Anda di halaman 1dari 21

RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG

SEBAGAI VARIABEL MODERASI

Fransisca Ayudya Aryani


Agung Juliarto
Universitas Diponegoro

ABSTRACT
This study aims to analyze the value relevance of fixed asset revaluation and whether debt
levels moderate value relevance of fixed asset revaluation. Signaling theory states that the
company revalues its assets with the aim to provide credible signals about favorable future
prospects; whereas debt contracting theory suggests that firms with high debt levels have
opportunistic motives in doing the revaluation of fixed. This study uses 54 data of non-
financial companies listed on the Indonesian Stock Exchange and have revalued its fixed
assets in the period 2012-2015. The results shows that the revaluation of fixed asset has a
value relevance, and leverage moderates this value relevance. Companies are trying to show
the fair value of assets and an overview of the actual company's financial condition by
revaluing their assets. However, when the company revalued its assets and has a fairly high
leverage, investor respons negatively on revaluation conducted. Investors perceive that it is
an opportunistic motives of managers to avoid the costs arising from the loan agreement.

Keywords: Revaluation of Fixed Assets, Leverage, Value Relevance, Opportunistic Motives

Pendahuluan diandalkan dan tidak menyesatkan.


Laporan keuangan merupakan salah Penilaian kembali atau revaluasi adalah
satu bentuk pertanggungjawaban manajer cara yang dapat digunakan perusahaan
kepada para pemangku kepentingan. untuk menyajikan informasi yang relevan
Laporan keuangan mampu menunjukkan mengenai kondisi keuangan perusahaan.
kondisi dan kinerja perusahaan dalam Pada tanggal 22 Oktober 2015,
periode waktu tertentu, serta digunakan pemerintah mengeluarkan paket kebijakan
oleh beberapa pihak untuk membuat ekonomi jilid V yang salah satu isinya
keputusan ekonomi. Selain itu, laporan mencakup kegiatan revaluasi aset tetap.
keuangan juga mampu menunjukkan posisi Kebijakan ini dibuat karena masih
keuangan, perubahan ekuitas, jalannya banyaknya perusahaan yang belum
operasional perusahaan, dan kekayaan yang melakukan revaluasi aset. Selain itu,
dimiliki perusahaan. Pada dasarnya revaluasi ini dipandang perlu untuk
perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja perusahaan
menyajikan laporan keuangan yang baik, (kemenkopmk.go.id, 2015). Brown et al.
yaitu mencakup kondisi yang relevan, dapat (1992) memandang bahwa revaluasi aset

Jurnal Akuntansi dan Auditing


1
Volume 14/ No. 1 Tahun 2017:1-21
akan mengakibatkan rasio utang terhadap melakukan renegosiasi kontrak. Dengan
aset maupun ekuitas menjadi semakin baik. melakukan revaluasi aset, perusahaan dapat
Djohan Pinnarwan, ketua Dewan Standar melonggarkan batasan utang karena nilai
Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi aset akan meningkat dan leverage menurun.
Indonesia (DSAK IAI) menyebutkan Atas dasar inilah, peneliti menduga bahwa
bahwa revaluasi ini ditujukan untuk leverage memiliki dampak terhadap
memperbaiki neraca perusahaan. keputusan manajer dalam melakukan
Perusahaan akan melakukan revaluasi ke revaluasi.
atas (upward revaluation) dalam upaya Penelitian yang dilakukan Easton et
untuk menyajikan kondisi keuangan yang al. (1993) menemukan bukti bahwa selisih
baik, mampu menarik investor, serta revaluasi aset tetap memiliki hubungan
memperkuat peluang investasi (Missonier- yang lemah dengan return. Mereka juga
Piera, 2007). menguji apakah terdapat perbedaan
Masalah lain yang mendorong adanya relevansi nilai revaluasi aset pada
revaluasi adalah kurangnya investasi. perusahaan yang memiliki tingkat utang
Permasalahan ini dapat diperburuk karena tinggi maupun rendah. Dengan
adanya perjanjian yang melibatkan angka- menggunakan model berbasis harga, Easton
angka akuntansi, misalnya perjanjian et al. (1993) menemukan hubungan antara
dengan menetapkan batas pinjaman saldo cadangan revaluasi aset tetap dan
berdasarkan persentase total aset berwujud. harga saham hanya pada perusahaan yang
Dengan perjanjian semacam ini, apabila memiliki tingkat utang tinggi. Easton et al.
aset perusahaan yang dijadikan jaminan memandang bahwa revaluasi aset tetap
utang dinilai kecil, maka dana yang tersedia dilakukan untuk memberikan sinyal kepada
dari pihak eksternal (misalnya, Bank) akan investor (efisiensi kontrak). Di sisi lain,
berkurang. Ketika perusahaan berusaha Aboody et al. (1999) menemukan bukti
melakukan negosiasi kembali atas bahwa peningkatan saldo cadangan
perjanjian utang yang telah disepakati revaluasi berhubungan positif dan
untuk mendapatkan dana pinjaman yang signifikan terhadap return saham maupun
lebih banyak, hal ini akan memakan biaya return tahunan (harga). Mereka juga
dan waktu yang tidak sedikit (Courtenay meneliti apakah hubungan ini dipengaruhi
dan Cahan, 2004). Whittred dan Chan oleh jumlah utang perusahaan. Dengan
(1992) berpendapat bahwa revaluasi aset menggunakan harga saham, mereka
adalah salah satu cara yang murah untuk menemukan hubungan negatif dan
meningkatkan kapasitas pinjaman tanpa signifikan. Aboody et al. (1999)
2 RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Fransisca Ayudya Aryani dan Agung Juliarto
Universitas Diponegoro
menunjukkan bahwa pasar mengakui (1992) yang menyatakan bahwa perusahaan
adanya motif oportunistik manajer dalam mungkin melakukan revaluasi aset tetap
melakukan revaluasi. untuk meningkatkan kapasitas pinjaman
Brown et al. (1992) mengajukan dua sehingga mereka dapat berinvestasi dengan
hipotesis dalam menjelaskan motif mudah. Alasan tersebut didasarkan pada
perusahaan dalam melakukan revaluasi aset hasil penelitian Whittred dan Chan (1992)
tetap. Pertama, perusahaan dengan tingkat pada perusahaan di Australia baik yang
utang yang lebih tinggi memiliki motif melakukan revaluasi aset maupun tidak,
oportunistik dalam merevaluasi aset tetap menunjukkan bahwa kecenderungan untuk
ke atas (upward revaluations) untuk merevaluasi aset berhubungan positif
melonggarkan kendala utang.Motif ini dengan perjanjian utang, tingkat rasio
memungkinkan perusahaan untuk leverage, kesempatan investasi perusahaan,
mendapatkan keuntungan dengan dan berhubungan negatif dengan tingkat
menghindari hukuman atau biaya cadangan kas.
renegosiasi terkait pelanggaran perjanjian Pentingnya penelitian ini didasarkan
utang (Courtney dan Cahan, 2004). Brown pada ketidak konsistenan penelitian
et al. juga menyatakan bahwa perusahaan terdahulu mengenai ada tidaknya relevansi
erusahaan mungkin merevaluasi aset tetap nilai revaluasi aset tetap. Masih belum jelas
untuk menghindari transfer kekayaan dari apakah motif perusahaan dalam melakukan
entitas untuk pemberi pinjaman, misalnya revaluasi aset bergantung pada tinggi
biaya renegosiasi kontrak. Kedua, rendahnya jumlah utang perusahaan. Selain
perusahaan dengan senjangan keuangan itu, perlu dilakukan pengujian mengenai
yang rendah, misalnya, cadangan kas dan relevansi nilai revaluasi aset tetap
sekuritas berharga rendah, dapat khususnya dengan menggunakan data di
menggunakan revaluasi untukmengurangi Indonesia. Hal tersebut berkaitan dengan
asimetri informasi dan memberikan sinyal dikeluarkannya paket kebijakan ekonomi
bahwa aset perusahaan dinilai kurang jilid V pada tahun 2015, yang salah satu
(undervalued). Dengan meningkatkan nilai isinya adalah mendorong perusahaan untuk
total aset berwujud, manajer dapat melakukan revaluasi aset tetap. Dalam
memperoleh pinjaman dan meningkatkan penelitian ini, leverage diduga memoderasi
senjangan keuangan. Alasan lain hubungan antara revaluasi aset tetap
dikemukakan oleh Whittred dan Chan terhadap return saham. Oleh karena itu,

Jurnal Akuntansi dan Auditing


3
Volume 14/ No. 1 Tahun 2017:1-21
dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah berkaitan dengan angka-angka akuntansi,
dalam penelitian ini adalah: keputusan manajemen untuk merevaluasi
a. Apakah revaluasi aset tetap aset menyebabkan perbedaan pada profil
memiliki relevansi nilai? keuangan perusahaan. Pada umumnya,
b. Apakah leverage memoderasi revaluasi dapat mengubah rasio utang
relevansi nilai dari revaluasi aset terhadap aset menjadi lebih baik. Rasio ini
tetap? biasanya digunakan dalam melakukan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian perjanjian kontrak utang. Dengan rasio
ini adalah untuk memberikan bukti empiris yang semakin baik, perusahaan lebih
mengenai ada tidaknya relevansi nilai mungkin untuk mendapatkan keuntungan
revaluasi aset tetap dan menguji apakah dalam melakukan renegosiasi kontrak dan
tingkat utang (leverage) memoderasi penghindaran pelanggaran perjanjian utang.
relevansi nilai tersebut, serta mengetahui Pelanggaran terhadap utang
motif manajer dalam melakukan revaluasi menyebabkan biaya bagi perusahaan karena
aset tetap. investasi yang dilakukan dan pilihan
pendanaan akan dibatasi pada jumlah yang
Kerangka Teoritis dan Pengembangan
tidak optimal. Selain itu, kegagalan utang
Hipotesis
dapat menimbulkan biaya pembayaran
Teori Kontrak Utang (Debt
kontrak utang kembali atau biaya
Contracting Theory) dan Teori Sinyal
renegosiasi kontrak. Karena revaluasi dapat
(Signaling Theory) adalah teori yang
meningkatkan nilai buku aset berwujud, hal
digunakan untuk menjelaskan apakah
ini dapat mengurangi hambatan dalam
tujuan manajer perusahaan dalam
perjanjian utang. Batasan formal pada
melakukan revaluasi aset tetap. Dalam
leverage yang ditentukan dalam syarat
bagian ini juga akan dibahas beberapa
perjanjian utang akan meningkatkan
konsep mengenai aset tetap, revaluasi aset
probabilitas manajemen untuk melakukan
tetap, relevansi nilai, dan tingkat utang
revaluasi (Brown et al., 1992).
(leverage) yang berkaitan dengan penelitian
yang dilakukan. Teori Sinyal (Signaling Theory)
Teori sinyal digunakan untuk
Teori Kontrak Utang (Debt Contracting
menjelaskan bahwa laporan keuangan dapat
Theory)
dijadikan sebagai alat untuk memberikan
Teori kontrak utang yang
sinyal yang positif maupun negatif kepada
dikemukakan oleh Brown et al.(1992)
pemakainya. Lin dan Peasnell (2000) dan
menyebutkan karena revaluasi aset

4 RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Fransisca Ayudya Aryani dan Agung Juliarto
Universitas Diponegoro
Barlev et al. (2007) (dalam Choi et al., Aset Tetap
2013) berpendapat bahwa dengan menilai PSAK NO. 16 mendefinisikan aset
kembali aset tetap (Property, plant & tetap sebagai”aset berwujud yang a)
equipments) perusahaan memberikan sinyal dimiliki untuk digunakan dalam produksi
yang positif dan kredibel mengenai prospek atau penyediaan barang atau jasa, untuk
masa depan yang lebih menguntungkan. direntalkan kepada pihak lain, atau untuk
Sebaliknya, Gaeremynck dan Veugelers tujuan administratif, dan b) diharapkan
(1999) (dalam Choi et al., 2013) untuk digunakan selama lebih dari satu
berpendapat bahwa revaluasi akan periode. Aset tetap diakui sebesar biaya
memberikan sinyal yang negatif mengenai perolehan pada saat pengakuan awal, jika
kinerja buruk perusahaan karena adanya dan hanya jika entitas akan memperoleh
kendala utang. Perusahaan juga akan manfaat ekonomi di masa depan dari aset
melakukan revaluasi dalam upaya untuk tersebut dan biaya perolehannya dapat
memperbaiki posisi keuangan untuk diukur secara andal. Sedangkan untuk
meningkatkan kapasitas pinjaman atau pengukuran aset tetap setelah pengakuan,
untuk menghindari pelanggaran perjanjian perusahaan dapat memilih untuk
utang. menggunakan model biaya atau model
Di sisi yang lain, Andison (2015) revaluasi (IAI, 2011).
menganggap pentingnya teori ini Perusahaan dapat memilih model
didasarkan pada fenomena asimetri biaya atau model revaluasi sebagai
informasi antara manajer dan investor. kebijakan akuntansinya dalam melakukan
Keadaan ini mendorong manajer untuk pengukuran aset tetap setelah pengakuan
segera memberikan sinyal agar investor awal. Kebijakan tersebut harus diterapkan
memiliki pengetahuan dan gambaran yang terhadap seluruh aset tetap pada kelompok
cukup mengenai perusahaan bersangkutan. yang sama. Apabila perusahaan mengukur
Umumnya perusahaan akan senantiasa aset tetap dengan menggunakan model
menempatkan posisinya sebagai biaya, maka pengukuran dilakukan dengan
perusahaan yang baik untuk menunjukkan mengurangkan biaya perolehan aset tetap
kualitas dirinya melalui sinyal-sinyal yang dengan akumulasi penyusutan dan
diberikan oleh perusahaan (Bhattacarya dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
Amy, 2011; Andison, 2015). Sedangkan pengukuran dengan
menggunakan model revaluasi dilakukan

Jurnal Akuntansi dan Auditing


5
Volume 14/ No. 1 Tahun 2017:1-21
dengan mencatat nilai aset tetap sebesar tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus
nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi untuk aset tersebut (IAI, 2011).
dengan akumulasi penyusutan dan
Leverage
akumulasi rugi penurunan nilai aset tetap
Leverage keuangan adalah
yang terjadi setelah tanggal revaluasi (IAI,
penggunaan sumber dana yang digunakan
2011).
untuk meningkatkan profitabilitas dan
Revaluasi Aset Tetap menimbulkan beban tetap keuangan,
Revaluasi aset tetap adalah penilaian misalnya bunga. Syamsuddin (2002)
kembali aset tetap dalam rangka (dalam Maruli, 2014) menyatakan bahwa
menyediakan informasi nilai wajar dari aset rasio leverage adalah kemampuan
yang dimiliki perusahaan. Revaluasi perusahaan dalam mendayagunakan aset
dilakukan ketika nilai aset dinilai tidak atau dana yang memiliki beban tetap, utuk
mencerminkan nilai yang sesungguhnya. menambah tingkat pengembalian (return)
Perusahaan yang memilih untuk bagi pemilik perusahaan. Leverage dapat
menggunakan model revaluasi harus memengaruhi tingkat dan variabilitas
melakukan penilaian kembali secara teratur pendapatan setelah pajak, dan juga risiko
dan cukup reguler untuk memastikan serta tingkat pengembalian keseluruhan.
jumlah yang tercatat tidak berbeda secara Leverage keuangan juga digunakan dengan
material dari jumlah nilai wajar pada akhir tujuan untuk dapat menambah tingkat
periode pelaporan. Jika nilai aset meningkat pengembalian kepada pemegang saham
setelah revaluasi, maka kenaikan tersebut biasa (Horn dan Wachowicz, 2007).
langsung dikreditkan ke ekuitas pada
Relevansi Nilai
bagian surplus revaluasi. Kenaikan tersebut
Beaver (1968) mendefinisikan
juga harus diakui dalam laporan laba rugi
relevansi nilai sebagai kemampuan
hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset
menjelaskan (explanatory power) dari
akibat revaluasi yang diakui sebelumnya.
informasi akuntansi yang berkaitan dengan
Sedangkan jika jumlah nilai aset setelah
nilai perusahaan. Hal serupa juga
dilakukan revaluasi mengalami penurunan,
dinyatakan oleh Gu (2007) yang memberi
maka penurunan tersebut diakui dalam
arti sebagai explanatory power informasi
laporan laba rugi. Penurunan nilai tersebut
akuntansi terhadap return dan harga saham.
langsung di debit ke ekuitas pada bagian
Terdapat dua model yang biasa digunakan
surplus revaluasi selama penurunan
dalam menilai relevansi nilai, yaitu dengan
menggunakan model return dan model

6 RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Fransisca Ayudya Aryani dan Agung Juliarto
Universitas Diponegoro
harga. Pengukuran dengan menggunakan positif dan signifikan dalam hubungan
model harga menggunakan R2 sebagai antara revaluasi aset tetap dengan return
pengukur relevansi nilai (Francis dan saham. Hal ini menunjukkan adanya
Schipper,a1999;aSimbolon,2010). relevansi nilai pada revaluasi aset tetap.
Penggunaan R2 didasarkan pada alasan Beberapa hal lain yang mendorong
karena R2 adalah pengukur yang baik perusahaan untuk melakukan revaluasi aset
dalam menjelaskan variabel independen mungkin karena adanya keinginan manajer
dalam suatu regresi. Di sisi yang berlainan, untuk meningkatkan nilai aset dalam
Brown et al. (1999) (dalam Simbolon, rangka untuk memperbaiki beberapa rasio
2010) menemukan adanya masalah scale keuangan, misalnya rasio utang atas ekuitas
efect dalam model harga. Brown et al. (Debt to Equity Ratio) dan rasio utang atas
(1999) mengatasi permasalahan ini dengan aset (Debt to Assets Ratio). Brown et al.
menggunakan model return, yaitu Pt-1 (1992) mengasumsikan bahwa perusahaan
sebagai pembagi dalam model tersebut. degan tingkat utang yang tinggi mungkin
Sejalan dengan Brown et al. (1999), Barth memiliki motif oportunistik dalam
dan Clinch (1998) juga menyatakan bahwa melakukan revaluasi. Motif ini didasari
model return lebih mencerminkan adanya oleh keinginan manajer untuk mendapatkan
ketepatan waktu. Dengan demikian, kelonggaran dalam perjanjian utang,
revaluasi yang dilakukan sebelum maupun seperti, penghindaran denda dan
setelah periode sekarang tidak akan pembayaran biaya renegosiasi. Whittred
memiliki relevansi nilai. dan Chan (1992) berpendapat bahwa
revaluasi aset adalah cara yang murah
Kerangka Pemikiran
untuk meningkatkan kapasitas pinjaman
Dalam penelitian ini, revaluasi aset
tanpa harus melakukan renegosiasi kontrak.
tetap digunakan sebagai variabel
Sama seperti asumsi yang dinyatakan
independen yang memengaruhi return
oleh Brown et al. (1992), perusahaan
saham. Peneliti berfokus pada revaluasi ke
mungkin memiliki motif yang berbeda
atas karena merupakan diskresioner yang
dalam melakukan revaluasi aset.
baik dari segi waktu dan jumlah (Courtenay
Perusahaan yang memiliki tingkat utang
dan Cahan, 2004). Dengan demikian,
tinggi lebih cenderung untuk melakukan
semua revaluasi dianggap secara langsung
revaluasi sebagai motif oportunistik dalam
menambah atau mengurangi ekuitas.
rangka untuk melonggarkan kendala utang.
Peneliti mengharapkan hasil uji yang
Jurnal Akuntansi dan Auditing
7
Volume 14/ No. 1 Tahun 2017:1-21
Sedangkan Whittred dan Chan (1992) yang mendukung pandangan bahwa
mengasumsikan bahwa bahwa perusahaan perusahaan memiliki motif oportunistik
yang memiliki tingkat utang yang tinggi dalam melakukan revaluasi aset, sedangkan
melakukan revaluasi sebagai bentuk Easton et al. (1993) membuktikan bahwa
efisiensi kontrak, yaitu untuk mengatasi perusahaan memiliki motif untuk
masalah kurangnya investasi. Penelitian melakukan efisiensi kontrakkutang.
Aboody et al. (1999) menemukan bukti

Gambar 1
Kerangka Pemikiran

Variabel Moderasi

Leverage (RFA_LEV)

H2

Variabel Independen Variabel Dependen

Revaluasi Aset Tetap (RFA) H1 Return Saham


(RET)
Leverage (LEV)

Variabel Kontrol

Net income(NI)

DeltaNet income(∆NI)

Dummy Tahun (YR)

Dalam penelitian ini, leverage diduga leverage tinggi, artinya bahwa perusahaan
memoderasi relevansi nilai revaluasi aset dengan rasio leverage yang tinggi akan
tetap. Penelitian yang dilakukan diharapkan memiliki return yang lebih rendah.
memiliki hasil uji yang signifikan negatif Perusahaan dengan rasio leverage tinggi
pada perusahaan yang memiliki tingkat lebih cenderung bertujuan untuk

8 RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Fransisca Ayudya Aryani dan Agung Juliarto
Universitas Diponegoro
melonggarkan kendala utang sebagai motif saham. Hubungan ini menunjukkan bahwa
oportunistik perusahaan. revaluasi aset tetap memiliki relevansi nilai.

Relevansi Nilai Revaluasi Aset Tetap Dengan demikian, perusahaan berusaha

Cahan et al. (2000) dengan untuk menampilkan posisi keuangan yang

menggunakan model penilaian tingkat baik untuk memberikan sinyal kepada

harga, membuktikan bahwa revaluasi aset investor mengenai prospek masa depan

tetap memiliki relevansi nilai dengan laba yang lebih menguntungkan. Berdasarkan

bersih. Penelitian yang dilakukan Barth dan uraian di atas, rumusan hipotesis penelitian

Clinch (1998) dengan menggunakan model yang pertama adalah:

berbasis harga saham, menemukan bahwa H1. Revaluasi Aset Tetap Memiliki

revaluasi aset operasional, seperti Property, Relevansi Nilai.

Plant & Equipment memiliki relevansi nilai


Dampak Tingkat Utang Terhadap
lebih tinggi daripada aset yang tidak
Relevansi Nilai Revaluasi Aset tetap
berhubungan langsung dengan operasi.
Revaluasi aset tetap dilakukan untuk
Easton et al. (1993) menemukan bahwa
mengatasi masalah kurangnya investasi.
selisih revaluasi aset tetap memiliki
Whittred dan Chan (1992) memandang
hubungan yang lemah dengan return dan
bahwa revaluasi merupakan cara yang
perubahan laba. Hal ini menunjukkan
murah untuk meningkatkan kapasitas
bahwa selisih revaluasi berkontribusi
pinjaman tanpa melakukan renegosiasi
sangat sedikit terhadap adanya perubahan
kontrak. Dengan melakukan revaluasi,
laba. Di sisi lain, Aboody et al. (1999)
perusahaan akan mendapatkan nilai debt to
menemukan bahwa peningkatan saldo
equity ratio (DER) yang lebih rendah
cadangan revaluasi berhubungan signifikan
karena nilai aset akan meningkat. Brown et
positif terhadap return tahunan. Hasil
al. (1992) menunjukkan dua hipotesis yang
penelitian Aboody et al. memberikan arti
berbeda, pertama, perusahaan berusaha
bahwa apabila saldo cadangan revaluasi
untuk menghindari transfer kekayaan
mengalami peningkatan, maka return
kepada pemberi pinjaman, misalnya biaya
tahunan juga akan meningkat.
utang yang tinggi, dengan merevaluasi aset
Dalam perumusan hipotesis pertama
tetapnya. Kedua, perusahaan melakukan
penelitian ini, revaluasi aset tetap diduga
revaluasi aset mungkin disebabkan oleh
memiliki pengaruh positif dan memiliki
keinginan untuk mengurangi asimetri
nilai yang signifikan terhadap return

Jurnal Akuntansi dan Auditing


9
Volume 14/ No. 1 Tahun 2017:1-21
informasi antara pihak internal dan didorong oleh motif untuk menghindari
eksternal perusahaan. adanya asimetri informasi antara pihak
Perusahaan mungkin memiliki motif internal dan eksternal perusahaan.
yang berbeda dalam melakukan revaluasi Hipotesis kedua dalam penelitian ini
aset. Misalnya, perusahaan dengan leverage adalah:
yang tinggi mungkin memiliki motif yang H2. Leverage Memoderasi Relevansi Nilai
berbeda dengan perusahaan dengan Revaluasi Aset Tetap.
leverage yang rendah. Sama dengan
METODE PENELITIAN
hipotesis Aboody et al. (1999) dan Brown
Variabel Penelitian
et al. (1992) bahwa perusahaan yang
Penelitian ini menguji relevansi nilai
memiliki tingkat utang tinggi mungkin
revaluasi aset tetap dan moderasi tingkat
memiliki motif oportunistik untuk
utang dalam relevansi tersebut. Variabel
menghilangkan hambatan utang dengan
dependen yang digunakan dalam penelitian
melakukan revaluasi. Di sisi lain, Whittred
ini adalah return saham. Variabel
dan Chan (1992) dan Easton et al. (1993)
independen dalam penelitian ini adalah
memandang bahwa perusahaan melakukan
nilai revaluasi aset tetap dan moderasi
revaluasi aset tetap sebagai bentuk efisiensi
leverage terhadap nilai revaluasi aset tetap.
kontrak dan memperluas kapasitas
Variabel dependen return (RET)
pinjaman.
diukur dengan menggunakan raw return
Penelitian ini menguji apakah tingkat
perusahaan 3 bulan setelah berakhirnya
utang perusahaan mempengaruhi relevansi
periode akuntansi. Raw return dapat
nilai revaluasi aset tetap. Moderasi dari
dihitung dengan harga saham pada
variabel leverage, menunjukkan adanya
perusahaan i periode t ditambah dengan
pengaruh tingkat utang terhadap relevansi
dividen perusahaan i periode t dikurangkan
nilai revaluasi aset tetap. Pengaruh negatif
dengan harga saham perusahaan i periode t-
dan signifikan menunjukkan bahwa
1 dibagi dengan harga saham perusahaan i
perusahaan didorong oleh motif
periode t-1 (Aboody et al., 1999);
oportunistik dalam melakukan revaluasi
Courtenay dan Cahan, 2004). Return saham
aset tetap. Kondisi ini mencerminkan
digunakan sebagai variabel dependen,
bahwa perusahaan berupaya untuk
sedangkan variabel independennya adalah
menghindari pelanggaran utang dengan
revaluasi aset tetap. Dalam penelitian ini
meningkatkan nilai aset melalui revaluasi.
peneliti menguji dampak tingkat utang
Di sisi lain, hasil yang positif dan
untuk melihat apakah tingkat utang
signifikan menunjukkan bahwa perusahaan
10 RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Fransisca Ayudya Aryani dan Agung Juliarto
Universitas Diponegoro
mempengaruhi relevansi nilai pada Leverage biasa digunakan oleh
revaluasi aset tetap. Peneliti menggunakan kreditur maupun investor untuk mengetahui
model berbasis return untuk menguji posisi keuangan perusahaan. Dengan rasio
relevansi nilai revaluasi aset tetap. Hal ini ini, kreditur maupun investor akan
mengacu pada pernyataan Barth dan Clinch mempertimbangkan keputusan kredit dan
(1998) bahwa model berbasis return lebih investasi kepada perusahaan tersebut. Rasio
mempertimbangkan masalah ketepatan leverage yang rendah menunjukkan bahwa
waktu (timeliness) dibandingkan model perusahaan memiliki posisi keuangan yang
berbasis harga. Permasalahan waktu ini baik karena perusahaan mampu menutup
dianggap penting. Bernard (1993) (dalam seluruh utangnya baik jangka pendek
Courtenay dan Cahan, 2004) menanggapi maupun panjang saat perusahaan tersebut
penelitian yang dilakukan Easton et dilikuidasi. Dalam penelitian ini, rasio
al.(1993) bahwa motif oportunis mungkin leverage (LEV) dihitung dengan
mempengaruhi waktu dilakukannya membandingkan total liabilitas dengan total
revaluasi. RETt adalah raw return pada tiga ekuitas (Courteney dan Cahan, 2004).
bulan setelah berakhirnya tahun fiskal
perusahaan pada periode t.
Keterangan : Variabel moderasi leverage

RETt : Raw return 3 bulan setelah (RFA_LEV) dihitung dengan mengalikan

tahun fiskal periode t nilai variabel revaluasi aset tetap (RFA)

P : Harga saham dan leverage (LEV), kemudian dibagi

DIV : Dividen kas dengan market value of equity (MVE) pada

Variabel independen revaluasi aset awal tahun t. leverage (LEV) dihitung

tetap (RFA) diukur melalui selisih antara dengan membandingkan total liabilitas

nilai aset setelah revaluasi (FA1) dikurangi dengan total ekuitas (Courteney dan Cahan,

dengan nilai aset sebelum revaluasi (FA0) 2004).

atau kenaikan revaluasi aset tetap dibagi RFA_LEV = (RFA x LEV) / MVE
dengan market value of equity (MVE) awal
Variabel net income, delta net
tahun untuk mengurangi kesenjangan nilai
income, dan dummy tahun digunakan
antar variabel (Courtenay dan Cahan,
sebagai variabel kontrol. Terdapat tiga
2004).
dummy untuk mengendalikan fluktuasi
RFA = (FA1 - FA0) / MVE return sepanjang tahun dengan
Jurnal Akuntansi dan Auditing
11
Volume 14/ No. 1 Tahun 2017:1-21
menggunakan null set tahun 2015 sebagai RETit=β0+ β1RFAit+
pembanding (exclude). Kedua variabel β2LEVit+β3RFA_LEVit+ β4NIit+ β5ΔNIit+
Σ βYYRYit+ ٤it
kontrol, net income dan delta net income.
Keterangan:
Variabel revaluasi aset tetap (RFA),
RETit : raw return 3 bulan setelah
moderasi leverage (RFA_LEV), net income
periode fiskal tahun t
(NI), dan delta net income (∆NI) dibagi
β : konstanta
dengan market value of equity awal tahun
RFA : selisih revaluasi aset tetap
untuk mengurangi kesenjangan nilai antar
LEV : leverage/tingkat utang
variabel (Courtenay dan Cahan, 2004).
RFA_LEV : moderasi leverage
Populasi dan Sampel NI : net income
Populasi yang digunakan dalam ΔNI : deltanet income
penelitian ini adalah semua perusahaan non YR : dummy tahun
keuangan, yang terdaftar di Bursa Efek
HASIL DAN DISKUSI
Indonesia (IDX) dalam periode tahun 2011-
Gambaran Sampel Penelitian
2015. Pengambilan sampel perusahaan
Tabel 1 menjelaskan gambaran data
menggunakan purposive sampling dengan
secara rinci mengenai jumlah sampel yang
kriteria sebagai berikut: menerbitkan
digunakan dalam penelitian ini. Sebanyak
laporan tahunan dan laporan keuangan
36 perusahaan non keuangan yang
yang telah diaudit selama periode 2011-
melakukan revaluasi dengan jumlah 54
2015; perusahaan melakukan revaluasi aset
pengamatan dalam periode tahun 2011-
tetap dalam periode pengamatan;
2015 dijadikan sampel dalam penelitian.
perusahaan memiliki data lengkap berupa
Berdasarkan Tabel 1, dapat
selisih nilai revaluasi aset tetap, net income,
disimpulkan bahwa tidak semua perusahaan
total liabilitas, harga saham penutupan 3
melakukan revaluasi secara terus-menerus
bulan setelah berakhirnya periode fiskal,
dalam periode pengamatan. Hal ini
dan nilai total ekuitas; dan seluruh data
menyebabkan perbedaan jumlah kasus
tersebut harus disajikan dalam mata uang
revaluasi setiap tahunnya. Kasus revaluasi
rupiah.
tertinggi terjadi pada tahun 2015. Hal ini
Metode Analisis disebabkan karena dikeluarkannya paket
Pengujian hipotesis dilakukan kebijakan ekonomi jilid V yang mendorong
menggunakan analisis regresi Ordinary perusahaan untuk melakukan revaluasi aset
Least Square (OLS) dengan model regresi tetap.
sebagai berikut:

12 RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Fransisca Ayudya Aryani dan Agung Juliarto
Universitas Diponegoro
Tabel 1
Jumlah Sampel Penelitian
No. Kriteria 2011 2012 2013 2014 2015
1 Perusahaan yang melakukan
revaluasi aset tetap dalam periode 2 6 9 11 40
2011-2015
2 Perusahaan yang menggunakan
(5)
mata uang asing
3 Perusahaan yang tidak menyajikan
(2) (3) (4)
data lengkap
4 Jumlah total data setiap tahun 2 4 9 8 31
Jumlah pengamatan 54
Sumber: Data Sekunder, 2017

Data utama yang digunakan dalam terutama karena perusahaan baru


penelitian ini adalah tahun 2011-2015, menawarkan saham perdananya dalam
kecuali untuk data harga saham dan selisih periode pengamatan.
laba bersih (deltanet income). Data harga
Statistik Deskriptif
saham menggunakan data tahun 2016 untuk
Statistik deskriptif dalam penelitian
menghitung relevansi nilai tahun 2015,
ini bertujuan untuk memberikan gambaran
sedangkan selisih laba bersih menggunakan
data penelitian berdasarkan nilai minimum,
data tahun 2010 untuk menghitung selisih
maksimum, rata-rata (mean), dan nilai
laba. Terdapat 9 perusahaan sampel yang
deviasi standar dari masing-masing variabel
tidak digunakan dalam penelitian ini karena
yang bersangkutan. Distribusi statistik
tidak memiliki data lengkap yang
deskriptif untuk setiap variabel penelitian
dibutuhkan dalam mengukur variabel-
disajikan dalam Tabel 2.
variabel penelitian. Hal ini disebabkan

Tabel 2
Statistik Deskriptif
Std.
N Minimum Maximum Mean*
Deviation*
RET 54 -1,000 1,577 -0,013 0,473
RFA 54 0,000 3,199 0,463 0,646
LEV 54 0,083 11,254 1,999 2,118
RFA_LEV 54 0,000 19,698 1,206 3,033
NI 54 -1,976 0,825 -0,039 0,386
∆NI 54 -2,903 1,074 -0,118 0,520
*dibulatkan ke tiga angka desimal terdekat
Sumber: Data sekunder yang telah diolah, 2017

Jurnal Akuntansi dan Auditing


13
Volume 14/ No. 1 Tahun 2017:1-21
Tabel 2 menunjukkan jumlah variabel revaluasi aset tetap (RFA) akan
pengamatan (N) sebanyak 54 sampel. Hasil semakin kecil. Nilai deviasi standar dalam
output SPSS memberikan gambaran bahwa variabel RFA sebesar 0,646 menunjukkan
terdapat tiga variabel dengan nilai rata-rata sebaran data yang cukup besar, yaitu
negatif, yaitu variabel return, net income, sebesar. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
dan deltanet income (∆NI) dan terdapat tiga tertinggi RFA sebesar 3,199, sedangkan
variabel dengan nilai rata-rata positif. nilai terendah RFA adalah sebesar 0,000
Berdasarkan Tabel 2, Return (RET) (0,000229).
yang diukur dengan menggunakan rumus Leverage (LEV) yang diukur dengan
(Pt + Div - Pt-1) / Pt-1 menunjukkan nilai membagi nilai total liabilitas dengan total
rata-rata negatif sebesar -0,013. Hal ini ekuitas memiliki nilai rata-rata sebesar
berarti bahwa dalam satu periode laporan 1,999, hal ini menunjukkan bahwa rata-rata
keuangan, perusahaan rata-rata memiliki perusahaan memiliki nilai leverage yang
return saham negatif sebesar 0,013. Nilai cukup tinggi, yaitu sebesar 1,999. Nilai
deviasi standar lebih besar dibandingkan deviasi standar variabel leverage sebesar
nilai rata-ratanya, yaitu sebesar 0,473 yang 2,118 menunjukkan bahwa sebaran data
menunjukkan sebaran variabel data yang dalam penelitian memiliki kesenjangan
lebih luas atau memiliki kesenjangan yang nilai yang kecil. Nilai tertinggi sebesar
cukup besar antara nilai return tertinggi dan 11,254 dan nilai terendah sebesar 0,083.
terendah. Nilai return saham terkecil Variabel leverage yang memoderasi
sebesar -1,000, sedangkan nilai return revaluasi aset tetap (RFA_LEV) diukur
saham terbesar sebesar 1,577. dengan mengalikan nilai revaluasi aset
Nilai revaluasi aset tetap (RFA) tetap dengan nilai leverage kemudian
diukur dari selisih nilai aset tetap setelah dibagi dengan market value of equity
revaluasi dengan aset tetap sebelum (MVE). Nilai rata-rata variabel RFA_LEV
revaluasi dibagi dengan market value of sebesar 1,206. Ketika nilai variabel
equity (MVE). Nilai rata-rata RFA sebesar revaluasi aset tetap (RFA) tinggi dan nilai
0,463, nilai ini bergantung pada besarnya leverage (LEV) tinggi, maka nilai variabel
market value of equity. Apabila nilai moderasi leverage (RFA_LEV) juga akan
revaluasi aset tetap tinggi dan nilai tinggi, dan sebaliknya. Jika nilai revaluasi
pembaginya (market value of equity) kecil, aset tetap (RFA) rendah namun nilai
makan nilai variabel revaluasi aset tetap leverage tinggi atau sebaliknya, maka
(RFA) juga akan tinggi. Sebaliknya, nilainya akan tinggi. Nilai deviasi standar
apabila nilai pembaginya tinggi, maka nilai sebesar 3,033, jauh di atas nilai rata-rata
14 RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Fransisca Ayudya Aryani dan Agung Juliarto
Universitas Diponegoro
menunjukkan bahwa sebaran data hal ini menunjukkan bahwa setiap
mengalami kesenjangan yang cukup besar. perusahaan mengalami penurunan laba
Hal ini juga ditunjukkan melalui nilai rata-rata sebesar 0,118 dari total kapitalisasi
tertinggi sebesar 19,698 yang terpaut jauh pasar pada awal tahun. Deviasi standar
dengan nilai terendahnya sebesar 0,000 bernilai 0,520, lebih besar dibandingkan
(0,000233). nilai rata-ratanya. Hal ini menunjukkan
Net income (NI) dalam penelitian ini bahwa sebaran data memiliki kesenjangan
diukur dengan besarnya nilai laba/rugi yang cukup besar antara nilai tertinggi
bersih tahun berjalan dibagi market value of dengan nilai terendah. Nilai tertinggi dari
equity (MVE). Nilai rata-rata NI variabel ∆NI adalah 1,074, sedangkan nilai
menunjukkan angka -0,039 yang berarti terendah sebesar -2,903.
bahwa rata-rata perusahaan mengalami
Pengujian Hipotesis
kerugian sebesar 0,039 dari total
Berdasarkan uji signifikansi simultan
kapitalisasi pasar setiap awal tahun. Nilai
F menunjukkan nilai signifikansi sebesar
deviasi standar sebesar 0,386 menunjukkan
0,001 lebih kecil dibandingkan tingkat
bahwa sebaran data cukup luas dengan
kesalahan yang dapat ditolerir (α) sebesar
rentang nilai NI tertinggi dan terendah
0,01. Hal ini berarti bahwa seluruh variabel
memiliki kesenjangan yang cukup besar.
penelitian secara simultan berpengaruh
Nilai NI tertinggi adalah sebesar 0,825. Hal
terhadap variabel dependen, return (RET).
ini menunjukkan bahwa perusahaan
Dalam uji koefisien determinasi nilai
memiliki laba tertinggi selama periode
adjusted Rsquare menunjukkan angka
penelitian. Sedangkan nilai NI terendah
0,346 atau sebesar 34,6% variasi return
adalah -1,976 yang berarti bahwa
dapat dijelaskan oleh model, sedangkan
perusahaan mengalami kerugian terbesar
sisanya sebesar 65,4% return dijelaskan
selama periode penelitian sebesar 1,976
oleh variabel lain di luar model.
dari total kapitalisasi pasar awal tahun.
Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel
Selisih net income (∆NI) diukur
utama revaluasi aset tetap (RFA), leverage
dengan menggunakan selisih nilai laba/rugi
(LEV), net income (NI) dan selisih net
bersih tahun berjalan dengan laba/rugi
income (∆NI) memiliki koefisien positif,
bersih tahun sebelumnya pada periode yang
sedangkan satu variabel utama lainnya,
sama dibagi dengan market value of equity
yaitu moderasi leverage (RFA_LEV)
(MVE). Nila rata-rata ∆NI sebesar -0,118,
memiliki koefisien negatif. Koefisien beta
Jurnal Akuntansi dan Auditing
15
Volume 14/ No. 1 Tahun 2017:1-21
dari variabel revaluasi aset tetap (RFA) signifikan pada tingkat 0,1. Dua variabel
sebesar 0,080 dengan nilai signifikansi lain yaitu net income (NI) memiliki
0,453, tidak signifikan pada tingkat 0,01, hubungan signifikan negatif yang
0,05, maupun 0,1. Hal ini menunjukkan ditunjukkan dengan nilai koefisien beta -
bahwa variabel revaluasi aset tetap tidak 0,697 dengan signifikansi 0,003, signifikan
memiliki pengaruh terhadap return. pada tingkat 0,01. Variabel deltanet income
Variabel leverage (LEV) memiliki (∆NI) memiliki hubungan positif dan tidak
koefisien beta sebesar -0,021 dengan signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan
signifikansi 0,641, tidak signifikan pada koefisien beta sebesar 0,205 dengan
tingkat yang dapat ditolerir. Nilai ini signifikansi 0,252, tidak signifikan pada
menunjukkan bahwa variabel leverage berbagai tingkat. Selanjutnya, penelitian ini
tidak memiliki pengaruh terhadap return. menjelaskan interpretasi hasil uji statistik t
Variabel ketiga, moderasi leverage untuk dua variabel utama, yaitu: revaluasi
terhadap revaluasi aset tetap (RFA_LEV) aset tetap (RFA) dan moderasi leverage
memiliki pengaruh negatif dan signifikan (RFA_LEV) karena kedua variabel tersebut
terhadap return. Hal ini ditunjukkan dari berkaitan langsung dengan hipotesis
besarnya nilai koefisien beta, yaitu sebesar penelitian.
-0,071 dengan nilai signifikansi 0,070,

Tabel 3
Hasil Uji Statistik t
Variabel Koefiisien Beta Nilai Signifikansi
RFA 0,080 0,453
LEV -0,021 0,642
RFA_LEV -0,071 0,070*
NI -0,697 0,003***
∆NI 0,205 0,252
***Signifikan pada tingkat 0,01
*Signifikan pada tingkat 0,10
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017

Hipotesis pertama dalam penelitian pengaruh positif atau negatif, sedangkan


ini adalah revaluasi aset tetap memiliki relevansi nilai ditunjukkan dengan adanya
relevansi nilai. Unstandardized coefficients hubungan yang signifikan dari variabel
(Beta) digunakan untuk menunjukkan revaluasi aset tetap (RFA) terhadap

