Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tengkorak sebagai pelindung jaringan otak mempunyai daya


elastisitas untuk mengatasi trauma bila dipukul atau terbentur benda tumpul.
Namun pada benturan, beberapa mili detik akan terjadi depresi maksimal dan
diikuti osilasi. Trauma pada kepala dapat menyebabkan fraktur pada
tengkorak dan trauma jaringan lunak/otak atau kulit seperti kontusio/memar
otak, oedem otak, perdarahan dengan derajat yang bervariasi tergantung pada
luas daerah trauma. (Alexander PM, 1995).

Trauma kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpangan bentuk


atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan
(accelerasi – descelarasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh
perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan percepatan,
serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai
akibat perputaran pada tindakan pencegahan. Trauma kepala adalah suatu
gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai
perdarahan interstiil dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak (Brunner & Suddarth, 2002)

1. Prinsip - Prinsip pada Trauma Kepala

a. Tulang tengkorak sebagai pelindung jaringan otak, mempunyai daya


elastisitas untuk mengatasi adanya pukulan.

b. Bila daya / toleransi elastisitas terlampau akan terjadi fraktur

c. Berat / ringannya cedera tergantung pada :

1
1) Lokasi yang terpengaruh :

 Cedera kulit.

 Cedera jaringan tulang / tengkorak.

 Cedera jaringan otak.

2) Keadaan kepala saat terjadi benturan.

a) Masalah utama adalah terjadinya peningkatan tekanan


intrakranial (PTIK)

b) TIK dipertahankan oleh 3 komponen :

 Volume darah /Pembuluh darah 75 - 150 ml).

  (1200 - 1400 ml).

  Volume Jaringan Otak (75 - 150 ml). Volume LCS

B. Tujuan

1. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian contusio cerebri

2. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang etiologi contusio cerebri

3. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang tanda dan gejala contusio


cerebri

4. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang patofisiologi contusio


cerebri

2
5. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang gambaran klinis contusio
cerebri

6. Agar mahasiswa mampu mengetahui tentang pembagian cedera kepala

C. Manfaat

1. Bagi klien dan keluarga

Agar keluarga memahami tentang keadaan penyakitnya sehingga


keluarga bisa kooperatif dengan tenaga kesehatan dalam melakukan
asuhan keperawatan.

2. Bagi mahasiswa

Agar mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan dengan


Contusio Cerebri sesuai dengan ilmu yang telah di dapat.

3. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan pustaka dan perbandingan pada kasus Contusio


Cerebri.

4. Bagi lahan praktek

Sebagai bahan perbandingan dalam memberikan asuhan


keperawatan.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

4
Contusio Cerebri didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak akibat
adanya kerusakan jaringan otak disertai perdarahan yang secara makroskopis
tidak mengganggu jaringan. Contusio sendiri biasanya menimbulkan defisit
neurologis jika mengenai daerah motorik atau sensorik otak. Secara klinis
didapatkan penderita pernah atau sedang tidak sadar selama lebih dari 15
menit atau didapatkan adanya kelainan neurologis akibat kerusakan jaringan
otak. Pada pemerikasaan CT Scan didapatkan daerah hiperdens di jaringan
otak, sedangkan istilah laserasi serebri menunjukkan bahwa terjadi robekan
membran pia-arachnoid pada daerah yang mengalami contusio serebri yang
gambaran pada CT Scan disebut “Pulp brain”

Kontusio serebri murni biasanya jarang terjadi. Diagnosa kontusio


serebri meningkat sejalan dengan meningkatnya penggunaan CT scan dalam
pemeriksaan cedera kepala. Kontusio serebri sangat sering terjadi difrontal
dan labus temporal, walaupun dapat terjadi juga pada setiap bagian otak,
termasuk batang otak dan serebelum. Batas perbedaan antara kontusio dan
perdarahan intra serebral traumatika memang tidak jelas. Kontusio serebri
dapat saja dalam waktu beberapa jam atau hari mengalami evolusi
membentuk perdarahan intra serebral.

B. Etiologi

1. Kecelakaan lalu lintas

2. Kecelakaan kerja

3. Trauma pada olah raga

4. Kejatuhan benda

5. Luka tembak

5
C. Tanda dan Gejala

Manifestasi contusio bergantung pada lokasi luasnya kerusakan otak.


Akan terjadi penurunan kesadaran. Apabila kondisi berangsur kembali, maka
tingat kesadaranpun akan berangsur kembali tetapi akan memberikan gejala
sisa, tetapi banyak juga yang mengalami kesadaran kembali seperti biasanya.
Dapat pula terjadi hemiparese. Peningkatan ICP terjadi bila terjadi edema
serebral.

Gejala lain yang sering muncul :

1. Gangguan kesadaran lebih lama.

2. Kelainan neurologik positif, reflek patologik positif, lumpuh, konvulsi.

3. Gejala TIK meningkat.

4. Amnesia retrograd lebih nyata.

5. Pasien tidak sadarkan diri

6. Pasien terbaring dan kehilangan gerakkan

7. Denyut nadi lemah

8. Pernafsan dangkal

9. Kulit dingin dan pucat

10. Sering defekasi dan berkemih tanpa di sadari.

11. Hemiparese/Plegi

12. Aphasia disertai gejala mual-muntah

6
13. Pusing sakit kepala

D. Patofisiologi

Gangguan metabolisme jaringan otak akan mengakibatkan oedem yang


dapat menyebabkan heniasi jaringan otak melalui foramen magnum, sehingga
jaringan otak tersebut dapat mengalami iskhemi, nekrosis, atau perdarahan
dan kemudian meninggal. Fungsi otak sangat bergantung pada tersedianya
oksigen dan glukosa. Cedera kepala dapat menyebabkan gangguan suplai
oksigen dan glukosa, yang terjadi karena berkurangnya oksigenisasi darah
akibat kegagalan fungsi paru atau karena aliran darah ke otak yang menurun,
misalnya akibat syok.

Karena itu, pada cedera kepala harus dijamin bebasnya jalan nafas,
gerakan nafas yang adekuat dan hemodinamik tidak terganggu sehingga
oksigenisasi cukup.

