan kesulitas miksi
mengarahkan pada penyebab serius adanya proses pada medulla spinalis, misalnya
trauma atau keganasan.

Diare
Diare didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi defekasi (> 3 kali per hari) dengan
peningkatan jumlah feces (> 200 g/dl). Diare disebut akut apabila berlangsung < 2 minggu,
dan disebut kronis bila berlangsung minimal 4 minggu. Diare disebut persisten bila
berlangsung selama 2 sampai 4 minggu.
Penyebab diare bervariasi, mulai dari infeksi, diare fungsional, inflammatory bowel
disease, malabsorpsi, penggunaan laksatif, efek samping obat, diare postoperatif, keganasan,
kolitis, dan idiopatik.
Saat menganamnesis diare akut, yang penting untuk dinilai juga adalah adanya tanda
dehidrasi seperti kehausan, kelelahan atau pusing, yang memerlukan resusitasi cairan
dan/atau rawat inap.
Penggalian tentang keluhan diare berdasarkan penggalian riwayat penyakit sekarang
adalah sebagai berikut:
 Onset dan durasi.
 Sifat munculnya keluhan: akut, kronis, hilang-timbul. Diare yang muncul akut biasanya
disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, atau diare sekretorik idiopatik. Diare yang
Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 10
Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

berjalan perlahan-lahan seiring waktu biasanya disebabkan oleh irritable bowel


syndrome atau inflammatory bowel disease.
 Frekuensi
 Sifat keluhan:
 apakah diarenya seperti air/berlendir/berdarah/berminyak
 apakah volumenya besar atau kecil
 bagaimana warnanya (kuning/pucat/hitam seperti aspal/merah karena darah segar).
 hal yang menimbulkan atau memperberat diare juga harus digali, misalnya
mengkonsumsi susu atau produk susu (intoleransi laktosa), riwayat melakukan
perjalanan (infeksi enterotoxigenic E. coli, Shigella, rotavirus, Salmonella,
Campylobacter, Giardia, E. histolytica), meminum air tidak dimasak,
mengkonsumsi antibiotika, mengkonsumsi obat yang efek sampingnya diare
(antasida yang mengandung magnesium, statin, inhibitor pompa proton, antidepresi
SSRI), riwayat makanan, aktivitas seksual melalui anal, dan penyalahgunaan laksatif
(masalah body image).
Diare yang seperti air dengan volume besar biasanya diakibatkan masalah pada usus
kecil, misalnya infeksi, malabsorpsi, diare sekretorik, atau keganasan. Diare dengan
volume kecil tetapi sering, disertai lendir dan tenesmus biasanya disebabkan oleh
masalah pada usus besar, misalnya kolitis ulseratif, disentri infeksiosa, dan kanker kolon.
Diare yang berdarah (disentri) bisa diakibatkan oleh infeksi Salmonella, Shigella,
Campylobacter, enterohemorrhagic E. coli, Entamoeba histolytica; kolitis iskemik;
kolitis ulseratif; keganasan; dan hemoroid. Diare yang berminyak (steatore) bisa
disebabkan oleh malabsorpsi.
 Hubungan dengan fungsi fisiologis
 Akibat terhadap aktivitas sehari-hari.
 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan
Keluhan penyerta serta anamnesis riwayat penyakit dahulu/keluarga yang bisa
mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah:
 Riwayat penyakit orang di sekitar, bila ada orang di sekitar juga menderita diare, bisa
diakibatkan oleh diare karena makanan. Bila diare muncul < 6 jam sesudah
mengkonsumsi makanan, mungkin disebabkan oleh Staphylococcus aureus (mayonaise,
selada kentang/telur, pultry), dan Bacillus cereus. Bila diare muncul 8-14 jam sesudah
mengkonsumsi makanan, mungkin disebabkan oleh Clostridium perfringens (akibat
daging dan poultry yang tidak dipanaskan dengan baik). Bila diare muncul 8-72 jam
sesudah mengkonsumsi makanan, mungkin disebabkan oleh species Vibrio (misalnya
karena seafood). Bila diare muncul > 14 jam sesudah mengkonsumi makanan diikuti
dengan muntah-muntah, mungkin disebabkan oleh virus. Bila disertai disentri, biasanya
disebabkan oleh Enterohemorrhagic E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter.
 Riwayat HIV, riwayat operasi reseksi usus atau kolesistektomi
 Riwayat penyakit keluarga adanya inflammatory bowel diseasei
 Nyeri perut. Nyeri perut periumbilikal mengarah pada gangguan di usus halus,
sedangkan nyeri perut bawah mengarah pada gangguan di usus besar, disentri bakterial,
dan disentri amuba. Nyeri tenesmus atau spasma sfingter ani biasanya diakibatkan
inflamasi anorektal seperti kolitis ulseratif atau disentri infeksiosa. Nyeri perut difus
mengarah pada irritable bowel syndrome. Nyeri yang berkurang sesudah defekasi
biasanya juga disebabkan irritable bowel syndrome.
 Kembung, biasanya diakibatkan oleh intoleransi laktosa, enteritis virus, pemberian
antibiotika, dispepsia non-ulkus, irritable bowel syndrome.

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 11


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

 Flatus dengan frekuensi lebih sering, biasanya diakibatkan oleh malabsorpsi karbohidrat,
enteritis virus, dan irritable bowel syndrome.
 Mual dan muntah, sering terjadi pada gastroenteritis virus dan obstruksi usus.

Dispepsia
Dispepsia adalah istilah umum yang merujuk pada gejala-gejala yang bersumber dari
saluran cerna bagian atas, bisa berupa nyeri epigastrium, mual, muntah, distensi abdomen,
dan tidan nafsu makan. Pada 40-50% kasus, terdapat penyebab organik, paling sering berupa
ulkus peptik dan GERD, tetapi pada 50% kasus tidak ditemukan penyebabnya, sehingga
pasien disebut menderita dispepsia fungsional atau dispepsia non-ulkus. Penyebab organik
lainnya yang lebih jarang adalah gastritis, duodenitis, esofagitis, irritable bowel syndrome,
pankreatitis, obat-obatan, intoleransi laktosa, dan gangguan metabolik seperti hiper-
/hipotiroidisme, diabetes, dan hiperparatiroidisme.
Pasien dispepsia dianamnesis untuk mengklasifikasikan mereka menjadi 3
kelompok:
 Dispepsia karena ulkus, dimana nyerinya dapat ditunjukkan dengan jelas, dan sering
berkurang oleh makanan atau antasida. Pasien sering mengeluhkan munculnya gejala di
malam hari.
 Dispepsia karena dismotilitas, dimana nyerinya bertambah berat oleh makanan dan
disertai dengan kembung atau rasa penuh. Mual, muntah, dan cepat kenyang sering
dikeluhkan.
 Dispepsia karena refluks, dimana pasien mengeluhkan rasa terbakar yang menyebar ke
dada atau tenggorokan, dan biasanya diikuti dengan rasa asam di mulut. Gejalanya
memburuk bila berbaring atau sesudah mengkonsumsi makanan pedas, berlemak,
alkohol, coklat, peppermint, atau minuman berkafein. Pasien mungkin mengeluhkan
adanya regurgitasi (pasase isi lambung ke arah mulut).
Penggalian tentang keluhan dispepsia berdasarkan penggalian riwayat penyakit
sekarang adalah sebagai berikut:
 Onset dan durasi. Durasi nyeri yang menetap selama 30 menit sampai 2 jam, kemudian
perlahan menghilang biasanya disebabkan oleh ulkus peptik, sedangkan kolik empedu
biasanya memuncak dalam 15-45 menit, lalu berkurang perlahan dalam beberapa jam.
 Sifat munculnya keluhan: akut, kronis, hilang-timbul. Onset akut biasanya terjadi pada
pankreatitis akut, sedangkan keluhan yang timbul secara perlahan terjadi pada ulkus
peptik dan kolik empedu.
 Frekuensi. Nyeri yang konstan biasanya diakibatkan oleh keganasan, sedangkan nyeri
yang intermitten biasanya akibat gastritis, ulkus peptik, kolik empedu, dispepsia karena
obat, dan irritable bowel syndrome.
 Sifat keluhan:
 apakah sakitnya seperti terbakar/ditusuk/kram/tidak tertahankan/sampai terbangun
dari tidur. Nyeri seperti rasa terbakar yang bisa membangunkan tidur di malam hari,
yang diperberat oleh NSAID, dan berkurang apabila makan atau diberi antasida
biasanya disebabkan oleh gastritis dan ulkus peptik. Nyeri seperti ditusuk biasanya
karena pankreatitis dan ulkus peptik. Nyeri kram/kolik yang bertambah nyeri bila
makan makanan berlemak/berminyak biasanya karena kolik empedu. Nyeri tak
tertahankan biasanya diakibatkan pankreatitis akut. Ulkus peptik umumnya bisa
sampai membangunkan dari tidur.
 hal yang memunculkan atau memperberat kondisi juga perlu digali, misalnya
merokok (ulkus peptik, esofagitis refluks, kanker lambung), alkoholik berat

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 12


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

(gastritis, esofagitis refluks, ulkus peptik, pankreatitis, kanker esofagus),


mengkonsumsi NSAID, makan (ulkus lambung, GERD), lapar/perut kosong (ulkus
duodenum), minum susu (intoleransi laktosa), makanan berlemak (kolik empedu,
irritable bowel syndrome), jeruk (gastritis, GERD), berbaring (GERD, pankreatitis),
stress (gastritis, irritable bowel syndrome).
 Lokasi nyeri: apakah di epigastrium/substernal/kuadran kanan atas/periumbilikal/
kuadran kiri atas. Untuk nyeri di epigastrium, kuadran kanan atas, periumbilikal dan
kuadran kiri atas, harap lihat bagian Nyeri Perut. Untuk nyeri substernal, biasanya
disebabkan oleh penyakit jantung iskemik dan esofagitis.
 Hubungan dengan fungsi fisiologis
 Akibat terhadap aktivitas sehari-hari.
 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan

Keluhan penyerta serta anamnesis riwayat penyakit dahulu/keluarga yang bisa


mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah:
 Riwayat ulkus lambung atau duodenum.
 Riwayat keluarga adanya ulkus peptik
 Perdarahan saluran cerna/melena, bisa mengarahkan pada ulkus peptik, dan keganasan
lambung, esofagus, atau kolon.
 Disfagia (kesulitan menelan), bisa mengarahkan pada striktur esofagus, esofagitis, dan
keganasan.
 Mual dan muntah, biasanya berhubungan dengan ulkus peptik, kolik empedu dan kanker
lambung.
 Sering bersendawa, bisa disebabkan oleh GERD, penyakit empedu, dan irritable bowel
syndrome
 Perut terasa penuh, bisa disebabkan oleh irritable bowel syndrome
 Rasa pahit di mulut dan regurgitasi isi lambung, biasanya disebabkan oleh GERD.
 Sering flatus, biasanya disebabkan oleh malabsorpsi, penyakit empedu, dan irritable
bowel syndrome.
 Kembung, biasanya disebabkan oleh irritable bowel syndrome
 Penurunan berat badan, bisa mengarahkan pada ulkus peptik, malabsorpsi, gangguan
metabolik, dan kondisi yang lebih serius seperti keganasan lambung atau esofagus, serta
kanker kolon.
 Anemia, bisa mengarahkan pada ulkus peptik, serta keganasan saluran cerna.
 Batuk/suara parau kronis, biasanya diakibatkan oleh GERD.
 Urine berwarna seperti teh dan kulit agak kekuningan (ikterik), biasanya disebabkan oleh
penyakit empedu.
Sulit Menelan (Disfagia)
Disfagia didefinisikan sebagai keadaan sulit menelan. Disfagia berbeda dengan
odionofagia, yaitu nyeri saat menelan. Berbeda juga dengan globus, yaitu rasa adanya
benjolan atau rasa sesak di tenggorokan yang tidak berhubungan dengan menelan. Terdapat
2 tipe disfagia, yaitu disfagia orofaring dan disfagia esofagus. Disfagia orofaring adalah
kesulitan memulai proses menelan (yaitu melewatkan bolus makanan dari mulut ke esofagus
proksimal), sedangkan disfagia orofaring adalah kesulitan melewatkan bolus makanan dari
esofagus bagian atas ke lambung.
Diagnosis banding untuk disfagia orofaring adalah:

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 13


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

 Etiologi neuromuskular: stroke, cerebral palsy, penyakit Parkinson, myopati, myastenia


gravis.
 Etiologi struktural: tumor kepala dan leher, spondilosis servikal
 Etiologi iatrogenik: terapi radiasi, trauma akibat pil korosif, antikolinergik
Diagnosis banding untuk disfagia esofagus adalah:
 Gangguan motorik: akhalasia (kegagalan sfingter esofagus bawah untuk relaksasi dan
hilangnya peristaltik normal), spasme esofagus difus, skleroderma
 Gangguan mekanis intrinsik: tumor esofagus, striktur, Schatzki ring, benda asing
 Gangguan mekanis ekstrinsik: right-sided aorta, pembesaran atrium kiri, limfadenopati
mediastinum, tiroid substernal
 Gangguan iatrogenik: esofagitis karena pil (doksisiklin, NSAID, kalium klorida)
 Infeksi: esofagitis karena Candida, herpes, dan CMV
Penggalian tentang keluhan disfagia berdasarkan penggalian riwayat penyakit
sekarang adalah sebagai berikut:
 Onset dan durasi. Disfagia berdurasi pendek biasanya akibat proses inflamasi.
 Sifat munculnya keluhan: akut, kronis, hilang-timbul. Keluhan yang hilang timbul
biasanya menunjukkan adanya distal esophageal web/ring.
 Frekuensi.
 Sifat keluhan:
 dibedakan apakah pasien sulit menelan atau nyeri menelan? Apabila nyeri, biasanya
karena esofagitis.
 qpakah pasien kesulitan memulai menelan makanan, atau menjadi batuk, tercekik,
atau merasa makanan akan keluar lewat hidung saat menelan? Apakah pasien merasa
makanan seperti tertahan saat beberapa detik pertama menelan? Kedua hal ini terjadi
pada disfagia orofaring, sedangkan disfagia esofagus biasanya ditandai makanan
tertahan sesudah menelan makanan.
 tentukan pula apakah makanan yang menyebabkan disfagia hanya benda padat atau
terjadi pada saat menelan benda padat dan cair. Ini untuk membedakan antara
obstruksi mekanis (bila terjadi pada saat menelan benda padat saja) dan gangguan
neuromuskuler (bila saat menelan benda padat dan cair).
 apakah muncul mendadak sesudah menelan daging atau roti? Hal ini biasanya
disebabkan oleh esophageal ring dan steak house syndrome, dimana terjadi episode-
episode obstruksi rekuren di distal esofagus akibat ring di distal esofagus dan akan
berkurang dengan minum air dalam jumlah banyak.
 apakah gejala disfagia semakin lama semakin berat? Gejala yang progresif dengan
cepat biasanya mengarah pada keganasan.
 apabila terjadi regurgitasi, apakah makanan yang sudah lama ditelan juga keluar?
Biasanya hal ini terjadi pada obstruksi distal esofagus dan akhalasia.
 hal yang mengakibatkan munculnya keluhan atau memperberat, misalnya minum
atau makan sesuatu yang panas atau dingin (gangguan motorik), radiasi, akibat obat
(suplemen besi, aspirin, kalium, doksisiklin), penggunaan steroid kronis,
kemoterapi.
 Lokasi: di mana makanan terasa tertahan? Bila pasien menunjuk ke arah daerah leher
bagian atas, biasanya merupakan disfagia orofaring.
 Hubungan dengan fungsi fisiologis
 Akibat terhadap aktivitas sehari-hari.
 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan.

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 14


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

Keluhan penyerta dan anamnesis riwayat penyakit dahulu/keluarga yang bisa


mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah:
 Riwayat stroke, gangguan neurologis, merokok, penyakit refluks, riwayat penyakit yang
menekan sistem imun, seperti HIV. Riwayat dispepsia lama, biasanya menyebabkan
striktur.
 Darah dalam feces, biasanya disebabkan oleh keganasan
 Penurunan berat badan, bisa disebabkan oleh striktur atau keganasan.
 Otalgia (nyeri telinga), biasanya diakibatkan lesi di hipofaring, misalnya kanker sel
skuamosa atau kanker tiroid
 Suara serak atau nyeri saat berbicara, biasanya diakibatkan oleh distrofi otot.
 Disartria, biasanya disebabkan oleh stroke.
 Nyeri dada, biasanya karena gangguan motorik esofagus, seperti spasme esofagus yang
digus, akhalasia, dan skleroderma.

Perdarahan Saluran Cerna


Perdarahan saluran cerna harus dibedakan apakah berasal dari saluran cerna bagian
atas atau bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian atas berasal dari salurancerna di
atas ligamentum Treitz, sedangkan perdarahan saluran cerna bagian bawah berasal dari
bawah ligamentum tersebut. Hematemesis adalah muntah darah segar atau berwarna seperti
ampas kopi. Hematochezia adalah keluaenya darah segar atau bekuan darah dari rektum.
Melena adalah feces berwarna hitam seperti aspal dan berbau busuk.
Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas umumnya adalah:
 Ulkus peptik, yaitu ulserasi > 3 mm yang bisa disebabkan oleh Helicobacter pylori atau
NSAID.
 Varices gastroesofagus, yaitu dilatasi vena di esofagus atau lambung akibat hipertensi
porta, biasanya diakibatkan oleh sirosis
 Erosi, yaitu diskontinuitas mukosa < 3 mm, yang umumnya disebabkan oleh NSAID
atau stress fisiologis berat
 Tumor, misalnya adenokarsinoma, limfoma, atau tumor stroma
Penyebab perdarahan saluran cerna bagian bawah umumnya adalah:
 Divertikulosis, yaitu herniasi mukosa melalui dinding usus pada lokasi dimana ada arteri
yang menembusnya. Biasanya perdarahannya berhenti spontan.
 Keganasan kolorektal, biasanya bermanifestasi dalam bentuk perdarahan samar atau
darah yang bercampur dengan feces, jarang terjadi perdarahan berat.
 Kolitis iskemik, yaitu gangguan suplai darah kolon akibat penurunan curah jantung atau
oklusi arteri mesenterika. Perdarahannya biasanya berhenti sendiri.
 Kolitis infeksiosa, dengan manifestasi disentri (feces berlendir dan berdarah), biasanya
akibat infeksi Shigella, Campylobacter, Salmonella dan E. coli
 Inflammatory bowel disease
 Ulkus sterkoral, yaitu perlukaan rektum akibat konstipasi kronis.
 Hemoroid, ditandai oleh tetesan darah pada feces saat defekasi.
Penggalian tentang keluhan perdarahan saluran cerna berdasarkan penggalian
riwayat penyakit sekarang adalah sebagai berikut:
 Onset dan durasi.
 Sifat munculnya keluhan.
 Frekuensi. Episode perdarahan yang berulang-ulang mengarahkan pada kehilangan
darah dalam jumlah yang signifikan.

