Tpa 102
Tpa 102
ABSTRACT
This study aims to analyze the value relevance of fixed asset revaluation and whether debt
levels moderate value relevance of fixed asset revaluation. Signaling theory states that the
company revalues its assets with the aim to provide credible signals about favorable future
prospects; whereas debt contracting theory suggests that firms with high debt levels have
opportunistic motives in doing the revaluation of fixed. This study uses 54 data of non-
financial companies listed on the Indonesian Stock Exchange and have revalued its fixed
assets in the period 2012-2015. The results shows that the revaluation of fixed asset has a
value relevance, and leverage moderates this value relevance. Companies are trying to show
the fair value of assets and an overview of the actual company's financial condition by
revaluing their assets. However, when the company revalued its assets and has a fairly high
leverage, investor respons negatively on revaluation conducted. Investors perceive that it is
an opportunistic motives of managers to avoid the costs arising from the loan agreement.
4 RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Fransisca Ayudya Aryani dan Agung Juliarto
Universitas Diponegoro
Barlev et al. (2007) (dalam Choi et al., Aset Tetap
2013) berpendapat bahwa dengan menilai PSAK NO. 16 mendefinisikan aset
kembali aset tetap (Property, plant & tetap sebagai”aset berwujud yang a)
equipments) perusahaan memberikan sinyal dimiliki untuk digunakan dalam produksi
yang positif dan kredibel mengenai prospek atau penyediaan barang atau jasa, untuk
masa depan yang lebih menguntungkan. direntalkan kepada pihak lain, atau untuk
Sebaliknya, Gaeremynck dan Veugelers tujuan administratif, dan b) diharapkan
(1999) (dalam Choi et al., 2013) untuk digunakan selama lebih dari satu
berpendapat bahwa revaluasi akan periode. Aset tetap diakui sebesar biaya
memberikan sinyal yang negatif mengenai perolehan pada saat pengakuan awal, jika
kinerja buruk perusahaan karena adanya dan hanya jika entitas akan memperoleh
kendala utang. Perusahaan juga akan manfaat ekonomi di masa depan dari aset
melakukan revaluasi dalam upaya untuk tersebut dan biaya perolehannya dapat
memperbaiki posisi keuangan untuk diukur secara andal. Sedangkan untuk
meningkatkan kapasitas pinjaman atau pengukuran aset tetap setelah pengakuan,
untuk menghindari pelanggaran perjanjian perusahaan dapat memilih untuk
utang. menggunakan model biaya atau model
Di sisi yang lain, Andison (2015) revaluasi (IAI, 2011).
menganggap pentingnya teori ini Perusahaan dapat memilih model
didasarkan pada fenomena asimetri biaya atau model revaluasi sebagai
informasi antara manajer dan investor. kebijakan akuntansinya dalam melakukan
Keadaan ini mendorong manajer untuk pengukuran aset tetap setelah pengakuan
segera memberikan sinyal agar investor awal. Kebijakan tersebut harus diterapkan
memiliki pengetahuan dan gambaran yang terhadap seluruh aset tetap pada kelompok
cukup mengenai perusahaan bersangkutan. yang sama. Apabila perusahaan mengukur
Umumnya perusahaan akan senantiasa aset tetap dengan menggunakan model
menempatkan posisinya sebagai biaya, maka pengukuran dilakukan dengan
perusahaan yang baik untuk menunjukkan mengurangkan biaya perolehan aset tetap
kualitas dirinya melalui sinyal-sinyal yang dengan akumulasi penyusutan dan
diberikan oleh perusahaan (Bhattacarya dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
Amy, 2011; Andison, 2015). Sedangkan pengukuran dengan
menggunakan model revaluasi dilakukan
6 RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Fransisca Ayudya Aryani dan Agung Juliarto
Universitas Diponegoro
harga. Pengukuran dengan menggunakan positif dan signifikan dalam hubungan
model harga menggunakan R2 sebagai antara revaluasi aset tetap dengan return
pengukur relevansi nilai (Francis dan saham. Hal ini menunjukkan adanya
Schipper,a1999;aSimbolon,2010). relevansi nilai pada revaluasi aset tetap.
