Anda di halaman 1dari 13

1.

Anatomi Fisiologi Kulit

a. Anatomi Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia.Luas kulit orang dewasa sekitar 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat
badan (Wasitaatmadja, 2010).

(sumber : gray’s anatomy :256)

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu: lapisan
epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Lapisan epidermis terdiri atas:

(1) Stratum korneum (lapisan tanduk) merupakan lapisan kulit yang terluar dan terdiri
atas sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan keratin.

(2) Stratum lusidum merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma
yang telah menjadi protein.

(3) Stratum granulosum (lapisan keratohialin) yaitu dua atau tiga lapis selsel gepeng
dengan sitoplasma butir kasar dan berinti di antaranya.

1
(4) Stratum spinosum (stratum Malphigi) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk
poligonal dengan besar yang berbeda akibat adanya proses mitosis.

(5) Stratum basale terbentuk oleh sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun
vertikal dan berbaris seperti pagar (palisade).

Lapisan dermis berada di bawah lapisan epidermis dan lebih tebal daripada lapisan
epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-
elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu:

(1) Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis yang berisi ujung serabut
saraf dan pembuluh darah.

(2) Pars retikulare, yaitu bagian yang menonjol ke arah subkutan yang berisi serabut-
serabut penunjang misalnya: serabut kolagen, elastin, dan retikulin.

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas jaringan ikat longgar berisi
sel lemak. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adiposa yang berfungsi sebagai
cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan
getah bening (Wasitaatmadja, 2010).

b. Fisiologi Kulit

1. Fungsi proteksi, menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau mekanis,
gangguan kimiawi, gangguan yang bersifat panas, dan gangguan infeksi luar dengan
adanya bantalan lemak. Menurut Menurut Lazarus (1999) bahwa stres adalah
keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi
lingkungan dan sosial yang dinilai potensial membahayakan, tidak terkendali atau
melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.

2. Fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat
dengan permeabilitas terhadap O2, CO2, dan uap air sehingga kulit ikut ambil
bagian dalam fungsi respirasi. Penyerapan berlangsung melalui celah antar sel,
menembus sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar.

3. Fungsi ekskresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi
atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.

2
4. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensoris di dermis dan
subkutis. Rangsang panas oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis,
rangsang dingin oleh badan-badan Krause di dermis. Badan Meissner di papila
dermis dan badan Merkel Ranvier di epidermis berperan terhadap rabaan.
Sedangkan rangsang tekanan oleh badan Paccini di epidermis.

5. Fungsi pengaturan suhu tubuh, dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan
pembuluh darah kulit.

6. Fungsi pembentukan pigmen.

7. Fungsi keratinisasi.

8. Fungsi pembentukan vitamin D, dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol melalui


pertolongan sinar matahari (Wasitaatmadja, 2010).

2. Definisi Varicella

Varicella adalah suatu penyakit infeksi virus akut dan menular, yang disebabkan oleh
Varicella Zoster Virus (VZV) dan menyerang kulit serta mukosa, ditandai oleh adanya
vesikel-vesikel (Rampengan, 2015).

Varisela yang mempunyai sinonim cacar air atau chickenpox adalah infeksi akut
primer oleh virus variselazoster yang menyerang kulit dan mukosa yang secara klinis
terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama dibagian sentral tubuh
(Supartini, 2014).

June M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh


virus varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya
mengenai anak, yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit
berupa makulopapular untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel
selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan keropeng (Soemarmo, 2012).

Jadi dapat disimpulkan bahwa varisela atau chickenpox atau yang dikenal dengan
cacar air adalah infeksi primer virus varicella-zoster (VZV) yang umumnya menyerang
anak dan merupakan penyakit yang sangat menular.

3
3. Etiologi Varicella

Varicella disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV), termasuk kelompok Herpes
Virus dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut Capsid, terdiri dari protein
dan DNA dengan rantai ganda, yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan
membentuk suatu garis dengan berat molekl 100 juta yang disusun dari 162 capsomir dan
sangat infeksius.

