Nano Prawoto
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, Indonesia, Telepon:+62-274-387656
E-mail: nanoprawoto@yahoo.com
Abstract: In regional autonomy era, regional government obligated plan and control
condition macroeconomics based on the condition of objective. Entire sectors of the economy is
expected to develop and encourage other economic sectors. Development planners should
maintain the leadingsectors so that the economy can be developed area. In addition, it is
important to approach the non leading sector so that it becomes sub system in developing a
leading sector. This research uses the Location Quotient analysis, analysis of the Shift Share,
and a SWOT analysis to find out the leading subsector of agricultural sector. The result
showed that the economy Karimun having six sub-sectors in agriculture. The sub-sectors were
sub sectors of the food crops, orchards, vegetables, fruits, aquaculture, and fisheries.
Keywords: leading sector, agriculture sector, location quotient, shift share analysis, SWOT
Abstrak: Dalam era otonomi daerah, pemerintah daerah berkewajiban merencanakan dan
mengontrol kondisi makroekonomi berdasarkan kondisi obyektif. Seluruh sektor ekonomi
diharapkan dapat berkembang dan mendorong sektor ekonomi lainnya. Perencana pemba-
ngunan harus mempertahankan sektor unggulan sehingga perekonomian daerah dapat dikem-
bangkan. Selain itu, penting untuk mendekati sektor bukan unggulan sehingga menjadi sub
sistem dalam mengembangkan sektor unggulan. Penelitian ini menggunakan analisis Loca-
tion Quotient, analisis Shift Share, dan analisis SWOT untuk mengetahui subsektor yang
unggulan di sektor pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perekonomian Karimun
memiliki enam subsektor di bidang pertanian. Subsektor tersebut adalah tanaman pangan,
perkebunan rakyat, sayuran, buah-buahan, budidaya perikanan, dan penangkapan ikan.
Kata kunci: sektor unggulan, sektor pertanian, location quotient, analisis shift share, SWOT
2 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, April 2010: 1-19
Tabel 1. Diagram Matrik SWOT
Strategi SO Strategi WO
Menciptakan strategi yang meng- Menciptakan strategi yang memini-
OPPORTUNITIES (O) gunakan kekuatan untuk meman- malkan kelemahan untuk meman-
faatkan peluang. Digunakan jika faatkan peluang. Digunakan jika
perusahaan berada pada kuadran I perusahaan berada pada kuadran
III
Strategi ST Strategi WT
Menciptakan strategi yang meng- Menciptakan strategi yang memini-
TRHEATS (T) gunakan kekuatan untuk mengatasi malkan kelemahan dan menghin-
ancaman. Digunakan jika perusaha- dari ancaman. Digunakan jika
an berada pada kuadran II perusahaan berada pada kuadran
IV
Keterangan: *) Perhitungan tahun 2007 dengan data PDRB Karimun dan Kepri sementara; U=Unggulan, apabila memiliki nilai
SLQ dan DLQ lebih dari 1 (satu); A=Andalan, apabila memiliki nilai DLQ lebih dari 1 (satu); P = Prospektif, apabila memiliki
nilai SLQ lebih dari 1 (satu); NB=Non Basis, apabila memiliki nilai SLQ dan DLQ kurang dari 1 (satu)
Sumber: Karimun dalam Angka 2007, Kepri dalam Angka 2006, diolah
dan gambir merupakan tanaman basis dengan Program ini dinilai tepat dalam mengangkat
kecenderungan prospektif dengan variasi tahun ekonomi masyarakat daerah, lihat Tabel 3.