Penggunaan R2 didasarkan pada alasan Beberapa hal lain yang mendorong
karena R2 adalah pengukur yang baik perusahaan untuk melakukan revaluasi aset
dalam menjelaskan variabel independen mungkin karena adanya keinginan manajer
dalam suatu regresi. Di sisi yang berlainan, untuk meningkatkan nilai aset dalam
Brown et al. (1999) (dalam Simbolon, rangka untuk memperbaiki beberapa rasio
2010) menemukan adanya masalah scale keuangan, misalnya rasio utang atas ekuitas
efect dalam model harga. Brown et al. (Debt to Equity Ratio) dan rasio utang atas
(1999) mengatasi permasalahan ini dengan aset (Debt to Assets Ratio). Brown et al.
menggunakan model return, yaitu Pt-1 (1992) mengasumsikan bahwa perusahaan
sebagai pembagi dalam model tersebut. degan tingkat utang yang tinggi mungkin
Sejalan dengan Brown et al. (1999), Barth memiliki motif oportunistik dalam
dan Clinch (1998) juga menyatakan bahwa melakukan revaluasi. Motif ini didasari
model return lebih mencerminkan adanya oleh keinginan manajer untuk mendapatkan
ketepatan waktu. Dengan demikian, kelonggaran dalam perjanjian utang,
revaluasi yang dilakukan sebelum maupun seperti, penghindaran denda dan
setelah periode sekarang tidak akan pembayaran biaya renegosiasi. Whittred
memiliki relevansi nilai. dan Chan (1992) berpendapat bahwa
revaluasi aset adalah cara yang murah
Kerangka Pemikiran
untuk meningkatkan kapasitas pinjaman
Dalam penelitian ini, revaluasi aset
tanpa harus melakukan renegosiasi kontrak.
tetap digunakan sebagai variabel
Sama seperti asumsi yang dinyatakan
independen yang memengaruhi return
oleh Brown et al. (1992), perusahaan
saham. Peneliti berfokus pada revaluasi ke
mungkin memiliki motif yang berbeda
atas karena merupakan diskresioner yang
dalam melakukan revaluasi aset.
baik dari segi waktu dan jumlah (Courtenay
Perusahaan yang memiliki tingkat utang
dan Cahan, 2004). Dengan demikian,
tinggi lebih cenderung untuk melakukan
semua revaluasi dianggap secara langsung
revaluasi sebagai motif oportunistik dalam
menambah atau mengurangi ekuitas.
rangka untuk melonggarkan kendala utang.
Peneliti mengharapkan hasil uji yang
Jurnal Akuntansi dan Auditing
7
Volume 14/ No. 1 Tahun 2017:1-21
Sedangkan Whittred dan Chan (1992) yang mendukung pandangan bahwa
mengasumsikan bahwa bahwa perusahaan perusahaan memiliki motif oportunistik
yang memiliki tingkat utang yang tinggi dalam melakukan revaluasi aset, sedangkan
melakukan revaluasi sebagai bentuk Easton et al. (1993) membuktikan bahwa
efisiensi kontrak, yaitu untuk mengatasi perusahaan memiliki motif untuk
masalah kurangnya investasi. Penelitian melakukan efisiensi kontrakkutang.
Aboody et al. (1999) menemukan bukti
Gambar 1
Kerangka Pemikiran
Variabel Moderasi
Leverage (RFA_LEV)
H2
Variabel Kontrol
Net income(NI)
DeltaNet income(∆NI)
Dalam penelitian ini, leverage diduga leverage tinggi, artinya bahwa perusahaan
memoderasi relevansi nilai revaluasi aset dengan rasio leverage yang tinggi akan
tetap. Penelitian yang dilakukan diharapkan memiliki return yang lebih rendah.
memiliki hasil uji yang signifikan negatif Perusahaan dengan rasio leverage tinggi
pada perusahaan yang memiliki tingkat lebih cenderung bertujuan untuk
8 RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Fransisca Ayudya Aryani dan Agung Juliarto
Universitas Diponegoro
melonggarkan kendala utang sebagai motif saham. Hubungan ini menunjukkan bahwa
oportunistik perusahaan. revaluasi aset tetap memiliki relevansi nilai.
harga, membuktikan bahwa revaluasi aset investor mengenai prospek masa depan
tetap memiliki relevansi nilai dengan laba yang lebih menguntungkan. Berdasarkan
bersih. Penelitian yang dilakukan Barth dan uraian di atas, rumusan hipotesis penelitian
berbasis harga saham, menemukan bahwa H1. Revaluasi Aset Tetap Memiliki
tetap (RFA) diukur melalui selisih antara dengan membandingkan total liabilitas
nilai aset setelah revaluasi (FA1) dikurangi dengan total ekuitas (Courteney dan Cahan,
atau kenaikan revaluasi aset tetap dibagi RFA_LEV = (RFA x LEV) / MVE
dengan market value of equity (MVE) awal
Variabel net income, delta net
tahun untuk mengurangi kesenjangan nilai
income, dan dummy tahun digunakan
antar variabel (Courtenay dan Cahan,
sebagai variabel kontrol. Terdapat tiga
2004).
dummy untuk mengendalikan fluktuasi
RFA = (FA1 - FA0) / MVE return sepanjang tahun dengan
Jurnal Akuntansi dan Auditing
11
Volume 14/ No. 1 Tahun 2017:1-21
menggunakan null set tahun 2015 sebagai RETit=β0+ β1RFAit+
pembanding (exclude). Kedua variabel β2LEVit+β3RFA_LEVit+ β4NIit+ β5ΔNIit+
Σ βYYRYit+ ٤it
kontrol, net income dan delta net income.
Keterangan:
Variabel revaluasi aset tetap (RFA),
RETit : raw return 3 bulan setelah
moderasi leverage (RFA_LEV), net income
periode fiskal tahun t
(NI), dan delta net income (∆NI) dibagi
β : konstanta
dengan market value of equity awal tahun
RFA : selisih revaluasi aset tetap
untuk mengurangi kesenjangan nilai antar
LEV : leverage/tingkat utang
variabel (Courtenay dan Cahan, 2004).
RFA_LEV : moderasi leverage
Populasi dan Sampel NI : net income
Populasi yang digunakan dalam ΔNI : deltanet income
penelitian ini adalah semua perusahaan non YR : dummy tahun
keuangan, yang terdaftar di Bursa Efek
HASIL DAN DISKUSI
Indonesia (IDX) dalam periode tahun 2011-
Gambaran Sampel Penelitian
2015. Pengambilan sampel perusahaan
Tabel 1 menjelaskan gambaran data
menggunakan purposive sampling dengan
secara rinci mengenai jumlah sampel yang
kriteria sebagai berikut: menerbitkan
digunakan dalam penelitian ini. Sebanyak
laporan tahunan dan laporan keuangan
36 perusahaan non keuangan yang
yang telah diaudit selama periode 2011-
melakukan revaluasi dengan jumlah 54
2015; perusahaan melakukan revaluasi aset
pengamatan dalam periode tahun 2011-
tetap dalam periode pengamatan;
2015 dijadikan sampel dalam penelitian.
perusahaan memiliki data lengkap berupa
Berdasarkan Tabel 1, dapat
selisih nilai revaluasi aset tetap, net income,
disimpulkan bahwa tidak semua perusahaan
total liabilitas, harga saham penutupan 3
melakukan revaluasi secara terus-menerus
bulan setelah berakhirnya periode fiskal,
dalam periode pengamatan. Hal ini
dan nilai total ekuitas; dan seluruh data
menyebabkan perbedaan jumlah kasus
tersebut harus disajikan dalam mata uang
revaluasi setiap tahunnya. Kasus revaluasi
rupiah.
tertinggi terjadi pada tahun 2015. Hal ini
Metode Analisis disebabkan karena dikeluarkannya paket
Pengujian hipotesis dilakukan kebijakan ekonomi jilid V yang mendorong
menggunakan analisis regresi Ordinary perusahaan untuk melakukan revaluasi aset
Least Square (OLS) dengan model regresi tetap.
sebagai berikut:
12 RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Fransisca Ayudya Aryani dan Agung Juliarto
Universitas Diponegoro
Tabel 1
Jumlah Sampel Penelitian
No. Kriteria 2011 2012 2013 2014 2015
1 Perusahaan yang melakukan
revaluasi aset tetap dalam periode 2 6 9 11 40
2011-2015
2 Perusahaan yang menggunakan
(5)
mata uang asing
3 Perusahaan yang tidak menyajikan
(2) (3) (4)
data lengkap
4 Jumlah total data setiap tahun 2 4 9 8 31
Jumlah pengamatan 54
Sumber: Data Sekunder, 2017
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Std.
N Minimum Maximum Mean*
Deviation*
RET 54 -1,000 1,577 -0,013 0,473
RFA 54 0,000 3,199 0,463 0,646
LEV 54 0,083 11,254 1,999 2,118
RFA_LEV 54 0,000 19,698 1,206 3,033
NI 54 -1,976 0,825 -0,039 0,386
∆NI 54 -2,903 1,074 -0,118 0,520
*dibulatkan ke tiga angka desimal terdekat
Sumber: Data sekunder yang telah diolah, 2017
Tabel 3
Hasil Uji Statistik t
Variabel Koefiisien Beta Nilai Signifikansi
RFA 0,080 0,453
LEV -0,021 0,642
RFA_LEV -0,071 0,070*
NI -0,697 0,003***
∆NI 0,205 0,252
***Signifikan pada tingkat 0,01
*Signifikan pada tingkat 0,10
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017
16 RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Fransisca Ayudya Aryani dan Agung Juliarto
Universitas Diponegoro
variabel dependen, return (RET). Nilai ini menunjukkan bahwa revaluasi aset tetap
koefisien beta variabel revaluasi aset tetap yang dilakukan perusahaan tidak memiliki
dalam tabel 3 menunjukkan nilai sebesar pengaruh terhadap perubahan return
0,080 dengan signifikansi sebesar 0,453. saham. Investor tidak akan merespons
Nilai ini menunjukkan bahwa variabel sinyal perusahaan mengenai prospek masa
revaluasi aset tetap tidak memiliki depan maupun kondisi perusahaan yang
pengaruh terhadap return pada berbagai sesungguhnya. Dengan demikian,
tingkat signifikansi yang dapat ditolerir. penelitian ini membuktikan bahwa
Hipotesis kedua, leverage revaluasi aset tetap tidak memiliki relevansi
memoderasi relevansi nilai revaluasi aset nilai.
tetap (RFA_LEV). Moderasi leverage Hasil penelitian ini sejalan dengan
ditunjukkan dengan adanya hubungan penelitian yang dilakukan oleh Easton et al.
signifikan antara variabel RFA_LEV (1993) yang menemukan lemahnya
dengan variabel dependen, return (RET). pengaruh revaluasi aset tetap terhadap
Hasil uji statistik t pada tabel 3 return saham. Easton menganggap bahwa
menunjukkan nilai koefisien beta variabel perusahaan mungkin salah dalam
moderasi leverage sebesar -0,071 dengan melakukan penilaian kembali (penentuan
nilai signifikansi 0,070. Hal ini harga pasar), sehingga tingkat
menunjukkan bahwa moderasi leverage pengembalian dalam periode fiskal tidak
memiliki pengaruh negatif dan signifikan mampu menangkap dampak kenaikan
pada tingkat signifikansi (α) 0,10. revaluasi. Oleh karena itu, selisih revaluasi
Berdasarkan uraian tersebut, variabel belum tentu memiliki explanatorypower
moderasi leverage (RFA_LEV) memiliki (kekuatan penjelas) terhadap return
pengaruh yang negatif dan signifikan (Easton, et al., 1993).
terhadap return (RET). Hal ini berarti Hipotesis pertama ditolak karena
bahwa adanya moderasi leverage akan terdapat ketimpangan antara nilai minimum
menimbulkan reaksi negatif pada revaluasi dan nilai maksimum antara satu perusahaan
yang dilakukan oleh perusahaan. dengan yang lainnya, selain itu jumlah
pengamatan yang kecil juga dapat menjadi
Diskusi
salah satu penyebab ditolaknya hipotesis
Hasil pengujian atas variabel
tersebut. Nilai standar deviasi yang lebih
revaluasi aset tetap terhadap return tidak
besar dibandingkan nilai rata-rata
memberikan pengaruh yang signifikan. Hal
Jurnal Akuntansi dan Auditing
17
Volume 14/ No. 1 Tahun 2017:1-21
mengindikasikan bahwa data bersifat dan biaya renegosiasi kontrak dengan
fluktuatif. Informasi tersebut dianggap melakukan revaluasi aset tetap (Brown et
tidak dapat dijadikan perhitungan mengenai al., 1992). Revaluasi aset ini dilakukan
pengambilan keputusan investor dalam untuk memperoleh rasio keuangan yang
merespons revaluasi yang dilakukan baik. Ketika total ekuitas bertambah akibat
perusahaan. Dengan kata lain, revaluasi dari peningkatan saldo revaluasi, rasio
aset tetap tidak memiliki relevansi nilai. utang terhadap ekuitas akan semakin baik.
Hasil pengujian hipotesis Hal yang sama juga terjadi, apabila nilai
menunjukkan bahwa variabel moderasi aset bertambah akibat revaluasi, maka rasio
leverage (RFA_LEV) memiliki pengaruh utang terhadap aset juga akan semakin baik
negatif dan signifikan terhadap return. karena nilai pembaginya menjadi semakin
Jumlah pengamatan yang kecil dapat besar. Berdasarkan hubungan negatif pada
menjadi salah satu penyebab diterimanya moderasi leverage, hal ini menunjukkan
hipotesis tersebut dalam tingkat signifikansi bahwa perusahaan dengan rasio leverage
0,10. Hal ini berarti bahwa ketika moderasi yang rendah berpotensi mendapatkan
leverage naik, maka return akan menurun. return yang lebih tinggi. Dengan return
Hubungan ini mencerminkan bahwa ketika yang lebih tinggi, memungkinkan
revaluasi aset tetap dilakukan oleh perusahaan mampu membayar beban tetap
perusahaan yang memiliki leverage yang perusahaan (misalnya, bunga).
cukup tinggi, investor justru akan bereaksi Sejalan dengan teori kontrak utang
secara negatif. Investor memandang bahwa yang dikemukakan oleh Brown et al.
perusahaan melakukan revaluasi untuk (1992), revaluasi aset berwujud dapat
memperoleh rasio keuangan yang baik memperbaiki rasio utang terhadap aset
dengan tujuan menghindari pelanggaran karena nilai aset berwujud meningkat. Hal
perjanjian utang. Dengan demikian, ini dapat mengurangi hambatan dalam
manajer mungkin memiliki motif perjanjian utang. Brown et al. (1992)
oportunistik dalam melakukan revaluasi menyatakan bahwa batasan formal pada
aset tetap. Hasil penelitian ini sejalan rasio leverage yang ditentukan dalam
dengan penelitian yang dilakukan oleh syarat perjanjian utang akan meningkatkan
Brown et al. (1992) dan Courtenay dan kemungkinan manajer untuk melakukan
Cahan (2004). revaluasi. Atas dasar inilah perusahaan
Perusahaan bertujuan untuk berusaha memperbaiki rasio leverage
menghindari pelanggaran perjanjian utang, melalui revaluasi aset untuk menghindari
misalnya, penghindaran pembayaran denda terjadinya pelanggaran perjanjian utang.
