Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PERLAKUAN PANAS
2.1 Tujuan
1. Untuk menghasilkan sifat logam yang diinginkan
2. Untuk memperbaiki sifat mekanik logam
3. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam praktikum perlakuan panas
4. Untuk mengetahui perbedaan fasa dengan metode pendinginan yang
berbeda-beda
2.2 Teori Dasar
Perlakuan panas secara eksplisit didefinisikan sebagai perpaduan antara
proses pemanasan, penahanan temperatur, dan pendinginan. Perlakuan panas biasa
diaplikasikan pada logam atau paduan dalam keadaan padat, untuk mendapatkan
sifat fisik dan atau mekanik tertentu. Yang perlu dicatat di sini adalah perlakuan
panas tidak selalu logam, tapi bisa juga pada kaca.
Perubahan sifat yang dapat diperoleh dari perlakukan panas pada logam
adalah sifak mekanik seperti kekerasan, kekuatan, keuletan, ketangguhan, dll,
yang merupakan sifat yang paling sering dirubah dengan metoda perlakukan
panas. Sifat lain yang juga dapat dirubah melalui perlakukan panas adalah sifat
teknologi seperti sifat mampu bentuk dan mampu las dan mampu mesin.
Beberapa perlakukan panas yang umum diaplikasikan pada baja adalah
aniling, normalisasi, quenching dan tempering. Namun demikian yang dibahas
disini hanya quenching dan tempering.
Perlakuan panas yang memiliki siklus pemanasan sampai temperatur
austenit, penahanan selama waktu tertentu pada temperatur austenit, dan
kemudian didinginkan dengan cepat, quenching. Salah satu ciri dari perlakuan ini
adalah produk menjadi sangat keras, karenanya sering disebut sebagai proses
pengerasan, hardening. Perlakukan panas akan menghasilkan produk yang
optimal, jika selama transformasi seluruh fasa austenit dapat dikonversi ke fasa
martensit.

5
BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

Siklus perlakuan panas Quench dan Tempering Untuk Baja dapat dilihat pada
gambar 1.

Gambar 2.1 Siklus perlakuan panas pada baja

Tahap pertama adalah pemanasan sampai temperatur austenite, akan


terjadi perubahan fasa dari fasa ferrit dan pearlite menjadi fasa austenite
Ferit + Perlit —> Austenit
Tahap kedua adalah menahan temperatur beberapa saat untuk memberikan
kesempatan fasa logam bertransformasi seluruhnya. Pada tahap ini akan terjadi
pertumbuhan butir austenit. Target tahapan ini adalah untuk homogenisasi
temperatur dan fasa, batasan waktu yang digunakan adalah homogennya fasa dan
ukuran butir austenit.
Tahap ketiga adalah mendinginkan sesegera mungkin dari temperatur
austenit ke temperatur ruang. Terjadi transfomasi fasa dari fasa austenite menjadi
fasa martensite
Austenit —> Martensit
Sifat akhir produk perlakuan ini sangat ditentukan oleh siklus selama
perlakuannya. Ketiga tahapan akan sangat menentukan apakah logam akan
memiliki sifat-sifat yang sudah dirancang atau tidak.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 6


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

Pengaruh Temperatur Terhadap Besar Butir Austenite.


Pengaruh dari temperatur terhadap besar butir austenit dapat dilihat seperti
pada Gambar 1. Tampak bahwa pada temperatur yang lebih tinggi butir austenit
lebih besar. Pada temperatur yang lebih tinggi, tumbuh butir-butir yang relatif
besar dari butir-butir tetangganya. Ukuran butit austenit menjadi tidak homogen.
Perbedaan struktur mikro ini tentunya dapat memicu perbedaan sifat akhir produk.
Yang pada akhirnya, produk menjadi tidak sesuai dengan desain dan persyaratan
aplikasinya.

Gambar 2.2 Besar butir fasa austenite

Gambar 2.3 Pengaruh temperatur austenisasi terhadap besar


butir austenite baja dengan karbon 0,3 %.

Pengaruh Temperatur Terhadap Kekerasaan.