E. Gambaran Klinis

Gambaran klinis ditentukan berdasarkan derajat cedera dan lokasinya.


Derajat cedera dapat dinilai menurut tingkat kesadarannya melalui system
GCS, yakni metode EMV (Eyes, Verbal, Movement)

1. Kemampuan membuka kelopak mata (E)

a. Secara spontan 4

b. Atas perintah 3

c. Rangsangan nyeri 2

7
d. Tidak bereaksi 1

2. Kemampuan komunikasi (V)

a. Orientasi baik 5

b. Jawaban kacau 4

c. Kata-kata tidak berarti 3

d. Mengerang 2

e. Tidak bersuara 1

3. Kemampuan motorik (M)

a. Kemampuan menurut perintah 6

b. Reaksi setempat 5

c. Menghindar 4

d. Fleksi abnormal 3

e. Ekstensi 2

f. Tidak bereaksi 1

8
F. Pembagian Cedera Kepala
1. Simple Head Injury
Diagnosa simple head injury dapat ditegakkan berdasarkan:
a. Ada riwayat trauma kapitis
b. Tidak pingsan
c. Gejala sakit kepala dan pusing
Umumnya tidak memerlukan perawatan khusus, cukup diberi obat
simptomatik dan cukup istirahat.
2. Commotio Cerebri
Commotio cerebri (geger otak) adalah keadaan pingsan yang
berlangsung tidak lebih dari 10 menit akibat trauma kepala, yang tidak
disertai kerusakan jaringan otak. Pasien mungkin mengeluh nyeri kepala,
vertigo, mungkin muntah dan tampak pucat.
Vertigo dan muntah mungkin disebabkan gegar pada labirin atau
terangsangnya pusat-pusat dalam batang otak. Pada commotio cerebri
mungkin pula terdapat amnesia retrograde, yaitu hilangnya ingatan
sepanjang masa yang terbatas sebelum terjadinya kecelakaan. Amnesia ini
timbul akibat terhapusnya rekaman kejadian di lobus temporalis.
Pemeriksaan tambahan yang selalu dibuat adalah foto tengkorak, EEG,
pemeriksaan memori. Terapi simptomatis, perawatan selama 3-5 hari
untuk observasi kemungkinan terjadinya komplikasi dan mobilisasi
bertahap.
3. Contusio Cerebri
Pada contusio cerebri (memar otak) terjadi perdarahan-perdarahan
di dalam jaringan otak tanpa adanya robekan jaringan yang kasat mata,
meskipun neuron-neuron mengalami kerusakan atau terputus.Yang
penting untuk terjadinya lesi contusion ialah adanya akselerasi kepala
yang seketika itu juga menimbulkan pergeseran otak serta pengembangan
gaya kompresi yang destruktif. Akselerasi yang kuat berarti pula
hiperekstensi kepala. Oleh karena itu, otak membentang batang otak
terlalu kuat, sehingga menimbulkan blockade reversible terhadap lintasan

9
asendens retikularis difus. Akibat blockade itu, otak tidak mendapat input
aferen dan karena itu, kesadaran hilang selama blockade reversible
berlangsung.
Timbulnya lesi contusio di daerah “coup”, “contrecoup”, dan
“intermediate”menimbulkan gejala deficit neurologik yang bisa berupa
refleks babinsky yang positif dan kelumpuhan UMN. Setelah kesadaran
puli kembali, si penderita biasanya menunjukkan “organic brain
syndrome”.
Akibat gaya yang dikembangkan oleh mekanisme-mekanisme yang
beroperasi pada trauma kapitis tersebut di atas, autoregulasi pembuluh
darah cerebral terganggu, sehingga terjadi vasoparalitis. Tekanan darah
menjadi rendah dan nadi menjadi lambat, atau menjadi cepat dan lemah.
Juga karena pusat vegetatif terlibat, maka rasa mual, muntah dan
gangguan pernafasan bisa timbul.
Pemeriksaan penunjang seperti CT-Scan berguna untuk melihat
letak lesi dan adanya kemungkinan komplikasi jangka pendek. Terapi
dengan antiserebral edem, anti perdarahan, simptomatik, neurotropik dan
perawatan 7-10 hari.
4. Laceratio Cerebri
Dikatakan laceratio cerebri jika kerusakan tersebut disertai
dengan robekan piamater. Laceratio biasanya berkaitan dengan adanya
perdarahan subaraknoid traumatika, subdural akut dan intercerebral.
Laceratio dapat dibedakan atas laceratio langsung dan tidak langsung.
Laceratio langsung disebabkan oleh luka tembus kepala yang
disebabkan oleh benda asing atau penetrasi fragmen fraktur terutama pada
fraktur depressed terbuka. Sedangkan laceratio tidak langsung disebabkan
oleh deformitas jaringan yang hebat akibat kekuatan mekanis.
5. Fracture Basis Cranii
Fractur basis cranii bisa mengenai fossa anterior, fossa media dan
fossa posterior. Gejala yang timbul tergantung pada letak atau fossa mana
yang terkena. Fraktur pada fossa anterior menimbulkan gejala:

10
a. Hematom kacamata tanpa disertai subkonjungtival bleeding
b. Epistaksis
c. Rhinorrhoe
Fraktur pada fossa media menimbulkan gejala:
a. Hematom retroaurikuler, Ottorhoe
b. Perdarahan dari telinga
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan X-foto basis kranii.
Komplikasi :
a. Gangguan pendengaran
b. Parese N.VII perifer
c. Meningitis purulenta akibat robeknya duramater
Fraktur basis kranii bisa disertai commotio ataupun contusio, jadi
terapinya harus disesuaikan. Pemberian antibiotik dosis tinggi untuk
mencegah infeksi. Tindakan operatif bila adanya liquorrhoe yang
berlangsung lebih dari 6 hari.

Adapun pembagian cedera kepala lainnya:

a. Cedera Kepala Ringan (CKR) → termasuk didalamnya Laseratio


dan Commotio Cerebri
- Skor GCS 13-15
- Tidak ada kehilangan kesadaran, atau jika ada tidak lebih dari 10
menit
- Pasien mengeluh pusing, sakit kepala
- Ada muntah, ada amnesia retrogad dan tidak ditemukan kelainan
pada pemeriksaan neurologist.
b. Cedera Kepala Sedang (CKS)

- Skor GCS 9-12


- Ada pingsan lebih dari 10 menit
- Ada sakit kepala, muntah, kejang dan amnesia retrogad
- Pemeriksaan neurologis terdapat lelumpuhan saraf dan anggota
gerak.
c. Cedera Kepala Berat (CKB)

11
- Skor GCS <8
- Gejalnya serupa dengan CKS, hanya dalam tingkat yang lebih
berat
- Terjadinya penurunan kesadaran secara progesif
- Adanya fraktur tulang tengkorak dan jaringan otak yang
terlepas

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. BIODATA

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. AW

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 45 Tahun

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Petani/ Pekebun

Alamat : Ds. Baroh Kuta Batee, Kec : Meurah Mulia

Tanggal Masuk RS : 8 Juli 2018

No. Register : 09-20-91

Ruangan/ Kamar : Neurologi

Golongan Drarah :-

Tanggal Pengkajian : 12 Juli 2018

Tanggal Operasi :-

13
Diagnosa Medis : Contusio Cerebri

B. PENANGGUNG JAWAB

Nama : ABD

Hubungan dengan Pasien : Saudara Kandug

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Ds. Baroh Kuta Batee, Kec : Meurah Mulia

II. KELUHAN UTAMA

Pasien datang ke rumah sakit karena tidak sadarkan diri setelah jatuh dari
motor. Menurut pasien, lama tak sadarkan diri ˃10 menit. Ibu pasien
mengatakan saat kejadiaan pasien mengalami kejang, tapi tidak tahu
berapa kali dan berapa lamanya, muntah saat kejadiaan disangkal.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

1. Provocative / Palliative

A. Apa Penyebabnya

14
Karena kecelakaan lalu lintas, yang menyebabkan kepalanya
terbentur, sehingga pasien tidak sadarkan diri.

B. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

- Menjaga stamina / keseimbangan tubuh

- Pemberian cairan infuse

- Istirahat yang cukup

2. Quantity / Quality

a. Bagaimana dirasakan

- Nyeri

- Lemah

b. Bagaimana dilihat

Sangat memprihatinkan

3. Ragion

A. Dimana lokasinya

Bagian kepala dan wajah lecet serta memar

B. Apakah menyebar

Tidak

4. Savetity (menggunakan aktivitas)

Tidak

15
5. Time (kapan mulai timbul dan bagaimana dirasakan)

Kadang-kadang tengah malam nyeri di kepala dan di bagian wajahnya


yang lecet.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Tidak didapatkan penyakit sebelumnya

B. Pengobatan / Tindakan yang dilakukan

C. Pernah dirawat/ dioperasi

D. Lamanya

E. Alergi

F. Imunisasi

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

16
Tidak ada yang mengalami contusio cerebri

B. Saudara kandung

Tidak ada juga saudara kandung yang mengalami contusio cerebri

C. Penyakit keturunan yang ada

Tidak ada penyakit keturunan

D. Anggota keluarga yang meninggal

Tidak ada anggota keluarga yang meninggal

E. Penyebab meninggal

Tidak ada

F. Genogram

4
7
17
Keterangan :
Laki-laki tanpa contusio cerebri
Perempuan tanpa contusio cerebri
Laki-laki penderita contusio cerebri
Perempuan penderita contusio cerebri
Pasien/Klien penderita contusio cerebri

VI. RIWAYAT / KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Bahasa yang digunakan

Bahasa Aceh

B. Persepsi pasien tentang penyakitnya

- Mengeluh

- Meringis

- Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest serta


terjadi kecemasan.

- Terasa sangat nyeri sekali di bagian kepalanya dan wajahnya

C. Konsep diri:

1. Body image : Baik

2. Ideal diri : Baik

3. Harga diri : Baik

4. Peran diri : Baik

18
5. Personal identity : Baik

D. Keadaan emosi

Emosinya kurang stabil

E. Perhatian terhadap orang lain / lawan bicara

Baik juga, tidak cepat emosi

F. Hubungan dengan keluarga

Baik

G. Hubungan dengan orang lain

Baik

H. Kegemaran

Menyanyi

I. Mekanisme pertahanan diri

Kurang baik, karena masih sangat lemah

VII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum

- Pasien tampak lemah

- Nafsu makan berkurang

TB : 164 Cm

19
BB : 70 Kg

B. Tanda-tanda Vital

Suhu tubuh : 36,70C

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 76 x / menit

RR : 18 x / menit

C. Pemeriksaan Kepala dan Leher


1. Kepala dan rambut dan leher
a. Kepala :
Bentuk : Oval
Ubun-ubun : Keras
Kulit kepala : Bersih
b. Rambut : Bersih dan tidak rontok
Penyebaran dan keadaan rambut : Bersih
Bau : Tidak ada
Warna kulit : Normal
c. Wajah :
Warna kulit : Normal
2. Mata

a. Kelengkapan dan kesimetrisan : Simetris


b. Palpebra : Pucat
c. Konjungtiva : Pucat
d. Seklera : Putih
e. Pupil : Normal
f. Cornea dan iris : Normal
g. Visus : Normal
h. Tekanan bola mata (Tio) : Normal
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum : Simetris
b. Lubang hidung : Simetris
c. Cuping hidung : Normal
d. Fungsi Penciuman : Normal

20
4. Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris
b. Ukuran telinga : Simetris
c. Lubang telinga : Normal
d. Ketajaman pendengaran : Normal
5. Mulut dan Faring
a. Keadaan bibir : Kering, pucat, pecah-pecah
b. Keadaan gusi dan gigi : gusi dan gigi tidak ada lesi

6. Leher
a. Posisi trachea : Normal
b. Thyroid : Tidak ada pembesaran
c. Suara : Normal
d. Kelenjar limfe : Normal
e. Vena jugularis : Tidak ada pembengkakan
f. Denyut nadi karotis : Tidak ada pembengkakan
D. Pemeriksaan Integuman
1. Kebersihan : Bersih
2. Kehangatan : Hangat
3. Warna : Sawo matang
4. Turgor : Normal
5. Kelembaban : Normal
6. Kelainan pada kulit : Tidak ada kelainan
E. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
1. Ukuran dan bentuk payudara : Simetris
2. Warna payudara dan areola : Normal
3. Kelainan payudara dan putting : Tidak ada

F. Pemeriksaan Thoraks dan Dada


1. Infeksi Thoraks
a. Bentuk thoraks : Normal
b. Pernafasan :
- Frekuensi : 18 x / menit
- Irama : Normal
c. Tanda kesulitan bernafas :
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara : Normal
b. Perkusi : Bunyi sonor / timpani pada lapang kanan kiri
c. Auskultasi
- Suara nafas : Normal

21
- Suara tambahan : Tidak ada
3. Pemeriksaan Jantung
a. Insfeksi : Tidak ada bunyi wheezing, ronchi
b. Palpasi : Normal
- Pulsasi : Tidak ada
- Ictus cordis : Tidak ada
c. Perkusi :
- Batas jantung : Normal
d. Auskultasi :
- Bunyi jantung I : Tunggal
- Bunyi jantung II : Tunggal
- Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
- Mur-mur :Normal
- Frekuensi : 60-80 x / menit
G. Pemeriksaan Abdomen
1. Infeksi : Tidak terlihat adanya luka
a. Bentuk abdomen : Normal
b. Benjolan/massa : Tidak ada
c. Bayangan pembuluh darah : Tidak ada
2. Auskultasi
- Peristaltik usus : Normal
3. Palpasi
a. Benjolan / massa : Tidak teraba massa
b. Tanda ascites : Tidak ada
c. Hepar : Membesar
d. Lien : Membesar
e. Titik mc.burney : Normal
4. Perkusi
a. Suara abdomen : Bising
b. Pemeriksaan ascites : Tidak ascites

22
H. Pemeriksaan kelamin dan Daerah Sekitarnya
1. Genitalia :
a. Rambut pubis : Hitam dan tipis
b. Lubang uretra : Normal
c. Kelainan pada genetalia eksterna : Tidak ada
d. Kelainan pada genetalia interna : Tidak ada
2. Anus
a. Lubang Anus : Normal
b. Kelainan pada lubang anus : Tidak ada
c. Perineum : Normal
I. Pemeriksaan Muskulosklrtal / ekstremitas
1. Ekstremitas Atas :
a. Kesimetrisan Otot : Simetris
Kiri Kanan
b. Edema (derajat) : Tidak ada Tidak ada
c. Kekuatan Otot : Lemah Lemah
d. Kelainan pada ekstremitas : Tidak ada Tidak ada
2. Ekstremitas Bawah
a. Kesimetrisan Otot : Simetris
Kiri Kanan
b. Edema : Tidak ada Tidak ada
c. Kekuatan Otot : Lemah Lemah
d. Kelainan pada ekstremitas : Tidak ada Tidak ada
e. Varises : Tidak ada Tidak ada
J. Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran :
GCS : .E. 4 M. 6 V. 5
2. Meningeal sign
3. Status mental
a. Kondisi emosi dan perasaan
- Emosi tidak stabil

23
- Perasaan cemas, gelisah
b. Orientasi
Tidak ada gangguan
c. Proses berfikir (ingatan, keputusan, perhitungan)
Tidak ada gangguan
d. Motivasi (kemauan)
Tidak terganggu
e. Bahasa
Tidak terganggu
4. Nervus Cranialis
a. Nervus Olfaktorius / N I / Penciuman (hidung)
Memperlihatkan gejala penurunan daya penciuman dan anosmia
bilateral.
b. Nervus Optikus / N II / Penglihatan (mata)
Pada trauma frontalis : memperlihatkan gejala berupa penurunan
gejala penglihatan.
c. Nervus Okulomotoris / N III, Trochlearis / N IV, Abdusen / N
VI/Bergeraknya bola mata
Kerusakannya akan menyebabkan penurunan lapang pandang,
refleks cahaya ,menurun, perubahan ukuran pupil, bola mata tidak
dapat mengikuti perintah, isokor.
d. Nervus Trigeminus /N V/Sentuhan Halus (dgn kapas)
Gangguannya ditandai ; adanya anestesi daerah dahi.
e. Nervus Fasialis/N VII/Wajah/(otot wajah)
Pada trauma kapitis yang mengenai neuron motorik atas unilateral
dapat menurunkan fungsinya, tidak adanya lipatan nasolabial,
melemahnya penutupan kelopak mata dan hilangnya rasa pada 2/3
bagian lidah anterior lidah.
f. Nervus Vestibulocochlearis/N VIII/Acusticus (pendengaran)
Pada pasien sadar gejalanya berupa menurunnya daya
pendengaran dan kesimbangan tubuh.

24
g. Nervus Glossopharingeus/N IX, Vagus/N X/ Menelan
(tenggorokan)
Gejala jarang ditemukan karena penderita akan meninggal apabila
trauma mengenai saraf tersebut
h. Nervus Asesorius/N XI/Bahu
Simetris
i. Nervus Hipoglosus/N XII/Lidah
Gejala yang biasa timbul, adalah jatuhnya lidah kesalah satu sisi,
disfagia dan disartria. Hal ini menyebabkan adanya kesulitan
menelan.
5. Fungsi motorik
a. Cara berjalan : Pasien dapat berjalan dengan bantuan
keluarga
b. Romberg Test : Pasien dapat berdiri tegak dengan
bantuan keluarga
c. Test Jari Hidung : Pasien dapat menyentuh jari kehidung
d. Pronasi Suvinasi Test : Pasien dapat membolak-balik telapak
tangan
e. Heel to Shin Test : Pasien agak susah menggerakkan
tumit dari lutut hingga ujung jari
6. Fungsi sensorik
a. Identifikasi sentuhan ringan
- Dapat mengidentifikasi sentuhan kapas
b. Test tajam tumpul
- Dapat membedakan tajam / tumpul
c. Test panas dingin
- Dapat membedakan panas / dingin
d. Test getaran
- Pasien dapat membedakan / merasakan getaran
e. Sreognosis Test

25
- Pasien dapat mengidentifikasi benda yang diletakkan ditelapak
tangan

7. Reflek
- Tidak ada pemeriksaan

VIII. POLA KEBIASAN SEHARI-HARI


A. Pola tidur :
a. Sebelum sakit
- Waktu tidur : 22.00 WIB
- Waktu bangun : 05.30 WIB
- Masalah tidur : Tidak ada
- Hal-hal yang mempengaruhi tidur :-
- Hal-hal yang mempermudah tidur :-
b. Selama sakit
- Waktu tidur : 23.00 WIB
- Waktu bangun : 04.00 WIB
- Masalah tidur : Tidak nyenyak
- Hal-hal yang mempengaruhi tidur : Cemas dan nyeri
- Hal-hal yang mempermudah tidur : Kelelahan dan
kesakitan
C. Pola Eliminasi
a. Sebelum Sakit
1. BAB
- Pola BAB : 1 x sehari
- Karakteristik Fases :
o Warna : Kuning
o Konsistensi : Keras
o Bau : Aromatik
- Penggunaan laksatif :-
- BAB terakhir :-
- Riwayat perdarahan :-
2. BAK
- Pola BAK : 5-6 x / hari
- Karakter urine : Kuning
- Nyeri/kesulitan BAK : Tidak ada
- Inkontinentia : Tidak ada
- Retensi : Tidak ada
- Penggunaan deuretik : Tidak ada
- Riwayat penyakit ginjal : Tidak ada
- Berat jenis : Tidak diukur
b. Selama Sakit

26
1. BAB
- Pola BAB : 1 x sehari
- Karakteristik Fases
o Warna : Kuning
o Konsistensi : Normal
o Bau : Aromatik
- Penggunaan laksatif :-
- BAB terakhir :-
- Riwayat perdarahan : Tidak ada
2. BAK
- Pola BAK : 5-6 x / hari
- Karakter urine : Kuning
- Nyeri/kesulitan BAK : Tidak ada
- Inkontinentia : Tidak ada
- Retensi : Tidak ada
- Penggunaan deuretik : Tidak ada
- Riwayat penyakit ginjal : Tidak ada
- Berat jenis : Tidak dilakukan pengukuran
D. Pola Makan dan Minum
i. Sebelum sakit
1. Pola Makan
- Diet (Type) : MB
- Jumlah / porsi : 1 piring
- Pola diet : Tidak ada
- Anoreksia : Tidak ada
- Mual-Muntah : Tidak ada
- Nyeri ulu hati : Tidak ada
- Alergi makanan : Tidak ada
- BB biasa (sebelumnya) : 70 Kg
2. Tanda objek
- BB sekarang : 70 Kg
- TB : 164 Cm
- Bentuk tubuh : Sedang
3. Waktu pemberian makanan : Teratur
4. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : Tidak ada
- Kesulitan menelan : Tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : Dapat
5. Pola minum
- Jumlah/porsi : 2 liter / hari
- Kesulitan menelan : Tidak ada
ii. Selama sakit
1. Pola makan
- Diet (Type) : MB

27
- Jumlah/porsi : 1 piring, tapi nasi yang
disediakan tidak habis
- Pola diet : Tidak ada
- Anoreksia : Ya
- Mual-Muntah : Ya
- Nyeri ulu hati : Tidak ada
- Alergi makanan : Tidak ada
- BB biasa (sebelumnya) : 70Kg
2. Tanda objek
- BB sekarang : 70 Kg
- TB : 164 Cm
- Bentuk tubuh : Sedang
3. Waktu pemberian makanan : Teratur
4. Masalah makanan
- Kesulitan mengunyah : Tidak ada
- Kesulitan menelan : Tidak ada
- Tidak dapat makan sendiri : Tidak
5. Pola minum
- Jumlah/porsi : 1 liter / hari
- Kesulitan menelan : Tidak ada

E. Kebersihan Diri / personal Hygiene


a. Sebelum sakit
1. Pemeliharaan badan : 2 x sehari
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : 2 x sehari
3. Pemeliharaan kuku : 3 x sehari
b. Selama sakit
1. Pemeliharaan badan : 1 x sehari
2. Pemeliharaan gigi dan mulut : Tidak ada
3. Pemeliharaan kuku : Tidak ada

F. Pola Kegiatan / aktifitas


a. Sebelum sakit
Baik
b. Selama sakit
menurun

G. Kebiasaan Ibadah
a. Sebelum sakit
Baik

b. Selama sakit
c. Menurun

28
IX. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK
a. Laboratorium
N Nama Nilai
o
1. Leukosit 12,87

1. USG
Tidak ada
2. EKG
Tidak Ada
3. Rongent
Ada
4. Lain-lain
Tidak ada

X. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

29
N
Nama Obat Dosis Efek Samping Hari
o
1. Manitol 125 cc/ 12 jam
2. Ringer Laktat (RL) 20 Tetes/ menit
3. Citicolin 500 mg/ 12 jam
4. Ranitidin 1A/ 12 jam
5. Ondancetron 1A/ 12 jam
6. Paracetamol 1 fls/ 8 jam

XI. ANALISA DATA


No Data Penyebab Masalah
1. DS : nyeri kepala Gangguan
Oedema cerebri, perfusi jaringan
DO : meningkatnya
Ekspresi wajah : meringis aliran darah ke
Skala nyeri : 4 otak.
RR : 18 x/i
HR : 76 x/i

2. DS : keluarga klien Gangguan rasa


mengatakan pasien masih Peningkatan nyaman akibat
sangat lemah dan tidak tekanan intra nyeri
sanggup bergerak. kranial.

DO :
Temp : 38˚C
RR : 18 x/i
HR : 76 x/i
Turgor : Kering kusam
Mukosa mulut : Bibir
kering dan pecah-pecah

3. DS : keluarga klien Perubahan


mangatakan pasien masih Penurunan persepsi sensori.
terbaring lemah kesadaran,
peningkatan
DO : tekanan intra
Ekspresi wajah : meringis kranial.
Skala nyeri : 4

30
RR : 18 x/i
HR : 76 x/i

4. DS : keluarga klien Gangguan


mangatakan pasien masih Spastisitas mobilitas fisik.
sangat tampak lemah. kontraktur,
kerusakan saraf
DO : motorik.
Ekspresi wajah : meringis
Skala nyeri : 4
RR : 18 x/i
HR : 76 x/i

5. DS : Pasien sudah sadar, Gangguan


tapi masih tampak sangat Keluaran urine dan keseimbangan
lemah elektrolit cairan dan
meningkat. elektrolit.
DO : Kaji TTV pasien
TD : 110/80 mmHg
HR : 80x/i
RR : 24x/i
Temp : 380c
6. DS : Pasien mengatakan Gangguan
nafsu makan berkurang Kelemahan otot kebutuhan
untuk menguyah nutrisi.
DO : Kaji TTV pasien dan menelan.
TD : 120/80 mmHg
HR : 80x/i
RR : 24x/i
Temp : 380c

XII. PRIORITAS MASALAH


1. Gangguan perfusi jaringan b/ d oedema cerebri, meningkatnya aliran
darah ke otak.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri b/ d peningkatan tekanan intra kranial.

31
3. Perubahan persepsi sensori b/ d penurunan kesadaran, peningkatan
tekanan intra kranial.
4. Gangguan mobilitas fisik b/ d spastisitas kontraktur, kerusakan saraf
motorik.
5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/ d keluaran urine dan
elektrolit meningkat.
6. Gangguan kebutuhan nutrisi b/ d kelemahan otot untuk menguyah
dan menelan.

XIII. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Gangguan Gangguan perfusi o Pant o Mengkaji adanya


perfusi jaringan tidak au status kecenderungan
jaringan b/ d dapat diatasi neurologis pada tingkat
oedema setelah dilakukan secara teratur. kesadaran dan
cerebri, tindakan o Eval potensial
meningkatny keperawatan uasi peningkatan TIK
a aliran darah selama 2x 24 jam kemampuan dan bermanfaat
ke otak. dengan : membuka mata dalam menentukan
o M (spontan, lokasi, perluasan
ampu rangsang nyeri). dan perkembangan
mempertahank o Kaji kerusakan SSP
an tingkat respon motorik o Menentukan
kesadaran terhadap tingkat kesadaran
o Fu perintah yang o Mengukur
ngsi sensori sederhana. kesadaran secara
dan motorik o Pant keseluruhan dan
membaik. au TTV dan kemampuan untuk
catat hasilnya. berespon pada
o Anj rangsangan
urkan orang eksternal.
terdekat untuk o Dikatakan sadar
berbicara bila pasien mampu
dengan klien meremas atau
o Kol melepas tangan
pemeriksa

32
aborasi o Peningkatan
pemberian tekanan darah
cairan sesuai sistemik yang
indikasi melalui diikuti dengan
IV dengan alat penurunan tekanan
kontrol darah diastolik
merupakan tanda
peningkatan TIK
o Peningkatan ritme
dan disritmia
merupakan tanda
adanya depresi
atau trauma batang
otak pada pasien
yang tidak
mempunyai
kelainan jantung
sebelumnya.
o Nafas yang tidak
teratur menunjukan
adanya
peningkatan TIK
o Ungkapan keluarga
yang
menyenangkan
klien tampak
mempunyai efek
relaksasi pada
beberapa klien
koma yang akan
menurunkan TIK
o Pembatasan cairan
diperlukan untuk
menurunkan
Oedema cerebral:
meminimalkan
fluktuasi aliran
vaskuler, tekanan
darah (TD) dan

33
TIK

Gangguan Rasa nyeri o Telit o Mengidentifikasi


rasa nyaman berkurang setelah i keluhan nyeri, karakteristik nyeri
nyeri b/ d dilakukan catat merupakan faktor
peningkatan tindakan intensitasnya, yang penting untuk
tekanan intra keperawatan lokasinya dan menentukan terapi
kranial. selama 2 x 24 jam lamanya. yang cocok serta
dengan : o Cata mengevaluasi
o pasien t kemungkinan keefektifan dari
mengatakan patofisiologi terapi.
nyeri berkurang. yang khas, o Pemahaman
o Pasien misalnya adanya terhadap penyakit
menunjukan infeksi, trauma yang mendasarinya
skala nyeri pada servikal. membantu dalam
angka 3. o Beri memilih intervensi
o Ekspresi wajah kan kompres yang sesuai.
klien rileks. dingin pada o Meningkatkan rasa
kepala nyaman dengan
menurunkan
vasodilatasi.

Perubahan Fungsi persepsi o Eval o Fungsi cerebral


persepsi sensori kembali uasi secara bagian atas
sensori b/ d normal setelah teratur perubahan biasanya
penurunan dilakukan orientasi, terpengaruh lebih
kesadaran, perawatan selama kemampuan dahulu oleh adanya
peningkatan 3x 24 jam dengan berbicara, alam gangguan sirkulasi,
tekanan intra : perasaan, sensori oksigenasi.
kranial. o ma dan proses pikir. o Perubahan persepsi
mpu mengenali o Kaji sensori motorik
orang dan kesadaran sensori dan kognitif
lingkungan dengan sentuhan, mungkin akan
sekitar. panas/ dingin, berkembang dan
o M benda tajam/ menetap dengan
engakui adanya tumpul dan perbaikan respon
perubahan kesadaran secara bertahap
dalam terhadap gerakan. o Semua sistem
kemampuannya. o Bica sensori dapat
ra dengan suara terpengaruh

34
yang lembut dan dengan adanya
pelan. Gunakan perubahan yang
kalimat pendek melibatkan
dan sederhana. peningkatan atau
Pertahankan penurunan
kontak mata. sensitivitas atau
o Beri kehilangan sensasi
kan lingkungan untuk menerima
tersetruktur rapi, dan berespon
nyaman dan buat sesuai dengan
jadwal untuk stimuli.
klien jika o Pasien mungkin
mungkin dan mengalami
tinjau kembali. keterbatasan
o Gun perhatian atau
akan penerangan pemahaman
siang atau selama fase akut
malam. dan penyembuhan.
o olab o Dengan tindakan
orasi pada ahli ini akan membantu
fisioterapi, terapi pasien untuk
okupasi, terapi memunculkan
wicara dan terapi komunikasi.
kognitif. o Mengurangi
kelelahan,
kejenuhan dan
memberikan
kesempatan untuk
tidur REM
(ketidakadaan tidur
REM ini dapat
meningkatkan
gangguan persepsi
sensori).
o Memberikan
perasaan normal
tentang perubahan
waktu dan pola
tidur.