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 15


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

 Sifat keluhan:
 apakah darahnya berupa hematemesis, melena, atau hematochezia. Hematemesis
biasanya menunjukkan perdarahan saluran cerna bagian atas, walaupun tidak adanya
hematemesis tidak mengeksklusi perdarahan saluran cerna bagian atas, karena
perdarahan bisa terjadi intermitten atau berasal dari distal duodenum. Melena
biasanya menunjukkan sumber dari perdarahan saluran cerna bagian atas, tetapi bisa
juga berasal dari perdarahan usus halus atau kolon proksimal dengan waktu transit
yang lambat. Hematochezia biasanya menunjukkan sumber perdarahan dari saluran
cerna bagian bawah, tetapi bisa juga diakibatkan perdarahan saluran cerna bagian
atas yang masif. Darah yang bercampur atau menyelimuti feces biasanya bersumber
dari anorektal.
 apa warna perdarahannya. Pada hematemesis, warna ampas kopi menunjukkan
bahwa perdarahan sudah melambat atau berhenti, sedangkan darah yang merah segar
menunjukkan perdarahan yang masih aktif.
 jumlah perdarahan, apakah banyak atau hanya berupa tetes-tetes darah atau bekuan-
bekuan kecil.
 Hubungan dengan fungsi fisiologis
 Akibat terhadap aktivitas sehari-hari.
 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan.

Keluhan penyerta dan anamnesis riwayat penyakit dahulu/keluarga yang bisa


mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah:
 Adanya riwayat ulkus peptik bisa mengarahkan pada perdarahan dari ulkus peptik.
 Riwayat penyakit arteri koroner atau penyakit arteri perifer bisa mengarah pada penyakit
usus iskemik.
 Riwayat osteoartritis dan nyeri sendi lainnya bisa mengarahkan pada perdarahan akibat
penggunaan kronis NSAID.
 Riwayat penggunaan alkohol, hepatitis atau penyakit hati kronis bisa mengarahkan pada
varics gastroesofagus.
 Riwayat konsumsi obat NSAID, antikoagulan, antitrombotik, kalium, kuinidin, besi,
alendronat, bisa mengarahkan pada perdarahan saluran cerna karena iritasi obat.
 Riwayat dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu lama atau pada pasien penyakit
kritis, mengarah pada erosi/ulkus prptik akibat stress.
 Dispepsia, bisa mengarahkan pada ulkus peptik dan erosi esofagus.
 Adanya penyakit hati kronis (ikterus, asites, hepatosplenomegali) bisa mengarahkan
pada varices gastroesofagus.
 Disentri, mengarahkan pada infeksi usus atau inflammatory bowel disease bila gejalanya
> 2 minggu.
 Susah defekasi/konstipasi, bisa mengarahkan pada keganasan kolon distal, hemoroid,
dan ulkus sterkoral.
 Penurunan berat badan, biasanya diakibatkan oleh keganasan.
 Pusing, mengarahkan pada jumlah perdarahan yang cukup signifikan.

Ikterus
Ikterus adalah pewarnaan kuning pada jaringan tubuh akibat bilirubin yang
berlebihan. Bilirubin adalag pigmen yang dihasilkan selama metabolisme heme. Ikterus
pertama terdeteksi di sklera, di bawah lidah dan membran timpani, dan akhirnya pada kulit.
Dengan demikian, ikterus pada kulit menunjukkan adanya kadar bilirubin yang lebih tinggi

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 16


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

daripada ikterus pada sklera saja. Anamnesis perlu membedakan ikterus dengan pewarnaan
kuning akibat karotenemia, atau overdosis isotretinoin dan rifampisin, yang semuanya tidak
menimbulkan pewarnaan kuning di sklera. Begitu kondisi-konisi tersebut dieksklusi, ikterus
harus dibedakan apakah manifestasi dari penyakit hati, obstruksi empedu, atau hanya akibat
hemolisis atau gangguan metabolisme bilirubin.
Pada orang dewasa, ikterus umumnya diakibatkan oleh hepatitis, batu empedu,
sirosis, serta keganasan hati atau pankreas.
Penggalian tentang keluhan ikterus berdasarkan penggalian riwayat penyakit
sekarang adalah sebagai berikut:
 Onset dan durasi. Onset mendadak biasanya terjadi pada hepatitis akut, koledokolitiasis,
kolangitis, hemolisis, dan sepsis. Onset kronis biasanya terjadi pada keganasan
hepatobilier dan pankreas.
 Sifat munculnya keluhan.
 Frekuensi.
 Sifat keluhan:
 apakah darahnya berupa hematemesis, melena, atau hematochezia. Hematemesis
biasanya menunjukkan perdarahan saluran cerna bagian atas, walaupun tidak adanya
hematemesis tidak mengeksklusi perdarahan saluran cerna bagian atas, karena
perdarahan bisa terjadi intermitten atau berasal dari distal duodenum. Melena
biasanya menunjukkan sumber dari perdarahan saluran cerna bagian atas, tetapi bisa
juga berasal dari perdarahan usus halus atau kolon proksimal dengan waktu transit
yang lambat. Hematochezia biasanya menunjukkan sumber perdarahan dari saluran
cerna bagian bawah, tetapi bisa juga diakibatkan perdarahan saluran cerna bagian
atas yang masif. Darah yang bercampur atau menyelimuti feces biasanya bersumber
dari anorektal.
 Hubungan dengan fungsi fisiologis
 Akibat terhadap aktivitas sehari-hari.
 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan.
Keluhan penyerta dan anamnesis riwayat penyakit dahulu/keluarga yang bisa
mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah:
 Riwayat konsumsi obat (misalnya parasetamol, isoniazid, dan sebagainya) dan alkohol,
yang bisa menyebabkan kerusakan hati.
 Riwayat penyalahgunaan obat injeksi bisa mengarah pada hepatitis.
 Riwayat kontak dengan penderita hepatitis (melalui makanan pada hepatitis A, melalui
kontak seksual/darah/transfusi pada hepatitis B atau C, melalui persalinan pada hepatitis
B).
 Riwayat menderita anemia sel sabit (hemolisis) dan hepatitis
 Nyeri kuadran kanan atas, disebabkan oleh kolangitis, hepatitis akut, batu empedu, ulkus
peptik, pneumonia lobus kanan bawah, efusi pleura kanan, dan nyeri muskuloskeletal.
 Nyeri epigastrium, biasanya disebabkan oleh pankreatitis atau kanker pankreas.
 Mual dan muntah, biasanya disebabkan oleh hepatitis akut, koledokolitiasis, kolangitis,
sepsis.
 Malaise, anoreksia, dan cepat lelah, biasanya disebabkan hepatitis akut, serta keganasan
hepatobilier atau pankreas.
 Feces berwarna pucat biasanya disebabkan obstruksi empedu.
 Peningkatan lingkar pinggang, bisa diakibatkan oleh asites karena sirosis, atau adanya
massa abdomen akibat keganasan hati atau pankreas.

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 17


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

 Pruritus, bisa diakibatkan oleh proses kolestatik subakut atau kronis.


 Mudah terjadi hematom, biasanya akibat koagulopati karena gangguan sintesis faktor
pembekuan darah pada sirosis.
 Demam, biasanya disebabkan oleh kolangitis, hepatitis akut, batu empedu, dan sepsis.
 Konfusio atau perubahan status mental, bisa disebabkan oleh kolangitis, ensefalopati
hati, sepsis.
 Perdarahan gusi atau epistaksis, bisa diakibatkan trombositopenia karena gagal hati
berat, DIC, TTP, malaria falsiparum
 Kehamilan, bisa diakibatkan acute fatty liver of pregnancy, HELLP syndrome, kolestasis
intrahepatik pada kehamilan
 Urine berwarna gelap, bisa disebabkan oleh bilirubinuria, porfiria (urine berwarna merah
anggur), hemoglobinuria (karena hemolisis akut), myoglobinuria (karena
rhabdomyolisis), obat (oranye karena rifampisin)
 Penurunan berat badan, bisa disebabkan oleh keganasan hepatobilier atau pankreas.

Mual dan Muntah


Mual adalah perasaan tidak enak bahwa akan terjadi muntah, yang bisa diikuti atau
tidak diikuti dengan muntah itu sendiri. Muntah adalah ekspulsi isi lambung melalui oral
secara paksa, dengan kontraksi otot dinding perut dan dada. Muntah harus dibedakan dengan
regurgitasi, yang merupakan aliran retrograd pasif isi esofagus ke mulut tanpa adanya
aktivitas otot seperti pada muntah, dan tidak didahului mual.
Mual dan muntah yang akut bisa disebabkan oleh:
 Infeksi dan toksin pada saluran cerna (gastroenteritis, hepatitis, keracunan makanan)
 Obat, misalnya kemoterapi, antibiotika, analgetik, dan lain-lain.
 Nyeri visceral, misalnya akibat pankreatitis, appendisitis, kolik empedu, obstruksi usus
halus, kolik renal, iskemi usus, infark myokard
 Kondisi yang mengenai sistem saraf pusat, misalnya labirintitis, motion sickness, trauma
kepala, stroke, meningitis, peningkatan tekanan intrakranial.
 Metabolik, misalnya kehamilan, ketoasidosis, uremia.
 Radiasi.
Mual dan muntah yang kronis bisa disebabkan oleh:
 Gangguan lambung
 Gangguan motilitas usus halus
 Metabolik, misalnya kehamilan, hipertiroidisme
 Sistem saraf pusat, misalnya tumor kepala
 Psikogenik (eating disorder)
Penggalian tentang keluhan ikterus berdasarkan penggalian riwayat penyakit
sekarang adalah sebagai berikut:
 Onset dan durasi.
 Sifat munculnya keluhan.
 Frekuensi.
 Sifat keluhan:
 apakah keluhan pasien hanya berupa mual, disertai muntah, atau sebenarnya hanya
regurgitasi?
 volume, yang bisa menentukan apakah akan terjadi kemungkinan dehidrasi atau
tidak.