Temperatur pemanasan, austenisasi juga berpengaruh terhadap nilai
kekerasan yang dimiliki oleh produk hasil proses quenching, seperti ditunjukkan
pada Gambar 2.4. Baja dengan kandungan karbon 0,3 % yang dipanaskan pada

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 7


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

temperatur yang lebih tinggi, maka setelah quenching akan memiliki kekerasan
yang lebih tinggi.

Gambar 2.4 Pengaruh temperatur austenisasi terhadap kekerasan baja


dengan karbon 0.3 % setelah quenching

Pada temperatur austenisasi yang lebih tinggi butir-butir austenit akan


tumbuh membesar. Pada butiran austenit yang lebih besar, luas batas butir atau
jumlah titik sebagai tempat pengintian untuk terjadinya dekomposisi fasa austenit
menjadi pearlit semakin rendah.
Dekomposisi dan pertumbuhan perlit akan menjadi terhambat, hal ini akan
memudahkan transformasi austenit menjadi martensit, sehingga dengan
membesarnya butiran austenit, maka baja akan mempunyai kemampukerasan
yang lebih tinggi. Artinya austenite akan lebih mudah terdekomposisi menjadi
martenisit pada austenite yang berukuran besar.
Struktur Martensit yang terbentuk dari temperatur pemanasan yang lebih
tinggi akan memilki kerapatan dislokasi yang tinggi. Sehingga baja yang
mengalami pendinginan yang cepat dengan temperatur pemanasan yang lebih
tinggi akan memilikii fasa martensit dengan kekerasan yang tinggi pula.
Pengaruh Temperatur Terhadap Struktur Mikro Martensit.
Pada Gambar 2.5 dapat dilihat pengaruh temperatur austenisasi terhadap
struktur martensit yang terbentuk pada baja dengan karbon 0,3 persen.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 8


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

Gambar 2.5 Struktur martensite baja setelah quenching dengan


temperatur austenisasi yang berbeda

Proses perlakuan panas ada 2 kategori yaitu :


1. Softening (Pelunakan)
Adalah usaha untuk menurunkan sifat mekanik agar menjadi lunak dengan
cara mendinginkan material yang sudah dipanaskan di dalam tungku
(annealing) atau mendinginkan dengan udara terbuka (normalising).
Yang termasuk perlakuan panas secara Softening dibagi menjadi 2 bagian
yaitu :
a. Annealing (Pemijaran)
Adalah suatu proses perlakuan panas (heat treatment) yang sering
dilakukan terhadap logam atau paduan dalam proses pembuatan suatu produk.
Tahapan dari proses Anneling ini dimulai dengan memanaskan logam
(paduan) sampai temperature tertentu, menahan pada temperature tertentu tadi
selama beberapa waktu tertentu agar tercapai perubahan yang diinginkan lalu
mendinginkan logam atau paduan tadi dengan laju pendinginan yang cukup
lambat. Jenis Anneling itu beraneka ragam, tergantung pada jenis atau kondisi
benda kerja, temperature pemanasan, lamanya waktu penahanan, laju
pendinginan (cooling rate), dll. Proses anil terdiri dari beberapa tipe yang
diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :
1. Full annealing (annealing)
Merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlite yang
kasar (coarse pearlite) tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenitisasi

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 9


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

dan didinginkan dengan dapur, memperbaiki ukuran butir serta dalam


beberapa hal juga memperbaiki machinibility.
2. Process Annealing
Merupakan proses perlakuan panas yang ditujukan untuk melunakkan
dan menaikkan kembali keuletan benda kerja agar dapat dideformasi lebih
lanjut. Pada dasarnya proses Annealing dan Stress relief Annealing itu
mempunyai kesamaan yakni bahwa kedua proses tersebut dilakukan masih
dibawah garis A1 (temperature kritis A1) sehingga pada dasarnya yang
terjadi hanyalah rekristalisasi saja.
3. Stress relief Annealing
Merupakan process perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan
sisa akibat proses sebelumnya. Perlu diingat bahwa baja dengan
kandungan karbon dibawah 0,3% C itu tidak bisa dikeraskan dengan
membuat struktur mikronya berupa martensite.
b. Normalizing
Proses normalizing bertujuan untuk memperbaiki dan menghilangkan
struktur butiran kasar dan ketidak seragaman struktur dalam baja menjadi
berstrukrur yang normal kembali yang otomatis mengembalikan keuletan baja
lagi.
Struktur butiran kasar terbentuk karena waktu pemanasan dengan
temperatur tinggi atau di daerah austenit yang menyebabkan baja berstruktur
butiran kasar.
Sedangkan penyebab dari ketidak seragaman struktur karena :
1. pengerjaan rol atau tempa
2. pengerjaan las atau potong las
3. temperatur pengerasan yang terlalu tinggi
4. menahan terlalu lama di daerah austenit
5. Pengepresan, penglubangan dengan punch, penarikan
Pada proses normalizing ini baja di panaskan secara pelan-pelan sampai
suhu 20 ºC sampai 30 ºC diatas suhu pengerasan, ditahan sebentar lalu
didinginkan dengan perlahan dan kontinue. Proses normalizing ini dilakukan
juga sebelum kita melakukan proses Soft anneling. Jadi, hardening merupakan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 10


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

proses perlakuan panas yang menghasilkan perlite halus, pendinginannya


dengan menggunakan media udara, lebih keras dan kuat dari hasil anneal.
Secara teknis prosesnya hampir sama dengan annealing, kemudian dilanjutkan
dengan pendinginan pada udara. Pendinginan ini lebih cepat daripada
pendinginan pada annealing.
Jadi, tujuan dari annealing dan normalising baja adalah sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan atau memperbaiki semua sifat mekanik
2. Untuk meningkatkan atau memperbaiki permesinan
3. Untuk meningkatkan sifat yang dapat diregangkan, dengan khusus
mengembalikan kondisi normal dari baja setelah dingin bekerja
4. Untuk menghapus kimia yang non keseragaman
5. Untuk mengubah struktur mikro dan mengembangkan sebuah struktur
yang lebih diinginkan pada pengerasan
6. Untuk meredakan tekanan internal
2. Hardening ( Pengerasan )
Adalah usaha untuk meningkatkan sifat material terutama kekerasan
dengan cara celup cepat (quenching)material yang sudah dipanaskan ke dalam
suatu media quenching berupa air, air garam, maupun oli. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil kekerasan dalam perlakuan panas antara lain : komposisi
kimia, langkah perlakuan panas, cairan pendinginan, temperatur pemanasan.
Tujuan utama dari pengerasan adalah untuk mengembangkan pengerasan yang
tinggi. Objek utama dalam membuat pengerasan bagian mesin dari struktur
baja adalah untuk meningkatkan kekuatan tarik.
Dalam ilmu perlakuan panas, hardening pada prinsipnya dilakukan dengan
membentuk suatu baru struktur yang keras pada material. Mekanisme yang
biasa dilakukan ialah dengan penambahan suatu unsur atau sekedar membuat
suatu struktur yang keras dengan komposisi yang telah ada pada material.
Salah satu struktur keras yang dimaksud pada mekanisme kedua ialah
martensit (>500 BHN). Struktur martensit bersifat keras dan rapuh sehingga
pada prakteknya tidak dapat langsung digunakan, karena pembentukan
martensit diiringi distorsi matriks yang cukup besar. Pembentukan struktur
martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 11


