1. PENDAHULUAN
Blok Keluhan Berkaitan dengan Sistem Sensoris dan Integumentum ini akan dilaksanakan
pada fase II semester IV dalam waktu 6 minggu, dengan 5 minggu masa aktif dan 1 minggu masa
ujian. Pada blok ini mahasiswa akan belajar tentang patologi dan penegakan diagnosis kelainan yang
ada serta prinsip-prinsip penatalaksanaannya. Fokus pembelajaran diarahkan kepada hal-hal yang
banyak dijumpai di masyarakat secara epidemiologis. Berbagai penyakit dan gangguan pada organ
indera di antaranya gangguan refraksi, glaukoma, konjungtivitis, otitis media, gangguan pendengaran,
anosmia, tumor, infeksi, degeneratif atau kongenital secara inheren akan dibahas lebih detail melalui
skenario untuk mahasiswa. Kemandirian dan keaktifan mahasiswa dalam belajar dan pencarian
informasi terbaru perlu ditekankan untuk menunjang kedinamisan pelaksanaan kegiatan dalam blok
terkait blok ini yaitu teknik anamnesis keluhan dan pemeriksaan mata, THT dan kulit serta
simultan namun berdiri sendiri dalam mata kuliah Blok Keterampilan Klinik Dasar II.
Mahasiswa juga akan mempelajari sikap profesionalisme yang terkait dengan topik di atas.
Oleh karena itu, pada blok ini akan digunakan strategi pembelajaran berupa metode kuliah,
2. TUJUAN BLOK
Pada akhir blok, mahasiswa diharapkan mampu mencapai kompetensi yang disesuaikan
luhur, etika, disiplin, hukum, dan sosial budaya yang berkaitan dengan keluhan yang berhubungan
2. Mampu memahami prinsip mawas diri berupa kemampuan menyadari keterbatasan, mengatasi
secara berkesinambungan serta mengembangkan pengetahuan yang berkaitan dengan keluhan yang
3. Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan pasien pada semua
usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain (perawat, apoteker, dll) mengenai
4. Mampu memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan dalam upaya
integumentum, yaitu:
4.1. Memahami dan melakukan penelusuran, pelacakan sumber-sumber informasi secara efisien
(critical appraisal)
4.2. Mampu melaporkan hasil penelusuran, pelacakan sumber-sumber informasi tersebut di atas
4.3. Menerapkan hasil penelusuran sumber informasi dalam penatalaksanaan kasus-kasus penyakit
5. Mampu menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu
Komunitas yang sesuai dengan tingkat pelayanan kesehatan primer keluhan dan penyakit yang
5.1. Menjelaskan definisi, etiologi, patogenesis, patafisiologi, gejala dan tanda, faktor-faktor
terkait, dasar-dasar diagnosis, terapi, komplikasi dan prognosis keluhan dan penyakit yang
5.2. Menerapkan prinsip promotif dan preventif keluhan dan penyakit yang berkaitan dengan
6. Mampu melakukan prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah kesehatan dengan menerapkan
prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan keselamatan orang lain untuk keluhan
6.1. Menggali riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan sebelumnya, riwayat keluarga,
dan/atau riwayat kebiasaan dan sosial (auto-, allo-, dan heteroanamnesis) serta menyimpulkan
6.2. Melakukan pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan keluhan sistem sensoris dan
integumentum dengan cara yang seminimal mungkin menimbulkan rasa sakit dan
ketidaknyamanan pada pasien simulasi, dan membuat rekam medis dengan jelas dan benar
6.3. Menjelaskan dengan benar, jelas, lengkap, dan jujur tentang tujuan, keperluan, manfaat, risiko
prosedur diagnostik dan tindakan medis (terapi, operasi, rujukan) yang berkaitan dengan
6.4. Menentukan dan menginterpretasi pemeriksaan laboratorium dasar dan penunjang yang
6.5. Memperlakukan pasien simulasi sebagai mitra sejajar dan meminta persetujuannya dalam
memutuskan suatu terapi dan tindakan dalam mengatasi keluhan sistem sensoris dan
integumentum
7. Mampu mengelola masalah kesehatan yang terkait keluhan sistem sensoris dan integumentum,
meliputi:
7.3. Menulis resep obat secara bijak dan rasional (tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat
frekuensi dan cara pemberian, serta sesuai kondisi pasien), jelas, lengkap, dan dapat dibaca.
7.4. Melakukan tindakan terapeutik serta tindakan prevensi yang berkaitan dengan
7.5. Menjelaskan strategi pencegahan primer, sekunder dan tertier yang berkaitan dengan
7.6. Mampu mengelola penyakit, keadaan sakit dan masalah pasien sebagai individu yang utuh,
7.7. Mengkonsultasikan dan/atau merujuk sesuai dengan standar pelayanan medis yang berlaku.
Parasitologi
Patologi Anatomi
Farmakologi
Antivirus
Anestesiologi
Pain relief
Ilmu Bedah
Luka Bakar
Ilmu Penyakit Mata, Ilmu Penyakit THT-KL dan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (topik
Kompetensi Topik
MATA
THT-KL
4A
Telinga, pendengaran, dan keseimbangan: otitis eksterna, serumen, mabuk perjalanan
Hidung dan sinus hidung: furunkel pada hidung, rhinitis akut, rhinitis vasomotor, rhinitis
alergika, benda asing, epistaksis
KULIT (INTEGUMEN)
Infeksi virus: veruka vulgaris, moluskum kontagiosum, herpes zoster tanpa komplikasi
Infeksi bakteri: impetigo, impetigo ulseratif (ektima), folikulitis superfisialis, furunkel,
karbunkel, eritrasma, erysipelas, skrofuloderma, lepra, sifilis stadium 1 dan 2
Infeksi jamur: tinea kapitis, tinea barbe, tinea fasialis, tinea korporis, tinea manus, tinea
unguium, tinea kruris, tinea pedis, pitiriasis vesikolor, kandidosis mukokutan ringan
Gigitan serangga dan infestasi parasit: cutaneus larva migran, filariasis, pedikulosis
kapitis dan pubis, scabies, reaksi gigitan serangga
Dermatitis eksim: dermatitis kontak iritan, dermatitis atopik (kecuali recalcitrant),
dermatitis numularis, napkin eczema
4A Lesi eritro-skuamosa: dermatitis seboroik, pitiriasis rosea
Kelainan kelenjar sebasea dan ekrin: akne vulgaris ringan, hidradenitis supuratif,
dermatitis perioral, miliaria
Penyakit kulit alergi: urtikaria akut
Reaksi obat: exanthematous drug eruption, fixed drug eruption
Trauma: vulnus laseratum, punctum, luka bakar derajat 1 dan 2
THT-KL
KULIT (INTEGUMEN)
Konjungtiva: pterigium
Kelopak mata: chalazion
Aparatus lakrimalis: dakrioadenitis, dakriosistitis,
Sklera: skleritis
Kornea: keratitis, xerophtalmia
Anterior chamber: hifema, hipopion
Iris dan badan silier: iridosiklitis, iritis
Akomodasi dan refraksi: anisometropia pada dewasa
Glaukoma lainnya
THT-KL
Telinga, pendengaran, dan keseimbangan: inflamasi pada aurikular, herpes zoster, fistula
pre-aurikular, otitis media serosa, otitis media kronik, mastoiditis, miringitis bullosa,
benda asing, perforasi membran timpani, otosklerosis, presbiakusis, truma akustik akut
3A
Hidung dan sinus hidung: rhinitis kronik, rhinitis medikamentosa, sinusitis, sinusitis
kronik
Kepala dan leher: tortikolis, abses Bezold
KULIT (INTEGUMEN)
THT-KL
2
KULIT (INTEGUMEN)
THT-KL
1
Telinga, pendengaran, dan keseimbangan: kolestiatoma
Hidung dan sinus hidung: etmoiditis akut
KULIT (INTEGUMEN)
4. POHON TOPIK
Alergi/Autoimun
Etiologi & faktor risiko
Patofisiologi
Tanda dan gejala
SISTEM Pemeriksaan laboratorium
Trauma SENSORIS DAN Keganasan Pemeriksaan penunjang lain
INTEGUMENTUM Prognosis & komplikasi