Varicella Zoster Virus (VZV) dapat ditemukan dalan cairan vesikel dan dalam darah
penderita Varicella sehingga mudah dibiakkan dalam media yang terdiri dari Fibroblast
paru embrio manusia.

Varicella Zoster Virus (VZV) dapat menyebabkan Varicella dan Herpes Zoster.
Kontak pertama dengan penyakit ini akan menyebabkan Varicella, sedangkan bila terjadi
serangan kembali, yang akan muncul adalah Herpes Zoster, sehingga Varicella sering
disebut sebagai infeksi primer virus ini.

4. Patofisiologi Varicella

Masa inkubasi varicella 10 - 21 hari pada anak imunokompeten (rata - rata 14 - 17


hari) dan pada anak yang imunokompromais biasanya lebih singkat yaitu kurang dari 14
hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi dari sekresi pernafasan
(droplet infection) ataupun kontak langsung dengan lesi kulit. Droplet infection dapat
terjadi 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi dikulit.

VZV masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran pernafasan bagian atas,
orofaring ataupun conjungtiva. Siklus replikasi virus pertama terjadi pada hari ke 2 - 4
yang berlokasi pada lymph nodes regional kemudian diikuti penyebaran virus dalam
jumlah sedikit melalui darah dan kelenjar limfe, yang mengakibatkan terjadinya viremia
primer (biasanya terjadi pada hari ke 4 - 6 setelah infeksi pertama). Pada sebagian besar
penderita yang terinfeksi, replikasi virus tersebut dapat mengalahkan mekanisme
pertahanan tubuh yang belum matang sehingga akan berlanjut dengan siklus replikasi
virus ke dua yang terjadi di hepar dan limpa, yang mengakibatkan terjadinya viremia
sekunder. Pada fase ini, partikel virus akan menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai
epidermis pada hari ke 14-16, yang mengakibatkan timbulnya lesi dikulit yang khas.
Seorang anak yang menderita varicella akan dapat menularkan kepada yang lain yaitu 2
hari sebelum hingga 5 hari setelah timbulnya lesi di kulit.

4
5. Manifestasi Klinis Varicella

Perjalanan penyakit ini dibagi menjadi 2 stadium, yaitu:

a. Stadium Prodromal:

24 jam sebelum kelainan kulit timbul, terdapat gejala panas yang tidak terlalu tinggi,
perasaan lemah (malaise), sakit kepala, anoreksia, rasa berat pada punggung dan
kadang-kadang disertai batuk kering diikuti eritema pada kulit dapat berbentuk
scarlatina form atau morbiliform.

Panas biasanya menghilang dalam 4 hari, bilamana panas tubuh menetap perlu
dicurigai adanya komplikasi atau gangguan imunitas.

b. Stadium Erupsi:

Dimulai saat eritema berkembang dengan cepat (dalam beberapa jam) berubah
menjadi macula kecil, kemudian papula yang kemerahan lalu menjadi vesikel. Vesikel
ini biasannya kecil, berisi cairan jernih, tidak umbilicated dengan dasar eritematous,
mudah pecah serta mongering membentuk krusta, bentuk ini sangat khas dan lebih
dikenal sebagai “tetesan embun”/”air mata”.

Lesi kulit mulai nampak di daerah badan dan kemudian menyebar secara
sentrifugal ke bagian perifer seperti muka dan ekstremitas. Dalam perjalanan penyakit
ini akan didapatkan tanda yang khas yaitu terlihat adanya bentuk papula, vesikel,
krusta dalam waktu yang bersamaan, dimana keadaan ini disebut polimorf. Jumlah lesi
pada kulit dapat 250-500, namun kadang-kadang dapat hanya 10 bahkan lebih sampai
1500. Lesi baru tetap timbul selama 3-5 hari, lesi sering menjadi bentuk krusta pada
hari ke-6 (hari ke-2 sampai ke-12) dan sembuh lengkap pada hari ke16 (hari ke-7
sampai ke-34).