yang berbeda. Dengan demikian daerah kabu- Subsektor Basis Komoditas Bahan Makan-
paten Karimun sebenarnya mempunyai subsek- an. Berdasarkan perhitungan LQ yang ada
tor basis yang unggul dan prospektif pada ternyata tanaman padi kurang berperan dalam
beberapa tanaman seperti tersebut di atas, perekonomian di Karimun karena cenderung
sehingga kedepan tanaman tersebut perlu di- masih belum merupakan komoditas basis,
kembangkan untuk mendukung pengembang- hanya tahun 2006 menjadi produk prospektif
an sektor pertanian. Dalam mendukung pe- dan kembali non basis untuk tahun 2007. Ke-
ngembangan tanaman karet, pemerintah dae- mudian untuk komoditas jagung merupakan
rah sebenarnya telah mengambil kebijakan komoditas yang prospektif dengan nilai SLQ
dengan program penanaman pohon karet sejuta lebih besar dari satu. Untuk produk ubi kayu,
batang oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan. ubi jalar, dan kacang tanah berkecenderungan
4 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, April 2010: 1-19
Tabel 4. Perhitungan Nilai LQ pada Subsektor Tanaman Pangan Kabupaten Karimun
Tahun 2005 – 2007
2005 2006 2007
Subsektor
DLQ SLQ Basis DLQ SLQ Basis DLQ SLQ Basis
Padi 0,00 0,70 NB 0,00 4,59 P -0,11 0,00 NB
Jagung 0,00 1,72 P 0,00 6,13 P 0,00 6,10 P
Ubi Kayu -0,82 0,87 NB 1,06 0,47 A 1,36 2,82 U
Ubi Jalar 171,07 0,37 A 0,25 0,57 NB 1,23 4,57 U
Talas 0,00 0,00 NB 0,00 63,41 P 0,00 0,00 NB
Kacang Tanah 3,38 2,86 U 2,77 0,00 A 0,00 24,75 P
Total 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Keterangan: *) Perhitungan tahun 2007 dengan data PDRB Karimun dan Kepri sementara; U = Unggulan, apabila memiliki nilai
SLQ dan DLQ lebih dari 1 (satu); A = Andalan, apabila memiliki nilai DLQ lebih dari 1 (satu); P = Prospektif, apabila memiliki
nilai SLQ lebih dari 1 (satu); NB = Non Basis, apabila memiliki nilai SLQ dan DLQ kurang dari 1 (satu)
Sumber: Karimun Dalam Angka 2007, Kepri Dalam Angka 2006, diolah
menjadi subsektor basis unggulan. Hasil olah Singapura dan Malaysia, lihat Tabel 4.
data tersebut jika dikomparasi pada lahan per- Subsektor Basis Komoditas Buah-buahan.
tanian dan perkebunan memang struktur Berdasarkan hasil perhitungan pada nilai LQ,
tanahnya kebanyakan lebih cocok untuk lahan ternyata hanya terdapat dua produk yang
pertanian palawija. Secara umum dari semua merupakan basis subsektor buah-buahan yang
komoditas tersebut jagung adalah komoditas prospektif dan cenderung unggulan daerah yai-
yang mempunyai kestabilan produksinya dan tu tanaman rambutan dan durian, lihat Tabel 5.
merupakan produk yang prospektif untuk Sebenarnya nangka juga merupakan tanaman
dikembangkan, dan kebutuhan akan bahan yang prospektif pada tahun sebelum 2007,
baku jagung untuk kepentingan industri peng- hanya akhirnya menjadi tanaman yang bukan
olahan makanan ringan diperkirakan mening- basis karena produksi mengalami penurunan
kat sejalan dengan majunya industrialisasi di yang tajam. Kemudian pengembangan buah
Kepulauan Riau, Batam, dan negara tetangga nenas sebenarnya dilihat dari lahan tanah
sangat cocok namun demikian persoalan di luar Subsektor Basis Komoditas Perikanan.