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Penatalaksanaan (non-
Infeksi farmakologis,farmakologis,
pencegahan)
Virus Bakteri Jamur Parasit Penulisan resep rasional
Gambar 1. Pohon topik blok keluhan yang berkaitan dengan sistem sensoris dan integumentum
5. STRATEGI PEMBELAJARAN
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan critical thinking, problem solving, dan reflective
thinking bagi mahasiswa berdasarkan teori-teori yang dapat diperoleh dari kuliah, buku teks,
dan jurnal-jurnal ilmiah. Tutorial diterapkan dengan diskusi dalam kelompok kecil. Mahasiswa
dilaksanakan dengan menggunakan metode seven jumps yaitu tutorial pertama untuk langkah 1
sampai 5 dan tutorial kedua untuk langkah ke-7. Di antara tutorial 1 dengan 2 ada jeda waktu
yang digunakan mahasiswa untuk belajar mandiri mencari penjelasan terkait sasaran belajar
yang telah ditetapkan pada tutorial pertama. Satu skenario akan didiskusikan dalam 2 kali
tutorial/minggu. Skenario yang dibahas pada blok ini ada 4 buah, yaitu:
3. Tersengat listrik
4. Congekan
Kelompok tutorial wajib membuat makalah setelah tutorial ke-2, dikumpulkan ke koordinator
blok 1 hari sebelum tutorial skenario berikutnya. Format makalah tutorial sesuai dengan
langkah-langkah seven jump dan dibuat kesimpulan serta disertakan daftar pustaka sesuai
format Vancouver.
b. Kuliah
Kuliah bertujuan untuk memberikan dasar pemahaman atau konsep ilmu tertentu atau bersifat
sebagai pengayaan ilmu bagi mahasiswa. Kuliah akan diberikan sesuai jadwal oleh masing-
Pendalaman materi akan diperoleh mahasiswa melalui tutorial dan belajar mandiri. Materi
1. Mikrobiologi Bakteri terkait infeksi pada 2 x 50 menit Dra. Lia Yulia B, M.Kes
Jamur terkait infeksi pada kulit 2 x 50 menit Dra. Lia Yulia B, M.Kes
autoimun
M.Kes
M.Kes
3. Patologi Patologi anatomi penyakit 2 x 50 menit Dr. dr. Hj. Nia Kania,
Patologi anatomi penyakit kulit 2 x 50 menit Dr. dr. Hj. Nia Kania,
Sp.PA(K)
jamur
M.Sc, Apt
Sp.An
6. Ilmu Penyakit Radang telinga luar 2 x 50 menit dr. Nur Qamariah, M.Kes,
THT-KL Sp.THT-KL
asing, serumen
Sp.THT-KL
Sp.THT-KL
Swabawa, Sp.THT-KL
Sp.THT-KL
7. Ilmu Penyakit Konjungtiva & kornea 2 x 50 menit dr. M. Ali Faisal, M.Sc,
Mata Sp.M
anterior
diskus-saraf optikus
vesikobulosa
lemak
Piodermi 2 x 50 menit
angioedema
Dermatoterapi 2 x 50 menit
keganasan
9. Ilmu Bedah Tumor jaringan lunak dan 2 x 50 menit dr. Budianto Tedjowitono,
pemahaman materi yang diberikan dan atau melatih keterampilan untuk pemeriksaan
parameter-parameter yang ada dalam sistem sensoris dan integumentum. Praktikum akan
melalui praktek langsung maupun demonstrasi. Materi praktikum yang harus diikuti
mahasiswa meliputi:
Mikrobiologi
- Mikologi (3 x 50 menit)
Patologi Anatomi
d. Study Skill
Materi study skill yang diberikan pada blok ini adalah penulisan resep rasional. Materi ini
dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mampu menulis resep
yang rasional terkait dengan penyakit atau gangguan sistem sensoris dan integumentum.