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

(struktur FCC – Face Centered Cubic) hingga temperatur ruang, yang


berakibat pada terperangkapnya atom karbon (tidak sempat berdifusi)
sehingga terjadi peregangan kisi dari struktur BCC (Body Centered Cubic)
yang seharusnya terbentuk (ferrite) menjadi martensit yang berstruktur BCT
(Body Centered Tetragonal).
Ada beberapa penyebab kegagalan proses Hardening :
a. Suhu pengerasan terlalu rendah sehingga suhu belum mencapai pada
temperature austenit sehingga kekerasan tidak tercapai seperti yang
diharapkan.
b. Pemanasan terlalu cepat sehingga temperatur inti dari benda kerja
belum sama dengan temperatur kulit luar pada baja.
c. Tidak adanya proses pemanasan bertahap dan tidak adanya waktu
penahanan pada proses pemanasan sehingga pada waktu di quenching
benda kerja akan mengalami retak.
d. Timbulnya nyala api yang mengakibatkan terlepasnya karbon pada
permukaan benda kerja, sehingga permukaan benda kerja kurang
keras.
e. Kesalahan pemilihan media quenching, misalnya baja keras ilo di
quenching dengan air.
Setelah proses hardening biasanya baja akan sangat keras dan bersifat
rapuh, untuk itu perlu proses lanjutan yaitu proses tempering.
Tempering ini bertujuan untuk :
1. Mengurangi kekerasan
2. Mengurangi tegangan dalam
3. Memperbaiki susunan struktur Baja
Prinsip dari tempering adalah baja dikeraskan sampai temperature
dibawah A1(diagram FeC) ditahan selama 1 jam/ 25 mm tebal baja, lalu
didinginkan di udara dan pada suhu 300-400 ºC dapat di quenching dengan
media oli atau dapat juga didinginkan di udara.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 12


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

2.3 Metodelogi Praktikum


2.3.1 Skema Proses
a. Spesimen dengan metode Annealing

Siapkan alat dan bahan

Bersihkan Spesimen

Nyalakan Tungku Muffle

Masukan Spesimen

Diamkan Selama 15 Menit Pada Temperatur 875o C

Matikan Tungku

Biarkan Hingga Mencapai Temperatur Kamar

Ambil Spesimen dari Tungku Muffle

Uji Kekerasan Spesimen

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar 2.6 Skema proses spesimen dengan metode annealing

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 13


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

b. Spesimen dengan metode Normalizing

Siapkan alat dan bahan

Bersihkan Spesimen

Nyalakan Tungku Muffle

Masukan Spesimen

Diamkan Selama 15 Menit Pada Temperatur 875o C

Ambil Spesimen dari Tungku

Simpan Spesimen di Permukaan Tahan Panas

Uji Kekerasan Spesimen

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar 2.7 Skema proses spesimen dengan metode normalizing

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 14


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

c. Spesimen dengan metode Quenching Oli

Siapkan alat dan bahan

Bersihkan Spesimen

Nyalakan Tungku Muffle

Masukan Spesimen

Diamkan Selama 15 Menit Pada Temperatur 875o C

Ambil Spesimen dari Tungku

Masukan Spesimen pada Oli

Tunggu hingga mencapai temperatur kamar

Ambil Spesimen

Uji Kekerasan Spesimen

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar 2.8 Skema proses spesimen dengan metode quenching oli

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 15


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

d. Spesimen dengan metode Quenching Air

Siapkan alat dan bahan

Bersihkan Spesimen

Nyalakan Tungku Muffle

Masukan Spesimen

Diamkan Selama 15 Menit Pada Temperatur 875o C

Ambil Spesimen dari Tungku

Masukan Spesimen ke Air

Tunggu Hingga Mencapai Temperatur Kamar

Ambil Spesimen

Uji Kekerasan Spesimen

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

Gambar 2.9 Skema proses spesimen dengan metode quenching air

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 16


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

2.3.2 Penjelasan Skema Proses


a. Spesimen dengan metode Annealing
1. Siapkan alat dan bahan
2. Spesimen dibersihkan dari pengotor dengan cara proses awal
permukaan seperti diampelas hingga bersih
3. Nyalakan tungku muffle dan diberi bahan bakar seperti kokas
4. Masukan spesimen Baja AISI 1045 kedalam tungku muffle
5. Setelah dimasukan, spesimen didiamkan didialam tungku
muffle selama 15 menit pada temperatur 875oC
6. Matikan tungku muffle setelah proses holding time selama 15
menit
7. Tunggu hingga tungku berada pada temperatur kamar (25-
27oC)
8. Ambil spesimen dari tungku muffle dengan bantuan tang krus
9. Uji kekerasan spesimen tersebut dengan mesin brinell selama 3
kali percobaan pada permukaannya
10. Analisa dan pembahasan
11. Kesimpulan
b. Spesimen dengan metode Normalizing
1. Siapkan alat dan bahan
2. Spesimen dibersihkan dari pengotor dengan cara proses awal
permukaan seperti diampelas hingga bersih
3. Nyalakan tungku muffle dan diberi bahan bakar seperti kokas
4. Masukan spesimen Baja AISI 1045 kedalam tungku muffle
5. Setelah dimasukan, spesimen didiamkan didialam tungku
muffle selama 15 menit pada temperatur 875oC
6. Ambil spesimen dari tungku dengan menggunakan tang krus
dan jangan lupa untuk memakai sarung tangan dan apron
7. Simpan spesimen tersebut dipermukaan tahan panas seperti
batu dan tunggu hingga mencapai temperatur kamar (25-27oC)
8. Uji kekerasan spesimen tersebut dengan mesin brinell selama 3
kali percobaan pada permukaannya

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 17


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

9. Analisa dan pembahasan


10. Kesimpulan
c. Spesimen dengan metode Quenching oli
1. Siapkan alat dan bahan
2. Spesimen dibersihkan dari pengotor dengan cara proses awal
permukaan seperti diampelas hingga bersih
3. Nyalakan tungku muffle dan diberi bahan bakar seperti kokas
4. Masukan spesimen Baja AISI 1045 kedalam tungku muffle
5. Setelah dimasukan, spesimen didiamkan didialam tungku
muffle selama 15 menit pada temperatur 875oC
6. Ambil spesimen dari tungku dengan menggunakan tang krus
dan jangan lupa untuk memakai sarung tangan dan apron
7. Masukan spesimen kedalam oli
8. Tunggu hingga mencapai temperatur kamar (25-270 C)
9. Ambil spesimen tersebut dari oli lalu bersihkan dengan lap atau
kain
10. Uji kekerasan spesimen tersebut dengan mesin Rockwell
selama 3 kali percobaan pada permukaannya
11. Analisa dan pembahasan
12. Kesimpulan
d. Spesimen dengan metode Quenching air
1. Siapkan alat dan bahan
2. Spesimen dibersihkan dari pengotor dengan cara proses awal
permukaan seperti diampelas hingga bersih
3. Nyalakan tungku muffle dan diberi bahan bakar seperti kokas
4. Masukan spesimen Baja AISI 1045 kedalam tungku muffle
5. Setelah dimasukan, spesimen didiamkan didialam tungku
muffle selama 15 menit pada temperatur 875oC
6. Ambil spesimen dari tungku dengan menggunakan tang krus
dan jangan lupa untuk memakai sarung tangan dan apron
7. Masukan spesimen kedalam air
8. Tunggu hingga mencapai temperatur kamar (25-270 C)

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 18


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

9. Ambil spesimen tersebut dari air lalu bersihkan dengan lap atau
kain
10. Uji kekerasan spesimen tersebut dengan mesin Rockwell
selama 3 kali percobaan pada permukaannya
11. Analisa dan pembahasan
12. Kesimpulan
2.4 Alat dan Bahan
2.4.1 Alat
Alat-alat yang dipakai pada saat praktikum yaitu :
1. Tungku muffle : 1 Buah
2. Tang krus : 1 Buah
3. Mesin brinell : 1 Set
4. Mesin rockwell : 1 Set
5. Drum (untuk wadah oli) : 1 Buah
6. Panci (untuk wadah air) : 1 Buah
7. Apron : 1 Buah
8. Lup (kaca pembesar) : 1 Buah
9. Jangka sorong : 1 Buah
10. Sarung tangan : 1 Buah
2.4.2 Bahan
Bahan-bahan yang dipakai pada saat praktikum yaitu :
1. Spesimen Baja AISI 1045 : 4 Buah
2. Media Quenchan Air : Secukupnya
3. Media Quenchan oli : Secukupnya
4. Kokas / Bahan Bakar Lainnya : Secukupnya
5. Ampelas : 1 Buah

