Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK

OMFALOKEL

DOSEN PEMBEIMBING : ASPIA LAMANA,SKM.,MPH

DISUSUN OLEH

TINAWATI

WIDYA NURIAWANTI

PRODI DIII KEBIDANAN TINGKAT II A

POLTEKKES KEMENKES PALU

PERIODE 2018/2019
A. DEFINISI
Omfalokel berasal dari bahasa Yunani omphalos yang berarti umbilicus (tali
pusat) dan cele yang berarti bentuk hernia. Omfalokel diartikan sebagai defek
sentral dinding abdomen pada daerah cincin umbilicus (umbilical ring) atau cincin
tali pusat sehingga terjadi herniasi organ abdomen dari kavum abdomen, namun
masih dilapisi oleh kantong atau selaput. Selaput terdiri atas lapisan amnion dan
peritoneum. Di antara lapisan tersebut kadang-kadang terdapat lapisan Wharton
jelly.
Omfalokel juga dapat diartikan sebagai keadaan ketika dinding perut
memiliki struktur muskuloaponeuretik yang kompleks. Aponeurosis adalah
lembaran jaringan mirip tendon yang lebar dan mengilap untuk membungkus dan
melekatkan otot yang satu dengan yang lain dan dengan bagian yang digerakkan
oleh otot tersebut. Omfalokel adalah penonjolan pada usus atau isi perut lainnya
melalui akar pusar yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut), tidak
dilapisi oleh kulit, dan usus terlihat transparan (tembus padang). Angka kejadian
omfalokel adalah 1:5.000 perlahiran hidup.
Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar
pusat yang hanya dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan tidak dilapisi oleh
kulit. Omfalokel terjadi pada 1 dari 500 kehamilan. Usus terlihat dari luar melalui
selaput peritoneum yang tipis dan transparan (tembus pandang).
B. ETIOLOGI
a. Penyebab pasti terjadinya omfalokel belum jelas sampai sekarang.
b. Beberapa factor risiko infeksi, penggunaan obat dan rokok pada ibu hamil,
defisiensi asam folat, hipoksia, penggunaan salisifat, kelainan genetic, dan
polihidramnion menjadi penyebab omfalokel.
c. Walaupun omfalokel pernah dilaporkan terjadi secara herediter, sekitar 50-70%
penderita berhubungan dengan sindrom kelainan congenital yang lain.
Menurut Glasser (2003), ada beberapa penyebab omfalokel, yaitu sebagai berikut.
1. Factor kehamilan dengan risiko tinggi, seperti ibu hamil yang sakit dan
terinfeksi, penggunaan obat-obatan, merokok, dan kelainan genetic. Factor
tersebut berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta dan kelahiran dengan
usia kehamilan yang kurang bulan atau bayi premature. Bayi dengan
gastroskisis dan omfalokel paling sering di jumpai.
2. Defisiensi asam folat, hipoksia, dan penggunaan salisitas menimbulkan efek
pada dinding abdomen dalam percobaan dengan tikus, tetapi maknanya secara
klinis masi sebatas perkiraan. Peningkatan maternal serum alphafetoprotein
(MSAFP) pada pelacakan dengan ultrasonografi memberikan kepastian bahwa
telah terjadi kelainan structural pada fetus.
3. Polihidramnion dan dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan
kemungkinan tersebut harus dilacak dengan USG
4. Pada 25-40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan ini disertai oleh kelainan
bawaan, seperti kelainan kromosom, hernia diafragmatika dan kelainan jantung.
5. Kegagalan organ dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada saat janin
berusoa 10 minggu.
C. PATOFISIOLOGI

Perkembangan Embrio

Kelemahan pada dinding


Abdomen embrio

Herniasi pada isi usus salah satu samping umbilicus


ss
Omfalokel

Organ abdomen keluar dari

kapasitas abdomen

Malrotasi dan penurunan


kapsitas abdomen

Sebagian kolon berkembang

Di luar rongga abdomen Usus, visera, dan seluruh


permukaan rongga
abdomen berhubungan
Rongga abdomen dengan dunia luaar

Janin sempit

Pengendapan dan iritasi Penguapan dari tubuh


cairan amnion dalam cepat berlangsung
kehidupan intrauterine

Usus tebal dan kaku dehidrasi


D. TANDA DAN GEJALA
Menifestasi dari omfalekol adalah :
1. Organ visera atau internal abdomen keluar
2. Penonjolana pada isi usus
3. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound

Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel berikut
tergantung pada besarnya lubang di pusar. Jika lubangnya kecil, mungkin hanya
usus yang menonjol; tapi jika lobangnya besar; hati juga biasa menonjol melalui
lubang tersebut.

Sedangkan tanda-tanda yang lain :


 Apabila omfalekol berukuran kecil hanya usus yang keluar atau menonjol
 Apabila omfalekol berukuran besar usus, hati atau lemfa yang keluar atau
menonjol.
 Sering ditemukan pada bayi premature

E. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan prabeda
a. Terpeliharanya suhu tubuh
b. Kehilangan panas dapat berlebihan karena usus mengalami prolaps sangat
meningkatkan are permukaan.
c. Pemasangan ngt dan pengisapan yang kontinyu untuk mencegah distensi
usus-usus yang mempersulit pembedahan
d. Penggunaan bahan sintetik dengan lapisan tipis yang tidak melengket seperti
zeroform, kemudian dengan kerliks dan pembungkus saran untuk menutup
usus atau menutup dengan kasa steril lembap dengan cairan nacl steril untuk
mencegah kontaminasi
e. Terapi intravena untuk hidrasi
f. Antiseptik dengan spectrum luas secara intravena : besarnya kantong,
luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hepar didalam kantong, akan
menentukan cara pengelolaan. Bila kantong omfalekol kecil, dapat dilakukan
operasi satu tahap. Dinding kantong dibuang, isi kantong dimasukkan kedala
rongga perut, kemudian lubang ditutup dengan peritoneum, fasia dan kulit.
Tetapi biasanya omfalokel terlalu besar dan rongga perut terlalu kecil
sehingga isi kantong tidak dapat dimasukkan kedalam perut. Jika
dipaksakan, maka karena regangan pada dinding perut, diafragma akan
tedorong keatas sehingga terjadi gangguan pernfasan. Obstruksi fenakasa
inferior dapat juga terjadi karena tekanan tersebut. Tindakan yang dapat
dilakukan ialah melindungi kantong omfalokel dengan cairan antiseptic,
misalnya betadin dan menutupnya dengan kain dakron agar tidak tercemar.
Dengan demikian, ada kesempatan untuk terjadinya epitelisasi dari tepi,
sehingga seluruh kantong tertutup epitel dan berbentuk hernia vrentalis yang
besar. Epitelisasi ini membuntuhkan waktu 3-4 bulan. Kemudia operasi
koreksi hernia frentalis tersebut dapat dikerjakan setelah anak berumur 5-10
bulan.
g. Terapi oksigen diberikan untuk membantu pernafasan.
2. Pembedahan
Pembedahan dilakukan secara bertahap tergantung besar kecilnya lubang pada
dinding abdomen. Tujuan pembedahan adalah untuk mengembalikan visera
kedalam kavum abdomen dan menutup dinding abodemen.
3. Perawatan Paska Bedah
a. Perawatan paska bedah neonates rutin
b. Terapi oksigen maupun ventilasi mekanik kemungkinan diperlukan
c. Dilakukan aspirasi setiap jam pada tuba nasogasstrik
d. Pemberian antibiotika
e. Terapi intravena diberikan untuk perbaikan cairan
f. Pada sekitar 7-12 hari setelah pembedahan, anak akan kembali lagi
mengalami pembedaahan untuk menjaalani perbaikan cacar. Namun ini
tergantung dari kondisi si bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Tando, Naomy Marie. 2016. Asuhan Kebidanan Neonates, Bayi, & Anak Balita.
Jakarta: EGC

Sudarti. 2010. Asuhan Kebidanan Neonates, Bayi, Dan Anak Balita. Yogyakarta:
Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai