Disusun Oleh
Nopa Firmansyah 230210110009
Ermansyah 230210110010
Iqbal Anugerah 230210110011
Eli Nurlaeli 230210110012
Andi Wahyu D 230210110013
Bani Kesuma 230210110014
Giri Wibawa 230210110015
Rindy Fatmala 230210110016
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
budidaya teripang yang merupakan salah satu penilaian dalam mata kuliah
Budidaya Laut.
Dalam pembuatan makalah, penulis banyak mendapat kesulitan. Oleh
karena itu, kami ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan serta dukungannya dalam pembuatan dan
penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunannya, penulis menyadari akan segala kekurangan yang
ada sehubungan dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
oleh kami maka kami mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya apabila baik
dalam penulisan maupun penyajian makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Dengan tangan terbuka kami akan menerima segala saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan Budidaya .............................................................................. 2
1.3 Manfaat Budidaya ............................................................................ 2
III. PEMBAHASAN
3.1 Pemilihan Lokasi ............................................................................... 11
3.2 Kualitas Perairan .............................................................................. 12
3.3 Teknik Budidaya Teripang................................................................ 12
3.3.1 Wadah Budidaya Teripang ............................................................... 13
3.3.2 Benih Teripang ................................................................................. 16
3.3.3 Pakan Teripang ................................................................................. 18
3.3.4 Pengelolaan Kualitas Air ................................................................. 19
3.3.5 Pengendalian Penyakit ..................................................................... 19
3.3.6 Panen ................................................................................................ 20
3.4 Pemasaran ........................................................................................ 23
3.5 Analisis Pemasaran .......................................................................... 27
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 29
4.2 Saran ................................................................................................. 30
Tahun 1965, Pawson & Fell membagi kelas Holothuroidea menjadi tiga
subkelas yaitu Dendrochirotacea, Aspidochiritacea, dan Apodacea. Pembagian
subkelas tersebut berdasarkan ada atau tidaknya kaki tabung. Apodacea
merupakan satu-satunya subkelas yang anggotanya tidak memiliki kaki tabung (
Arnold & Birtles 1989:225). Pergerakannya menggunakan tentakel yang juga
digunakan untuk memasukkan makanan ke mulut (Buchsbaum dkk 1987:487).
Bentuk tentakelnya menjari (digitate) atau menyirip (pinnate) (Arnold & Birtles
1989:225).
Subkelas Apodacea memiliki dua bangsa yaitu Apodida, dan Molpadiida.
Keduanya dibedakan berdasarkan jumlah tentakel. Anggota bangsa Apodida tidak
memiliki kaki tabung kecuali yang termodifikasi menjadi tentakel dan berjumlah
antara 10-15. Ukuran tubuhnya panjang dan terlihat seperti cacing dengan dinding
tubuh yang tipis. Komposisi spikulanya terdiri atas spikula bentuk jangkar dan
lempengan jangkar. Bangsa Apodida memiliki tiga suku, 32 marga, dan jumlah
jenisnya diperkirakan mencapai 269 jenis ( Kerr, 2000).
Anggota bangsa Molpadiida memiliki tubuh silindris dengan ujung tubuh
meruncing seperti ekor sehingga tubuhnya terlihar seperti sosis. Tentakel
berbentuk menjari berjumlah 15. Bangsa Molpadiida terdiri dari empat suku, 35
marga, dan jumlah jenisnya diperkirakan mencapai 95 jenis (Kerr, 2000).
Sebagian besar jenis dari Molpadiida hidup di laut dalam. Kombinasi spikulanya
terdiri atas spikula bnetuk meja, batang, lempeng berlubang, dan terkadang juga
muncul spikula bentuk jangkar (Pawson, 1963).
Subkelas Dendrochirotacea merupakan subkelas yang anggotanya
memiliki kaki tabung. Subkelas Dendrochirotacea terbagia atas dua bangsa
berdasarkan perbedaan bentuk tentakelnya, yaitu Dendrochirotida, dan
Dactylochirotida. Bangsa Dendrochirotida memiliki tentakel berbentuk dendritik
berjumlah 10-30. Bangsa Dendrochirotida terbagi menjadi tujuh suku, 90 marga,
dan jumlah jenisnya sekitar 550 jenis (Kerr, 2000). Spikula Dendrochirotida
terdiri atas spikula bentuk keranjang, lempengan berbentuk palang, batang,
lempeng berlubang, meja dan kancing (Arnold & Birtles 1989).