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 18


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

 isi muntahan: apakah makanan, hanya cairan lambung, berwarna hijau, atau ada
darah (apabila berdarah, dianamnesis seperti menganamnesis Perdarahan Saluran
Cerna). Bila berwarna hijau, bisa diakibatkan oleh obstruksi usus halus.
 apakah berbau busuk, bisa diakibatkan oleh obstruksi usus.
 apakah muntahnya proyektil, biasanya disebabkan oleh peningkatan tekanan
intrakranial atau stenosis pylorus.
 apakah muntah pagi sebelum sarapan, lebih dari sejam sesudah makan, saat makan
atau segera sesudah makan? Muntah pagi sebelum sarapan biasanya akibat
kehamilan, sejan atau lebih sesudah makan bisa diakibatkan oleh gastroparesis atau
obstruksi keluar lambung, saat makan atau segera sesudah makan bisa diakibatkan
oleh ulkus lambung atau eating disorder.
 Hubungan dengan fungsi fisiologis
 Akibat terhadap aktivitas sehari-hari.
 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan.
Keluhan penyerta dan anamnesis riwayat penyakit dahulu/keluarga yang bisa
mengarahkan pada diagnosis antara lain adalah:
 Riwayat trauma kepala.
 Riwayat konsumsi obat kanker, antibiotika, analgetika, dna lain-lain.
 Riwayat penyakit ginjal, bisa mengarahkan pada uremia.
 Riwayat ulkus peptik, cepat kenyang, mengarah pada gangguan saluran cerna.
 Riwayat penyakit jantung, mengarahkan pada muntah akibat infark myokard atau
toksisitas digoksin pada penderita gagal jantung.
 Riwayat lingkungan sekitar juga mual dan muntah sesudah memakan makanan yang
sama, bisa mengarahkan pada keracunan makanan. Riwayat memakan makanan mentah
ataupun makanan kalengan juga bisa mengarahkan pada keracunan makanan.
 Riwayat diabetes bisa mengarahkan pada ketoasidosis.
 Nyeri perut kanan bawah, bisa disebabkan oleh appendisitis akut. Nyeri perut
periumbilikal yang kemudian berpindah ke nyeri kanan bawah juga mengarah pada
appendisisitis akut.
 Nyeri perut yang bertambah bila melakukan gerakan yang menyebabkan guncangan
seperti turun tangga, bisa mengarah pada peritonitis.
 Nyeri perut bagian atas yang stabil selama > 30 menit dengan ciri nyeri kolik, bisa
disebabkan oleh kolesistitis akut.
 Diare, bisa disebabkan oleh gastroenteritis atau keracunan makanan, apalagi apabila ada
riwayat lingkungan sekitar yang mengalami muntah dan diare juga.
 Ikterus dan urine berwarna gelap bisa mengarah pada hepatitis dan koledokolitiasis.
 Nyeri dada akut, bisa disebabkan oleh infark myokard akut, sedangkan penyebab yang
lebih ringan adalah GERD.
 Nyeri kepala, bisa disebabkan oleh perdarahan intrakranial, massa atau infeksi di
intrakranial. Penyebab yang lebih ringan adalah nyeri kepala migren.
 Kaku kuduk, bisa disebabkan oleh meningitis.
 Perubahan status mental, bisa disebabkan oleh perdarahan, massa atau infeksi
intrakranial.
 Ada tanda kehamilan, seperti amenore, nyeri atau pembengkakan mammae, bisa
diakibatkan kehamilan dini. Bila pasien sudah positif hamil, bisa disebabkan oleh
emesis- dan hiperemesis gravidarum.
 Pusing dan merasa ruangan berputar (vertigo), bisa diakibatkan oleh labirintitis

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 19


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

 Perubahan berat badan (naik dan turun), masalah dengan body image, muntah sembunyi-
sembunyi, dan kebiasaan menginduksi muntah, bisa diakibatkan oleh eating disorder.
Penurunan berat badan saja bisa diakibatkan oleh keganasan gastrointestinal.
 Muntah yang terjadi saat berada dalam kendaraan yang bergerak, bisa diakibatkan oleh
motion sickness.

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 20


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

CHECKLIST ANAMNESIS KELUHAN DIGESTI


Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
Aspek komunikasi
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 Mendengarkan secara aktif
3 Tidak memotong pembicaraan pasien selama masih relevan
4 Menggunakan bahasa yang bisa dipahami pasien
5 Mempertahankan kontak mata dengan pasien
6 Menunjukkan empati
Aspek anamnesis
1 Menanyakan identitas pasien: nama, umur, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan
2 Menanyakan keluhan utama
3 Menggali riwayat penyakit sekarang
 Onset
 Frekuensi
 Sifat munculnya keluhan
 Durasi
 Sifat keluhan
 Lokasi
 Hubungan dengan fungsi fisiologis lain
 Akibat terhadap aktivitas sehari-hari
 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan
4 Menggali riwayat penyakit dahulu:
 Ada tidaknya penyakit seperti ini sebelumnya
 Penyakit lain yang pernah diderita
5 Menggali riwayat penyakit keluarga
 Ada tidaknya penyakit serupa
6 Menanyakan riwayat pribadi (yang relevan) : alergi, narkoba,
merokok, lingkungan sekitar, dan lainnya
7 Menanyakan keluhan penyerta (berdasarkan sistem)
8 Membuat resume anamnesis

Keterangan:
0 = tidak dilakukan
1 = dilakukan tetapi kurang benar
2 = dilakukan dengan benar

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 21


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

PEMERIKSAAN FISIK GANGGUAN DIGESTIF

Pemeriksaan rongga perut bertujuan untuk mengetahui dan mendeteksi adanya


kelainan fungsi sistem di atas, dan manifestasi gangguan sistemik lain yang terjadi pada
rongga perut. Hal tersebut di atas merupakan informasi yang sangat berharga untuk
membantu seorang dokter dalam memahami dan menginterpretasi keluhan penderita, serta
menjadi salah satu langkah penting dalam rangkaian proses untuk menegakkan suatu
diagnosis penyakit.
Beberapa organ di dalam rongga perut yang sering memberikan keluhan nyeri
epigastrik antara lain :
1. Kelainan di lambung
2. Kelainan di usus halus, yang tersering adalah; duodenum, usus buntu
3. Kelainan di hati
4. Kelainan di kandung empedu dan salurannya
5. Kelainan di pankreas

Gambar 1. Organ yang dapat menyebabkan nyeri berdasarkan 9 daerah anatomi abdomen

Kelainan di lambung
Beberapa kelainan di lambung yang dapat menyebabkan keluhan nyeri di
epigastrium, antara lain; gastritis akuta dan kronika dan ulkus di lambung. Pemeriksaan
fisik menunjukkan penderita yang kesakitan di daerah epigastrium dan nyeri pada perabaan
(palpasi) di bawah prosesus xiphoideus atau perut atas agak ke kiri.
Kelainan di Usus Halus
Usus halus yang sering memberikan keluhan nyeri atau tidak enak di perut adalah:
kelainan di duodenum, dan apendisitis. Pada kelainan duodenum pemeriksaan fisik teraba
nyeri tekan atau palpasi di perut kanan atas dekat umbilikus.
Pada dasarnya appendisitis akut adalah suatu proses penyumbatan yang
mengakibatkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus
tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 22


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut


akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan
nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.
Setelah kemudian serosa juga terinvasi sehingga akan merangsang mukosa terkena
maka timbul nyeri somatic yang khas yaitu di sisi kanan peritoneum parietale bawah (titik
Mc Burney). Titik Mc Burney terletak pada 1/3 lateral garis yang menghubungkan SIAS
dan umbilicus.
Sering penderita apendisitis akuta maupun kronika memberikan keluhan pertama
timbulnya rasa nyeri, pedih di perut atas atau di sekitar umbilikus. Pada pengamatan
jasmani: untuk apendisitis akuta tampak penderita yang kesakitan, jalannya agak
membungkuk ke depan. Tampak perut agak tegang. Nyeri tekan di perut atas, tetapi lebih
jelas nyeri tekan dan nyeri lepas di perut kanan bawah. Sedangkan untuk apendisitis kronika
tidak nampak penderita yang kesakitan. Tetapi pada perabaan perut teraba nyeri tekan di
perut atas, dan lebih jelas nyeri tekan dan nyeri lepas di perut kanan bawah (rebound
tendeness).

Gambar 2. Teknik palpasi pada pemeriksaan apendisitis.

Alvarado Score
Digunakan untuk menegakkan diagnosis sebagai appendisitis akut atau bukan. Alvarado
Score: meliputi:
Appendicitis point pain : score 2
Lekositosis : score 2
Vomitus : score 1
Anorexia : score 1
Rebound Tendeness Fenomen : score 1
Degree of Celcius (.>37,5) : score 1
Observation of hemogram : score 1
Abdominal migrate pain : score 1
Total : 10
Dinyatakan appendisitis akut bila skor > 7 poin

