Anda di halaman 1dari 9

MODUL II PENGENALAN MATLAB UNTUK

PERANCANGAN, ANALISIS, DAN SIMULASI


SISTEM KENDALI KECEPATAN

Salsanabila Mariestiara Putri (1610631160130)


Asisten: Anggit Satrio S dan Ahmad Abi S.
Tanggal Percobaan: 06/05/2019
TEL61653-Praktikum Sistem Kendali
Laboratorium Komputasi – Fakultas Teknik UNSIKA

Abstrak
2.2 PENGENDALI PID DISKRIT
Dalam modul 2 ini praktikan melakukan
perancangan dan simulasi pengendali PID. Prinsip dari pengendali PID diskrit secara umum
Percobaan dilakukan dengan menggunaan sama dengan pengendali PID kontinyu. Berikut ini
adalah bentuk pengendali PID diskrit dalam
Script dan mengimplementasikannya lewat
domain 𝑧 dengan 𝑈(𝑧) sebagai sinyal kendali dan
Command Window. Selain itu pada percobaan 𝐸(𝑧) sebagai sinyal eror, yang dalam proses
perancangan PID digunakan PID toolbox. integrasinya menggunakan metode forward Euler:.
Hasil yang diharapkan adalah tentang
pengenalan matlab untuk perancangan,
analisis dan simulasi sistem kendali posisi.

1. PENDAHULUAN Pengendali ini merupakan gabungan dari


pengedali proportional (P), integral (I), dan
Percobaan modul 2 ini adalah awalan untuk derivative (D). Berikut ini merupakan blok diagram
praktikan memahami konsep Mengenai dari sistem pengendali dengan untai tertutup
pengenalan matlab untuk perancangan, analisis (closed loop):
dan simulasi sistem kendali posisi menggunakan
software Matlab. Ada pun tujuan dari
dilakukannya praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Mampu melakukan analisis dan simulasi sistem
Gambar 2-1 Gambar Closed Loop
pengendalian waktu kontinyu maupun diskrit.
2. Memahami konsep kestabilan sistem Keluaran pengendali PID akan mengubah respon
pengendalian posisi motor DC. mengikuti perubahan yang ada pada hasil
pengukuran sensor dan set point yang ditentukan.
3. Mampu memahami pengaruh periode sampling
Pembuat dan pengembang pengendali PID
terhadap kestabilan sistem pada waktu diskrit.
menggunakan nama yang berbeda untuk
4. Melakukan perancangan sistem pengendali PID mengidentifikasi ketiga mode pada pengendali ini
menggunakan software Matlab. diantaranya yaitu:
P Proportional Band = 100/gain
I Integral = 1/reset (units of time)
D Derivative = rate = pre-act (units of time)
2. STUDI PUSTAKA
Atau secara umum persamaannya adalah sebagai
2.1 PENGENDALIAN KECEPATAN
berikut :
Pengendalian Kecepatan motor DC yang
memberikan hubungan antara tegangan input
motor 𝑉𝑚 dengan kecepatan putaran motor 𝜔𝑚
dalam domain Laplace sebagaimana dinyatakan
dalam persamaan berikut: 2.3 KARAKTERISTIK PENGENDALI PID

Respon keluaran yang akan menjadi target


keluaran adalah:

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 1


(mempercepat pencapaian harga setting) atau
negatif (memperlambat tercapainya harga yang
diinginkan).

Ciri-ciri kontroler proporsional harus diperhatikan


ketika kontroler tersebut diterapkan pada suatu
sistem. Secara eksperimen, pengguna kontroller
proporsional harus memperhatikan ketentuan-
Gambar 2-2 Jenis respon keluaran ketentuan berikut ini:
1) Kalau nilai Kp kecil, kontroler proporsional
1. Waktu tunda (td) : Waktu yang diperlukan hanya mampu melakukan koreksi kesalahan
agar tanggapan mencapai 50 % nilai akhir yang kecil, sehingga akan menghasilkan
pertama kali. respon sistem yang lambat.
2. Waktu naik (tr) : Waktu yang dibutuhkan agar 2) Kalau nilai Kp dinaikkan, respon sistem
tanggapan naik dari : menunjukkan semakin cepat mencapai
0 % ke 100 % dari nilai akhirnya (teredam keadaan mantabnya.
kurang) dan 10 % ke 90 % dari nilai akhirnya 3) Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga
(teredam lebih). mencapai harga yang berlebihan, akan
3. Waktu Puncak (tp) : Waktu yang dibutuhkan mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil,
agar tanggapan mencapai puncak simpangan atau respon sistem akan berosilasi.
pertama kali.
4. resentase simpangan puncak, Mp : Perbandingan
antara nilai puncak tertinggi dari kurva tangapan
terhadap nilai akhir tanggapan 2.5 KONTROLER INTEGRAL
% Mp merupakan indikator langsung kestabilan Kontroller integral berfungsi menghasilkan respon
relatif sistem. sistem yang memiliki kesalahan keadaan mantap
5. Waktu Menetap (ts) : Waktu yang dibutuhkan nol. Kalau sebuah plant tidak memiliki unsur
agar kurva tanggapan mencapai dan tetap integrator (1/s ), controller proporsional tidak akan
berada didalam batas-batas yang dekat mampu menjamin keluaran sistem dengan
dengan nilai akhir. kesalahan keadaan mantabnya nol. Dengan
Batas-batas tersebut dinyatakan dalam kontroller integral, respon sistem dapat diperbaiki,
presentase mutlak dari nilai akhir (2% atau yaitu mempunyai kesalahan keadaan mantapnya
5%)., ts berkaitan langsung dengan konstanta nol. Kontroler integral memiliki karakteristik
waktu terbesar sistem kendali tersebut. seperti halnya sebuah integral. Keluaran kontroller
sangat dipengaruhi oleh perubahan yang
2.4 PENGENDALI PROPOSIONAL sebanding dengan nilai sinyal kesalahan. Keluaran
kontroler ini merupakan jumlahan yang terus
Pengendali proposional memiliki keluaran yang menerus dari perubahan masukannya. Kalau
sebanding/proposional dengan besarnya sinyal sinyal kesalahan tidak mengalami perubahan,
kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum
dengan harga aktualnya). Secara lebih sederhana terjadinya perubahan masukan. Sinyal keluaran
dapat dikatakan, bahwa keluaran Pengendali kontroler integral merupakan luas bidang yang
proporsional merupakan perkalian antara dibentuk oleh kurva kesalahan penggerak- lihat
konstanta proporsional dengan masukannya. konsep numerik. Sinyal keluaran akan berharga
Perubahan pada sinyal masukan akan segera sama dengan harga sebelumnya ketika sinyal
menyebabkan sistem secara langsung mengubah kesalahan berharga nol. Gambar berikut
keluarannya sebesar konstanta pengalinya. menunjukkan contoh sinyal kesalahan yang
Gambar berikut menunjukkan blok diagram yang disulutkan ke dalam kontroller integral dan
menggambarkan hubungan antara besaran setting, keluaran kontroller integral terhadap perubahan
besaran aktual dengan besaran keluaran kontroller sinyal kesalahan tersebut. hubungan antara
proporsional. Sinyal keasalahan (error) merupakan tegangan input motor 𝑉𝑚 dengan posisi sudut
selisih antara besaran setting dengan besaran motor 𝜃𝑚 dalam domain Laplace sebagaimana
aktualmya. Selisih ini akan mempengaruhi dinyatakan dalam persamaan berikut:
kontroller, untuk mengeluarkan sinyal positip
Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 2
Karakteristik kontroler diferensial adalah sebagai
berikut:
1) Kontroler ini tidak dapat menghasilkan
keluaran bila tidak ada perubahan pada
masukannya (berupa sinyal kesalahan).
2) Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu,
maka keluaran yang dihasilkan kontroler
tergantung pada nilai Td dan laju perubahan
sinyal kesalahan.
3) Kontroler diferensial mempunyai suatu
karakter untuk mendahului, sehingga
kontroler ini dapat menghasilkan koreksi
Gambar 2-3 Kurva sinyal kesalahan e(t) terhadap t yang signifikan sebelum pembangkit
dan kurva u(t) terhadap t pada pembangkit kesalahan menjadi sangat besar. Jadi kontroler
diferensial dapat mengantisipasi pembangkit
Ketika digunakan, kontroler integral mempunyai kesalahan, memberikan aksi yang bersifat
beberapa karakteristik berikut ini: korektif, dan cenderung meningkatkan
1. Keluaran kontroler membutuhkan selang stabilitas sistem .
waktu tertentu, sehingga kontroler integral
cenderung memperlambat respon. Berdasarkan karakteristik kontroler tersebut,
2. Ketika sinyal kesalahan berharga nol, kontroler diferensial umumnya dipakai untuk
keluaran kontroler akan bertahan pada nilai mempercepat respon awal suatu sistem, tetapi
sebelumnya. tidak memperkecil kesalahan pada keadaan
3. Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, tunaknya. Kerja kontrolller diferensial hanyalah
keluaran akan menunjukkan kenaikan atau efektif pada lingkup yang sempit, yaitu pada
penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya periode peralihan. Oleh sebab itu kontroler
sinyal kesalahan dan nilai Ki. diferensial tidak pernah digunakan tanpa ada
4. Konstanta integral Ki yang berharga besar kontroler lain sebuah sistem.
akan mempercepat hilangnya offset. Tetapi
semakin besar nilai konstanta Ki akan 2.7 KONTROLER PID
mengakibatkan peningkatan osilasi dari sinyal
keluaran kontroler. Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-
masing kontroler P, I dan D dapat saling menutupi
2.6 KONTROLER DIFERENSIAL dengan menggabungkan ketiganya secara paralel
menjadi kontroler proposional plus integral plus
Keluaran kontroler diferensial memiliki sifat diferensial (kontroller PID). Elemen-elemen
seperti halnya suatu operasi derivatif. Perubahan kontroller P, I dan D masing-masing secara
yang mendadak pada masukan kontroler, akan keseluruhan bertujuan untuk mempercepat reaksi
mengakibatkan perubahan yang sangat besar dan sebuah sistem, menghilangkan offset dan
cepat. Gambar berikut menunjukkan blok diagram menghasilkan perubahan awal yang besar. Gambar
yang menggambarkan hubungan antara sinyal berikut menunjukkan blok diagram kontroler PID.
kesalahan dengan keluaran kontroler.

