PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
1) Lokasi yang terpengaruh :
Cedera kulit.
B. Tujuan
2
5. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang gambaran klinis contusio
cerebri
C. Manfaat
2. Bagi mahasiswa
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
4
Contusio Cerebri didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak akibat
adanya kerusakan jaringan otak disertai perdarahan yang secara makroskopis
tidak mengganggu jaringan. Contusio sendiri biasanya menimbulkan defisit
neurologis jika mengenai daerah motorik atau sensorik otak. Secara klinis
didapatkan penderita pernah atau sedang tidak sadar selama lebih dari 15
menit atau didapatkan adanya kelainan neurologis akibat kerusakan jaringan
otak. Pada pemerikasaan CT Scan didapatkan daerah hiperdens di jaringan
otak, sedangkan istilah laserasi serebri menunjukkan bahwa terjadi robekan
membran pia-arachnoid pada daerah yang mengalami contusio serebri yang
gambaran pada CT Scan disebut “Pulp brain”
B. Etiologi
2. Kecelakaan kerja
4. Kejatuhan benda
5. Luka tembak
5
C. Tanda dan Gejala
8. Pernafsan dangkal
11. Hemiparese/Plegi
6
13. Pusing sakit kepala
D. Patofisiologi
Karena itu, pada cedera kepala harus dijamin bebasnya jalan nafas,
gerakan nafas yang adekuat dan hemodinamik tidak terganggu sehingga
oksigenisasi cukup.
E. Gambaran Klinis
a. Secara spontan 4
b. Atas perintah 3
c. Rangsangan nyeri 2
7
d. Tidak bereaksi 1
a. Orientasi baik 5
b. Jawaban kacau 4
d. Mengerang 2
e. Tidak bersuara 1
b. Reaksi setempat 5
c. Menghindar 4
d. Fleksi abnormal 3
e. Ekstensi 2
f. Tidak bereaksi 1
8
F. Pembagian Cedera Kepala
1. Simple Head Injury
Diagnosa simple head injury dapat ditegakkan berdasarkan:
a. Ada riwayat trauma kapitis
b. Tidak pingsan
c. Gejala sakit kepala dan pusing
Umumnya tidak memerlukan perawatan khusus, cukup diberi obat
simptomatik dan cukup istirahat.
2. Commotio Cerebri
Commotio cerebri (geger otak) adalah keadaan pingsan yang
berlangsung tidak lebih dari 10 menit akibat trauma kepala, yang tidak
disertai kerusakan jaringan otak. Pasien mungkin mengeluh nyeri kepala,
vertigo, mungkin muntah dan tampak pucat.
Vertigo dan muntah mungkin disebabkan gegar pada labirin atau
terangsangnya pusat-pusat dalam batang otak. Pada commotio cerebri
mungkin pula terdapat amnesia retrograde, yaitu hilangnya ingatan
sepanjang masa yang terbatas sebelum terjadinya kecelakaan. Amnesia ini
timbul akibat terhapusnya rekaman kejadian di lobus temporalis.
Pemeriksaan tambahan yang selalu dibuat adalah foto tengkorak, EEG,
pemeriksaan memori. Terapi simptomatis, perawatan selama 3-5 hari
untuk observasi kemungkinan terjadinya komplikasi dan mobilisasi
bertahap.
3. Contusio Cerebri
Pada contusio cerebri (memar otak) terjadi perdarahan-perdarahan
di dalam jaringan otak tanpa adanya robekan jaringan yang kasat mata,
meskipun neuron-neuron mengalami kerusakan atau terputus.Yang
penting untuk terjadinya lesi contusion ialah adanya akselerasi kepala
yang seketika itu juga menimbulkan pergeseran otak serta pengembangan
gaya kompresi yang destruktif. Akselerasi yang kuat berarti pula
hiperekstensi kepala. Oleh karena itu, otak membentang batang otak
terlalu kuat, sehingga menimbulkan blockade reversible terhadap lintasan
9
asendens retikularis difus. Akibat blockade itu, otak tidak mendapat input
aferen dan karena itu, kesadaran hilang selama blockade reversible
berlangsung.