Adapun resep yang akan dibuat adalah berdasarkan kasus yang mahasiswa pelajari pada
skenario yang merupakan pemicu untuk kegiatan tutorial. Study skill ini akan dilaksanakan di
akhir minggu ke 6 sebelum mahasiswa memasuki minggu ujian. Dasar-dasar penulisan resep
e. Belajar Mandiri
Strategi belajar penting lainnya yang digunakan pada blok ini adalah belajar mandiri. Tujuan
mencari penjelasan untuk menjawab sasaran belajar yang ditetapkan pada saat tutorial,
mempelajari materi-materi yang tidak diberikan pada saat perkuliahan namun terkait dengan
tujuan blok serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. Untuk belajar mandiri
disediakan waktu 50-150 menit per kegiatan dan harus benar-benar digunakan oleh
mahasiswa. Belajar mandiri dapat dilakukan di perpustakaan, di ruang internet, di rumah dan
Diskusi Pleno dan Temu Pakar (maksimal 3 x 50 menit) dilaksanakan di minggu terakhir blok
(sebelum ujian blok) dihadiri oleh pakar yang sesuai dengan topik blok (skenario)dengan cara
hanya 1 kelompok).
6. SISTEM PENILAIAN
A. Bentuk ujian
B. Bentuk soal
Soal ujian teori dibuat dengan tipe Multiple Choice Question (MCQ). Soal dibuat berdasarkan
cetak biru yang telah ditetapkan dengan mengacu pada standar pembuatan soal.
C. Penilaian
1). Formatif
2). Sumatif
Ujian tulis blok berupa soal MCQ (vignette & nonvignette: pilihan ganda dengan satu
Mandiri : 5%
aturan institusi. Standar penilaian yang digunakan pada blok Keluhan yang Berkaitan
≥ 80 A 4
60,00 - 64,99 C 2
50,00 - 54,99 D 1
<50,00 E 0
4). Remediasi
Jika nilai ujian tulis mahasiswa berada di bawah NBL ujian tulis blok, maka dilakukan 1 kali
Remedial ujian blok hanya ditujukan bagi mahasiswa yang mendapat nilai di bawah
ketentuan blok dan secara administratif tidak ada pelanggaran (kehadiran, etika)
Apabila setelah dilakukan remediasi ujian tulis blok, nilai yang diperoleh masih
berada di bawah NBL, maka nilai yang diambil adalah nilai yang tertinggi.
Apabila mahasiswa tidak mengikuti ujian karena alasan sakit, musibah keluarga,
tugas institusi wajib mengikuti ujian tulis blok susulan di hari lain.
1. Sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan sakit dari dokter (surat sakit maksimal
2. Mendapat musibah kematian keluarga inti dengan surat keterangan dari orangtua/wali
3. Mendapat tugas dari fakultas/universitas dengan surat keterangan dari Ketua Program
b. Apabila tidak hadir pada kegiatan tutorial dengan alasan yang tercantum pada poin (a) di
atas maka mahasiswa tidak wajib mengganti hari tutorial yang ditinggalkan, dan nilai
tutorial pada hari tersebut tidak menjadi pembagi pada nilai akhir tutorial
c. Apabila tidak hadir pada kegiatan tutorial dengan alasan selain yang tercantum pada poin
(a) di atas maka nilai tutorial pada hari tersebut adalah nol (0)
d. Apabila tidak hadir pada kegiatan praktikum dengan alasan seperti yang tercantum pada
poin (a), mahasiswa dapat mengganti waktu praktikum sesuai dengan ketentuan
e. Bagi mahasiswa yang tidak hadir pada kegiatan praktikum dengan alasan selain yang
tercantum pada poin (a), maka mahasiswa tidak berhak mendapatkan penggantian waktu
dan nilai praktikum yang ditinggalkan tersebut adalah 0 (nol). Mahasiswa tidak berhak
f. Bagi mahasiswa yang melanggar ketentuan administratif dan etika tingkat berat yaitu
sebanyak 3 (tiga) kali maka dinyatakan tidak lulus blok dan wajib mengulang pada tahun-
tahun berikutnya
Tabel 3. Cetak biru soal ujian tulis blok keluhan berkaitan dengan sistem sensoris dan integumentum
Departemen
Sasaran belajar
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Menjelaskan etiologi, faktor risiko, patofisiologi, 13 4 4 4 4 6 2
tanda dan gejala, prognosis, dan komplikasi
masalah kesehatan dan penyakit yang terkait sistem
sensoris dan integementum
Menjelaskan dengan benar, jelas, lengkap, dan 5 4 4 4 4 6 2
jujur tentang tujuan, keperluan, manfaat, risiko
prosedur diagnostik dan tindakan medis (terapi,
operasi) yang berkaitan dengan keluhan sistem
sensoris dan integementum
Menentukan dan menginterpretasi pemeriksaan 4 4 10 1
laboratorium dasar dan penunjang yang berkaitan
dengan keluhan sistem sensoris dan integementum
Menjelaskan penatalaksanaan masalah 5 5 12 2
kesehatan/penyakit yang berkaitan dengan sistem
sensoris dan integementum beserta rasional
pemilihan penatalaksanaan tersebut
Menentukan obat untuk masalah 12 5 5 12 1
kesehatan/penyakit yang berkaitan dengan keluhan
sistem sensoris dan integementum secara rasional,
jelas, lengkap, dan dapat dibaca; serta menetapkan
dosis, bentuk sediaan, cara dan waktu pemberian,
sesuai kondisi pasien.
Menentukan tindakan anestesi pada penderita 8
rawat jalan dan perawatan (monitoring) pasca
anestesi
T O T A L = 150 18 8 8 12 8 22 22 44 8
Keterangan:
7. TIM BLOK
8. KONTRIBUTOR BLOK
5. Departemen Anestesiologi
9. SUMBER BELAJAR
1. Brooks, GF., Carrol, KC., Butel, JS., Morse, SA., Mietzner, TA. Jawetz, Melnick, &
Adelberg’s Medical Microbiology. 26th edition, New York: The McGraw-Hill Companie,
2013.
2013.
3. Ryan, KJ and Ray, CG. eds. Sherris Medical Microbiology. New York: The McGrawHill
Education, 2014.
4. Abbas, AK., Lichtman, AH. Basic Imunology: functions and disorders of the imun system.
5. Gilespie, SH., Pearson, RD. eds. Principles And Practice of Clinical Parasitology. New York:
6. Kumar, V. and Robbins, SL. Robbins Basic Pahology. 8th edition. Philadelphia:
Saunders/Elsevier, 2007.
7. Kumar, V., Abbas, AK, Aster, JC. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 8th
8. Burton, LL., Parker, KL. Goodman & Gilman’s Manual of Pharmacology and Therapeutics.
9. Katzung, Bertram G. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2010.
10.Longnecker, D., Brown, DL., Newman, MF., Zapol, W. Eds. Anesthesiology, 2nd edition.
12.Herndon, D.N. Total Burn Care 4th Edition. Elsevier Saunders (Expert Consult Series), 2012.
14.Adams, GR., Boeis, LR., Hilger, PA. BOIES: Buku Ajar Penyakit THT, Edisi 6, Jakarta:
15.Chan, Y and Goddard, JC. KJ Lee’s Essential Otolaryngology: Head and Neck Surgery, 10th
16.Lucente, FE and Har-El, Gady. Ilmu THT Esensial, Edisi 3, Jakarta: Penerbit Buku
17.Soepardi E.A, Iskandar N., Bashiruddin, J., Resturi, RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher. Volume VI (6). Jakarta: Fakultas Kedokteran
18.Soemarsono. A.,1998, Diagnosis Fisik Penyakit Mata, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta
19.Vaughan, DG., et al. General Ophtalmology, 14th edition, International edition, New York:
20.Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.