18 RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Fransisca Ayudya Aryani dan Agung Juliarto
Universitas Diponegoro
Dengan demikian, manajer memiliki motif dilakukan oleh perusahaan dengan leverage
oportunistik dalam melakukan revaluasi yang tinggi, maka investor akan bereaksi
aset tetap. secara negatif. Hal ini menunjukkan bahwa
manajer memiliki motif oportunistik dalam
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN
melakukan revaluasi aset tetap. Sesuai
KETERBATASAN
dengan Teori Kontrak Utang yang
Penelitian ini bertujuan untuk
dikemukakan oleh Brown et al. (1992)
menguji apakah revaluasi aset tetap
bahwa perusahaan bertujuan untuk
memiliki relevansi nilai dan apakah
menghindari pelanggaran perjanjian utang
leverage memoderasi relevansi nilai
dengan cara memperbaiki rasio leverage
tersebut. Moderasi leverage ini
melalui revaluasi aset tetap.
dimaksudkan untuk mengetahui motif
Penelitian ini telah membuktikan
manajer dalam melakukan revaluasi aset
bahwa keputusan untuk merevaluasi aset
tetap. Data yang digunakan dalam
tetap tidak memiliki dampak terhadap
penelitian ini berasal dari perusahaan non
perubahan return saham. Namun, ketika
keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun
revaluasi tersebut dilakukan oleh
2011-2015. Dari berbagai kriteria yang
perusahaan yang memiliki tingkat utang
telah ditetapkan, terdapat 36 perusahaan
tinggi, investor memandang bahwa manajer
non keuangan, yang memenuhi kriteria
memiliki motif oportunistik untuk
pengambilan sampel. Total data yang diuji
menghindari pembayaran denda atas
dalam penelitian ini sebanyak 54
pelanggaran perjanjian utang (Brown et al.,
pengamatan.
1992).
Dari hasil analisis data dan
Keterbatasan-keterbatasan yang
pembahasan pada bab sebelumnya dapat
muncul dalam penelitian ini, yaitu,
disimpulkan bahwa hasil pengujian
pertama, jumlah sampel yang sangat kecil,
hipotesis pertama adalah ditolak, dan
sehingga hasil dari penelitian ini tidak
hipotesis kedua adalah diterima. Pertama,
dapat digeneralisasikan. Kedua, penelitian
revaluasi aset tetap tidak memiliki relevansi
ini hanya berfokus pada revaluasi aset
nilai. Hal ini menunjukkan bahwa investor
tetap, sedangkan perusahaan dapat
tidak akan bereaksi atau tidak merespons
melakukan revaluasi aset tidak lancar
sinyal dari perusahaan. Kedua, leverage
lainnya. Ketiga, penggunaan model return
memoderasi hubungan revaluasi aset tetap
menunjukkan hasil yang berbeda degan
dengan return saham. Ketika revaluasi
Jurnal Akuntansi dan Auditing
19
Volume 14/ No. 1 Tahun 2017:1-21
penelitian sebelumnya. Atas dasar Accounting Research, 36(3), 199–
233. https://doi.org/10.2307/2491314
keterbatasan-keterbatasan tersebut, maka
untuk penelitian selanjutnya dapat Beaver, W. H. (1968). The Information
Content of Annual Content The
melakukan perluasan objek penelitian Information Announcements
seperti perluasan sektor perusahaan dan Earnings. Journal of Accounting
Research, 6, 67–92.
menggunakan periode pengamatan yang
lebih panjang. Penelitian selanjutnya juga Brown, P., Izan, H. Y., & Loh, A. L.
(1992). Fixed Asset Revaluations and
dapat melakukan perluasan variabel Managerial Incentives. Abacus,
penelitian, seperti menambahkan variabel 28(1), 36–57.
https://doi.org/10.1111/j.1467-
revaluasi properti investasi, revaluasi aset 6281.1992.tb00268.x
keuangan, dan sebagainya, serta dapat
Cahan, S. F., Courtenay, S. M.,
menggunakan model harga untuk menilai Gronewoller, P. L., & Upton, D. R.
ada tidaknya relevansi nilai. Hal ini (2000). Discussion of Value
Relevance of Mandated
dimaksudkan agar penelitian dapat Comprehensive Income Disclosures.