Timbulnya lesi contusio di daerah “coup”, “contrecoup”, dan
“intermediate”menimbulkan gejala deficit neurologik yang bisa berupa
refleks babinsky yang positif dan kelumpuhan UMN. Setelah kesadaran
puli kembali, si penderita biasanya menunjukkan “organic brain
syndrome”.
Akibat gaya yang dikembangkan oleh mekanisme-mekanisme yang
beroperasi pada trauma kapitis tersebut di atas, autoregulasi pembuluh
darah cerebral terganggu, sehingga terjadi vasoparalitis. Tekanan darah
menjadi rendah dan nadi menjadi lambat, atau menjadi cepat dan lemah.
Juga karena pusat vegetatif terlibat, maka rasa mual, muntah dan
gangguan pernafasan bisa timbul.
Pemeriksaan penunjang seperti CT-Scan berguna untuk melihat
letak lesi dan adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek. Terapi
dengan antiserebral edem, anti perdarahan, simptomatik, neurotropik dan
perawatan 7-10 hari.
4. Laceratio Cerebri
Dikatakan laceratio cerebri jika kerusakan tersebut disertai
dengan robekan piamater. Laceratio biasanya berkaitan dengan adanya
perdarahan subaraknoid traumatika, subdural akut dan intercerebral.
Laceratio dapat dibedakan atas laceratio langsung dan tidak langsung.
Laceratio langsung disebabkan oleh luka tembus kepala yang
disebabkan oleh benda asing atau penetrasi fragmen fraktur terutama pada
fraktur depressed terbuka. Sedangkan laceratio tidak langsung disebabkan
oleh deformitas jaringan yang hebat akibat kekuatan mekanis.
5. Fracture Basis Cranii
Fractur basis cranii bisa mengenai fossa anterior, fossa media dan
fossa posterior. Gejala yang timbul tergantung pada letak atau fossa mana
yang terkena. Fraktur pada fossa anterior menimbulkan gejala:
10
a. Hematom kacamata tanpa disertai subkonjungtival bleeding
b. Epistaksis
c. Rhinorrhoe
Fraktur pada fossa media menimbulkan gejala:
a. Hematom retroaurikuler, Ottorhoe
b. Perdarahan dari telinga
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan X-foto basis kranii.
Komplikasi :
a. Gangguan pendengaran
b. Parese N.VII perifer
c. Meningitis purulenta akibat robeknya duramater
Fraktur basis kranii bisa disertai commotio ataupun contusio, jadi
terapinya harus disesuaikan. Pemberian antibiotik dosis tinggi untuk
mencegah infeksi. Tindakan operatif bila adanya liquorrhoe yang
berlangsung lebih dari 6 hari.
11
- Skor GCS <8
- Gejalnya serupa dengan CKS, hanya dalam tingkat yang lebih
berat
- Terjadinya penurunan kesadaran secara progesif
- Adanya fraktur tulang tengkorak dan jaringan otak yang
terlepas
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. AW
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Golongan Drarah :-
Tanggal Operasi :-
13
Diagnosa Medis : Contusio Cerebri
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : ABD
Pasien datang ke rumah sakit karena tidak sadarkan diri setelah jatuh dari
motor. Menurut pasien, lama tak sadarkan diri ˃10 menit. Ibu pasien
mengatakan saat kejadiaan pasien mengalami kejang, tapi tidak tahu
berapa kali dan berapa lamanya, muntah saat kejadiaan disangkal.
1. Provocative / Palliative
A. Apa Penyebabnya
14
Karena kecelakaan lalu lintas, yang menyebabkan kepalanya
terbentur, sehingga pasien tidak sadarkan diri.
2. Quantity / Quality
a. Bagaimana dirasakan
- Nyeri
- Lemah
b. Bagaimana dilihat
Sangat memprihatinkan
3. Ragion
A. Dimana lokasinya
B. Apakah menyebar
Tidak
Tidak
15
5. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana dirasakan)
D. Lamanya
E. Alergi
F. Imunisasi
A. Orang tua
16
Tidak ada yang mengalami contusio cerebri
B. Saudara kandung
E. Penyebab meninggal
Tidak ada
F. Genogram
4
7
17
Keterangan :
Laki-laki tanpa contusio cerebri
Perempuan tanpa contusio cerebri
Laki-laki penderita contusio cerebri
Perempuan penderita contusio cerebri
Pasien/Klien penderita contusio cerebri
Bahasa Aceh
- Mengeluh
- Meringis
C. Konsep diri:
18
5. Personal identity : Baik
D. Keadaan emosi
Baik
Baik
H. Kegemaran
Menyanyi
A. Keadaan umum
TB : 164 Cm
19
BB : 70 Kg
B. Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 76 x / menit
RR : 18 x / menit
20
4. Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris
b. Ukuran telinga : Simetris
c. Lubang telinga : Normal
d. Ketajaman pendengaran : Normal
5. Mulut dan Faring
a. Keadaan bibir : Kering, pucat, pecah-pecah
b. Keadaan gusi dan gigi : gusi dan gigi tidak ada lesi
6. Leher
a. Posisi trachea : Normal
b. Thyroid : Tidak ada pembesaran
c. Suara : Normal
d. Kelenjar limfe : Normal
e. Vena jugularis : Tidak ada pembengkakan
f. Denyut nadi karotis : Tidak ada pembengkakan
D. Pemeriksaan Integuman
1. Kebersihan : Bersih
2. Kehangatan : Hangat
3. Warna : Sawo matang
4. Turgor : Normal
5. Kelembaban : Normal
6. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan
E. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
1. Ukuran dan bentuk payudara : Simetris
2. Warna payudara dan areola : Normal
3. Kelainan payudara dan putting : Tidak ada
21
- Suara tambahan : Tidak ada
3. Pemeriksaan Jantung
a. Insfeksi : Tidak ada bunyi wheezing, ronchi
b. Palpasi : Normal
- Pulsasi : Tidak ada
- Ictus cordis : Tidak ada
c. Perkusi :
- Batas jantung : Normal
d. Auskultasi :
- Bunyi jantung I : Tunggal
- Bunyi jantung II : Tunggal
- Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
- Mur-mur :Normal
- Frekuensi : 60-80 x / menit
G. Pemeriksaan Abdomen
1. Infeksi : Tidak terlihat adanya luka
a. Bentuk abdomen : Normal
b. Benjolan/massa : Tidak ada
c. Bayangan pembuluh darah : Tidak ada
2. Auskultasi
- Peristaltik usus : Normal
3. Palpasi
a. Benjolan / massa : Tidak teraba massa
b. Tanda ascites : Tidak ada
c. Hepar : Membesar
d. Lien : Membesar
e. Titik mc.burney : Normal
4. Perkusi
a. Suara abdomen : Bising
b. Pemeriksaan ascites : Tidak ascites
22
H. Pemeriksaan kelamin dan Daerah Sekitarnya
1. Genitalia :
a. Rambut pubis : Hitam dan tipis
b. Lubang uretra : Normal
c. Kelainan pada genetalia eksterna : Tidak ada
d. Kelainan pada genetalia interna : Tidak ada
2. Anus
a. Lubang Anus : Normal
b. Kelainan pada lubang anus : Tidak ada
c. Perineum : Normal
I. Pemeriksaan Muskulosklrtal / ekstremitas
1. Ekstremitas Atas :
a. Kesimetrisan Otot : Simetris
Kiri Kanan
b. Edema (derajat) : Tidak ada Tidak ada
c. Kekuatan Otot : Lemah Lemah
d. Kelainan pada ekstremitas : Tidak ada Tidak ada
2. Ekstremitas Bawah
a. Kesimetrisan Otot : Simetris
Kiri Kanan
b. Edema : Tidak ada Tidak ada
c. Kekuatan Otot : Lemah Lemah
d. Kelainan pada ekstremitas : Tidak ada Tidak ada
e. Varises : Tidak ada Tidak ada
J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran :
GCS : .E. 4 M. 6 V. 5
2. Meningeal sign
3. Status mental
a. Kondisi emosi dan perasaan
- Emosi tidak stabil
23
- Perasaan cemas, gelisah
b. Orientasi
Tidak ada gangguan
c. Proses berfikir (ingatan, keputusan, perhitungan)
Tidak ada gangguan
d. Motivasi (kemauan)
Tidak terganggu
e. Bahasa
Tidak terganggu
4. Nervus Cranialis
a. Nervus Olfaktorius / N I / Penciuman (hidung)
Memperlihatkan gejala penurunan daya penciuman dan anosmia
bilateral.