pertanian yaitu masalah pemasaran pascapanen Berdasarkan nilai LQ tahun 2007 yang dapat
masih menjadi kendala besar. Hal ini dapat dihitung ternyata di kabupaten Karimun mem-
dipahami karena konsumsi nenas langsung punyai banyak jenis ikan unggulan yang ber-
oleh masyarakat kecil, berbeda dengan buah hasil ditangkap yaitu ikan manyung, bawal
lain seperti jeruk, rambutan, durian adalah putih, kakap putih, ikan nomei/lomei, udang
produk yang dapat dikonsumsi oleh keba- putih, dan cumi-cumi. Kemudian ikan kem-
nyakan masyarakat secara langsung. bung adalah jenis ikan andalan yang berhasil
Subsektor Basis Komoditas Sayur-sayur- ditangkap. Nomei, belanak, dan karau adalah
an. Pada subsektor sayur-sayuran mengindi- jenis ikan yang prospektif untuk dapat
kasikan bahwa selain cabe terdapat kecende- ditangkap dan dipasarkan pada pasar domestik
rungan menjadi subsektor basis, lihat Tabel 6. maupun luar negeri, lihat Tabel 7.
Sawi, kacang panjang, kangkung, dan bayam Pada Tabel 8 dapat dijelaskan bahwa untuk
merupakan komoditas basis yang prospektif ikan hasil budidaya berdasarkan perhitungan
sedang terung dan ketimun cenderung menjadi LQ tahun 2007 ternyata yang memiliki jenis
komoditas andalan. Di antara semua komoditas ikan unggul hanya ikan udang Vaname. Sedang
tersebut kacang panjang dan bayam merupakan prospektif untuk dikembangkan adalah jenis
komoditas yang paling unggul, terbukti untuk rumput laut, ikan lele, dan bawal, dan jenis
kacang panjang pada tahun 2005 menjadi lainnya nampaknya masih belum dapat dikate-
komoditas unggulan, dan untuk bayam pada gorikan produk basis daerah. Hal ini mengindi-
tahun 2006 juga menjadi komoditas unggulan. kasikan bahwa untuk hasil ikan budidaya di
Dengan demikian secara umum sebenarnya Karimun dilihat dari sisi kewilayahan di daerah
daerah mempunyai kemampuan dalam pe- Kepulauan Riau masih perlu ditingkatkan lebih
ngembangan komoditas sayur-sayuran ini. intensif lagi karena unggulan daerah hanya
Dilihat berdasarkan kesuburan tanah terutama pada ikan udang Vaname saja. Walaupun yang
di daerah kecamatan Kundur, Kundur Utara, sudah masuk kategori basis prospektif sudah
Karimun, Moro, dan Buru dapat dikembangkan ada beberapa jenis ikan seperti rumput laut,
komoditas pertanian sayur-sayuran. Di antara ikan lele, dan bawal.
sekian produk sayur-sayuran yang ada, cabe
adalah produk yang relatif perlu penanganan Strategi, Kebijakan, dan Program Pengem-
khusus dan perlu ketelitian mulai dari pem- bangan
benihan sampai saat panen. Strategi Umum Berdasarkan SWOT Analisis.