Kelainan di Kandung Empedu dan Salurannya

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 23


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

kolelitiasis dimaksudkan untuk pembentukan batu di dalam kandung empedu. Batu


kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu material
mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu. Batu kandung empedu merupakan
gabungan material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung empedu. Pada keadaan
normal, asam empedu, lesitin dan fosfolipid membantu dalam menjaga solubilitas empedu.
Bila empedu menjadi bersaturasi tinggi (supersaturated) oleh substansi berpengaruh
(kolesterol, kalsium, bilirubin), akan berkristalisasi dan membentuk nidus untuk
pembentukan batu. Kristal yang yang terbentuk terbak dalam kandung empedu, kemuadian
lama-kelamaan kristal tersubut bertambah ukuran,beragregasi, melebur dan membetuk batu.
Faktor motilitas kandung empedu, biliary stasis, dan kandungan empedu merupakan
predisposisi pembentukan batu empedu empedu.
Diagnosis
1. Anamnesis
Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asintomatis. Keluhan yang
mungkin timbul adalah dispepdia yang kadang disertai intoleran terhadap makanan
berlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium,
kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang mungkin
berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam kemudian.
Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus timbul tiba-tiba.
Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau ke puncak bahu, disertai mual
dan muntah. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah
menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan bertambah
pada waktu menarik nafas dalam (3).
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik:
1. Batu kandung empedu
Apabila ditemukan kelainan, biasanya berhubungan dengan komplikasi, seperti
kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau umum, hidrop kandung empedu, empiema
kandung empedu, atau pankretitis. Pada pemeriksaan ditemukan nyeri tekan dengan
punktum maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu. Tanda Murphy positif
apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang karena kandung
empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik
nafas.
2. Batu saluran empedu
Batu saluran empedu tidak menimbulkan gejala dalam fase tenang. Kadang hati teraba
dan sklera ikterik. Perlu diketahui bahwa bila kadar bilirubin darah kurang dari 3 mg/dl,
gejala ikterik tidak jelas. Apabila sumbatan saluran empedu bertambah berat, akan timbul
ikterus klinis.
Asites
Asites adalah peningkatan jumlah cairan intra peritoneal. Penyebab asites terbanyak adalah
gangguan hati kronis tetapi dapat pula disebabkan penyakit lain.
Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan:
 Distensi abdomen (dengan inspeksi)
 Knee Chest position (jarang dilakukan)
 Puddle sign (jarang dilakukan)
 Fluid wave
 Shifting dulness

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 24


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

Gambar 3. Pemeriksaan shifting dullness

TUJUAN
Setelah mengikuti kegiatan ini mahasiswa diharap mampu melakukan pemeriksaan
nyeri epigastrik, nyeri ketok pada ginjal, pemeriksaan apendisitis dan kolelitiasis serta asites.

PEMERIKSAAN
Syarat-syarat pemeriksaan abdomen yang baik adalah
1. Penerangan ruangan yang memadai
2. Penderita dalam keadaan rileks
3. Daerah abdomen mulai dari atas prossesus xyphoideus sampai simpisis pubis harus
terbuka

Untuk memudahkan rileksasi, sebaiknya :


1. Vesica urinaria dalam keadaan kosong
2. Naracoba telentang dengan bantal di bawah kepala dan di bawah lutut
3. Kedua lengan diletakkan di samping badan atau menyilang pada dada. Tangan yang
diletakkan di atas kepala akan membuat dinding abdomen mengeras sehingga akan
menyulitkan palpasi.
4. Gunakan tangan yang hangat, permukaan stetoskop yang hangat, kuku dipotong
pendek. Menggosokkan tangan membantu menghangatkan tangan Anda.
5. Mintalah probandus untuk menunjukkan daerah yang terasa sakit dan memeriksa
daerah tersebut terakhir.
6. Lakukanlah pemeriksaan dengan perlahan, hindarkan gerakan cepat dan tiba-tiba.
7. Ajaklah probandus berbicara
8. Apabila probandus ketakutan atau geli, mulailah pemeriksaan dengan menggenggam
kedua tangannya di bawah tangan Anda, kemudian secara pelan-pelan bergeser
untuk melakukan palpasi.
9. Monitorlah pemeriksaan Anda dengan memperhatikan muka atau ekspresi penderita.

Biasakanlah untuk mengetahui keadaan di tiap bagian yang Anda periksa.


Pemeriksaan dilakukan dari sebelah kanan probandus, dengan urutan yang tetap sama yaitu:
1. Inspeksi
2. Auskultasi

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 25


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

3. Perkusi
4. Palpasi

Pemeriksaan Suspect Apendisitis


Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen lebih-lebih jika disertai spasme otot
menunjukkan adanya inflamasi dari peritoneum parietale. Temukanlah daerah ini setepat-
tepatnya. Sebelum melakukan palpasi mintalah penderita untuk batuk dan temukanlah
tempat sakitnya. Kemudian, lakukan palpasi secara lembut dengan satu jari untuk
menentukan daerah nyeri. Atau lakukanlah pemeriksaan untuk mengetahui adanya nyeri
lepas. Tekan jari Anda pelan-pelan dengan kuat, kemudian tiba-tiba lepaskan tekanan Anda.
Apabila dalam pelepasan tekanan juga timbul rasa sakit (tidak hanya pada penekanan),
dikatakan bahwa nyeri tekan lepas positif.
Pada pemeriksaan adanya:
1. Nyeri berpindah ke kanan bawah di titik Mc Burney, adanya nyeri tekan, nyeri
lepas dan defans muskuler menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal.

Gambar 4. Letak titik Mc Burney

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 26


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

2. Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung, melalui pemeriksaan


- nyeri kanan bawah pada tekanan kiri (Rovsing’s Sign)
- nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg’s
Sign)
- nyeri kanan bawah bila batuk atau, berjalan, nafas dalam dan
mengedan.

Gambar 5. Rovsing’s Sign Gambar 6. Blumberg’s Sign

Prosedur pemeriksaan yang perlu dilakukan:


1. Mintalah probandus untuk menunjuk tempat yang mula-mula sakit dan tempat yang
sekarang terasa sakit. Mintalah penderita untuk batuk. Amatilah apakah timbul rasa
sakit. Rasa sakit pada apendisitis khas mulai pada daerah sekitar umbilicus dan
kemudian bergeser ke kanan bawah dan terasa sakit pada waktu batuk.
2. Cari dengan teliti daerah nyeri tekan. Rasa sakit di daerah kuadran kanan bawah
mungkin menunjukkan apendisitis.
3. Rasakan adanya spasme otot (defans muscular).
4. Lakukanlah pemeriksaan nyeri tekan lepas pada daerah tersebut. Nyeri tekan lepas
juga menunjukkan adanya peradangan peritoneum.
5. Lakukanlah pemeriksaan tanda Rovsing positif yaitu rasa sakit pada regio kanan
bawah pada waktu tekanan disebelah kiri dilakukan. Jika rasa sakit dirasakan pada
saat tekanan tersebut dilepas menunjukkan tanda Blumberg positif.
6. Lakukanlah pemeriksaan tanda psoas. Letakkan tangan Anda di atas lutut kanan
penderita, dan mintalah penderita untuk mengangkat lututnya melawan tangan Anda.
Cara lain, penderita berbaring miring ke kiri, tekuk tungkai kanan pada sendi paha.
Timbulnya/tambahnya rasa sakit menunjukkan tanda psoas positif, berarti ada iritasi
otot psoas oleh apendiks yang meradang.

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 27


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

Gambar 7. Psoas sign

7. Periksalah tanda obturator. Tekuk tungai penderita pada sendi paha dengan lutut
menekuk, kemudian putarlah ke dalam. Nyeri pada daerah hipogastrik kanan
menunjukkan tanda obturator positif, berarti terdapat iritasi m. obturator.

Gambar 8. Obturator sign

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 28


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

Nyeri Ketok Ginjal


Nyeri tekan ginjal mungkin dapat timbul pada pemeriksaan palpasi, tapi periksalah
pada daerah sudut costovertebralis. Kadang-kadang tekanan ujung jari sudah dapat
menyebabkan nyeri, tetapi seringkali harus digunakan kepalan tangan untuk menumbuhkan
nyeri ketok ginjal, letakkan satu tangan pada sudut costovertebral, dan pukullah dengan sisi
ulnar kepalan tangan Anda.

Gambar 9. Nyeri ketok ginjal

Pemeriksaan Untuk Kecurigaan Terhadap Kolesistitis Akut


Apabila ada rasa sakit dan nyeri tekan di daerah kanan atas, lakukanlah pemeriksaan
murphy’s sign. Kaitkan ibu jari atau jari-jari tangan kiri Anda di bawah tepi costae di mana
batas lateral m. rectus menyilang costae. Mintalah penderita untuk menarik nafas dalam-
dalam. Amatilah pernafasan dan derajat nyerinya. Penambahan rasa sakit yang tajam yang
ditandai dengan berhentinya inspirasi secara mendadak menunjukkan murphy’s sign positif.

Gambar 10. Murphy’s sign

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 29


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN GANGGUAN DIGESTI

1. Penentuan Titik Mc Burney Dan Pemeriksaan Pada Kasus Appendisitis


SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien
2 Meminta izin untuk melakukan pemeriksaan
3 Membuat regio abdomen terbuka
4 Membuat pasien rileks
5 Menentukan garis dari umbilikus sampai SIAS kanan
6 Membagi garis tersebut (no. 5) menjadi 3 bagian yang sama
7 Menentukan titik Mc Burney pada 1/3 lateral
8 Melakukan palpasi pada daerah tersebut
9 Amati mimik penderita atau tanyakan adanya nyeri saat
ditekan
10 Rasakan saat palpasi apakah terdapat spasme otot pada regio
yang dipalpasi
11 Lakukan penekanan pada regio iliaka kiri. Amati apakah ada
nyeri pada regio kanan bawah (Rovsing’s Sign)
12 Lakukan pelepasan tekanan pada regio iliaka kiri (no. 11).
Amati adakah nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri
dilepaskan (Blumberg’s Sign)
13 Lakukanlah pemeriksaan psoas sign dengan meletakkan tangan
pemeriksa di atas lutut kanan penderita. Mintalah penderita
untuk mengangkat lututnya melawan tangan pemeriksa. Amati
timbulnya/tambahnya rasa sakit menunjukkan tanda psoas
positif
14 penderita berbaring miring ke kiri, tekuk tungkai kanan pada
sendi paha. Amati timbulnya/tambahnya rasa sakit
menunjukkan tanda psoas positif
15 Lakukanlah periksalah obturator sign. Tekuk tungai penderita
pada sendi paha dengan lutut menekuk, kemudian putarlah ke
dalam. Nyeri pada daerah hipogastrik kanan menunjukkan
tanda obturator positif, berarti terdapat iritasi m. obturator
16 Catatlah hasil pemeriksaan

2. Pemeriksaan Nyeri Ketok Ginjal


NO ASPEK YANG DINILAI SKOR
0 1 2
1 Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien
2 Meminta izin untuk melakukan pemeriksaan
3 Meminta pasien miring ke kiri atau tidur telungkup
4 Menekan jari pada sudut costae vertebralis
5 Meletakkan tangan kiri pada sudut costae vertebralis
6 Memukul tangan kiri dengan sisi ulnar kepalan tangan
kanan
7 Mengembalikan posisi pasien
8 Catatlah hasil pemeriksaan
Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 30
Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

3. Pemeriksaan Pada Kasus Kolelitiasis


SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien
2 Meminta izin untuk melakukan pemeriksaan
3 Membuat pasien rileks
4 Kaitkan ibu jari atau jari-jari tangan kiri Anda di bawah tepi
costae di mana batas lateral m. rectus menyilang costae
5 Mintalah penderita untuk menarik nafas dalam-dalam
6 Amatilah pernafasan dan derajat nyerinya
7 Penambahan rasa sakit yang tajam yang ditandai dengan
berhentinya inspirasi secara mendadak menunjukkan
murphy’s sign positif.
8 Catat hasil pemeriksaan

4. Pemeriksaan Ascites Cara Redup Berpindah (Shifting Dullness)


SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien
2 Meminta izin untuk melakukan pemeriksaan
3 Lakukan perkusi dinding abdomen pada posisi pasien
telentang. Lakukan perkusi dari umbilikus ke sisi lateral.
4 Apabila terdapat perubahan suara dari timpani ke redup,
tandai tempat terjadinya perubahan suara tersebut
4 Minta pasing miring ke arah kontralateral dari arah perkusi.
Tunggu 30 - 60 detik
5 Lakukan perkusi kembali pada daerah yang ditandai tadi
sampai terjadi perubahan bunyi dari redup ke timpani
6 Menentukan ada/tidaknya ascites, dengan mengamati
perubahan batas timfani dan redup.
7 Catat hasil pemeriksaan

5. Pemeriksaan Ascites Cara Gelombang Cairan (Fluid Wave)


SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1
Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien
2
Meminta izin untuk melakukan pemeriksaan
3
Minta pasien berbaring telentang dan meletakkan kedua
tangan di atas perut sambil menekan
4 Letakkan tangan pemeriksa di kedua sisi perut pasien.
5 Tangan kiri mendorong perut pasien dan tangan kanan
mencoba merasakan getarannya
6 Amati dan catat adanya gerakan aliran cairan
Keterangan :
0 tidak dilakukan
1 dilakukan tapi tidak benar
2 dilakukan dengan benar

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 31


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

TEKNIK PEMASANGAN NASOGASTRIK TUBE (NGT)


dr. Agung Ary Wibowo, Sp.B (K)BD

Pendahuluan
Nasogastric tube (NGT) adalah salah satu alat yang dimasukkan melalui hidung menuju
lambung. Tabung ini digunakan untuk memberikan nutrisi, dekompresi ataupun
mengalirkan cairan dan udara yang tidak diinginkan dari lambung. Penggunaan ini berguna
intik memberikan sistem pencernaan untuk beristirahat dan memicu penyembuhan setelah
pembedahan usus. NGT juga dapat digunakan untuk memonitor perdarahan pada saluran
pencernaan, membuang zat yang tidak diinginkan (bilas lambung) seperti racun atau untuk
memberikan terapi pada pasien dengan obstruksi usus.
Tujuan dan Manfaat Tindakan:
1. Memasukan makanan cair atau obat-obatan cair atau padat yang dicairkan
2. Mengeluarkan cairan/ isi lambung (lavage) dan gas yang ada dalam lambung
(decompression)
3. Mengirigasi karena perdarahan/ keracunan dalam lambung
4. Mencegah atau mengurangi nausea (mual) dan vomiting (muntah) setelah pembedahan
atau trauma
5. Mengatasi obstruksi mekanis pada saluran pencernaan bagian atas
6. Mengambil specimen pada lambung untuk studi laboratorium.
7. Persiapan sebelum operasi dengan general anaesthesia
8. Menghisap dan mengalirkan untuk pasien yang sedang melaksanakan operasi
pneumonectomy untuk mencegah muntah dan kemungkinan aspirasi isi lambung
sewaktu recovery (pemulihan dari general anaesthesia).
Indikasi Pemasangan NGT:
• Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan
• Keracunan makanan minuman
• Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT
• Pasien yang memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung
Kontraindikasi Pemasangan NGT
Nasogastric tube tidak dianjurkan atau digunakan dengan berlebihan kepada beberapa
pasien predisposisi yang bisa mengakibatkan bahaya sewaktu memasang NGT,seperti:
1. Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau anterior fossa skull
fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka potensial akan melewati
criboform plate, ini akan menimbulkan penetrasi intracranial.
2. Klien dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices, alkali ingestion juga
beresiko untuk esophageal penetration.
3. Klien dengan koma juga potensial muntah dan aspirasi sewaktu memasukan NGT.
Diperlukan tindakan proteksi jalan napas yang dipasang terlebih dahulu sebelum NGT.
4. Pasien dengan gastric bypass surgery yang mana pasien ini mempunyai kantong
lambung yang kecil untuk membatasi asupan makanan.
Tipe dan Indikasi Pemasangan NGT :
1. NGT tipe Levin, Ewald, Salem Sumo untuk mengeluarkan cairan/ isi lambung (lavage)
2. NGT tipe Salem Sump, Levin, Miller-Abbott untuk decompression
3. NGT tipe Sengstaken-Blakemore untuk compression
4. NGT tipe Duo, Dobhoff, Levin untuk feeding (gavage)
Dilakukan pada:

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 32


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

1. Pasien tidak sadar (coma)


2. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas (stenosis esofagus, tumor mulut/faring/
esofagus, dll)
3. Pasien yang tidak mampu menelan, dll.

Perlengkapan yang diperlukan:


- Selang NGT sesuai keadaan pasien (8-12)
- Stetoskop
- Pelumas berbasis air (jelly)
- Larutan garam fisiologis atau air steril untuk irigasi
- Spatel lidah
- Perlengkapan irigasi, termasuk semprit (Toomey 20-50 cc)
- Senter
- Plester non alergenik (lebar 2,5 cm)
- Tisu wajah/handuk bersih
- Gelas air dengan sedotan
- Anestesi topikal (semprot lidokain atau jelly) jika ada indikasi
- Klem
- Peralatan sedot (suction)
- Ember untuk muntah
- Peniti dan pita karet
- Sarung tangan non steril sekali pakai
- Alat perlindungan diri jika ada indikasi
- Alat ukur (penggaris ataupun meteran)
- Pelindung kulit
- Kertas pH

Pemeriksaan
Pastikan mana lubang hidung yang potensial untuk dipasang NGT dengan meminta pasien
untuk menutup salah satu hidung dan bernafas secara normal melalui lubang hidung yang
lain. Pilih lubang hidung yang lebih mudah dialiri oleh udara. Lalu, tanyakan riwayat
mengenai trauma wajah, polip ataupun pembedahan. Pasien dengan fraktur di daerah wajah
memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadinya kesalahan pemasangan NGT menuju otak.
Amati adanya distensi pada abdomen, auskultasi bising usus atau peristalsis dan palpasi
abdomen untuk distensi dan adanya kekakuan. Jika abdomen terdistensi, pertimbangkan
untuk mengukur lingkar abdomen dengan patokan umbilikus sebagai ukuran awal.

Prosedur Pemasangan NGT


1. Tentukan indikasi pemasangan NGT sesuai secara medis. Hal ini penting agar pasien
mendapatkan terapi yang tepat.
2. Lakukan cuci tangan secara higienis dan pasang alat perlindungan diri jika ada indikasi.
Prosedur tersebut dilakukan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme, dan
melindungi petugas medis.
3. Identifikasi pasien dan memastikan pasien yang benar menerima tindakan yang benar
serta mencegah adanya kesalahan.
4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien, terutama mengenai mengapa alat
ini harus dipasang. Diskusikan ketidaknyamanan yang mungkin dapat terjadi dan
tindakan apa yang mungkin bisa dilakukan untuk mengatasi ketidaknyamanan tersebut.
Berikan jawaban yang diperlukan oleh pasien. Beberapa pasien umumnya merasa

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 33


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

pemasangan NGT terasa sangat sakit. Gel lidokain atau semprot dapat digunakan untuk
mengurangi rasa tidak nyaman selama pemasangan NGT.
5. Ambil perlengkapan, termasuk NGT yang sesuai. NGT harus radioopak, memiliki
penanda untuk pengukuran dan memiliki beberapa lubang untuk aspirasi.
6. Tutup tirai atau pintu pasien agar privasi pasien dapat terjaga. Naikkan ranjang pasien
sampai dengan posisi yang nyaman untuk bekerja; biasanya setinggi siku pemeriksa
agar mencegah nyeri punggung dan otot. Bantu pasien menjadi posisi high Fowler's atau
naikkan ujung atas ranjang menjadi 45 derajat jika pasien tidak dapat duduk sendiri
(gambar 1). Posisi setengah duduk lebih alami dan nyaman bagi asien untuk menelan
dan mencegah terjadinya aspirasi intubasi bronkhus. Berikan alas berupa handuk
ataupun alas lain yang sekali pakai. Letakkan ember muntah dan tisu dalam jangkauan.

Gambar 1. Meletakkan pasien pada posisi Fowler semi-tinggi untuk persiapan pemasangan
NGT.

7. Ukur jarak dari selang yang akan dimasukkan dengan meletakkan ujung selang pada
hidung menuju cuping telinga kemudian pada processus xiphoideus (Gambar 2 dan 3).
Tandai selang dengan tinta yang tidak mudah dihapus. Pengukuran ini akan memastikan
bahwa selang cukup panjang untuk masuk lambung pasien.