16 RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Fransisca Ayudya Aryani dan Agung Juliarto
Universitas Diponegoro
variabel dependen, return (RET). Nilai ini menunjukkan bahwa revaluasi aset tetap
koefisien beta variabel revaluasi aset tetap yang dilakukan perusahaan tidak memiliki
dalam tabel 3 menunjukkan nilai sebesar pengaruh terhadap perubahan return
0,080 dengan signifikansi sebesar 0,453. saham. Investor tidak akan merespons
Nilai ini menunjukkan bahwa variabel sinyal perusahaan mengenai prospek masa
revaluasi aset tetap tidak memiliki depan maupun kondisi perusahaan yang
pengaruh terhadap return pada berbagai sesungguhnya. Dengan demikian,
tingkat signifikansi yang dapat ditolerir. penelitian ini membuktikan bahwa
Hipotesis kedua, leverage revaluasi aset tetap tidak memiliki relevansi
memoderasi relevansi nilai revaluasi aset nilai.
tetap (RFA_LEV). Moderasi leverage Hasil penelitian ini sejalan dengan
ditunjukkan dengan adanya hubungan penelitian yang dilakukan oleh Easton et al.
signifikan antara variabel RFA_LEV (1993) yang menemukan lemahnya
dengan variabel dependen, return (RET). pengaruh revaluasi aset tetap terhadap
Hasil uji statistik t pada tabel 3 return saham. Easton menganggap bahwa
menunjukkan nilai koefisien beta variabel perusahaan mungkin salah dalam
moderasi leverage sebesar -0,071 dengan melakukan penilaian kembali (penentuan
nilai signifikansi 0,070. Hal ini harga pasar), sehingga tingkat
menunjukkan bahwa moderasi leverage pengembalian dalam periode fiskal tidak
memiliki pengaruh negatif dan signifikan mampu menangkap dampak kenaikan
pada tingkat signifikansi (α) 0,10. revaluasi. Oleh karena itu, selisih revaluasi
Berdasarkan uraian tersebut, variabel belum tentu memiliki explanatorypower
moderasi leverage (RFA_LEV) memiliki (kekuatan penjelas) terhadap return
pengaruh yang negatif dan signifikan (Easton, et al., 1993).
terhadap return (RET). Hal ini berarti Hipotesis pertama ditolak karena
bahwa adanya moderasi leverage akan terdapat ketimpangan antara nilai minimum
menimbulkan reaksi negatif pada revaluasi dan nilai maksimum antara satu perusahaan
yang dilakukan oleh perusahaan. dengan yang lainnya, selain itu jumlah
pengamatan yang kecil juga dapat menjadi
Diskusi
salah satu penyebab ditolaknya hipotesis
Hasil pengujian atas variabel
tersebut. Nilai standar deviasi yang lebih
revaluasi aset tetap terhadap return tidak
besar dibandingkan nilai rata-rata
memberikan pengaruh yang signifikan. Hal
Jurnal Akuntansi dan Auditing
17
Volume 14/ No. 1 Tahun 2017:1-21
mengindikasikan bahwa data bersifat dan biaya renegosiasi kontrak dengan
fluktuatif. Informasi tersebut dianggap melakukan revaluasi aset tetap (Brown et
tidak dapat dijadikan perhitungan mengenai al., 1992). Revaluasi aset ini dilakukan
pengambilan keputusan investor dalam untuk memperoleh rasio keuangan yang
merespons revaluasi yang dilakukan baik. Ketika total ekuitas bertambah akibat
perusahaan. Dengan kata lain, revaluasi dari peningkatan saldo revaluasi, rasio
aset tetap tidak memiliki relevansi nilai. utang terhadap ekuitas akan semakin baik.
Hasil pengujian hipotesis Hal yang sama juga terjadi, apabila nilai
menunjukkan bahwa variabel moderasi aset bertambah akibat revaluasi, maka rasio
leverage (RFA_LEV) memiliki pengaruh utang terhadap aset juga akan semakin baik
negatif dan signifikan terhadap return. karena nilai pembaginya menjadi semakin
Jumlah pengamatan yang kecil dapat besar. Berdasarkan hubungan negatif pada
menjadi salah satu penyebab diterimanya moderasi leverage, hal ini menunjukkan
hipotesis tersebut dalam tingkat signifikansi bahwa perusahaan dengan rasio leverage
0,10. Hal ini berarti bahwa ketika moderasi yang rendah berpotensi mendapatkan
leverage naik, maka return akan menurun. return yang lebih tinggi. Dengan return
Hubungan ini mencerminkan bahwa ketika yang lebih tinggi, memungkinkan
revaluasi aset tetap dilakukan oleh perusahaan mampu membayar beban tetap
perusahaan yang memiliki leverage yang perusahaan (misalnya, bunga).
cukup tinggi, investor justru akan bereaksi Sejalan dengan teori kontrak utang
secara negatif. Investor memandang bahwa yang dikemukakan oleh Brown et al.
perusahaan melakukan revaluasi untuk (1992), revaluasi aset berwujud dapat
memperoleh rasio keuangan yang baik memperbaiki rasio utang terhadap aset
dengan tujuan menghindari pelanggaran karena nilai aset berwujud meningkat. Hal
perjanjian utang. Dengan demikian, ini dapat mengurangi hambatan dalam
manajer mungkin memiliki motif perjanjian utang. Brown et al. (1992)
oportunistik dalam melakukan revaluasi menyatakan bahwa batasan formal pada
aset tetap. Hasil penelitian ini sejalan rasio leverage yang ditentukan dalam
dengan penelitian yang dilakukan oleh syarat perjanjian utang akan meningkatkan
Brown et al. (1992) dan Courtenay dan kemungkinan manajer untuk melakukan
Cahan (2004). revaluasi. Atas dasar inilah perusahaan
Perusahaan bertujuan untuk berusaha memperbaiki rasio leverage
menghindari pelanggaran perjanjian utang, melalui revaluasi aset untuk menghindari
misalnya, penghindaran pembayaran denda terjadinya pelanggaran perjanjian utang.
18 RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Fransisca Ayudya Aryani dan Agung Juliarto
Universitas Diponegoro
Dengan demikian, manajer memiliki motif dilakukan oleh perusahaan dengan leverage
oportunistik dalam melakukan revaluasi yang tinggi, maka investor akan bereaksi
aset tetap. secara negatif. Hal ini menunjukkan bahwa
manajer memiliki motif oportunistik dalam
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN
melakukan revaluasi aset tetap. Sesuai
KETERBATASAN
dengan Teori Kontrak Utang yang
Penelitian ini bertujuan untuk
dikemukakan oleh Brown et al. (1992)
menguji apakah revaluasi aset tetap
bahwa perusahaan bertujuan untuk
memiliki relevansi nilai dan apakah
menghindari pelanggaran perjanjian utang
leverage memoderasi relevansi nilai
dengan cara memperbaiki rasio leverage
tersebut. Moderasi leverage ini
melalui revaluasi aset tetap.
dimaksudkan untuk mengetahui motif
Penelitian ini telah membuktikan
manajer dalam melakukan revaluasi aset
bahwa keputusan untuk merevaluasi aset
tetap. Data yang digunakan dalam
tetap tidak memiliki dampak terhadap
penelitian ini berasal dari perusahaan non
perubahan return saham. Namun, ketika
keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun
revaluasi tersebut dilakukan oleh
2011-2015. Dari berbagai kriteria yang
perusahaan yang memiliki tingkat utang
telah ditetapkan, terdapat 36 perusahaan
tinggi, investor memandang bahwa manajer
non keuangan, yang memenuhi kriteria
memiliki motif oportunistik untuk
pengambilan sampel. Total data yang diuji
menghindari pembayaran denda atas
dalam penelitian ini sebanyak 54
pelanggaran perjanjian utang (Brown et al.,
pengamatan.
1992).
Dari hasil analisis data dan
Keterbatasan-keterbatasan yang
pembahasan pada bab sebelumnya dapat
muncul dalam penelitian ini, yaitu,
disimpulkan bahwa hasil pengujian
pertama, jumlah sampel yang sangat kecil,
hipotesis pertama adalah ditolak, dan
sehingga hasil dari penelitian ini tidak
hipotesis kedua adalah diterima. Pertama,
dapat digeneralisasikan. Kedua, penelitian
revaluasi aset tetap tidak memiliki relevansi
ini hanya berfokus pada revaluasi aset
nilai. Hal ini menunjukkan bahwa investor
tetap, sedangkan perusahaan dapat
tidak akan bereaksi atau tidak merespons
melakukan revaluasi aset tidak lancar
sinyal dari perusahaan. Kedua, leverage
lainnya. Ketiga, penggunaan model return
memoderasi hubungan revaluasi aset tetap
menunjukkan hasil yang berbeda degan
dengan return saham. Ketika revaluasi
Jurnal Akuntansi dan Auditing
19
Volume 14/ No. 1 Tahun 2017:1-21
penelitian sebelumnya. Atas dasar Accounting Research, 36(3), 199–
233. https://doi.org/10.2307/2491314
keterbatasan-keterbatasan tersebut, maka
untuk penelitian selanjutnya dapat Beaver, W. H. (1968). The Information
Content of Annual Content The
melakukan perluasan objek penelitian Information Announcements
seperti perluasan sektor perusahaan dan Earnings. Journal of Accounting
Research, 6, 67–92.
menggunakan periode pengamatan yang
lebih panjang. Penelitian selanjutnya juga Brown, P., Izan, H. Y., & Loh, A. L.
(1992). Fixed Asset Revaluations and
dapat melakukan perluasan variabel Managerial Incentives. Abacus,
penelitian, seperti menambahkan variabel 28(1), 36–57.
https://doi.org/10.1111/j.1467-
revaluasi properti investasi, revaluasi aset 6281.1992.tb00268.x
keuangan, dan sebagainya, serta dapat
Cahan, S. F., Courtenay, S. M.,
menggunakan model harga untuk menilai Gronewoller, P. L., & Upton, D. R.
ada tidaknya relevansi nilai. Hal ini (2000). Discussion of Value
Relevance of Mandated
dimaksudkan agar penelitian dapat Comprehensive Income Disclosures.
memberikan gambar yang lebih Journal of Business and Accounting,
27(9), 1303–1309.
komprehensif mengenai relevansi nilai
Choi, T. H., Pae, J., Park, S., & Song, Y.
revaluasi aset, serta dapat
(2012). Asset Revaluations: Motives
menyempurnakan penelitian ini. and Choice of Items to Revalue. Asia-
Pacific Journal of Accounting &
DAFTAR PUSTAKA Economics, (March 2014), 1–28.
https://doi.org/10.1080/16081625.201
Aboody, D., Barth, M. E., & Kasznik, R. 2.719858
(1999). Revaluations of Fixed Assets
and Future Firm Performance: Courtenay, S. M., & Cahan, S. F. (2004).
Evidence from the UK. Journal of The Impact of Debt on Market
Accounting and Economics, 26(1–3), Reactions to the Revaluation of
149–178. Noncurrent Assets. Pacific-Basin
https://doi.org/10.1016/S0165- Finance Journal, 12, 219–243.
4101(98)00040-8 https://doi.org/10.1016/S0927-
538X(03)00021-0
Andison. (2015). Fixed Asset Revaluation :
Market Reactions (No. 29). Easton, P. D., Eddey, P. H., & Harris, T. S.
Simposium Nasional Akuntansi XVIII. (2011). An Investigation of
Retrieved from Revaluations of Tangible Long-Lived
lib.ibs.ac.id/materi/SNA Assets, 31(1993), 1–38.
XVIII/makalah/029.pdf
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis
Barth, M. E., & Clinch, G. (1998). Multivariate dengan Program IBM
Revalued Financial, Tangible, and SPSS 19 (5th ed.). Semarang:
Intangible Assets: Associations with Universitas Diponegoro.
Share Prices and Non-Market-Based
Value Estimates. Journal of Gu, Z. (2007). Across-sample