35
o Pendekatan antar
disiplin ilmu dapat
menciptakan
rencana
panatalaksanaan
terintegrasi yang
berfokus pada
masalah klien

Gangguan Pasien dapat o Peri o Mengidentifikasi


mobilitas melakukan ksa kembali kerusakan secara
fisik b/d mobilitas fisik kemampuan dan fungsional dan
spastisitas setelah mendapat keadaan secara mempengaruhi
kontraktur, perawatan dengan fungsional pada pilihan intervensi
kerusakan : kerusakan yang yang akan
saraf o tid terjadi. dilakukan
motorik. ak adanya o Pert o Penggunaan sepatu
kontraktur, ahankan tenis hak tinggi
footdrop. kesejajaran tubuh dapat membantu
o Ad secara mencegah
a peningkatan fungsional, footdrop,
kekuatan dan seperti bokong, penggunaan bantal,
fungsi bagian kaki, tangan. gulungan alas tidur
tubuh yang Pantau selama dan bantal pasir
sakit. penempatan alat dapat membantu
o M atau tanda mencegah
ampu penekanan dari terjadinya
mendemonstra alat tersebut. abnormal pada
sikan aktivitas o Beri bokong.
yang kan/ bantu untuk o Mempertahankan
memungkinka latihan rentang mobilitas dan
n gerak. fungsi sendi/ posisi
dilakukannya o Bant normal ekstrimitas
u pasien dalam dan menurunkan
program latihan terjadinya vena
dan penggunaan statis.
alat mobilisasi. o Proses
Tingkatkan penyembuhan yang
aktivitas dan lambat seringakli

36
partisipasi dalam menyertai trauma
merawat diri kepala dan
sendiri sesuai pemulihan fisik
kemampuan. merupakan bagian
yang sangat
penting.
Keterlibatan pasien
dalam program
latihan sangat
penting untuk
meningkatkan
kerja sama atau
keberhasilan
program.

Gangguan Setelah dilakukan o Kaji o Deteksi dini dan


keseimbanga tindakan tanda klinis intervensi dapat
n cairan dan keperawatan dehidrasi atau mencegah
elektrolit b/ d selama 3 x 24 jam kelebihan cairan. kekurangan /
keluaran ganguan o Cata kelebihan fluktuasi
urine dan keseimbangan t masukan dan keseimbangan
elektrolit cairan dan haluaran, hitung cairan.
meningkat. elektrolit dapat keseimbangan o Kehilangan
teratasi dengan : cairan, ukur berat urinarius dapat
o M jenis urin menunjukan
enunjukan o Beri terjadinya
membran kan air tambahan/ dehidrasi dan berat
mukosa bilas selang jenis urine adalah
lembab, tanda sesuai indikasi indikator hidrasi
vital normal o Kol dan fungsi renal.
haluaran urine aborasi o Dengan formula
adekuat dan pemeriksaan lab. kalori lebih tinggi,
bebas oedema. kalium/fosfor tambahan air
serum, Ht dan diperlukan untuk
albumin serum. mencegah
dehidrasi.
o Hipokalimia/
fofatemia dapat
terjadi karena

37
perpindahan
intraselluler selama
pemberian makan
awal dan
menurunkan fungsi
jantung bila tidak
diatasi.

Gangguan Pasien tidak o Kaji o Faktor ini


kebutuhan mengalami kemampuan menentukan
nutrisi b/ d gangguan nutrisi pasien untuk terhadap jenis
kelemahan setelah dilakukan mengunyah dan makanan sehingga
otot untuk perawatan selama menelan, batuk pasien harus
menguyah 3 x 24 jam dan mengatasi terlindung dari
dan menelan dengan: sekresi. aspirasi.
o Ti o Aus o Fungsi bising usus
dak kultasi bising pada umumnya
mengalami usus, catat tetap baik pada
tanda- tanda adanya kasus cidera
mal nutrisi penurunan/ kepala.
dengan nilai hilangnya atau o Jadi bising usus
lab. Dalam suara hiperaktif. membantu dalam
rentang o Jaga menentukan respon
normal. keamanan saat untuk makan atau
o Pe memberikan berkembangnya
ningkatan makan pada komplikasi seperti
berat badan pasien. paralitik ileus.
sesuai tujuan. o Beri o Menurunkan
kan makan dalam regurgitasi dan
porsi kecil dan terjadinya aspirasi.
sering dengan o Meningkatkan
teratur. proses pencernaan
o Kaji dan toleransi
feses, cairan pasien terhadap
lambung, muntah nutrisi yang
darah. diberikan dan
o Kol dapat
aborasi dengan meningkatkan
ahli gizi. kerjasama pasien

38
saat makan.
o Perdarahan
subakut/ akut dapat
terjadi dan perlu
intervensi dan
metode alternatif
pemberian makan.
o Metode yang
efektif untuk
memberikan
kebutuhan kalori.

XIV. IMPLEMENTASI

N Diagnosa Evaluasi(SOAP
Implementasi
o keperawatan )
1. o Pantau status S : Os mengeluh
Gangguan neurologis secara teratur. masih nyeri pada
perfusi o Evaluasi kemampuan bagian kepalanya
jaringan b/ d membuka mata (spontan, dan wajahnya
oedema rangsang nyeri). O : k/u lemah
cerebri, A : masalah
o Kaji respon motorik
meningkatnya belum teratasi
terhadap perintah yang sederhana.
P : intervensi di

39
o Pantau TTV dan catat dilanjutkan
aliran darah ke hasilnya.
otak. o Anjurkan orang
terdekat untuk berbicara dengan
klien.
o Kolaborasi pemberian
cairan sesuai indikasi melalui IV
dengan alat kontrol.
2. Gangguan rasa o Teliti keluhan nyeri, S : Os mengeluh
nyaman nyeri catat intensitasnya, lokasinya dan masih nyeri ulu
b/ d lamanya. hati
peningkatan o Catat kemungkinan O : k/u lemah
tekanan intra A : masalah
patofisiologi yang khas, misalnya
kranial. belum teratasi
adanya infeksi, trauma servikal.
P : intervensi di
o Berikan kompres
dilanjutkan
dingin pada kepala