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 19


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

2.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


2.5.1 Pengumpulan Data
Jenis tungku : Muffle
Metode pengujian kekerasa : Indentasi
Jenis mesin / alat penguji kekerasa : Rockwell dan Brinell
Jenis Indentor : Kerucut intan dan bola baja
Beban minor : 10 kg
Beban mayor : 250 kg
Beban total : 150 kg
Waktu penahanan : 10 detik
Tabel 2.1 Data Pengamatan

Sample
Keterangan Kekerasan (BHN)
Uji
Rata-
No Jenis ‘T’ Holding Rata
Perlakuan Pemana Time 1 2 3
Panas san
1 Baja Anealing 870⁰C 900 s 203,882 225,490 217,928 215,766
2 AISI Normalizing 870⁰C 900 s 106,915 100,915 106,915 104,915
3 1045 Quench Oli 870⁰C 900 s 336,12 293,27 301,84 310,41
4 Quench Air 870⁰C 900 s 455,984 422,51 853,125 577,219

2.5.2 Pengolahan Data


Konversi HRC ke HB :
a. 21-30 HB = (5,970 x HRC) + 104,7
b. 31-40 HB = (8,570 x HRC) + 27,6
c. 41-50 HB = (11,158 x HRC) - 19,6
d. 50> HB = (17,515 x HRC) – 40,1

1. Proses Annealing
Dik : D = 5 mm
d1 = 1,24 mm
d2 = 1,18 mm
d3 = 1,20 mm

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 20


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

P = 250 kg
Π = 3,14
Dit : BHN …?

2𝑃
Rumus BHN = π D . ( D−√𝐷 2 −𝑑2

2 . 250
a. BHN1 = = 203,882 HB
3,14 . 5 ( 5−√52 −1,242

2 . 250
b. BHN2 = = 225,490 HB
3,14 . 5 ( 5−√52 −1,182

2 . 250
c. BHN3 = 3,14 . 5 ( 5−√52 −1,202
= 217,928 HB

2. Proses Normalizing
Dik : D = 5 mm
d1 = 1,7 mm
d2 = 1,75 mm
d3 = 1,7 mm
P = 250 kg
Π = 3,14
Dit : BHN …?

2𝑃
Rumus BHN = π D . ( D−√𝐷 2 −𝑑2

2 . 250
a. BHN1 = = 106,9152 HB
3,14 . 5 ( 5−√52 −1,72

2 . 250
b. BHN2 = = 100,9152 HB
3,14 . 5 ( 5−√52 −1,752

2 . 250
c. BHN3 = 3,14 . 5 ( 5−√52 −1,72
= 106,9152 HB

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 21


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

BHN1+ BHN2+ BHN3


Rata-rata = 3
106,9152+ 100,9152+ 106,9152
= = 104,9152 HB
3

3. Proses Quenching Oli


Dik : HRC1 = 36
HRC2 = 31
HRC3 = 32
Dit : HB = …?
A) HB1 = (8,570 x HRC) + 27,6
= (8,570 x 36) + 27,6
= 336,12 HB

B) HB2 = (8,570 x HRC) + 27,6


= (8,570 x 31) + 27,6
= 293,27 HB

C) HB3 = (8,570 x HRC) + 27,6


= (8,570 x 32) + 27,6
= 301,41 HB

HRC1+ HRC2+ HRC3


Rata-rata = 3
336,12+ 293,27 + 301,41
= = 310,41 HB
3

4. Proses Quenching Air


Dik : HRC1 = 48
HRC2 = 45
HRC3 = 51
Dit : HB = …?
Jawab :
a. HB1 = (11,58 x HRC) – 79,6
= (11,58 x 48) -79,6
= 455,984 HB