20 RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Fransisca Ayudya Aryani dan Agung Juliarto
Universitas Diponegoro
Incomparability of R 2 s and 42(2), 186–205.
Additional Evidence on Value https://doi.org/10.1016/j.intacc.2007.
Relevance Changes Over Time. 04.006
Journal of Business Finance &
Accounting, 34(7 & 8), 1073–1098. Sawir, A. (2004). Kebijakan Pendanaan dan
https://doi.org/10.1111/j.1468- Restrukturisasi Perusahaan. Retrieved
5957.2007.02044.x September 23, 2016, from
https://books.google.co.id/books?id=
Horn, V., & Wachowicz. (2007). Prinsip- y-cTv8LG-
Prinsip Keuangan 2 (12th ed.). oAC&pg=PR3&dq=sawir+2004+Keb
Retrieved from ijakan+Pendanaan+dan+Restrukturisa
https://books.google.co.id/books?id= si+Perusahaan.&hl=ban&sa=X&redir
6ILNYYk4- _esc=y#v=onepage&q=sawir 2004
vkC&pg=PP3&dq=van+horne+dan+ Kebijakan Pendanaan dan
wachowicz+2007&hl=ban&sa=X&re Restrukturisasi Perusahaan.&f=false
dir_esc=y#v=onepage&q=van horne
dan wachowicz 2007&f=false Simbolon, H. A. (2010). Value Relevance.
Retrieved October 28, 2016, from
IAI. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi https://akuntansiterapan.com/2010/06
Keuangan 16. Retrieved September /16/value-relevance/#more-71
20, 2016, from
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files Whittred, G., & Chan, Y. K. (1992). Asset
/2011/04/ED-PSAK-16.pdf Revaluations and the Mitigation of
Underinvestment. Abacus, 28(1), 58–
IAIglobal. (2015). IAI Dukung Kebijakan 74. https://doi.org/10.1111/j.1467-
Pemerintah Terkait Revaluasi. 6281.1992.tb00269.x
Retrieved September 20, 2016, from
http://iaiglobal.or.id/v03/berita-
kegiatan/detailberita-864-market

Kemenkopmk. (2015). Pemerintah


Keluarkan Paket Kebijakan Ekonomi
Jilid 5. Retrieved September 20,
2016, from
http://www.kemenkopmk.go.id/artike
l/pemerintah-keluarkan-paket-
kebijakan-ekonomi-jilid-5

Maruli. (2014). Pengertian, Konsep


Leverage Menurut Para Ahli.
Retrieved March 1, 2017, from
http://xerma.blogspot.co.id/2014/04/p
engertian-konsep-leverage-menurut-
ahli.html

Missonier-Piera, F. (2007). Motives for


Fixed-Asset Revaluation: An
Empirical Analysis with Swiss Data.
International Journal of Accounting,
Jurnal Akuntansi dan Auditing
21
Volume 14/ No. 1 Tahun 2017:1-21

Anda mungkin juga menyukai