Gambar 2-5 Blok diagram kontroler PID analog

Sistem pengendali PID (Proporsional Integral


Gambar 2-4 Kurva waktu hubungan input-output Derivatif) merupakan Sistem pengendali PID
kontroler diferensial (Proporsional Integral Derivatif) merupakan suatu

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 3


sistem pengendali yang digunakan secara luas di 2.8 IDENTIFIKASI SISTEM
berbagai bidang industri. Pengendali PID terdiri
dari 3 komponen pengendali, yaitu proporsional, Estimasi Orde Sistem
integral, dan derivatif. Orde atau dikenal dengan derajat suatu sistem
dapat diestimasi dari fungsi step (step response)
a. Proporsonal yang dipergunakanatau dengan penggunaan Bode
Dalam domain waktu kontinyu, hubungan antara Plot. Derajat relative suatu sistem yaitu perbedaan
sinyal eror 𝑒 dengan sinyal kontrol 𝑢 dinyatakan antara orde dari denominator (penyebut) dan orde
dalam persamaan berikut: 𝑢(𝑡)=𝐾𝑝𝑒(𝑡). dari numerator (pembilang) dari fungsi alih
Dari persaamaan terlihat bahwa pengendali
proporsional menghasilkan sinyal kontrol berupa Step Response
sinyal eror yang dikalikan (proporsional) dengan Jika respon respon sistem merupakan non-zero
konstanta proporsonal 𝐾𝑝. Pengendali step input akan memiliki slope yang bernilai 0
proporsional digunakan untuk memperbesar ketika t=0, system harus merupakan orde kedua
penguatan dan mempercepat respon transien. atau lebih tinggi lagi sebab sistem memiliki derajat
relative dua atau lebih. Jika step respon
b. Integral menunjukkan osilasi sistem juga harus
Dalam pengendali integral, nilai eror 𝑒 menunjukkan orde kedua atau lebih dengan sistem
diumpankan sebagai laju perubahan sinyal kontrol yang underdamped.
𝑢 sebagaimana dinyatakan dalam persamaan
berikut ini: 𝑢(𝑡)= 𝐾𝑖∫𝑒(𝑡) 𝑑𝑡𝑡0. Bode Plot – Penggambaran fasa (phase plot) juga
Pengendali integral berfungsi untuk dapat menjadi indikator untuk mencari orde yang
menghilangkan galat atau steady state error baik. Jika fasa turun hingga dibawah -90 degrees,
meskipun juga dapat menyebabkan terjadinya sistem merupakan orde kedua atau lebih tinggi.
overshoot dan osilasi yang mengakibatkan keadaan Derajat relative sistem memiliki nilai paling kecil
tunak lama dicapai. atau sama besar dengan bilangan dari perkalian -90
degrees hingga dicapai nilai asymtot pada nilai
c. Derivatif paling rendah pada penggambaran fasa (phasa
plot) sistem.
Pengendali derivatif akan memberikan suatu
sinyal kontrol 𝑢 yang bersesuaian dengan laju
perubahan sinyal eror 𝑒 sebagaimana dinyatakan 2.9 IDENTIFIKASI SISTEM DARI STEP
dalam persamaan berikut ini: 𝑢(𝑡)= 𝐾𝑑𝑑𝑒(𝑡)𝑑𝑡. RESPONSE
Pengendali ini digunakan untuk mempercepat
respon transien meskipun memiliki kekurangan, Dumping Ration – Untuk kondisi underdamped
yaitu dapat meningkatkan derau sistem. dari sistem orde dua, Nilai dumping ratio dapat
dihitung dari persentase overshoot dengan
Berikut ini adalah diagram blok sistem secara menggunakan rumus sebagai berikut : ζ = -
umum yang menggunakan pengendali PID: ln(%OS/100) / sqrt(π2+ln2(%OS/100)) dimana
%OS merupakan persentase overshoot, yang dapat
diperkirakan dari penggambaran nilai off dari step
response.