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 22


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

b. HB1 = (11,58 x HRC) – 79,6


= (11,58 x 45) -79,6
= 422,51 HB

c. HB3 = (17,515 x HRC) – 40,1


= (17,515 x 36) – 40,1
= 853,165 HB

HRC1+ HRC2+ HRC3


Rata-rata = 3
455,984+ 422,51 +853,165
= = 577,219 HB
3

5. Diagram batang per proses pendinginan


a. Annealing

Diagram kekerasan Annealing


230

225

220
Kekerasan (HB)

215

210

205

200

195

190
1 2 3
Percobaan ke-

Gambar 2.10 Diagram batang kekerasan pada proses annealing

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 23


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

b. Normalizing

Diagram kekerasan Normalizing


108
107
106
105
Kekerasan (HB)

104
103
102
101
100
99
98
97
1 2 3
Percobaan ke-

Gambar 2.11 Diagram batang kekerasan pada proses normalizing

c. Quenching oli

Diagram kekerasan quenching oli


340

330

320
Kekerasan (HB)

310

300

290

280

270
1 2 3
Percobaan ke-

Gambar 2.12 Diagram batang kekerasan pada proses quenching oli

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 24


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

d. Quenchng air

Diagram kekerasan quenching air


900
800
700
Kekerasan (HB)

600
500
400
300
200
100
0
1 2 3
Percobaan ke-

Gambar 2.13 Diagram batang kekerasan pada proses quenching air

6. Diagram rata-rata seluruh proses pendinginan

Diagram rata-rata seluruh proses pendinginan


700

600

500
Kekerasan (HB)

400

300

200

100

0
Annealing Normalizing Quenching Oli Quenching Air
Pendinginan dengan metode

Gambar 2.14 Diagram batang rata-rata seluruh proses pendinginan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 25


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

2.6 Analisa dan Pembahasan


Pada praktikum kali ini, praktikan melakkan praktikum perlakuan panas
yang bertujuan untuk menghasilkan sifat logam yang diinginkan melalui proses
pemanasan dan mengatur laju pendinginannya tanpa merubah kompisisi kimianya
dan juga bertujuan untuk merubah struktur mikro.
Pada saat pemanasan, temperatur yang dicapai adalah 875o C yang disebut
juga temperatur austenisasi. Setelah itu, spesimen dilakukan proses holding time
atau penahanan waktu pada temperatur austenisasi selama 15 menit yang
bertujuan untuk menyeragamkan temperatur pada spesimen. Apabila penahanan
waktu terlalu sebentar, maka temperatur pada spesimen tidak akan seragam
sampai kebagian dalam spesimen tersebut, dan apabila terlalu lama maka akan
memunculkan butiran austenisasi yang besar. Butiran austenisasi yang terlalu
besar akan menyebabkan butiran austenisasi menjadi tidak homogen dan dapat
memicu perbedaan sifat akhir dari produk. Yang akhirnya, produk menjadi tidak
sesuai dengan desain dan persaratan aplikasinya.
Lalu setelah diproses perlakuan panas, spesimen kemudian dilakukan
pendinginan dengan 4 macam pendinginan. Yaitu pada annealing, normalizing,
quenching oli dan quenching air. Annealing adalah metoda pendinginan lambat
(slow cooling) dengan menggunakan pendinginan didalam tungku. Jadi setelah
dilakukannya proses heat treatment, spesimen disimpan didalam tungku dan
dibiarkan hingga mencapai temperatur kamar. Lalu ada proses normalizing.
Proses ini adalah pendinginan lambat (slow cooling) yang menggunakan udara
bebas atau udara lingkungan yang artinya dibiarkan diudara bebas hingga
mencapai temperatur kamar. Lalu ada proses quenching oli. Pendinginan ini
adalah pendinginan cepat (rapid cooling) yang menggunakan media quenchan oli
sebagai pendinginnya dan dibiarkan hingga mencapai temperatur kamar. Lalu ada
proses quenching air. Pendingan ini pun termasuk pendinginan cepat (rapid
cooling) yang menggunakan media quenchan air sebagai pendinginannya dan
dibiarkan hingga mencapai temperatur kamar.
Pada proses pendinginan lambat, maka pendinginan tersebut memakan
waktu lebih lama untuk mencapai temperatur kamar. Sedangkan pendinginan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 26