memberikan gambar yang lebih Journal of Business and Accounting,
27(9), 1303–1309.
komprehensif mengenai relevansi nilai
Choi, T. H., Pae, J., Park, S., & Song, Y.
revaluasi aset, serta dapat
(2012). Asset Revaluations: Motives
menyempurnakan penelitian ini. and Choice of Items to Revalue. Asia-
Pacific Journal of Accounting &
DAFTAR PUSTAKA Economics, (March 2014), 1–28.
https://doi.org/10.1080/16081625.201
Aboody, D., Barth, M. E., & Kasznik, R. 2.719858
(1999). Revaluations of Fixed Assets
and Future Firm Performance: Courtenay, S. M., & Cahan, S. F. (2004).
Evidence from the UK. Journal of The Impact of Debt on Market
Accounting and Economics, 26(1–3), Reactions to the Revaluation of
149–178. Noncurrent Assets. Pacific-Basin
https://doi.org/10.1016/S0165- Finance Journal, 12, 219–243.
4101(98)00040-8 https://doi.org/10.1016/S0927-
538X(03)00021-0
Andison. (2015). Fixed Asset Revaluation :
Market Reactions (No. 29). Easton, P. D., Eddey, P. H., & Harris, T. S.
Simposium Nasional Akuntansi XVIII. (2011). An Investigation of
Retrieved from Revaluations of Tangible Long-Lived
lib.ibs.ac.id/materi/SNA Assets, 31(1993), 1–38.
XVIII/makalah/029.pdf
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis
Barth, M. E., & Clinch, G. (1998). Multivariate dengan Program IBM
Revalued Financial, Tangible, and SPSS 19 (5th ed.). Semarang:
Intangible Assets: Associations with Universitas Diponegoro.
Share Prices and Non-Market-Based
Value Estimates. Journal of Gu, Z. (2007). Across-sample
20 RELEVANSI NILAI REVALUASI ASET TETAP DENGAN TINGKAT UTANG SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Fransisca Ayudya Aryani dan Agung Juliarto
Universitas Diponegoro
Incomparability of R 2 s and 42(2), 186–205.
Additional Evidence on Value https://doi.org/10.1016/j.intacc.2007.
Relevance Changes Over Time. 04.006
Journal of Business Finance &
Accounting, 34(7 & 8), 1073–1098. Sawir, A. (2004). Kebijakan Pendanaan dan
https://doi.org/10.1111/j.1468- Restrukturisasi Perusahaan. Retrieved
5957.2007.02044.x September 23, 2016, from
https://books.google.co.id/books?id=
Horn, V., & Wachowicz. (2007). Prinsip- y-cTv8LG-
Prinsip Keuangan 2 (12th ed.). oAC&pg=PR3&dq=sawir+2004+Keb
Retrieved from ijakan+Pendanaan+dan+Restrukturisa
https://books.google.co.id/books?id= si+Perusahaan.&hl=ban&sa=X&redir
6ILNYYk4- _esc=y#v=onepage&q=sawir 2004
vkC&pg=PP3&dq=van+horne+dan+ Kebijakan Pendanaan dan
wachowicz+2007&hl=ban&sa=X&re Restrukturisasi Perusahaan.&f=false
dir_esc=y#v=onepage&q=van horne
dan wachowicz 2007&f=false Simbolon, H. A. (2010). Value Relevance.
Retrieved October 28, 2016, from
IAI. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi https://akuntansiterapan.com/2010/06
Keuangan 16. Retrieved September /16/value-relevance/#more-71
20, 2016, from
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files Whittred, G., & Chan, Y. K. (1992). Asset
/2011/04/ED-PSAK-16.pdf Revaluations and the Mitigation of
Underinvestment. Abacus, 28(1), 58–
IAIglobal. (2015). IAI Dukung Kebijakan 74. https://doi.org/10.1111/j.1467-
Pemerintah Terkait Revaluasi. 6281.1992.tb00269.x
Retrieved September 20, 2016, from
http://iaiglobal.or.id/v03/berita-
kegiatan/detailberita-864-market