6 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, April 2010: 1-19
Tabel 7. Perhitungan Nilai LQ pada Subsektor Perikanan Budidaya di Kabupaten Karimun
Tahun 2007
2007
Jenis Ikan
DLQ SLQ Basis
Rumput Laut 0,12 1,43 P
Ikan Lele 0,21 3,31 P
Ikan Mas 0,79 0,07 NB
Ikan Kakap 0,80 0,64 NB
Ikan Kerapu -0,11 0,00 NB
Ikan Bandeng 0,00 0,08 NB
Udang Windu -0,01 0,42 NB
Udang Vaname 7,90 3,03 U
Nila 0,00 0,09 NB
Patin 0,00 0,00 NB
Gurami 0,00 0,08 NB
Bawal 0,00 1,01 P
Keterangan: *) Perhitungan tahun 2007 dengan data PDRB Karimun dan Kepri sementara; U=Unggulan, apabila memiliki nilai
SLQ dan DLQ lebih dari 1 (satu); A=Andalan, apabila memiliki nilai DLQ lebih dari 1 (satu); P=Prospektif, apabila memiliki
nilai SLQ lebih dari 1 (satu); NB=Non Basis, apabila memiliki nilai SLQ dan DLQ kurang dari 1 (satu)
Sumber: Dinas Perikanan Karimun, Kepri, 2006-2007
8 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, April 2010: 1-19
produk pertanian lainnya untuk menjamin dapat dirumuskan, maka berikut adalah pro-
ketersediaan protein, vitamin, dan mineral. gram pengembangan yang dapat dilakukan
(h) Kebijakan peningkatan produktivitas, pro- oleh pemerintah daerah kabupaten Karimun
duksi, daya saing, dan nilai tambah produk dalam hal ini adalah dinas-dinas yang terkait
unggulan dengan tetap memperhatikan aspek- dalam menyusun rencana kerja dalam pengem-
aspek kelestarian lingkungan. bangan produk unggulan daerah. Untuk itu
(i) Kebijakan pengembangan usaha pertanian perlu diidentifikasi permasalahan ekonomi
dengan pendekatan kewilayahan terpadu de- yang dihadapi, prospek pengembangan dan
ngan konsep pengembangan agribisnis dan kendala yang dihadapi pada tiap unit usaha di
agropolitan untuk mengembangkan skala eko- atas untuk dapat dirumuskan program
nomi, sehingga akan lebih meningkatkan efi- pengembangan potensi ekonomi atau produk
siensi dan nilai tambah. unggulan masyarakat di Kabupaten Karimun.
(j) Kebijakan pembangunan perkebunan di- Tabel 14 dalam Lampiran menjelaskan menge-
arahkan pada perluasan areal dan peremajaan nai permasalahan dan solusi pengembangan
kebun dengan memperhatikan keterkaitan pe- pada bidang usaha ekonomi masyarakat Kabu-
nyediaan input, terutama bibit unggul, pupuk, paten Karimun.
dan pestisida;
(k) Pengembangan industri berbasis perkebun-
SIMPULAN
an dengan terus mengembangkan turunan pro-
duk untuk mendapatkan nilai tambah yang
tinggi. Pengembangan sektor pertanian di kabupaten
(l) Pengembangan, penguatan sistem, dan akses Karimun adalah sesuatu yang tepat dalam
pasar produk pertanian melalui pengembangan mengangkat pertumbuhan ekonomi daerah,
kemitraan yang saling ketergantungan antara karena berdasarkan perhitungan analisis basis
petani dengan pengusaha. ekonomi dan kinerja sektor menunjukkan bah-
(m) Kebijakan pengembangan industri yang wa sektor pertanian mempunyai kriteria basis
lebih menekankan pada agroindustri skala kecil yang unggul. Dengan demikian, pemerintah
dipedesaan dalam rangka meningkatkan nilai daerah seharusnya dalam perencanaan pe-
tambah dan pendapatan masyarakat petani. ngembangan sektor mengacu pada program-
(n) Kebijakan pengembangan kajian teknologi program pengembangan pada sektor unggulan,
tepat guna dalam mendukung upaya pening- walaupun tidak menutup sektor lain yang baru
katan value added produk unggulan daerah. berkembang maupun kurang berkembang.
(o) Kebijakan perluasan lahan sektor unggulan Strategi, kebijakan dan program yang ditawar-
daerah dalam upaya meningkatkan produksi kan dalam penelitian ini diharapkan dapat
daerah untuk mendukung ketahanan pangan menjadi referensi daerah dalam pengembangan
daerah. sektor terutama sektor ekonomi kecil atau
(p) Kebijakan stabilisasi harga yang berkaitan kerakyatan. Sehingga perekonomian daerah
dengan produk pendukung sektor unggulan, dapat berkembang dengan pertumbuhan yang
seperti pupuk, bibit, pestisida, obat-obatan, cukup signifikan dan akhirnya pendapatan
makanan ternak/ikan, dan lainnya. perkapita penduduk dan kesejahteraan me-
(q) Kebijakan pemberdayaan masyarakat pesi- ningkat.
sir dan pulau-pulau kecil.