DC Gain - Nilai Penguatan DC (DC gain)


merupakan perbandingan dari kondisi steady state
dari step response dengan nilai magnitude dari
Gambar 2-6 Diagram blok sistem lingkar tertutup step input. DC Gain = steady state output / step
dengan pengendali PID magnitude .
Tabel 2-1 Karakteristik Masing-masing pengendali
Natural Frequency – Frekuensi alami (natural
frequency) dari kondisi underdamped sistem orde
dua dapat ditentukan dari nilai damped frekuensi
alami yang dapat diukur dari nilai penggambaran
off step response dan nilai damping ratio seperti
yang telah dihitung diatas. ωn = ωd / sqrt(1 - ζ2)
dimana ωd merupakan damped frekuensi dalam
rad/s yang bernilai 2π/Δt dimana Δt merupakan

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 4


interval wakti antara dua consecutive peaks dari Perangkat lunak SIMULINK dikembangkan oleh
step response. MATHWORK, untuk melakukan modelling,
simulasi, dan analisis dinamika sistem proses.
Dengan demikian sangat bermanfaat dalam
2.10 IDENTIFIKASI SISTEM DARI BODE perancangan kendali dan pemrosesan sinyal, baik
PLOT DC GAIN dalam bentuk kontinyu maupun digital. Didalam
folder MATLAB, Simulink menempati satu
Nilai DC Gain sistem dapat dihitung dari nilai directory tersendiri, terlepas dari directory
magnitude bode plot ketika s=0. DC Gain = “TOOLBOX”, sehingga diperlukan perhatian
10M(0)/20 where M(0) is the magnitude of the bode tersendiri saat menginstal paket program
plot when jω=0. MATLAB. Penyajian “statement” dalam bentuk
diagram blok, yang berinteraksi dengan function,
Natural Frequency mfile dalam MATLAB, juga dapat berinteraksi
Frekuensi alami (natural frequency) dari sistem perangkat luar dengan pemrogram dalam bahasa C
orde dua terjadi ketika fasa dari respon mencepai maupun fortran. Blok-blok statement
sudut relative -90 terhadap fasa input. ωn = ω-90° dikelompokkan pustaka blok diagram (“Simulink
dimana ω-90° merupakan frekuensi pada saat Library Browser”). Setiap Blok Statement
phase plot di -90 degree. dilengkapi dengan minimal salah satu jalur I/O
(“port input/output”), digunakan sebagai
Damping Ratio perangkat antarmuka dengan blok statement yang
Nilai damping ratio sistem ditemukan dengan nilai lain. Adapun parameter blok statement dapat
DC Gain dan nilai magnitude dari bode plot ketika diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan saat
fasa plot -90 degrees. ζ = K / (2*10(M-90°/20)) melakukan simulasi. Semua kemudahan tersebut
dimana M-90° merupakan nilai magnitude bode sangat didukung dengan sistem GUI (graphic user
plot ketika fasa -90 degrees. interface) yang ada dalam paket program
MATLAB.