21.Betterbury, Mark. Ophthalmology and Illustrated Colour Text. 3rd edition. Philadelphia:
Elsevier, 2012.
22.Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 3 dan 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
2000.
23.Wolff, K., Goldsmith, LA., Katz, SI., Gilchrest, BA., Paller, AS. and Leffel, DJ. eds.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine, 7th edition. New York: Wiley Online
24.Fitzpatrick TB, Johnson RA, Wolf K, Suurmond D. Color Atlas Synopsis of Clinical
Dermatology Common and Serious Disease, 4th edition, International Edition, McGraw Hill,
USA, 2001.
11. SKENARIO
Skenario 1
Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke klinik pratama, mengeluh nyeri hebat tiba-tiba
pada bagian dahi dan mata kanan sejak 4 jam yang lalu. Kepala terasa cekot-cekot terus-menerus
hingga separuh kepala belakang dan keluhan pusing disertai mual-mual. Penglihatan sebelah kanan
terasa sangat kabur dan merasa seperti melihat pelangi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan palpebra
dekstra tampak edema dan spasme, injeksi konjungtiva dan perikorneal yang hebat pada mata kanan.
Dokter klinik memutuskan untuk merujuk pasien ke rumah sakit. Diketahui pasien memakai kaca
mata tebal (hipermetrop) sejak usia 35 tahun. Riwayat hipertensi dan diabetes disangkal.
Skenario 2
Tn. A (28 tahun) datang ke Puskesmas dengan keluhan rontok pada alis dan bulu mata sejak 1
bulan yang lalu. Awalnya muncul bercak merah bulat di dahi lalu menjalar hampir seluruh wajah.
Bercak merah tersebut tidak gatal, tidak nyeri, dan terasa baal. Bercak-bercak muncul pada lengan
kanan bawah, wajah, badan dan punggung kaki. Bercak merah tersebut lama-lama menjadi
hiperpigmentasi Saat ini pasien mengeluh tangan tidak merasakan panas, dingin, maupun sakit.
Penderita juga mengeluh sering kesemutan di seluruh tubuh. Pasien tidak mengeluhkan adanya
kerontokan rambut. Keluhan tidak didahului demam dan tidak dipengaruhi oleh sinar matahari.
Skenario 3
TERSENGAT LISTRIK
Laki-laki (24 tahun), seorang pekerja buruh bangunan tersengat listrik sekitar dua jam
sebelum di bawa ke rumah sakit. Pada saat bekerja, tanpa sengaja memegang kabel telanjang, lalu
tersengat kemudian jatuh pingsan. Pasien mengalami luka bakar pada punggung kanan, leher, lengan
kanan dan sedikit di lengan kiri. Luka terasa perih, tampak bulla, edema, hiperemis juga sebagian
kulit berwarna pucat. Pasien mengalami pingsan + 15 menit, namun tidak ada muntah ataupun sesak.
Dokter IGD kemudian melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang. Menurut dokter IGD yang
memeriksa, luas luka bakar pada pasien yaitu 19% dan pasien harus dirawat.
CONGEKAN
Tn. B, usia 21 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan congekan pada telinga kiri sejak 5
hari yang lalu. Telinga terasa penuh, berair, sangat gatal dan saat ini terasa sakit. Tn.B adalah seorang
atlet renang dengan frekuensi latihan 3-4 kali seminggu. Tn.B sering membersihkan telinga dengan
cotton bud dan juga akhir-akhir ini jadi sering mengorek telinga yang gatal dengan jari tangan. Pasien
mengaku tidak mengalami penurunan pendengaran, telinga berdenging, sakit kepala, demam atau