(r) Kebijakan peningkatan kesejahteraan masya-
DAFTAR PUSTAKA
rakat petani dan nelayan.
(s) Kebijakan meningkatkan koordinasi, penga-
wasan dan penindakan terhadap aktivitas Badan Pusat Statistik. 2002-2006a. Kabupaten
penangkapan ikan secara ilegal dan sumber Karimun dalam Angka. Karimun: BPS.
daya laut lainnya. Badan Pusat Statistik. 2002-2006b. PDRB Kabu-
(3) Program Pengembangan Produk Unggulan. paten Karimun. Karimun: BPS.
Berdasarkan strategi dan arah kebijakan yang
10 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, April 2010: 1-19
LAMPIRAN
12 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, April 2010: 1-19
lainnya petani masyarakat seperti koperasi
3. Serangan hama yang menu- 2. pemanfaatan fungsi lahan yang mengakar dari bawah
runkan produksi pertanian sesuai dengan 3. Peningkatan kesejahteraan
4. Kemandirian petani masih rencana tata ruang dan petani
kurang, sehingga masih wilayah
banyak menjadi petani garap
14 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, April 2010: 1-19
OPPORTUNITY (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
1. Letak geografis yang strategis 1. Peningkatan usaha penangkap- 1. Perbaikan dan peningkatan sarana
2. Permintaan pasar baik dalam an ikan yang produktif dan dan prasarana usaha perikanan
maupun luar negeri semakin berwawasan lingkungan 2. Peningkatan kualitas SDM nelayan
meningkat 2. Peningkatan usaha budidaya dan pembudidaya
3. Tersedia jalur transportasi laut yang berdaya saing 3. Pemberdayaan UMKM dan
4. Perdagangan bebas memung- 3. Pengembangan industri koperasi
kinkan investor masuk pengolahan dan pemasaran 4. Peningkatan kelembagaan kelom-
5. Dampak perekonomian kabu- hasil perikanan pok nelayan dan pembudidaya
paten Karimun dengan adanya 4. Peningkatan promosi potensi 5. Peningkatan goodwill pemerintah
Special Economic Zone (SEZ) perikanan dalam mengendalikan pasar dan
6. Bantuan permodalan bagi 5. Peningkatan kerjasama dengan harga
pengusaha mikro, kecil, dan investor dan mitra usaha
menengah
16 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, April 2010: 1-19
Sektor Permasalahan Program Pengembangan
Kemampuan dan pengetahuan Program peningkatan SDM petani, pelatih-
petani dalam mengolah perta- an kemampuan teknis petani
nian dan penyerapan teknologi
masih rendah
Pemilikan modal petani masih Program pengembangan akses modal me-
relatif kecil lalui bantuan pusat dan daerah, maupun
Kesejahteraan petani masih ren- akses lembaga keuangan/bank dengan
dah biaya modal yang kecil juga akses investor
dan mitra usaha
Program pendampingan kemampuan
teknis model tanaman tumpangsari
Masih rendahnya peningkatan Program peningkatan Value added produk
value added, seperti jagung, ka- unggulan, pelatihan peningkatan skill
cang, ubi kayu dan jalar pembuatan kripik ubi kayu, ubi jalar,
maupun olahan jagung
Program pengembangan industri berbasis
bahan makanan dengan terus mengem-
bangkan turunan produk untuk
mendapatkan nilai tambah yang tinggi.
Program peningkatan distribusi pangan,
melalui penguatan kapasitas kelembagaan
pangan dan peningkatan infrastruktur
perdesaan yang mendukung sistem distri-
busi pangan, untuk menjamin keterjang-
kauan masyarakat atas pangan.