2.11 IDENTIFIKASI PARAMETER SISTEM


3. METEDOLOGI
Jika tipe sistem telah diketahui, parameter khusus
sistem dapat ditentukan dari step response atau Pada modul II ini, alat dan bahan yang digunakan
bode plot. Bentuk umum fungsi alih dari sistem yaitu:
orde satu yaitu : 1. Komputer beserta Software Matlab
G(s) = b/(s+a) = K/(τs+1).
2. Buku Catatan
Sedangkan bentuk umum fungsi alih dari sistem Memulai percobaan
orde dua yaitu :
Tugas 1: Dengan menggunakan PID toolbox,
G(s) = a/(s2+bs+c) = Kωn 2/(s2+2ζωns+ωn 2) rancanglah pengendali untuk sistem-sistem
dengan kriteria berikut ini:
a) Plant: sistem kecepatan motor waktu kontinu,
2.12 SOFTWARE MATLAB Pengendali: PI, dan Kriteria: settling time kurang
dari 0.25 detik dengan overshoot maksimal 10%.
Matlab adalah suatu bahasa tingkat tinggi untuk b) Plant: sistem kecepatan motor waktu diskrit
komputasi numerik, visualisasi, dan (waktu sampling 0.01 detik), Pengendali: PI, dan
pemrograman. Matlab bisa digunakan untuk Kriteria: settling time kurang dari 0.3 detik dengan
berbagai aplikasi, termasuk pemrosesan sinyal dan overshoot maksimal 10%.
komunikasi, gambar dan pemrosesan video, sistem Tugas 2: Simulasikan sistem pengendali kecepatan
kontrol, uji dan pengukuran, keuangan komputasi, motor DC lingkar terbuka sistem waktu diskrit
dan biologi komputasi. Di dalam Matlab, terdapat untuk ketiga nilai periode sampling yang
suatu tools yang bisa digunakan untuk simulasi, digunakan pada Tugas 6 (modul 1). Catat hasilnya
yaitu Simulink. Simulink menyediakan fungsi- pada buku catatan lalu lakukan analisis.
fungsi yang diprogram secara grafik untuk Tugas 3: Simulasikan sistem pengendali kecepatan
melakukan simulasi berbagai sistem. motor DC lingkar tertutup dengan pengendali PID
untuk waktu kontinu dan waktu diskrit dengan
menggunakan konstanta PID yang telah diperoleh
2.13 SIMULINK dari Tugas 1 (modul 1). Catat hasilnya pada buku
catatan lalu lakukan analisis.