b. Nervus Optikus / N II / Penglihatan (mata)
Pada trauma frontalis : memperlihatkan gejala berupa penurunan
gejala penglihatan.
c. Nervus Okulomotoris / N III, Trochlearis / N IV, Abdusen / N
VI/Bergeraknya bola mata
Kerusakannya akan menyebabkan penurunan lapang pandang,
refleks cahaya ,menurun, perubahan ukuran pupil, bola mata tidak
dapat mengikuti perintah, isokor.
d. Nervus Trigeminus /N V/Sentuhan Halus (dgn kapas)
Gangguannya ditandai ; adanya anestesi daerah dahi.
e. Nervus Fasialis/N VII/Wajah/(otot wajah)
Pada trauma kapitis yang mengenai neuron motorik atas unilateral
dapat menurunkan fungsinya, tidak adanya lipatan nasolabial,
melemahnya penutupan kelopak mata dan hilangnya rasa pada 2/3
bagian lidah anterior lidah.
f. Nervus Vestibulocochlearis/N VIII/Acusticus (pendengaran)
Pada pasien sadar gejalanya berupa menurunnya daya
pendengaran dan kesimbangan tubuh.
24
g. Nervus Glossopharingeus/N IX, Vagus/N X/ Menelan
(tenggorokan)
Gejala jarang ditemukan karena penderita akan meninggal apabila
trauma mengenai saraf tersebut
h. Nervus Asesorius/N XI/Bahu
Simetris
i. Nervus Hipoglosus/N XII/Lidah
Gejala yang biasa timbul, adalah jatuhnya lidah kesalah satu sisi,
disfagia dan disartria. Hal ini menyebabkan adanya kesulitan
menelan.
5. Fungsi motorik
a. Cara berjalan : Pasien dapat berjalan dengan bantuan
keluarga
b. Romberg Test : Pasien dapat berdiri tegak dengan
bantuan keluarga
c. Test Jari Hidung : Pasien dapat menyentuh jari kehidung
d. Pronasi Suvinasi Test : Pasien dapat membolak-balik telapak
tangan
e. Heel to Shin Test : Pasien agak susah menggerakkan
tumit dari lutut hingga ujung jari
6. Fungsi sensorik
a. Identifikasi sentuhan ringan
- Dapat mengidentifikasi sentuhan kapas
b. Test tajam tumpul
- Dapat membedakan tajam / tumpul
c. Test panas dingin
- Dapat membedakan panas / dingin
d. Test getaran
- Pasien dapat membedakan / merasakan getaran
e. Sreognosis Test
25
- Pasien dapat mengidentifikasi benda yang diletakkan ditelapak
tangan
7. Reflek
- Tidak ada pemeriksaan
26
1. BAB
- Pola BAB : 1 x sehari
- Karakteristik Fases
o Warna : Kuning
o Konsistensi : Normal
o Bau : Aromatik
- Penggunaan laksatif :-
- BAB terakhir :-
- Riwayat perdarahan : Tidak ada
2. BAK
- Pola BAK : 5-6 x / hari
- Karakter urine : Kuning
- Nyeri/kesulitan BAK : Tidak ada
- Inkontinentia : Tidak ada
- Retensi : Tidak ada
- Penggunaan deuretik : Tidak ada
- Riwayat penyakit ginjal : Tidak ada
- Berat jenis : Tidak dilakukan pengukuran
D. Pola Makan dan Minum
i. Sebelum sakit
1. Pola Makan
- Diet (Type) : MB
- Jumlah / porsi : 1 piring
- Pola diet : Tidak ada
- Anoreksia : Tidak ada
- Mual-Muntah : Tidak ada
- Nyeri ulu hati : Tidak ada
- Alergi makanan : Tidak ada
- BB biasa (sebelumnya) : 70 Kg
2. Tanda objek
- BB sekarang : 70 Kg
- TB : 164 Cm
- Bentuk tubuh : Sedang