Pemasaran (PascaPanen) masih Program pengembangan akses pasar
minim produk pertanian melalui pengembangan
kemitraan yang saling menguntungkan
antara petani dengan pengusaha bukan
monopoli
Kelangkaan pupuk dan harga Program stabilisasi harga pupuk dengan
yang berfluktuatif pengawasan jalur distribusi
Tanaman Buah- Lahan belum dimanfaatkan Program bantuan bibit unggul pada petani
buahan dan Tanaman secara optimal lahan kebun maupun petani lahan
Sayur-sayuran pekarangan
Program penyuluhan dan pendampingan
usaha tanaman hortikultura pada daerah
subur lainnya
Pengembangan kawasan sentra produksi
(KSP) berbasis komoditas unggulan
Budaya kerja yang belum Program peningkatan SDM petani, pelatih-
menunjang akselerasi program an kemampuan teknis petani,
Kemampuan dan pengetahuan Program pemagangan petani untuk tanam-
petani ddalam penguasaan an hortikultura
IPTEK masih rendah Program studi banding di daerah yang
Keterampilan petani yang ren- maju pertaniannya
dah
18 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 11, Nomor 1, April 2010: 1-19
Sektor Permasalahan Program Pengembangan
Sistem pelelangan dan pema- Pemberdayaan PPI dan TPI melalui pening-
saran ikan masih belum opti- katan fasilitas dan pelayanan
mal, serta masih sering terjadi Penguatan sistem pelelangan dan pema-
transaksi di laut saran
Peningkatan kesadaran dan penegakan hu-
kum
Peningkatan pengawasan dan pengenda-
lian terutama melalui pemberdayaan sistem
pengawasan berbasis masyarakat
(SISWASMAS)
Terjadinya penangkapan ikan Pengembangan alat tangkap yang selektif
secara ilegal oleh nelayan dan ramah lingkungan
asing, serta penggunaan alat Peningkatan kesadaran dan penegakan
tangkap terlarang dan hukum
destruktif Peningkatan pengawasan dan pengenda-
lian terutama melalui pemberdayaan sistem
pengawasan berbasis masyarakat
(SISWASMAS)
Produksi ikan hasil budidaya Pengembangan kawasan sentra produksi
Perikanan budidaya
masih belum optimal, serta (KSP) berbasis komoditas unggulan
mutunya masih rendah Intensifikasi budidaya ikan (INBUDKAN)
pada komoditas-komoditas unggulan
Pengembangan cara budidaya ikan yang
baik (CBIB)
Sarana produksi masih kurang Pengembangan pakan ikan alternatif
memadai, khususnya benih Pengembangan balai benih ikan (BBI), panti
dan pakan pembenihan (hatchery) dan usaha
pembenihan rakyat (UPR)
Pengembangan kerjasama kemitraan dalam
penyediaan sarana produksi
Kemampuan manajerial dan Pemberdayaan pembudidaya melalui
penguasaan IPTEK pembudi- penyuluhan, pendidikan dan latihan
daya masih relatif rendah
Struktur permodalan pembu- Pengembangan kerjasama dengan lembaga
didaya masih sangat terbatas keuangan/perbankan, investor dan mitra
usaha
Pemberdayaan usaha bersama melalui ke-
lompok pembudidaya, koperasi usaha dan
kelompok usaha bersama agribisnis
(KUBA)
Industri pengolahan hasil per- Pengembangan industri pengolahan hasil
ikanan belum begitu berkem- perikanan
bang Pengembangan diversifikasi dan pening-
katan nilai tambah (added value) produk
perikanan
Pengembangan kerjasama dengan investor
dan mitra usaha
Infrastruktur dan kelembaga- Penguatan sistem pemasaran dan lembaga
an ekonomi masih kurang ekonomi (koperasi, pasar ikan, dan lain-
lain)
Pengembangan stabilisasi harga dan
pasokan
Perluasan jaringan informasi dan pangsa
pasar, baik domestik maupun internasional