3. Perubahan o Evaluasi secara teratur S : Os mengeluh


persepsi perubahan orientasi, kemampuan nyeri dada
sensori b/ d berbicara, alam perasaan, sensori O : k/u lemah
penurunan dan proses pikir. A : masalah
kesadaran, o Kaji kesadaran sensori belum teratasi
P : intervensi di
peningkatan dengan sentuhan, panas/ dingin,
dilanjutkan
tekanan intra benda tajam/ tumpul dan
kranial. kesadaran terhadap gerakan.
o Bicara dengan suara
yang lembut dan pelan. Gunakan
kalimat pendek dan sederhana.
Pertahankan kontak mata.
o Berikan lingkungan
tersetruktur rapi, nyaman dan buat
jadwal untuk klien jika mungkin
dan tinjau kembali.
o Gunakan penerangan
siang atau malam.
o Kolaborasi pada ahli
fisioterapi, terapi okupasi, terapi
wicara dan terapi kognitif.

4. Gangguan o Periksa kembali S : Os mengeluh

40
mobilitas fisik kemampuan dan keadaan secara nyeri kepala dan
b/ d spastisitas fungsional pada kerusakan yang kuduknya
kontraktur, terjadi. O : k/u lemah
kerusakan o Pertahankan A : masalah
saraf motorik. kesejajaran tubuh secara belum teratasi
P : intervensi di
fungsional, seperti bokong, kaki,
dilanjutkan
tangan. Pantau selama
penempatan alat atau tanda
penekanan dari alat tersebut.
o Berikan/ bantu untuk
latihan rentang gerak
o Bantu pasien dalam
program latihan dan penggunaan
alat mobilisasi. Tingkatkan
aktivitas dan partisipasi dalam
merawat diri sendiri sesuai
kemampuan.

5. Gangguan o Kaji tanda klinis S : Os mengeluh


keseimbangan dehidrasi atau kelebihan cairan. masih nyeri
cairan dan o Catat masukan dan kepala dan
elektrolit b/ d haluaran, hitung keseimbangan kuduk
haluaran urine cairan, ukur berat jenis urine. O : k/u lemah
dan elektrolit A : masalah
o Berikan air tambahan/
meningkat. belum teratasi
bilas selang sesuai indikasi
P : intervensi di
o Kolaborasi
dilanjutkan
pemeriksaan lab. kalium/fosfor
serum, Ht dan albumin serum.

7. Gangguan o Kaji kemampuan S : Os mengeluh


kebutuhan pasien untuk mengunyah dan masih nyeri
nutrisi b/ d menelan, batuk dan mengatasi kepala dan
kelemahan sekresi. kuduk, nafsu
otot untuk o Auskultasi bising usus, makan menurun.
menguyah dan catat adanya penurunan/ O : k/u lemah
menelan. A : masalah
hilangnya atau suara hiperaktif.
belum teratasi
o Jaga keamanan saat
P : intervensi di
memberikan makan pada pasien.
dilanjutkan
o Berikan makan dalam
porsi kecil dan sering dengan

41
teratur.
o Kaji feses, cairan
lambung, muntah darah.
o Kolaborasi dengan ahli
gizi.

XV. EVALUASI

42
No Tanggal/Hari Catatan perkembangan(SOAP-
Paraf
DX /Jam SOAPIE)

1. 13 Juli 2018 S : Os mengeluh masih nyeri pada


Rabu bagian kepala, wajahnya dan dada
16.00 WIB serta nafsu mkan menurun.
O : k/u lemah
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di dilanjutkan

2. 16 Juli 2018 S : Os mengeluh masih nyeri pada


kamis bagian kepala, wajahnya dan dada
14.00 WIB serta nafsu mkan menurun.
O : k/u lemah
A : masalah belum teratasi
P : intervensi di dilanjutkan

3. 17 Juli 2018 S : Os mengatakan nyeri pada bagian


Jum,at kepala, wajahnya dan dada sudah
16.35 WIB agak berkurang serta nafsu mkan
meningkat.
O : k/u lemah
A : masalah teratasi sebagian.
P : intervensi di dilanjutkan

4. 18 Juli 2018 S : Os mengatakan sudah merasa


senin nyaman, nafsu makan meningkat,
14.10 WIB nyeri sudah berkurang.
O : k/u sudah membaik
A : masalah teratasi
P : intervensi selesai

BAB IV

PENUTUP

43
A. Kesimpulan

Contusio Cerebri didefinisikan sebagai gangguan fungsi otak akibat


adanya kerusakan jaringan otak disertai perdarahan yang secara makroskopis
tidak mengganggu jaringan. Contusio sendiri biasanya menimbulkan defisit
neurologis jika mengenai daerah motorik atau sensorik otak. Secara klinis
didapatkan penderita pernah atau sedang tidak sadar selama lebih dari 15
menit atau didapatkan adanya kelainan neurologis akibat kerusakan jaringan
otak. Pada pemerikasaan CT Scan didapatkan daerah hiperdens di jaringan
otak, sedangkan istilah laserasi serebri menunjukkan bahwa terjadi robekan
membran pia-arachnoid pada daerah yang mengalami contusio serebri yang
gambaran pada CT Scan disebut “Pulp brain”.

Kontusio serebri murni biasanya jarang terjadi. Diagnosa kontusio


serebri meningkat sejalan dengan meningkatnya penggunaan CT scan dalam
pemeriksaan cedera kepala. Kontusio serebri sangat sering terjadi difrontal
dan labus temporal, walaupun dapat terjadi juga pada setiap bagian otak,
termasuk batang otak dan serebelum. Batas perbedaan antara kontusio dan
perdarahan intra serebral traumatika memang tidak jelas. Kontusio serebri
dapat saja dalam waktu beberapa jam atau hari mengalami evolusi
membentuk pedarahan intra serebral.

B. Saran

Dari pembahasan materi diatas diharapkan dapat bermanfaat bagi


pembaca dan mengetahui tentang Contusio Cerebri. Apabila ada kekurangan
dari pembahasan materi diatas, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca.

44

Anda mungkin juga menyukai