3. Waktu pemberian makanan : Teratur
4. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : Tidak ada
- Kesulitan menelan : Tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : Dapat
5. Pola minum
- Jumlah/porsi : 2 liter / hari
- Kesulitan menelan : Tidak ada
ii. Selama sakit
1. Pola makan
- Diet (Type) : MB
27
- Jumlah/porsi : 1 piring, tapi nasi yang
disediakan tidak habis
- Pola diet : Tidak ada
- Anoreksia : Ya
- Mual-Muntah : Ya
- Nyeri ulu hati : Tidak ada
- Alergi makanan : Tidak ada
- BB biasa (sebelumnya) : 70Kg
2. Tanda objek
- BB sekarang : 70 Kg
- TB : 164 Cm
- Bentuk tubuh : Sedang
3. Waktu pemberian makanan : Teratur
4. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : Tidak ada
- Kesulitan menelan : Tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : Tidak
5. Pola minum
- Jumlah/porsi : 1 liter / hari
- Kesulitan menelan : Tidak ada
G. Kebiasaan Ibadah
a. Sebelum sakit
Baik
b. Selama sakit
c. Menurun
28
IX. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK
a. Laboratorium
N Nama Nilai
o
1. Leukosit 12,87
1. USG
Tidak ada
2. EKG
Tidak Ada
3. Rongent
Ada
4. Lain-lain
Tidak ada
29
N
Nama Obat Dosis Efek Samping Hari
o
1. Manitol 125 cc/ 12 jam
2. Ringer Laktat (RL) 20 Tetes/ menit
3. Citicolin 500 mg/ 12 jam
4. Ranitidin 1A/ 12 jam
5. Ondancetron 1A/ 12 jam
6. Paracetamol 1 fls/ 8 jam
DO :
Temp : 38˚C
RR : 18 x/i
HR : 76 x/i
Turgor : Kering kusam
Mukosa mulut : Bibir
kering dan pecah-pecah
30
RR : 18 x/i
HR : 76 x/i
31
3. Perubahan persepsi sensori b/ d penurunan kesadaran, peningkatan
tekanan intra kranial.
4. Gangguan mobilitas fisik b/ d spastisitas kontraktur, kerusakan saraf
motorik.
5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/ d keluaran urine dan
elektrolit meningkat.
6. Gangguan kebutuhan nutrisi b/ d kelemahan otot untuk menguyah
dan menelan.
32
aborasi o Peningkatan
pemberian tekanan darah
cairan sesuai sistemik yang
indikasi melalui diikuti dengan
IV dengan alat penurunan tekanan
kontrol darah diastolik
merupakan tanda
peningkatan TIK
o Peningkatan ritme
dan disritmia
merupakan tanda
adanya depresi
atau trauma batang
otak pada pasien
yang tidak
mempunyai
kelainan jantung
sebelumnya.
o Nafas yang tidak
teratur menunjukan
adanya
peningkatan TIK
o Ungkapan keluarga
yang
menyenangkan
klien tampak
mempunyai efek
relaksasi pada
beberapa klien
koma yang akan
menurunkan TIK
o Pembatasan cairan
diperlukan untuk
menurunkan
Oedema cerebral:
meminimalkan
fluktuasi aliran
vaskuler, tekanan
darah (TD) dan
33
TIK
34
yang lembut dan dengan adanya
pelan. Gunakan perubahan yang
kalimat pendek melibatkan
dan sederhana. peningkatan atau
Pertahankan penurunan
kontak mata. sensitivitas atau
o Beri kehilangan sensasi
kan lingkungan untuk menerima
tersetruktur rapi, dan berespon
nyaman dan buat sesuai dengan
jadwal untuk stimuli.