Bangsa Dactylochirotida memiliki tentakel menjari berjumlah 8-30.
Bangsa Dactylochirotida memiliki jumlah suku yang lebih sedikit dibandingkan
dengan bangsa Dendrochirotida, yaitu tiga suku, tujuh marga, dan jumlah
jenisnya sekitar 35 jenis.
Anggota subkelas Aspidochirotacea juga memiliki kaki tabung. Subkelas
Aspidochirotacea terbagi atas dua bangsa yaitu Aspidochirotida, dan Elasipodida.
Pembagian tersebut didasarkan atas ada tidaknya respiratory tree. Bangsa
Aspidochirotida memiliki respiratory tree. Spikula Aspidochirotida umumnya
merupakan kombinasi dari spikula bentuk meja, batang, lempeng berlubang,
kancing, dan roset. Bangsa Aspidochirotida memiliki tiga suku dan jumlah
jenisnya sekitar 300 jenis. Beberapa jenis diantaranya dijadikan komoditas
perdagangan (Arnold & Biretles, 1989).
Bangsa Elasipodida tidak memiliki respiratory tree. Dinding tubuhnya
seperti gelatin dan rapuh. Bangsa Elasipodida memiliki lima suku dengan jumlah
jenis diperkirakan lebih dari 100 jenis yang banyak tersebar di laut dalam.
Anggota bangsa Elasipodida memiliki spikula bentuk palang, namun ada juga
yang tidak memiliki spikula.
Di Indonesia sedikitnya ada 26 jenis timun laut yang pernah atau masih
tercatat diolah untuk diperdagangkan sebagai teripang (Tabel 1). Semuanya
termasuk ordo Aspidochirotida atau Dendrochirotida.
3.3.6 Panen
Pemungutan hasil atau panen dapat dilakukan setelah teripang mencapai
ukuran pasar (marketing size), yaitu berkisar antara 4 - 6 ekor per kg (berat
basah). Untuk mendapat kan ukuran ini biasanya teripang dipelihara selama 6 – 7
bulan dengan sint asan yang dicapai kurang lebih 80 % dari total penebaran
awal. Panen dilakukan pada pagi hari sewaktu air sedang surut dan sebelum
teripang membenamkan diri. Panen dapat dilakukan secara :
1) Panen selektif ialah dengan memilih teripang yang telah mencapai ukuran
pasar dengan berat rata-rata sekitar 200 g/ekor.
2) Panen total ialah dengan memungut semua teripang dari areal budidaya,
kemudian dilakukan seleksi menurut ukuran.
Sebelum dipasarkan, teripang terlebih dahulu diproses (diolah) agar
diperoleh kualitas produk yang memenuhi standar pasar. Beberapa tahapan yang
dilakukan dalam pengolahan teripang hingga siap untuk dipasarkan adalah sebagai
berikut :
1) Teripang hasil panen dicuci terlebih dahulu dengan air bersih, kemudian
direndam dengan air campuran daun pepaya selama kurang lebih 15 menit.
Perendaman ini dimaksudkan untuk melarutkan zat kapur pada bagian
kulit luar teripang.
2) Teripang yang sudah direndam dengan air campuran daun pepaya
dibersihkan dengan cara mengelupas kulit bagian luarnya (zat kapur).
3) Selanjutnya teripang di rebus sampai mendidih selama 1 jam, lalu
didinginkansambil ditiriskan airnya.
4) Setelah dingin, teripang di belah pada bagian abdomennya untuk
mengeluarkan isi perutnya. Pada saat pembedahan diusahakan agar tidak
banyak melukai otot-otot bagian tubuh teripang.
5) Setelah isi perut dikeluarkan, maka teripang siap untuk dipanggang dengan
cara pengapasapan hingga kering.
6) Lama pengasapan berkisar antara 3 – 5 jam, setelah itu teripang diikat
agar bekas pembedahan pada bagian abdomen tertutup kembali.
7) Teripang yang sudah diikat siap untuk di packing dan dalam proses
pengemasannya perlu diperhatikan beberapa hal seperti, bahan
pembungkus harus bersih, kering dan tidak mudah sobek.
Selain teripang asap, beberapa jenis olahan teripang lainnya adalah sebagai
berikut :
1) Teripang Kaleng
Salah satu bentuk pengolahan teripang yang dapat dilakukan adalah
teripang kaleng. Pada prinsipnya, proses yang digunakan sama dengan
proses pengalengan ikan. Hanya dalam pengalengan teripang ini tetap
dibedakan dalam penyediaan bahan baku teripang yang akan dikalengkan
yaitu berbeda berdasarkan jenis teripang.
2) Kerupuk teripang
Usaha diversifikasi pengolahan suatu komoditi diperlukan untuk
memberikan pilihan lebih banyak pada konsumen. Untuk mengolah
teripang menjadi kerupuk digunakan teripang pasir dengan bahan bantu
pasir pantai, minyak kelapa dan air tawar.
3) Konoko (gonad kering)
Konoko berharga paling mahal diantara beberapa produk olahan yang
berasal dari teripang. Produk olahan ini memang belum dikenal karena
sulit untuk mendapatkannya. Akan tetapi kalau dilihat harganya yang
dapat mencapai US$200/kg, maka sangat menarik untuk diusahakan.
Kenyataan menunjukkan bahwa berat gonad hanya sekitar 2,5% dari berat
badan teripang pada saat matang gonad dan hanya sekitar 2% pada saat
tidak matang gonad.
4) Konowata (usus kering)
Kegemaran masyarakat Jepang terhadap produk ini kiranya cukup
beralasan. Jenis makanan ini mempunyai kandungan yang cukup tinggi ;
air 76,5%, protein 9,3%, lemak 1,3%, karbohidrat 0,5% dan abu 12,4%.
Oleh karena itu harganyapun tinggi. Di Tokyo, 1988 harga konowata rata-
rata dalam partai besar US$ 50/kg.
5) Otot Kering
Produk ini banyak disukai oleh masyarakat Cina, Jepang, Eropa dan
Amerika. Produk ini diambil dari otot yang memanjang pada tubuh
teripang. Otot ini empuk/lunak, berasa seperti daging kerang dan
berkualitas tinggi.
6) Makanan Jadi Teripang
Beberapa bentuk makanan jadi yang terbuat dari teripang diantaranya
adalah bakso da capcay teripang. Untuk membuat makanan jadi tersebut,
teripang yang telah diasap kering harus dikembangkan terlebih dahulu agar
berbentuk seperti semula.
Penyimpanan produk hasil olahan teripang sebaiknya ditempatkan pada
tempat yang betul-betul kering dan tidak lembab. Hal ini dimaksudkan untuk
menghidari rusaknya atau penurunan mutu dari teripang olahan tersebut. Kualitas
produk olahan teripang yang kurang baik akan mempengaruhi harga pada tingk at
kolektor atau eksportir.
3.4 Pemasaran
Indonesia merupakan penghasil teripang (sea cucumber) terbesar di dunia.
Semua tangkapan teripang di tanah air langsung diekspor. Di Hongkong menu
berbahan baku teripang termasuk makanan mahal nan eksklusif. Menu ini hanya
dihidangkan pada saat tertentu saja.
Permintaan ekspor teripang terus meningkat. Sayangnya hingga kini
permintan itu belum sepenuhnya dapat dipenuhi. Penyebabnya adalah, karena
produksi teripang Indonesia masih terbatas. Selain ke Hongkong, teripang juga
dilego ke China, Korea, Malaysia, dan Singapura. Permintaan untuk pasar ekspor
diperkirakan berkisar 20.000 ton hingga 30.000 ton setahun.
Teripang adalah binatang laut berkulit duri (berbulu-bulu hitam) sebesar
mentimun muda. Sebelum diperdagangkan komoditi yang sering juga disebut
dengan sea cucumber (ketimun laut) dikeringkan terlebih dahulu. Hewan ini hidup
sampai pada kedalaman lebih dari 30 meter. Di pasar lokal, harga teripang Rp
30.000 – Rp 150.000 per kg. Karena harganya yang amat menggiurkan itu,
banyak pihak yang mencoba mencari teripang dimana pun berada. Perburuan
teripang oleh nelayan Madura dan Bugis bahkan sampai kawasan terumbu
Ashmore di perairan utara Australia.
Eksploitasi untuk tujuan komersil terhadap teripang telah berlangsung
paling tidak sejak seribu tahun yang lalu. Sekitar tahun 1987 – 1989 produk
teripang dunia mencapai 90.000 ton, dimana 78.000 ton suplai berasal dari Pasifik
Selatan dan Asia Tenggara. Perdagangan teripang global pada saat ini telah
mencapai sekitar 12.000 ton teripang kering atau setara dengan 120.000 ton
teripang hidup. Sejak akhir tahun 1990-an eksploitasi teripang bertambah dengan
adanya kegiatan riset produk alam dan penggunaan teripang sebagai hewan
akuarium.
Kekayaan jenis teripang secara keseluruhan mungkin belum terungkap.
Sementara itu beberapa jenis teripang yang komersil telah mengalami tekanan
eksploitasi. Beberapa jenis teripang merupakan komoditi perikanan yang
diperdagangkan secara internasional.
Namun karena teripang dianggap sebagai produk perikanan yang kurang
penting, maka aktifitas perdagangannya nyaris tidak terkontrol (dikontrol) oleh
instansi formal terkait. Kondisi demikian menyebabkan sulit memperoleh data
produksi maupun ekspor yang reliable. Keadaan ini lebih disebabkan oleh tidak
baiknya penanganan pasca panen produk teripang di Indonesia. Belum ada
peraturan yang spesifik terhadap perdagangan teripang di tanah air.
Tahun 1994 produksi teripang Indonesia adalah sekitar 1.318.000 kg. Data
terbaru tentang teripang berasal dari statistik situs www.perikananbudidaya.go.id
dimana budidaya jaring apung teripang menghasilkan 42 ton selama tahun 2004.
Teripang itu dihasilkan propinsi Nusa Tenggara Barat 23 ton, Kaltim 17 ton, dan
Papua 2 ton.
Sudah pasti, produksi teripang nasional pada masa mendatang akan jauh
lebih besar lagi. Mengingat saat ini, masyarakat sudah banyak yang
membudidayakannya. Budidaya teripang telah lama dilakukan oleh masyarakat
kita khususnya di daerah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara (Kolaka); Papua,
Lampung dan Riau. Benih yang dibudidayakan sebagian besar masih berasal dari
alam. Dengan semakin banyaknya permintaan akan teripang, maka benih sebagai
sumber produksi akan sulit dipenuhi dari alam serta penyediaannya tidak dapat
kontinyu.
Upaya dalam mengatasi penyediaan benih adalah dengan usaha
memijahkannya sehingga kebutuhan akan benih dapat tercukupi. Teripang putih
sudah mulai dicoba dibudidayakan oleh nelayan di Desa Sopura, Kabupaten
Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Teripang putih yang dipelihara oleh nelayan di Desa Sopura dapat
mencapai berat 600 – 700 g (berat basah) dalam waktu enam bulan pemeliharaan
dari benih ukuran 100 -150 g (berat basah). Bahkan teripang putih dapat mencapai
ukuran 1500 g apabila dipelihara pada kedalaman 5 – 6 meter selama enam bulan.
Pada tahun 1992 Balai Budidaya Laut Lampung telah berhasil
melaksanakan pemijahan teripang putih (holothuria scabra). Untuk budidaya atau
penangkaran tidak memerlukan biaya yang besar. Yang dibutuhkan hanya
kandang atau tempat yang terbuat dari kawat anti karat yang dapat direndam di
dasar laut di daerah karang.
Beberapa jenis teripang yang bertubuh lunak dan silindris memanjang
seperti mentimun. Itu sebabnya teripang disebut mentimun laut, sea cucumber
atau teatfsh. Di Jepang anggota famili holothuriidae itu disebut namako, di
Thailand pling kao, dan di Perancis, beche de mer.