Gambar 2. Mengukur NGT dari lubang Gambar 3. Mengukur NGT dari ujung
hidung ke ujung cuping telinga cuping telinga hingga processus
xiphoideus
8. Pasang sarung tangan. Berikan pelumas pada ujung selang (minimal 5-10 cm) dengan
jelly berbasis air. Berikan anestesi topikal pada hidung dan orofaring jika diperlukan.
Lubrikasi menurunkan gesekan dan membantu lewatnya selang menuju lambung.
Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 34
Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

Pelumas beebahan air tidak menyebabkan pneumonia jika selang tidak sengaja masuk
ke paru-paru. Anestesi topikal bekerja sebagai anestesi lokal yang mengurangi
ketidaknyamanan.
9. Setelah memilih lubang hidung yang sesuai, minta pasien memfleksikan kepalanya
sedikit ke depan menjauhi bantal. Masukkan selang menuju lubang hidung dengan
mantap, dengan mengarahkan selang sepanjang dasar hidung (gambar 4). Ikuti bentuk
jalan nafas saat memasukkan selang agar mengurangi iritasi dan cedera mukosa. Selang
dapat memicu refleks tersedak, dan air mata adalah respon alami pasien saat selang
melewati nasofaring. Pasien mungkin mengalami tersedak atau muntah saat selang
menyentuh faring. Berikan tisu untuk membersihkan air mata. Berikan kenyamanan dan
keamanan pada pasien. Banyak pasien merasa tersedak dan tidak nyaman di
tenggorokan lebih sakit dibandingkan saat masuk melalui lubang hidung.

Gambar 4. Cara memasukkan NGT dengan posisi pasien tegak

10. Saat selang sudah di faring, perintahkan pasien untuk menyentuhkan dagu ke dada.
Melakukan hal tersebut membantu menutup trakea dan membuka esofagus. Perintahkan
pasien untuk menghisap air melalui sedotan dan menelan bahkan walaupun jika cairan
tidak diperbolehkan. Lanjutkan memasukkan selang saat pasien menelan (gambar 5).
Menelan membantu selang masuk, menyebabkan epiglotis menutup jalan masuk trakea
dan membantu mengeliminasi tersedak dan batuk. Jika terjadi tersedak dan batuk yang
menetap, hentikan memasukkan selang dan cek letak selang dengan spatel lidah dan
senter. Batuk dan tersedak yang berlebihan dapat terjadi jika selang kusut di
tenggorokan. Jika selang melengkung kusut, luruskan selang dan masukkan lagi. Terus
masukkan selang sampai tanda batas tercapai. Jangan dipaksa memasukkan selang
karena dapat merusak membran mukosa. Jika menemui hambatan, upayakan untuk
memutar selang.

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 35


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

Gambar 5. Memasukkan selang saat pasien mendekatkan dagunya ke dada dan menelan
(minum air)
11. Hentikan tindakan dan lepaskan selang jika ada tanda distress pernafasan seperti nafas
termegap-megap, batuk, sianosis dan kesulitan berbicara. Hal ini dapat terjadi jika
selang menutupi jalan nafas.
12. Amankan selang sementara secara longgar pada hidung atau pipi menggunakan plester
sampai dipastikan bahwa selang berada di lambung pasien.
a. Memasang spuit pada ujung NGT, memasang bagian diafragma stetoskop pada perut
di kuadran kiri atas pasien (gaster) di bawah kosta, kemudian suntikkan 10-20 cc
udara bersamaan dengan auskultasi abdomen menggunakan stetoskop. Jika
terdengar suara hembusan udara di daerah lambung, kemungkinan besar NGT masuk
di lambung.
b. Tempelkan semprit pada ujung selang dan aspirasi sedikit isi lambung. Selang
berada di lambung jika isinya bisa diaspirasi. Jika tidak dapat mengambil spesimen,
lalukan reposisi pasien dan berikan bilas selang dengan 30 ml udara. Tindakan ini
kadang dapat berguna. Literatur terkini merekomendasikan bahwa untuk
memastikan letak NGT perlu beberapa metode, tidak bisa hanya dengan 1 metode.
c. Jika diperlukan, ukur pH dari cairan yang diaspirasi tadi menggunakan pH meter
atau kertas lakmus (gambar 6).

Gambar 6. Mengecek pH dari cairan lambung

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 36


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

d. Amati isi aspirasi, cek warna dan konsistensinya. Cairan lambung berwarna hijau
dengan beberapa partikel, abu-abu atau coklat jika ada darah yang lama. Cairan usus
cenderung terlihat jernih atau berwarna kuning keemasan. Juga, cairan intestinal
dapat berwarna hijau-kecoklatan jika tercampur dengan empedu. Cairan respiratori
seperti tracheobronchial biasanya berwarna putih hingga coklat dan bisa bercampur
dengan lendir. Sedikit cairan bercampur darah dapat terlihat segera setelah
pemasangan NGT.
e. Jika diperlukan, lakukan pemeriksaan x-ray pada untuk menentukan letak selang,
tergantung kebijakan fasilitas. X-ray merupakan metode yang paling dipercaya untuk
mengidentifikasi posisi dari NGT.
13. Pasang pelindung kulit pada ujung hidung dan biarkan kering. Pelindung kulit
meningkatkan daya lengket dan melindungi kulit. Penekanan menetap dari selang pada
kulit dan membran mukosa dapat menyebabkan cedera jaringan. Lepaskan sarung
tangan dan amankan selang sesuai dengan petunjuk dari produsen atau berikan plester
pada hidung pasien.
a. Potong plester sebesar 10 cm dan belah bagian bawahnya sepanjang 5 cm atau jika
ada gunakan plester khusus untuk NGT (gambar 7).

Gambar 7. Memotong plester untuk fiksasi NGT di hidung

b. Letakkan bagian yang tidak terbelah pada hidung pasien (gambar 8).

Gambar 8. Memasang plester di hidung

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 37


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

c. Bungkus selang dengan plester yang terbelah saling menyilang melalui bawah
(gambar 9). Hati-hati, jangan terlalu erat agar tidak melukai hidung.

Gambar 9. Memasang plester pada selang

14. Pasang sarung tangan. Klem selang dan lepaskan semprit. Tutup selang atau
tempelkan selang ke suction (gambar 10) tergantung indikasi medis. Suction
digunakan untuk dekompresi lambung dan drainase isi lambung.

Gambar 10. Menghubungkan NGT pada suction di dinding

15. Ukur panjang dari selang yang terlihat. Tebalkan tanda pada selang di lubang hidung
dengan tinta permanen. Panjang selang harus dicek dan dibandingkan dengan
pengukuran awal, bersamaan dengan pengukuran pH dan pengamatan visual zat
aspirasi. Penambahan panjang dari selang yang terlihat dapat mengindikasikan NGT
kemungkinan tercabut. Minta pasien untuk menghadap ke sisi yang berlawanan dari
selang yang dimasukkan. Amankan selang pada baju pasien dengan menggunakan pita
karet atau plester dan peniti (gambar 11). Jika digunakan selang dengan lumen ganda
(salem sump tube = untuk selang makanan), letakkan lubangnya di atas tinggi lambung.
Untuk tambahan, selang bisa ditempelkan pada pipi pasien dengan menggunakan
plester.

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 38


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

Gambar 11. Pasien dengan salem sump tube yang difiksasi.

16. Bantu pasien untuk membersihkan mulut setiap 2-4 jam. Beri pelembab pada bibir dan
bersihkan hidung jika diperlukan. Membersihkan mulut akan menjaga mulut tetap
bersih dan lembab, menciptakan rasa nyaman dan mengurangi rasa haus. Berikan
permen hisap atau semprotan anestesi untuk mengurangi iritasi tenggorokan jika
diperlukan.
17. Lepas peralatan dan kembalikan pasien pada posisi yang nyaman dan aman. Lepaskan
sarung tangan dan alat proteksi diri yang digunakan kemudian cuci tangan secara
higienis. Hal ini akan menurunkan risiko infeksi transmisi dan kontaminasi pada item
lainnya serta mencegah penularan kuman
18. Dokumentasikan lubang hidung yang digunakan, respon pasien, ukuran dan tipe NGT
yang dimasukkan dan pengukuran dari hidung ke ujung selang yang terlihat. Catat
deskripsi dari isi lambung, termasuk pH, warna dan konsistensi. Juga dokumentasikan
hasil pemeriksaan seperti X-ray yang diambil untuk mengkonfirmasi posisi selang jika
ada.

Pelepasan NGT
Saat selang NGT tidak diperlukan lagi untuk keperluan diagnostik ataupun terapi, NGT akan
dilepaskan dengan hati-hati agar pasien merasa nyaman dan mencegah komplikasi. Saat
selang dilepas, pasien akan menahan nafasnya untuk mencegah aspirasi dari cairan yang
tersisa di selang saat dilepaskan.

Perlengkapan
- Tisu
- Semprit ukuran 50 cc (jika diperlukan)
- Sarung tangan non steril
- Alat pelindung diri tambahan, jika ada indikasi
- Stetoskop
- Kantong plastik sekali pakai
- Handuk atau alas sekali pakai
- Cairan garam fisiologis untuk irigasi (jika diperlukan)
- Ember untuk muntah
Lakukan pemeriksaan abdomen dengan melihat adanya distensi, auskultasi bising usus, dan
mempalpasi adanya kaku pada dinding abdomen. Jika ada distensi abdomen, pertimbangkan
mengukur lingkar abdomen dengan patokan umbilikus. Jika pasien merasa adanya mual,
perut kram, kaku dengan distensi, dan jika bising usus tidak ada, pertimbangkan ulang untuk

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 39


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

melepaskan NGT. Setelah NGT dikeluarkan, amati jumlah cairan, warna dan konsistensi
dari selang yang ada.