klien jika o Pasien mungkin
mungkin dan mengalami
tinjau kembali. keterbatasan
o Gun perhatian atau
akan penerangan pemahaman
siang atau selama fase akut
malam. dan penyembuhan.
o olab o Dengan tindakan
orasi pada ahli ini akan membantu
fisioterapi, terapi pasien untuk
okupasi, terapi memunculkan
wicara dan terapi komunikasi.
kognitif. o Mengurangi
kelelahan,
kejenuhan dan
memberikan
kesempatan untuk
tidur REM
(ketidakadaan tidur
REM ini dapat
meningkatkan
gangguan persepsi
sensori).
o Memberikan
perasaan normal
tentang perubahan
waktu dan pola
tidur.
35
o Pendekatan antar
disiplin ilmu dapat
menciptakan
rencana
panatalaksanaan
terintegrasi yang
berfokus pada
masalah klien
36
partisipasi dalam menyertai trauma
merawat diri kepala dan
sendiri sesuai pemulihan fisik
kemampuan. merupakan bagian
yang sangat
penting.
Keterlibatan pasien
dalam program
latihan sangat
penting untuk
meningkatkan
kerja sama atau
keberhasilan
program.
37
perpindahan
intraselluler selama
pemberian makan
awal dan
menurunkan fungsi
jantung bila tidak
diatasi.
38
saat makan.
o Perdarahan
subakut/ akut dapat
terjadi dan perlu
intervensi dan
metode alternatif
pemberian makan.
o Metode yang
efektif untuk
memberikan
kebutuhan kalori.
XIV. IMPLEMENTASI
N Diagnosa Evaluasi(SOAP
Implementasi
o keperawatan )
1. o Pantau status S : Os mengeluh
Gangguan neurologis secara teratur. masih nyeri pada
perfusi o Evaluasi kemampuan bagian kepalanya
jaringan b/ d membuka mata (spontan, dan wajahnya
oedema rangsang nyeri). O : k/u lemah
cerebri, A : masalah
o Kaji respon motorik
meningkatnya belum teratasi
terhadap perintah yang sederhana.
P : intervensi di
39
o Pantau TTV dan catat dilanjutkan
aliran darah ke hasilnya.
otak. o Anjurkan orang
terdekat untuk berbicara dengan
klien.
o Kolaborasi pemberian
cairan sesuai indikasi melalui IV
dengan alat kontrol.
2. Gangguan rasa o Teliti keluhan nyeri, S : Os mengeluh
nyaman nyeri catat intensitasnya, lokasinya dan masih nyeri ulu
b/ d lamanya. hati
peningkatan o Catat kemungkinan O : k/u lemah
tekanan intra A : masalah
patofisiologi yang khas, misalnya
kranial. belum teratasi
adanya infeksi, trauma servikal.
P : intervensi di
o Berikan kompres
dilanjutkan
dingin pada kepala
40
mobilitas fisik kemampuan dan keadaan secara nyeri kepala dan
b/ d spastisitas fungsional pada kerusakan yang kuduknya
kontraktur, terjadi. O : k/u lemah
kerusakan o Pertahankan A : masalah
saraf motorik. kesejajaran tubuh secara belum teratasi
P : intervensi di
fungsional, seperti bokong, kaki,
dilanjutkan
tangan. Pantau selama
penempatan alat atau tanda
penekanan dari alat tersebut.
o Berikan/ bantu untuk
latihan rentang gerak
o Bantu pasien dalam
program latihan dan penggunaan
alat mobilisasi. Tingkatkan
aktivitas dan partisipasi dalam
merawat diri sendiri sesuai
kemampuan.
41
teratur.
o Kaji feses, cairan
lambung, muntah darah.
o Kolaborasi dengan ahli
gizi.
XV. EVALUASI
42
No Tanggal/Hari Catatan perkembangan(SOAP-
Paraf
DX /Jam SOAPIE)
BAB IV
PENUTUP
43
A. Kesimpulan
B. Saran
44