Teripang adalah kelompok hewan invertebrata laut dari kelas
Holothuroidea (Filum Echinodermata); tersebar luas di lingkungan laut seluruh
dunia, mulai dari zona pasang surut sampai laut dalam terutama di lautan India
dan lautan Pasifik Barat. Tidak kurang sekitar 1.250 jenis teripang telah
dideskripsikan, dibedakan dalam enam bangsa (ordo) yaitu dendrochiwtida,
aspidochiwtida, dacty-hchirotida, apodida, molpadida, dan elasipoda.
Beberapa jenisnya hidup membenamkan diri dalam pasir dan hanya
menampakan tentakelnya. Sedang jenis-jenis teripang komersil biasanya hidup
pada substrat pasir, substrat keras, substrat kricak karang dan substrat lumpur.
Produk teripang umumnya berasal dari jenis-jenis teripang yang hidup di
perairan dangkal, sampai kedalaman 50 meter. Teripang yang hidup di perairan
dangkal inilah yang dapat ditangkap nelayan. Semua jenis teripang komersil,
khususnya dari daerah tropika, termasuk dalam bangsa (ordo) aspidochiwtida dari
suku (family) holothuriidae dan stichopodidae, yang meliputi marga (genus)
holothuria, actinopyga, bohadschia, thelenota dan stichopus. Sekitar 25 jenis
teripang berpotensi komersil diidentifikasikan berasal dari perairan karang di
Indonesia. Sepuluh jenis diantaranya mempunyai nilai komersil.
Tidak kurang ada 29 jenis teripang yang saat ini menjadi komoditas
perdagangan global. Jenis teripang yang termasuk dalam kategori utama, relatif
mahal, yaitu teripang pasir atau teripang putih, holothuria scabra, teripang susuan
h. nobilis dan h. fuscogilva, teripang nenas thelenota ananas.
Jenis yang termasuk kedalam kategori sedang yaitu teripang dari marga
actinopyga, antara lain teripang lotong (a. miliaris); teripang batu (a. echinites);
teripang bilalo (a. lecanora dan a. mauritiana). Pada saat ini perburuan teripang
tidak saja pada jenis-jenis yang berharga mahal, tapi juga terhadap jenis-jenis
yang murah yang pada awalnya tidak menjadi perhatian.
Menurut Prapto Dharsono MSc, peneliti di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi, Jakarta, teripang tidak hanya untuk makanan. Tapi
sejak zaman purba teripang stichopus hermanii memang dikenal berkhasiat obat.
Itu tak hanya kepercayaan masyarakat Korea dan Cina, tetapi juga berbagai
bangsa. Nelayan Malaysia, misalnya, lazim meminum saripati teripang sebelum
melaut. Efek toniknya menguatkan badan.
Di Pulau Langkawi, Kedah, gamat – teripang dalam Bahasa Malaysia –
digunakan sebagai obat luka ringan, sakit sendi, radang, asma, paru-paru, tekanan
darah tinggi, dan kencing manis. Sebagai sumber protein teripang mempercepat
penyembuhan luka dalam setelah pembedahan, bersalin normal, dan caesar.
Teripang atau ketimun emas juga bisa dibuat dalam bentuk jeli gamat. Salah satu
jeli gamat bermerek Healin Master yang dibuat Malaysia dan kini beredar di
Indonesia.
Suplemen ini menyediakan tiga pilihan rasa, yakni rasa anggur, jeruk dan
natural. Di negeri asalnya khususnya di Langkawi Tripang dipercaya memiliki
khasiat luar biasa dan telah digunakan sejak ratusan tahun silam. Maklum secara
alami kandungan terbesar gamat adalah protein, collagen, dan serabut elastin.
Hadirnya sirup gamat dan aneka produk lainnya tidak lepas dari penelitian
Prof. Dr. Hassan Yaakob, Phd dari Universitas Malaysia. Secara klinis, gamat
dapat meningkat daya tahan tubuh, mengurangi rasa sakit dan gatal pada
permukaan kulit, menurunkan kadar gula, menurunkan kolesterol, merontokkan
racun dalam hati, menurunkan tekanan darah, melancarkan peredaran darah,
menyembuhkan penyakit maag, dan dapat menyembuhkan penyakit asma kronis.
Selain itu gamat juga dapat digunakan sebagai perawatan kecantikan dan
penyembuh luka oleh ibu-ibu usai bersalin karena kandungan protein dan
collagen.