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

cepat akan memakan waktu lebih singkat untuk mencapai temperatur kamar.
Proses pendinginan ini akan mempengaruhi struktur mikronya.
Pada proses pendinginan cepat, ada tahapan menggunakan quenchan oli
dan quenchan air. Oli akan menyerap panas lebih baik dibandingkan dengan air.
Jadi pada proses ini, air akan membutuhkan waktu lebih singkat dibandingkan
dengan oli.
Setelah diangkat dari tungku muffle, pemindahan spesimen untuk metode
quenching harus dilakukan dengan cepat karena apabila pemakanan pengambilan
spesimen menggunakan waktu yang lama maka temperatur spesimen akan turun
dan spesimen akan membentuk struktur mikro yang sama dengan metode
normalizing. Untuk mengatasi hal tersebut maka sebaiknya spesimen diheat
treatment dengan temperatur sedikit lebih panas dari temperatur austenit guna
menghindari terbentuknya struktur mikro yang sama dengan normalizing.
Setelah dilakukan pendinginan, dilakukan pembersihan berupa
pengampelasan yang bertujuan membersihkan dan meratakan permukaan, karena
permukaan akan tidak rata akibat pada saat pengambilan spesimen, praktikan
menggunakan tang krus untuk mengambil spesimen tersebut dan pada saat
temperatur tinggi maka spesimen akan lunak dan akan berubah bentuk akibat gaya
yang diberikan lewat tang krus kepada spesimen.
Setelah itu dilakukan pengujian kekerasan untuk menguji kekerasan
spesimen tersebut. Pada metode pendinginan lambat (normalizing dan annealing)
digunakan pengujian kekerasan dengan mesin brinell. Dan pada metode
pendinginan cepat (quenching oli dan quenching air) digunakan pengujian
kekerasan dengan mesin rockwell. Pengujian dilakukan 3 kali disetiap spesimen
yang bertujuan untuk meminimalisir kesalahan pada pengujian, jadi dilakukan 3
kali untuk merata- rata kan hasilnya.
Setelah praktikan melakukan pengujian kekerasan, praktikan mendapatkan
hasil kekerasan yang semuanya telah dirubah kedalam HB (Hardness Brinell).
Pada proses quench oli mendapatkan rata-rata 310,41 HB, Kemudian pada proses
quench air mendapatkan rata-rata 577,219 HB. Proses normalizing mendapatkan
rata-rata 121,581 HB dan proses annealing mendapatkan rata-rata 215,766 HB.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 27


BAB II PERLAKUAN PANAS KELOMPOK 14

Praktikan menyimpulkan bahwa quenching air adalah metode untuk mendapatkan


kekerasan yang sangat keras.
2.7 Kesimpulan
1. Perlakuan panas adalah proses pemanasan suatu material dengan
merubah struktur mikro dengan cara mengatur laju pendinginan tanpa
merubah komposisi kimia material nya. Untuk mendapatkan sifat
mekanik yang diinginkan, maka hal yang terpenting adalah mengetahui
terlebih dahulu fasa-fasa nya agar dapat menghasilkan sifat mekanik
yang diinginkan dengan cara pendinginannya.
2. Logam pada umumnya mempunyai sifat mekanik yang baik. Namun
dalam perindustrian, produsen wajib untuk meyempurnakan sifat
mekaniknya agar tidak kalah saing dengan industri yang lain. Maka
dari itu tujuan perlakuan panas salah satunya untuk memperbaiki sifat
mekanik logam menjadi seperti yang diinginkan.
3. Tahapannya yaitu logam atau spesimen dibersihkan dan diampelas lalu
dipanaskan didalan tungku hingga mencapai temperatur austenisasi.
Lalu dilakukan proses pendinginan yang diinginkan.
4. Pada quenching air, fasa yang terbentuk adalah martensite ful sehingga
material ini sangat keras. Pada quench oli, fasa yang terbentuk adalah
martensite dan perlite. Pada normalizing, fasa yang terbentuk adalah
pearlite halus (fine peartlite) dan pada annealing, fasa yang terbentuk
adalah pearlite kasar (coarse pearlite)

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2017-2018 28

Anda mungkin juga menyukai