Erupsi kelamaan atau terlambatnya berubah menjadi krusta dan penyembuhan,


biasanya dijumpai pada penderita dengan gangguan imunitas seluler. Bila terjadi
infeksi sekunder, sekitar lesi akan tampak kemerahan dan bengkak serta cairan vesikel
yang jernih berubah menjadi pus disertai limfadenopati umum. Vesikel tidak hanya
terdapat pada kulit, melainkan juga terdapat pada mukosa mulut, mata, dan faring.

5
Pada penderita varicella yang disertai dengan difisiensi imunitas (imun defisiensi)
sering menimbulkan gambaran klinik yang khas berupa perdarahan, bersifat progresif
dan menyebar menjadi infeksi sistemik. Demikian pula pada penderita yang sedang
mendapat imunosupresif. Hal ini disebabkan oleh terjadinya limfopenia.

6. Pemeriksaan Diagnostik

Untuk pemeriksaan virus varicella zoster (VZV) dapat dilakukan beberapa test yaitu :

a. Tzanck smear

- Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian diwarnai
dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin, Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue
ataupun Papanicolaou’s Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai
multinucleated giant cells.

- Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.

- Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes simpleks
virus.

b. Direct fluorescent assay (DFA)

- Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah berbentuk krusta
pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif.

- Hasil pemeriksaan cepat.

- Membutuhkan mikroskop fluorescence.

- Test ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster.

- Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes simpleks virus.

c. Polymerase chain reaction (PCR)

- Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat sensitif.

- Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti scraping dasar
vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga digunakan sebagai preparat,
dan CSF.

6
- Sensitifitasnya berkisar 97 - 100%.

- Test ini dapat menemukan nucleic acid dari virus varicella zoster

d. Biopsi kulit

Hasil pemeriksaan histopatologis : tampak vesikel intraepidermal dengan degenerasi sel


epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas dijumpai adanya lymphocytic
infiltrate.

7. Penatalaksanaan Medis

Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak memerlukan terapi


khusus selain istirahat dan pemberian asupan cairan yang cukup. Yang justru sering
menjadi masalah adalah rasa gatal yang menyertai erupsi. Bila tidak ditahan-tahan , jari
kita tentu ingin segera menggaruknya. Masalahnya, bila sampai tergaruk hebat, dapat
timbul jaringan parut pada bekas gelembung yang pecah.

Umum

a. Isolasi untuk mencegah penularan.

b. Diet bergizi tinggi (Tinggi Kalori dan Protein).

c. Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat.

d. Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air
mandi

e. Upayakan agar vesikel tidak pecah.

 Jangan menggaruk vesikel.


 Kuku jangan dibiarkan panjang.
 Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pada kulit, jangan
digosok.

f. Farmakoterapi

1) Antivirus (contoh : Asiklovir, Valasiklovir)

7
 Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan waktu
penyembuhan akan lebih singkat.
 Antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48-72 jam setelah erupsi
dikulit muncul.

2) Antipiretik dan untuk menurunkan demam

 Parasetamol atau ibuprofen. Jangan berikan golongan salisilat (aspirin) untuk


menghindari terjadinya sindrom Reye.

3) Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat diberikan salep
antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.

4) Bila lesi masih dalam bentuk vesikel, dapat diberikan bedak atau losio pengurang
gatal (misalnya losio kalamin).

Konsep Asuhan Keperawatan

8. Pengkajian Keperawatan

1. Anamnesa

a. Identitas Klien

Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan
dewasa muda. Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita.

b. Keluhan Utama

Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan


adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal pada daerah yang terkena pada
fase-fase awal.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami
peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga terdapat lesi/vesikel
perkelompok dan penderita juga mengalami demam.