Teripang mengandung 86% protein. Proteinnya mudah diuraikan oleh
enzim pepsin. Dari jumlah itu sekitar 80% berupa kolagen. Itu sebagai pengikat
jaringan dalam pertumbuhan tulang dan kulit Dalam pertumbuhan tulang,
suplemen kalsium saja tidak cukup, lantaran tulang terdiri dari kalsium fosfat dan
kolagen sebagai pengisi. Tanpa kolagen tulang menjadi rapuh dan mudah pecah
bak kaca. Sebaliknya bila tanpa kalsium, tulang akan kenyal seperti karet.
Kandungan lain adalah mucopolusacharida populer sebagai
glycosaminoglycans (GAGs). Dalam bentuk kondritin sulfat memulihkan
penyakit-penyakit sendi dan membangun kembali tulang rawan. Zat itu
menghilangkan linu sendi akibat duduk terlalu lama. Cara kerjanya dengan
merangsang tubuh mensekresikan cairan synovial.
4.1 Kesimpulan
Teripang (ketimun laut) merukan salah satu anggota Echinodermata.
Tubuh teripang bertekstur lunak, berbentuk silindris memanjang seperti ketimun.
Ukuran tubuh teripang berbeda-beda untuk setiap jenisnya. secara umum teripang
adalah dioceus, yaitu alat kelamin jantan dan betina terdapat pada individu yang
berbeda namun adapula beberapa spesies hermaprodit.
Teripang (sea cucumber) merupakan jenis bahan makanan tradisional di
beberapa negara Asia, khususnya Cina. Teripang olahan kering dalam
perdagangan dikenal sebagai beche-de-mer atau trepang atau hai-sum. Teripang
disukai karena mengandung zat-zat obat (medicinal properties), makanan ini
berkhasiat sebagai obat. Dari hasil analisa proksimat daging teripang diperoleh
komposisi protein 43 %, lemak 2 %, kadar air 17 %, mineral 21 %.Kandungan
lemak yang rendah menyebabkan teripang direkomendasikan untuk orang-orang
yang bermasalah dengan kolesterol.
Di Indonesia ditemukan tiga genus teripang, yaitu Holothuria, Mulleria
dan Stchopus. Dari ketiga genus tersebut, yang banyak dieksploitasi dan bernilai
ekonomis adalah H. scabra, H. edulis, H. agrus, H. marmorata, H. vacabunda, M.
lecanora, S. ananas, S.chloromatus, dan S. variegates. Dari semua jenis teripang
yang bernilai ekonomis ini, jenis yang berprospek untuk dibudidayakan adalah H.
scabra atau lebih dikenal dengan nama teripang pasir.
Pembudidayaan teripang dilakukan dengan metode pen culture. Bahan
yang digunakan ialah jaring (super-net) dengan mata jaring sebesar 0,5 – 1 inci
atau dapat juga dengan bahan bambu (kisi-kisi). Hasil dari olahan teripang dapat
berupa teripang kering (beche-der-mer), usus asin (konowata), gonad kering
(konoko), otot kering, teripang kaleng, kerupuk teripang, serta beragam produk
lainnya. Pasaran utama dari teripang tersebut di beberapa negara Eropa, Jepang,
Singapura, Malasyia, dan Amerika Serikat. Sementara negara pemasok utama
teripang di pasaran internasional antara lain Indonesia, Singapura, Hongkong,
Filipina, Kaledonia Baru, Maldives, India dan Srilanka.
4.2 Saran
Kurangnya pengetahuan dan juga sarana serta prasarana untuk
pembudidayaan teripang, maka disarankan supaya adanya penyuluhan tentang
potensi teripang sebagai sumber mata pencarian bagi nelayan yang ada di
Indonesia. Selain dari pihak pemerintah, pihak masyarakat ataupun dari pelajar
diharapkan dapat berkontribusi aktif dalam pemanfaatan sumberdaya alam
khususnya di bidang perikanan dan kelautan.
DAFTAR PUSTAKA
Ir. Rustam, M.Si. 2006. Pelatihan Budidaya Laut (COREMAP FASE II Kab.
Selayar) Budidaya Teripang. Yayasan Mattirotasi. Makassar