DI RUANGAN BEDAH
Oleh :
Esa Afriyeni
18123827
2019
RONDE KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN
dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pasa kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat associate
B. TUJUAN
masalah klien
(Nursalam, 2011)
C. KARAKTERISTIK
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta
1. Persiapan
2. Pelaksanaan
a. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan
d. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan
3. Pasca Ronde
Pukul : 10.00
Fraktur os nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka
sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior wajah
Cavalcanti dan Melo (2008), angka kejadian fraktur os nasal terjadi pada usia 13-17
tahun (60.9%) dengan penyebab terbanyak adalah jatuh (37.9%) dan kecelakaan lalu
penyebab terbanyak adalah kekerasan (36%), jatuh (18%), olahraga (11%), pekerjaan
(3%), dan luka tembak (2%). Fraktur os nasal dapat diklasifikasikan sebagai fraktur
terbuka atau tertutup. Identifikasi awal dan penanganan trauma di awal periode
komplikasi antara lain kompresi jaringan serta infeksi yang berbahaya (Efiaty,
2007).Tanda-tanda fraktur yang lazim adalah epistaksis yang merupakan tanda umum
pada fraktur os nasal dikarenakan rusaknya pembuluh darah mukosa, perubahan
bentuk hidung, obstruksi jalan napas, dan ekimosis infraorbita (Perez, 2012).
fraktur tulang wajah lain di sekitar hidung. Foto Rontgen dari arah lateral dapat
menunjang diagnosis. Fraktur tulang ini harus cepat direposisi dengan anestesi lokal
dan imobilisasi dilakukan dengan memasukan tampon ke dalam lubang hidung yang
dipertahankan dalam 3-4 hari. Patahan dapat dilindungi dengan gips tipis berbentuk
kupu-kupu untuk 1-2 minggu (Sunarto, 2010). Tidak semua kasus fraktur harus
ditangani dengan operasi, misalnya fraktur tertutup bisa ditangani secara konservatif
maupun operatif. Fraktur terbuka hanya bisa ditangani secara operatif karena
merupakan kasus emergensi dan dapat diikuti kontaminasi oleh bakteri dan disertai
perdarahan yang hebat dalam waktu enam sampai delapan jam sehingga cenderung
mudah mengalami infeksi (Sain, 2011). Reduksi fraktur harus dilakukan segera saat
evaluasi, yang biasanya dilakukan pada hari 5-10 pada dewasa dan hari ke 3-7 pada
anak-anak (Sunarto,2010). Reposisi os nasal setelah 2 minggu lebih sulit karena telah
epistaksis, dan obstruksi jalan nafas. Komplikasi lambatnya adalah deformitas hidung,
perforasi dan nekrosis septum, saddle nose, kontraktur karena jaringan parut, dan
dan berhubungan dengan fraktur tulang wajah yang lain. Oleh karena itu fraktur os
nasal sering tidak terdiagnosa dan tidak mendapat penanganan karena pada beberapa
1. Tujuan Khusus
klien
A. Pelaksanaan Kegiatan
2. Sasaran danTarget
a. Sasaran
b. Target
Pasien dan keluarga pasien yang ada di ruangan pasien saat ronde diadakan.
3. Metode
Diskusi
1) Lembar balik
2) Leaflet
B. Kegiatan Ronde
Pre-Ronde:
- Mengucapkan salam - Menjawab salam
- Perkenalan diri dan - Memperhatikan
1.
pembimbing 2 menit
- Melakukan kontrak waktu
- Menjelaskan tujuan dan topic - Menyepakati kontrak
- Memperhatikan
Ronde:
2. - Menggali pengetahuan - Mengemukakan pendapat 20 menit
tentang fraktur os nasal
- Memberikan reinforcement - Mendengarkan dan
positif dan meluruskan memperhatikan
- Menggali pengetahuan - Mengemukakan pendapat
penyebab fraktur os nasal
- Memberikan reinforcement - Mendengarkan dan
positif dan meluruskan memperhatikan
- Menggali pengetahuan tanda - Mengemukakan pendapat
dan gejala fraktur os nasal
- Memberikan reinforcement - Mendengarkan dan
positif dan meluruskan memperhatikan
- Menggali pengetahuan - Mengemukakan pendapat
klasifikasi fraktur os nasal
- Memberikan reinforcement - Mendengarkan dan
positif dan meluruskan memperhatikan
- Mendemonstarasikan metode - Mendengarkan dan
terapi kompres air dingin memperhatikan
- Mengevaluasi tentang materi - Menjawab pertanyaan
yang diberikan
Post-Ronde:
3. 5 menit
- Tanya jawab - Tanya jawab
- Mengucapkan salam - Menjawab salam
C. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi stuktur
Rasidin Padang
keperawatan
2. Evaluasi proses
ditentukan
3. Evaluasi hasil
1. Pengertian
Fraktur nasal adalah fraktur yang paling sering terjadi pada fraktur kepala leher
dan menempati urutan ketiga dari seluruh fraktur tubuh manusia. Fraktur nasal
umumnya tidak mengancam jiwa, tetapi apabila penanganannya tidak tepat dapat
menimbulkan gangguan fungsi hidung dan kosmetik. Fraktur nasal sering berupa
fraktur sederhana, tetapi komunitif dan dapat disertai dengan luka terbuka pada kulit
Hidung merupakan unsur estetika wajah karena terletak pada pusat wajah dan
menonjol pada bidang sagital wajah serta sedikit mengandung tulang. Akibatnya
hidung menjadi struktur wajah yang paling lemah dan paling rentan terhadap cedera.
Fraktur nasal merupakan 40% dari seluruh kejadian fraktur dibagian wajah dan lebih
dari 50% fraktur nasal yang tidak ditangani secara adekuat atau terlambat di dalam
nasal. Trauma langsung dapat menyebabkan fraktur pada tulang, kartilago dan septum
menyebabkan hidung depresi disebut saddle nose.Trauma tumpul seperti yang terjadi
pada kegiatan olah raga, kecelakaan lalu lintas, perkelahian adalah merupakan
nasal yang berat dan sering disertai dengan trauma maksilofasial. Insidens fraktur nasal
sangat tinggi, dan meningkat seiring bertambahnya usia. Jarang terjadi pada pada anak
usia kurang dari 5 tahun. Kasus yang dilaporkan pada dewasa sekitar 39-45%
sedangkan pada remaja sekitar 45%. Insidens fraktur nasal pada pria 2-3 kali lebih
Fraktur os nasal disebabkan oleh trauma, penyebab lanjut pada fraktur os nasal
adalah :
Kecelakaan (pribadi)
2) Manifestasi Klinik
nyeri tekan dan teraba garis fraktur (Smeltzer dan Bare, 2008).
4. Klasifikasi
penanganan fraktur nasal. Banyak klasifikasi fraktur nasal yang pernah dibuat
nasal ke lateral lebih dari setengah dari lebar (Smeltzer dan Bare, 2008)
dengan sebelumnya
Majid dan Agus Sarwo P. 2013. Buku Pintar Perawatan Pasien fraktur os nasal
Smeltzer dan Bare. 2008. Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition.
Philadelpia.
Wim de Jong. 2015. Bab 3 : fraktur os nasal: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC.
Jakarta. p 66-88
EGC. Jakarta