Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK

Disusun Oleh :

1. KARTINI (1614401001)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT

MOJOKERTO

2017

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Hidayah serta
Inayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini secara tepat waktu,
demi memenuhi tugas KGD II.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu baik moral maupun material, antar lain kepada:

Para Dosen STIKES Majapahit Mojokerto yang telah memberi kesempatan kepada
kami untuk melaksanakan tugas KGD

Kedua Orang Tua serta keluarga yang selalu memberikan dukungan baik moral
maupun material.

Teman – teman yang selalu memberikan bantuan dan dukungan serta kritik dan saran
dalam penyusunan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Sebagai manusia biasa
yang tak pernah luput dari kesalahan maka penyusun sadar bahwa isi dari makalah ini
jauh dari sempurna. Sehingga penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.

Mojokerto, 7 Mei 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................... i

Kata Pegantar...................................................................................................... ii

Daftar Isi............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................... 1

1.2 Tujuan.............................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi............................................................................................. 5

2.2 Etiologi............................................................................................. 5

2.3 Klasifikasi........................................................................................ 5

2.4 Manifestasi Klinik............................................................................ 6

2.5 Patofisiologi..................................................................................... 7

2.6 Pathway........................................................................................... 8

2.7 Komplikasi....................................................................................... 8

2.8 Pemeriksaan Penunjang.................................................................... 8

2.9 Penatalaksanaan............................................................................... 9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian........................................................................................ 11

3.2 Analisa Data .................................................................................... 12

3.3 Diagnosa Keperawatan.................................................................... 12

3.4 Intervensi Keperawatan................................................................... 13

3.5 Implementasi ................................................................................... 15

3.6 Evaluasi ........................................................................................... 15

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan ....................................................................................... 16

3
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan......................................................................................... 20

5.2 Saran................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Ginjal kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia. Menurut
(WHO, 2002) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah
menyebabkan kematian sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan
bahwa penyakit ini menduduki peringkat ke-12 tertinggi angka kematian. Penyakit
Ginjal Kronik merupakan suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir
dengan keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang irreversible,
pada suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis
atau transplantasi ginjal(Suwitra, 2006).

Di Amerika Serikat, data tahun 1995-1999 menyatakan insidensi penyakit ginjal


kronik diperkirakan 100 kasus per juta penduduk per tahun, dan angka ini meningkat
sekitar 8% setiap tahunnya (Suwitra, 2006).

Prevalensi penyakit ginjal kronik atau disebut juga Chronic Kidney Disease
(CKD) meningkat setiap tahunnya. Dalam kurun waktu 1999 hingga 2004, terdapat 16,8
% dari populasi penduduk usia di atas 20 tahun mengalami Penyakit Ginjal Kronik.
Persentase ini meningkat bila dibandingkan data 6 tahun sebelumnya, yaitu 14,5%
(CDC, 2007).

Di masa depan penderita Penyakit Ginjal Kronik digambarkan akan meningkat


jumlah penderitanya. Hal ini disebabkan prediksi akan terjadi suatu peningkatan luar
biasa dari diabetes mellitus dan hipertensi di dunia ini karena meningkatnya
kemakmuran akan disertai dengan bertambahnya umur manusia, obesitas dan penyakit
degeneratif (Roesma, 2008).

Enam negara dunia dengan penduduk melebihi 50% penduduk dunia adalah
Cina, India, USA, Indonesia, Brazil dan Rusia, tiga negara terakhir termasuk negara
berkembang dimana penyakit ginjal kronik tentunya ada tapi tidak dapat ditanggulangi
secara baik karena terbatasnya daya dan data. Prediksi menyebutkan bahwa pada tahun
2015 tiga juta penduduk dunia perlu menjalani pengobatan pengganti untuk gagal ginjal
terminal atau End Stage Renal Disease (ESRD) dengan perkiraan peningkatan 5% per
tahunnya(Roesma, 2008).

Mempelajari data ESRD dunia mengesankan adanya peningkatan yang


signifikan setiap tahun dari kejadian ESRD mulai dari tahun 2000 dan seterusnya, baik
negara berkembang maupun negara maju. Di Asia, Jepang tercatat mempunyai populasi
ESRD tertinggi 1800 per juta penduduk dengan 220 kasus baru per tahun, suatu

5
peningkatan 4.7 % dari tahun sebelunya. Negara berkembang di Asia Tenggara
pencatatannya belum meyakinkan, kecuali Sigapura dan Thailand (Roesma, 2008).