8
d. Riwayat Kesehatan Lalu

Tanyakan apakah klien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman dekat yang
terinfeksi virus ini.

f. Riwayat Psikososial

Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau
yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri.hal itu
meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan
peran, atau identitas diri.

Reaksi yang mungkin timbul adalah:

1) Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.

2) Menarik diri dari kontak social.

3) Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.

2. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan
tubuh klien. pada kondisi awal/saat proses peradangan , dapat terjadi peningkatan suhu
tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. Pada pengkajian kulit,
ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri ,edema di sekitar lesi, dan
dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah
yang perlu diperhatikan adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah
anus. Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayor dan
minor, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran
/ luas, warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya
pembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limfe regional.

Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individu terhadap
nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara fisiologis,terjadi
diaphoresis, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan

9
tekanan darah; pada perilaku, dapat juga dijumpai menangis, merintih, atau marah.
Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa.
Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai dengan usia perkembangannya kita bisa
menggunakan skala wajah untuk mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam
pemilihan.

9. Diagnosa Keperawatan

1) Hipertermia berhubungan dengan penyakit


2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi kulit (timbul
bula, kemerahan)
4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit

10. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kritera hasil Intervensi


1. Hipertermia selama dilakukan tindakan a. Monitor suhu pasien
berhubugan dengan keperawatan, pasien mampu b. Monitor nadi, RR
penyakit mempertahankan kondisi pasien
normotermi dengan kriteria c. Monitor intake
hasil: output pasien
- Suhu tubuh dalam rentang d. Berikan penjelasan
normal tentang penyebab
- Nadi dan RR dalam rentang demam atau
normal peningkatan suhu
tubuh
e. Beri kompres hangat
di daerah ketiak dan
dahi
f. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian antiviral,
antipiretik
2. Nyeri akut Selama dilakukan tindakan a. Lakukan pengkajian

10
berhubungan dengan keperawatan, nyeri pasien nyeri secara
agen cidera biologis hilang dengan kriteria hasil: komprehensif
- Pasien mampu mengontrol b. Observasi reaksi
nyeri nonverbal dari
- Melaporkan nyeri berkurang ketidaknyamanan
menggunakan managemen c. Kontrol lingkungan
nyeri yang dapat
- Mampu mengenali nyeri mempengaruhi nyeri
(skala, intensitas, frekuensi) seperti suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan
d. Ajarkan tentang
teknik pernafasan /
relaksasi
e. Kolaborasi
pemberian analgetik
f. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
g. Anjurkan klien untuk
beristirahat
3. Kerusakan integritas Selama dilakukan tindakan a. Observasi keaadan
kulit berhubungan keperawatan, pasien mampu bula pasien
dengan perubahan mencapai penyembuhan b. Anjurkan pada
pigmentasi kulit pada kulit dengan kriteria pasien untuk tidak
(timbul bula, hasil: menggaruk bula
kemerahan) - Integritas kulit yang baik c. Jaga kebersihan kulit
bisa dipertahankan d. Kolaborasi dengan
(pigmentasinya) dokter dalam
- Luka atau lesi pda kulit pemberian obat
menunjukan proses topikal
penyembuhan dengan
adanya regenerasi jaringan

11
4. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan a. Dorong klien
tubuh berhubungan keperawatan pasien tidak mengungkapkan
dengan penyakit mengalami gangguan citra perasaannya
tubuh, dengan kriteria hasil : b. Jelaskan tentang
- Body image positif pengobatan,
- Mempertahankan interaksi perawatan
sosial c. Fasilitasi kontak
individu dengan
kelompok kecil
d. Beri reinforcement
yang positif

12
DAFTAR PUSTAKA

Rampengan, T.H. (2015). Infeksi Tropik Pada Anak Edisi 2. Jakarta: EGC.

Supartini, Yupi. (2014). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC

Soemarmo. (2012). Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2. Jakarta: Penerbit IDAI

Wasitaatmaja, SM. (2010). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 6. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

13

Anda mungkin juga menyukai