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 5


Tugas 4: Simulasikan sistem pengendali kecepatan masing-masing mahasiswa, dan nalisis grafik hasil
motor DC lingkar tertutup untuk 3 nilai periode simulasi tersebut.
sampling yang digunakan pada Tugas 6 (modul 1)
dengan pengendali proporsional. Gunakan nilai
Kp = 0.7 untuk sistem pengendalian kecepatan.
4. HASIL DAN ANALISIS
Tugas 5 : Buatlah analisis dari respon step open-
loop yang didapat dari proses ekstraksi model 4.1 TUGAS 1
linier ke Matlab Workspace yang sudah dibuat.
Tugas 5 : Buatlah analisis dari respon step open-
loop yang didapat dari proses ekstraksi model
linier ke Matlab Workspace yang sudah dibuat.
Tugas 6 : Buatlah respon open-loop tersebut,
bandingkan dan analisis hasilnya dengan yang
menggunakan proses ekstraksi ke MATLAB
worksheet.
Tugas 7: Tampilkan hasil simulasi kemudian
analisis hasilnya dan bandingkan dengan model
yang tidak menggunakan lag compensator.
Tugas 8: Jalankan simulasi, kemudian analisis hasil Gambar 4-1 Step plot waktu kontinu
responnya dengan double-click blok scope. Akan
muncul perbandingan sinyal antara lag dan juga
lead compensator, apakah kompensator satu lebih
baik dari yang lainya? Mengapa demikian?
Tugas 9: Jalankan simulasi, kemudian analisis hasil
responnya dengan double-click blok scope.
Bagaimana hasil perbandingan control effort untuk
lag dan lead compensator dengan terlebih dahulu
menjelaskan apa itu control effort!
Tugas 10: Buatlah diagram Simulink menggunakan
parameter-parameter yang sudah diberikan,
Tampilkan dalam satu grafik yang sama hasil Gambar 4-2 Step plot waktu diskrit
simulasi kontrol proporsional untuk skema Kp =
0.1; 0.25; 0.75; 2 dan 4,dan analisis grafik hasil
simulasi tersebut. 4.2 TUGAS 2
Tugas 11: Buatlah diagram Simulink untuk kontrol
PI menggunakan parameter-parameter yang sudah
diberikan, tampilkan dalam satu grafik yang sama
hasil simulasi kontrol proporsional untuk skema
Kp = 0.1; Ki = 0; 0.5; 2; 3 dan 5, analisis grafik hasil
simulasi tersebut.
Tugas 12: Buatlah diagram Simulink untuk kontrol
PD menggunakan parameter-parameter yang
sudah diberikan, tampilkan dalam satu grafik yang Gambar 4-3 Desain sistem lingkar terbuka
sama hasil simulasi kontrol proporsional untuk sampling 0,01 s
skema Kp = 0.75; Kd = 0; 0.0075 dan 0.01. , dan
nalisis grafik hasil simulasi tersebut.
Tugas 13: Buatlah diagram Simulink untuk kontrol
PID menggunakan parameter-parameter yang
sudah diberikan, tampilkan dalam satu grafik yang
sama hasil simulasi kontrol proporsional untuk
skema Kp Ki Kd yang paling ideal.
Tugas 14:Buatlah diagram Simulink untuk kontrol
PID menggunakan parameter-parameter yang
sudah diberikan, tampilkan dalam satu grafik yang
sama hasil simulasi kontrol proporsional untuk
skema Kp Ki Kd yang paling ideal. Kombinasikan Gambar 4-4 Hasil Scope sistem lingkar terbuka
nilai Kp Ki Kd dari angka paling belakang NPM sampling 0,01 s

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 6


Gambar 4-8 Desain sistem lingkar tertutup waktu
kontinu

Gambar 4-5 Desain sistem lingkar terbuka


sampling 0,001 s

Gambar 4-9 Hasil scope system lingkar tertutup


waktu kontinu

Gambar 4-6 Hasil scope sistem lingkar terbuka


sampling 0,001 s
Gambar 4-10 Desain sistem lingkar tertutup waktu
diskrit

Gambar 4-7 Desain sistem lingkar terbuka


sampling 0,0001 s

Gambar 4-11 Hasil scope system lingkar tertutup


waktu diskrit

4.4 TUGAS 4

Gambar 4-7 Hasil scope sistem lingkar terbuka


sampling 0,0001 s

4.3 TUGAS 3

Gambar 4-12 Desain sistem lingkar tertutup


sampling 0,01 s

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 7


4.5 TUGAS 5

Gambar 4-13 Hasil scope sistem lingkar tertutup


sampling 0,01 s
Gambar 4-18 Respons step open-loop dengan
proses ekstraksi model linier ke Matlab
Workspace

4.6 TUGAS 6

Gambar 4-14 Desain sistem lingkar tertutup


sampling 0,001 s

Gambar 4-15 Hasil scope sistem lingkar tertutup


sampling 0,001 s
Gambar 4-19 Respons step open-loop tanpa proses
ekstraksi model linier ke Matlab Workspace

4.7 TUGAS 7,8,9

Gambar 4-16 Desain sistem lingkar tertutup


sampling 0,0001 s

Gambar 4-20 Hasil scope respon closed-loop


dengan lag-lead compensator

5. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa:

DAFTAR PUSTAKA
Gambar 4-17 Hasil scope sistem lingkar tertutup
sampling 0,0001 s [1] Latifa.Ulinnuha, Praktikum Sistem Kendali,
Laboratorium Komputasi Fakultas Teknik

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 8


Universitas Singaperbangsa Karawang,
Karawang, 2018.
[2]

Laporan Praktikum - Laboratorium Komputasi – FT UNSIKA 9

Anda mungkin juga menyukai