Prosedur Pelepasan NGT


1. Pastikan indikasi pelepasan NGT sudah benar.
2. Lakukan cuci tangan dan pasang alat perlindungan diri jika ada indikasi agar mencegah
terjadinya penyebaran kuman.
3. Identifikasi pasien untuk memastikan pasien mendapatkan intervensi yang sesuai dan
mencegah kekeliruan.
4. Jelaskan prosedur pada pasien dan mengapa tindakan ini diperlukan. Sampaikan bahwa
prosedur ini akan mengakibatkan ketidaknyamanan sesaat. Hal ini diperlukan agar
pasien dapat bekerja sama dengan baik.
5. Tutup tirai ranjang pasien untuk memberikan privasi. Naikkan ranjang menjadi posisi
yang nyaman untuk bekerja, biasanya setinggi siku pemeriksa. Bantu pasien menjadi
posisi 30-45 derajat. Letakkan handuk atau alas di dada pasien (Gambar 12). Sediakan
tisu dan ember dekat pasien.

Gambar 12. Meletakkan handuk atau alas pada dada pasien

6. Pasang sarung tangan. Hentikan suction dan pisahkan selang dari suction. Lepaskan
peniti dari baju pasien dan lepaskan plester yang menempel secara hati-hati dari hidung
pasien.
7. Cek letak dari NGT dan tempelkan semprit dan semprotkan dengan 10 ml air atau
larutan garam fisiologis (jika diperlukan) atau dengan 30-50 ml udara (gambar 13). Hal
ini dilakukan untuk membersihkan selang dari sekret, sisa makanan ataupu debris
lainnya.

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 40


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

Gambar 13. Membilas NGT dengan 10 ml larutan garam fisiologis

8. Jepit selang menggunakan jari dengan melipat selang menjadi dua (gambar 14) agar
mencegah drainase isi lambung ke faring dan esofagus. Perintahkan pasien untuk
mengambil nafas dalam dan menahannya agar mencegah aspirasi dari sekret lambung.
Secara cepat dan hati-hati lepaskan selang saat pasien menahan nafas. Gulung selang
dan masukkan pada alas sekali pakai sekaligus melepasnya dari pasien.Ukur jumlah
drainase NGT pada alat penampungan dan rekam.

Gambar 14. Menjepit selang

9. Lepaskan sarung tangan dan lakukan cuci tangan secara higienis untuk mencegah
kuman tersebar.
10. Berikan perawatan mulut pada pasien dan tisu wajah agar dapat menghembuskan
hidung. Turunkan ranjang dan bantu pasien menuju posisi yang senyaman mungkin.
11. Bereskan peralatan lain dan lepaskan alat perlindungan diri tambahan. Lakukan cuci
tangan secara higienis.

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 41


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

DAFTAR TILIK PENILAIAN


KETERAMPILAN MEMASANG SELANG NASOGASTRIK (NGT)

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Tentukan indikasi pemasangan NGT sesuai secara medis.
2 Lakukan cuci tangan secara higienis dan pasang alat perlindungan diri
3 Identifikasi pasien
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien dan diskusikan
4 ketidaknyamanan yang mungkin dapat terjadi dan tindakan apa yang
mungkin bisa dilakukan untuk mengatasi ketidaknyamanan tersebut.
5 Ambil perlengkapan, termasuk NGT yang sesuai.
6 Tutup tirai atau pintu pasien agar privasi pasien dapat terjaga.
Bantu pasien menjadi posisi high Fowler's atau naikkan ujung atas
7
ranjang menjadi 45 derajat jika pasien tidak dapat duduk sendiri.
Ukur jarak dari selang yang akan dimasukkan dengan meletakkan
8 ujung selang pada hidung menuju cuping telinga kemudian pada
processus xiphoideus
9 Berikan pelumas pada ujung selang (minimal 5-10 cm)
Setelah memilih lubang hidung yang sesuai, minta pasien
memfleksikan kepalanya sedikit ke depan menjauhi bantal. Masukkan
10
selang menuju lubang hidung dengan mantap, dengan mengarahkan
selang sepanjang dasar hidung.
Saat selang sudah di faring, perintahkan pasien untuk menyentuhkan
dagu ke dada. Perintahkan pasien untuk menghisap air melalui
11
sedotan dan menelan bahkan walaupun jika cairan tidak
diperbolehkan.
Jika terjadi tersedak dan batuk yang menetap, hentikan memasukkan
12
selang dan cek letak selang dengan spatel lidah dan senter.
Hentikan tindakan dan lepaskan selang jika ada tanda distress
13 pernafasan seperti nafas termegap-megap, batuk, sianosis dan
kesulitan berbicara.
Amankan selang sementara secara longgar pada hidung atau pipi
14 menggunakan plester sampai dipastikan bahwa selang berada di
lambung pasien.
a. Memasang spuit pada ujung NGT, memasang bagian diafragma
stetoskop pada perut di kuadran kiri atas pasien (gaster) di bawah
kosta, kemudian suntikkan 10-20 cc udara bersamaan dengan
auskultasi abdomen menggunakan stetoskop.

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 42


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

b. Tempelkan semprit pada ujung selang dan aspirasi sedikit isi


lambung. Selang berada di lambung jika isinya bisa diaspirasi. Jika
tidak dapat mengambil spesimen, lalukan reposisi pasien dan berikan
bilas selang dengan 30 ml udara. Tindakan ini kadang dapat berguna.
Literatur terkini merekomendasikan bahwa untuk memastikan letak
NGT perlu beberapa metode, tidak bisa hanya dengan 1 metode.
c. Jika diperlukan, ukur pH dari cairan yang diaspirasi tadi
menggunakan pH meter.
d. Amati isi aspirasi, cek warna dan konsistensinya.
e. Jika diperlukan, lakukan pemeriksaan x-ray pada untuk
menentukan letak selang
Pasang pelindung kulit pada ujung hidung dan biarkan kering.
15 Lepaskan sarung tangan dan amankan selang sesuai dengan petunjuk
dari produsen atau berikan plester pada hidung pasien.
a. Potong plester sebesar 10 cm dan belah bagian bawahnya
sepanjang 5 cm atau jika ada gunakan plester khusus untuk NGT.
b. Letakkan bagian yang tidak terbelah pada hidung pasien.
c. Bungkus selang dengan plester yang terbelah saling menyilang
melalui bawah. Hati-hati, jangan terlalu erat agar tidak melukai
hidung.
Pasang sarung tangan. Klem selang dan lepaskan semprit. Tutup
selang atau tempelkan selang ke suction tergantung indikasi medis.
16
Suction digunakan untuk dekompresi lambung dan drainase isi
lambung.
Ukur panjang dari selang yang terlihat. Tebalkan tanda pada selang di
lubang hidung dengan tinta permanen. Panjang selang harus dicek
17
dan dibandingkan dengan pengukuran awal, bersamaan dengan
pengukuran pH dan pengamatan visual zat aspirasi.
Minta pasien untuk menghadap ke sisi yang berlawanan dari selang
yang dimasukkan. Amankan selang pada baju pasien dengan
18 menggunakan pita karet atau plester dan peniti. Untuk tambahan,
selang bisa ditempelkan pada pipi pasien dengan menggunakan
plester.
Bantu pasien untuk membersihkan mulut setiap 2-4 jam. Beri
19
pelembab pada bibir dan bersihkan hidung jika diperlukan.
Lepas peralatan dan kembalikan pasien pada posisi yang nyaman dan
20 aman. Lepaskan sarung tangan dan alat proteksi diri yang digunakan
kemudian cuci tangan secara higienis.
21 Dokumentasikan prosedur yang dilakukan.
TOTAL
Keterangan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 43


Blok Keterampilan Klinik Dasar 2

DAFTAR TILIK PENILAIAN


KETERAMPILAN MELEPAS SELANG NASOGASTRIK (NGT)

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1 Pastikan indikasi pelepasan NGT sudah benar.
2 Lakukan cuci tangan dan pasang alat perlindungan diri
3 Identifikasi pasien
4 Jelaskan prosedur pada pasien dan mengapa tindakan ini diperlukan.
Tutup tirai ranjang pasien untuk memberikan privasi. Naikkan
5
ranjang menjadi posisi yang nyaman untuk bekerja
Bantu pasien menjadi posisi 30-45 derajat. Letakkan handuk atau alas
6
di dada pasien. Sediakan tisu dan ember dekat pasien.
Pasang sarung tangan. Hentikan suction dan pisahkan selang dari
7 suction. Lepaskan peniti dari baju pasien dan lepaskan plester yang
menempel secara hati-hati dari hidung pasien.
Cek letak dari NGT dan tempelkan semprit dan semprotkan dengan
8 10 ml air atau larutan garam fisiologis (jika diperlukan) atau dengan
30-50 ml udara.
Jepit selang menggunakan jari dengan melipat selang menjadi dua.
Perintahkan pasien untuk mengambil nafas dalam dan. Secara cepat
9 dan hati-hati lepaskan selang saat pasien menahan nafas. Gulung
selang dan masukkan pada alas sekali pakai sekaligus melepasnya
dari pasien
10 Ukur jumlah drainase NGT pada alat penampungan dan rekam.
11 Lepaskan sarung tangan dan lakukan cuci tangan secara higienis
12 Berikan perawatan mulut pada pasien dan tisu wajah.
Turunkan ranjang dan bantu pasien menuju posisi yang senyaman
13
mungkin.
Bereskan peralatan lain dan lepaskan alat perlindungan diri tambahan.
14
Lakukan cuci tangan secara higienis.
TOTAL

Kurikulum Berbasis Kompetensi PSPD FK ULM TA 2018/2019 hal 44

Anda mungkin juga menyukai