Ginjal dan hipertensi berkaitan dengan erat, hipertensi dapat menimbulkan


kerusakan ginjal dan kerusakan ginjal menyebabkan hipertensi. Kekhawatiran akan
timbulnya PGK akibat hipertensi tidaklah berlebihan. Prevalensi Hipertensi di populasi
cukup tinggi dan data mengindikasikan adanya kaitan antara PGK dan hipertensi
(Prodjosudjadi, 2008).

Hipertensi sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan di
dunia, karena prevalensinya yang meningkat juga karena masih banyaknya penderita
hipertensi yang belum mendapatkan pengobatan yang memadai maupun bila sudah
mendapatkan pengobatan tapi masih banyak juga penderita yang tekanan darahnya tidak
terkontrol mencapai target 140/90 mmHg. Adanya penyakit penyerta serta komplikasi
akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Tessy, 2006).

Penyakit ginjal dan hipertensi dapat menjadi penyakit ginjal kronik (PGK) dan bila
tidak diatasi akan berkembang ke gagal ginjal terminal yang memerlukan terapi
pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Prodjosudjadi, 2008).

Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang saat ini jumlahnya sangat meningkat,
dari survei yang dilakukan oleh Pernefri (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) pada tahun
2009, Prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 12,5%, yang berarti terdapat 18
juta orang dewasa di Indonesia menderita penyakit ginjal kronik (Siallagan,2012).

Hasil penelitian Sinabariba (2002), terdapat 158 penderita PGK di RSUP. H.


Adam Malik Medan selama periode tahun 2000-2001. Hasil penelitian Handayani
(2006) di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP. Nusantara II Medan terdapat 126 penderita
PGK yang dirawat inap di rumah sakit tersebut selama priode 2002 – 2004, dimana
tahun 2002 sebanyak 32 orang (25,40%) tahun 2003 sebanyak 36 orang (28,57%) dan
tahun 2004 sebanyak 58 orang (46,03%). Berdasarkan Hasil penelitian Ginting (2008)
terjadi peningkatan penderitaPGK dari tiga tahun sebelumnya di RSUP. H. Adam Malik
Medan, dimana selama periode 2004 – 2007 terdapat 934 penderita PGK yang dirawat
inap dengan perincian, pada tahun 2004 sebanyak 116 orang (12,5%) tahun 2005
sebanyak 189 orang (20,2%) tahun 2006 sebanyak 275 orang (29,4%) dan tahun 2007
sebanyak 354 orang (37,9%). Hasil penelitian Romauli (2009) di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2007 – 2008 terdapat 148 penderita
PGK yaitu 80 penderita pada tahun 2007, dan 68 penderita PGK pada tahun 2008.
Kemudian Hasil penelitian Umri (2011), terdapat 265 penderita PGK pada tahun 2010
di RSU. Dr. Pirngadi Medan. Berdasarkan survei pendahuluan di RSUP. H. Adam
Malik Medan, terdapat peningkatan jumlah penderita PGK yang sangat drastis
mencapai 633 penderita pada tahun 2011. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut,
diperlukan penelitian untuk mengetahui karakteristik dan penatalaksanaan penyakit
ginjal kronik di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011.

6
1.2 Tujuan

a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami tentang gagal ginjal dan mampu memberikan
asuhan keperawatan pada klien tersebut dalam kegawat daruratan.
b. Tujuan khusus
Mahasiswa mampu :
1. Memahami tentang definisi gagal ginjal
2. Memahami tentang etiologi gagal ginjal
3. Memahami tentang patofisiologi gagal ginjal
4. Memahami tentang manifestasi klinis gagal ginjal
5. Memahami tentang komplikasi klien gagal ginjal
6. Memahami tentang penatalaksanaan gagal ginjal
7. Melakukan pengkajian gawat darurat pada klien dengan gagal ginjal
8. Memberikan asuhan keperawatan gawat darurat pada klien dengan gagal
ginjal

7
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami
penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal
penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat
kimia tubuh seperti sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine.
(Lumenta,1992)
Gagal ginjal atau juga disebut insufisiensi ginjal adalah kondisi dimana ginjal tidak
lagi berfungsi cukup untuk mempertahankan keadaan normal kesehatan.
(Smeltzer,2001)
2.2 Etiologi
Etiologi gagal ginjal menurut (Boswick,2001) antara lain meliputi :
1. Infeksi : Pielonefritis kronik
2. Penyakit peradangan : Glomerulonefritis
3. Penyakit vascular hipertensi : Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteria renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung : Lupus eritematosus sistemik, Poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongerital dan hereditas : Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal.
6. Penyakit metabolic : Diabetes militus, gout, hiperpara tiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik : Penyalahgunaan analgesik, nefropati timbale.
8. Klasifikasi Gagal Ginjal.
9. Klasifikasi gagal ginjal antara lain :

a. Gagal ginjal akut


Gagal ginjal akut adalah suatu keadaan klinis dimana terjadi penurunan fungsi
ginjal secara mendadak yang berakibat kemampuan ginjal untuk
mempertahankan homeostasis tubuh hilang, dan disertai gejala-gejala sebagai
akibat
1. Gangguan keseimbangan air dan elektrolit
2. Gangguan keseimbangan asam-basa
3. Gangguan eliminasi limbah metabolisme, misalnya ureum, creatinin
Gagal ginjal akut biasanya disertai anuria, oliguria, produksi urin normal
maupun poliuria
b. Gagal ginjal kronik
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan

8
elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). (Chris Brooker,2008)
2.3 Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami penderita secara akut
antara lain :
1. Bengkak mata
2. Nyeri pinggang hebat (kolik)
3. kencing Sakit
4. Demam
5. Kencing sedikit
6. Kencing merah /darah, sering kencing. (Boswick,2001)

Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya gagal ginjal kronik
antara lain :

1. Nafsu makan berkurang,


2. Mual, muntah,
3. Kencing berkurang,
4. Sesak napas
5. Pucat/anemia.
6. Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Lekosit.
7. Kelainan hasil pemeriksaan Lab. lain: Creatinine darah naik, Hb turun, Urin:
protein selalu positif. (Boswick,2001)
2.4 Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-
nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat
disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode
adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron
rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa
direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena
jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk
sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan
muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance
turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner
& Suddarth, 2001).
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
a. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)

9
Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN)
normal dan penderita asimtomatik.
b. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate
besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai
meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningklat melabihi
kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuri.
c. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate
10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini
kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan
timbul oliguri. (Price, 1992)

10
2.6 Pathway

11
2.7 Komplikasi
Komplikasi gagal ginjal menurut (Smeltzer,2011) sebagai berikut :
1. Jantung (udema paru, aritmia)
2. Gangguan elektrolit (hiperkalemia, hiponatremia)
3. Neurologi (kejang,tremor)
4. Gastrointestinal (nausea,muntah)
5. Hematologi (anemia)
6. Infeksi (pneumonia,septikemis)
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang gagal ginjal antara lain :
a. Urine : Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein
b. Darah : BUN/kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium serum,
Kalium, Magnesium fosfat, Protein, Osmolaritas serum.
c. KUB Foto : Menunjukkan ukuran ginjal/ureter/kandung kemih dan adanya
obstruksi
d. Pielografi retrograd : Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
e. Arteriogram ginjal : Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstraskular,
massa.
f. Sistouretrogram berkemih : Menunjukkan ukuran kandung kemih,refluks
ureter,retensi
g. Ultrasono ginjal : Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa,
kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
h. Biopsi ginjal : Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menetukan sel
jaringan untuk diagnosis histologis
i. Endoskopi ginjal nefroskopi : Dilakukan untuk menemukan pelvis ginjal ; keluar
batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
j. EKG : Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam
basa, aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda-tanda perikarditis. (Smeltzer,2001).
2.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan kedaruratan
Terapi cairan : dengan memberikan infus garam isotonik atau Ringer’s Lactate
sebanyak 20 ml/kg berat badan selama 1 jam, dilanjutkan pemberian diuretik.
(Hudak,2002)
b. Penatalaksanaan untuk gagal ginjal menurut (Smeltzer,2001) sebagai
1. Pengobatan dan dialisis
Tujuan dari pengobatan adalah menemukan dan mengobati penyebab dari
gagal ginjal akut. Selain itu pengobatan dipusatkan untuk mencegah
penimbunan cairan dan limbah metabolik yang berlebihan. Antibiotik bisa
diberikan untuk mencegah atau mengobati infeksi. Untuk meningkatkan
jumlah cairan yang dibuang melalui ginjal, bisa diberikan diuretik. Kadang
diberikan natrium polistiren sulfonat untuk mengatasi hiperkalemia. Dialisis
dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius

12
seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Untuk membuang kelebihan
cairan dan limbah metabolik bisa dilakukan dialisa. Dengan dialisa penderita
akan merasa lebih baik dan lebih mudah untuk mengendalikan gagal ginjal.
2. Pertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada berat badan harian,
pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang
hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukan dan haluaran oral
dan parenteral dari urin, drainase lambung, feses dan drainase luka serta
respirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantian
cairan.
3. Pertimbangan nutrisi
Diet protein dibatasi sampai 1 g/kg selama fase oliguria untuk menurunkan
pemecahan protein dan mencegah akumulasi produk akhir toksik Kebutuhan
kalori dipenuhi dengan pemberian diet tinggi karbohidrat, karena karbohidrat
memiliki efek terhadap protein yang luas (pada diet tinggi karbohidrat,
protein tidak dipakai untuk memenuhi kebutuhan energi tetapi dibagi untuk
pertumbuhan dan perbaikan jaringan). Makanan dan cairan yang
mengandung kalium dan fosfat ( pisang, buah, jus jeruk dan kopi) dibatasi.
Masukan kalium biasanya dibatasi sampai 2 g/ hari.

13
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas
a. Identitas klien
b. Identitas penanggung jawab
2. Riwayat keperawatan
a. Alasan masuk RS
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat kesehatan masa lalu
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat alergi
3. Pengkajian ABCD
a. Pengkajian Primer
A(Airway)
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :
1. Chin lift / jaw trust
2. Suction / hisap
3. Guedel airway/OPA
4. Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.

B(Breathing)

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan


yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi,
whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.

C(Circulation)

Tekanan darah dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap
lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.

D(Disability)

Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap nyeri


atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur GCS. Adapun
cara yang cukup jelasa dan cepat adalah

1. Awake
2. Respon bicara

14
3. Respon nyeri
4. Tidak ada respon
b. Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder dilakukan setelah primary survey dikaji dan dilakukan
tindakan meliputi pemeriksaan fisik, pola fungsional, pemeriksaan
diagnostik, terapi.

3.2 Diagnosa Keperawatan

1) Kelebihan Volume cairan berhubungan dengan udem sekunder :volume cairan


tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O.
2) Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder, kompensasi
melalui alkalosis respiratorik
3) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 ke jaringan menurun.
4) Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah.
5) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak
adekuat, keletihan.

3.3 Intervensi Keperawatan

1) Kelebihan Volume cairan berhubungan dengan edema sekunder : volume


cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam kelebihan
volume cairan dapat teratasi
Kriteria Hasil:
1. Terbebas dari edema, efusi, anaskara.
2. Terbebas dari kekelahan, kecemasan atau kebingungan
3. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB, BJ urin normal,
HT normal
4. Tidak ada tanda dehidrasi
5. Elasitas tugor kulit baik, membaran mukosa lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan.
Intervensi:
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Pasang urin kateter jika diperlukan
3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,osmolalitas
urine
4. Monitor vital sign
5. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi
vena leher, asites)

15
2) Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder:
kompensasi melalui alkalosis respiratorik
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola nafas
pasien efektif
Kriteria Hasil:
1. Tidak ada sumbatan jalan nafas akibat penumpukan sekret
2. Suara nafas normal
3. Pernapasan teratur
Intervensi:
1. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
2. Monitor respirasi dan status O2
3. Posisikan pasien semifowler untuk memaksimalkan ventilasi

16
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan
hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan
pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti
sodium dan kalium didalam darah atau produksi urine.

Etiologi gagal ginjal antara lain meliputi : Infeksi, peradangan, hipertensi, diabetes
militus, gout, penyalahgunaan analgesic.

4.2 Saran

Sebagai perawat seharusnya kita memiliki keterampilan yang mumpuni dalam


mengatasi kasus-kasus dengan tingkat kegawatan yang tinggi. Oleh sebab itu perawat
dianjurkan mengikuti banyak pelatihan-pelatihan terkait dengan penanganan kegawat
daruratan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan askep ini masih banyak kekurangan, maka
dari itu kami mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya
agar dalam penyusunan askep yang selanjutnya bias lebih baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

Brooker,Chris.2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC

Boswick, John A. 2001. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC

Hudak, Carolyn H. 2002. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC.

Krisanty, Paula. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : CV Trans


Infomedia.

Lumenta, Nico A, dkk. 1992. Penyakit Ginjal. Jakarta : Gunung Mulia.

Smeltzer,C.Suzanne&Bare,G.Brenda. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-


bedah.Edisi 8 volume2.Jakarta:EGC

Sekarwana N, Rachmadi D, Hilmanto D. 2002. Gagal Ginjal Kronik. Jakarta : FKUI

Reza, Syahbandi. 2013. “ASKEP gagal ginjal Ners_Nurse Blog”, (online),


(http://nersrezasyahbandi.blogspot.com/2013/04/vbehaviorurldefaultvmlo.html?m=1)di
aksestanggal 28 september 2014

18

Anda mungkin juga menyukai