Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TUTORIAL

SGD 5 LBM 3

MODUL 4. 3

“Setelah ganti lipstick, kok bibir saya jadi kering?”

NAMA ANGGOTA:

1. ADELINA PRISCA LARASATI (31101700002)


2. APRILIANA FIRDAYANTI (31101700011)
3. CLAUDIA SEKAR AYU MAHASASI (31101700022)
4. DEBY HARFIANI (31101700025)
5. ENDAH KUSUMANINGRUM (31101700028)
6. FENY NURSYAPUTRI (31101700033)
7. MEUTIA VINA PRAMESTARI (31101700048)
8. MUHAMMAD NAUFAL MURTADHO (31101700058)
9. NURFIKA SOFIANA (31101700063)
10. SINTA HERNINGTIYAS (31101700077)
11. SINTA NINDIA DEFRIANDINI (31101700078)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN TUTORIAL
SGD 5 LBM 3

“Setelah ganti lipstick, kok bibir saya jadi kering?”


Telah Disetujui oleh :

2
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................................. 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
B. Skenario ..................................................................................................................................... 5
C. Identifikasi Masalah ................................................................................................................. 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................ 6
A. Landasan Teori ......................................................................................................................... 6
B. Kerangka Konsep.................................................................................................................... 11
BAB III................................................................................................................................................. 12
KESIMPULAN ............................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Cheilitis contact merupakan reaksi inflamasi pada bibir yang dipicu oleh iritan atau aksi
sensitisasi bahan kimia yang berkontak langsung dengan bibir. Hal ini merupakan reaksi dari
hipersensitivitas tipe IV yang melalui kontak dengan alergen dan biasanya merupakan
keradangan. Reaksi hipersensitivitas tipe IV disebut juga tipe lambat setelah terpapar antigen
Melibatkan limfosit T (seluler) Bahan alergen disebut hapten yang kemudian akan berikatan
dengan protein sehingga dapat dikenali sebagai antigen.

Hasil penelitian The North American Contact Dermatitis Group (NACDG) pada periode
tahun 2001 sampai 2004, menunjukkan bahwa dari 196 pasien cheilitis, 38.3 % adalah
penderita Cheilitis contact. Wanita lebih sering terkena dibanding laki-laki. Orang dewasa lebih
sering terkena dari pada anak-anak.

Pada wanita biasanya penggunaan dari lipstick dan pada pria biasanya pada penggunaan
pasta gigi, pada orang tua karena konsumsi obat-obatan, Dental material dan produk oral
hygiene dapat mengenai semua umur. Alergen yang umumnya dapat menimbulkan cheilitis
adalah metal seperti nickel, fragrance/flavourings atau preservative.

Lokasi timbulnya yaitu biasanya ada pada vermillion border atau kulit disekitarnya (peri-
oral). Biasanya terdapat iritasi persisten dan pengelupasan atau reaksi akut dengan kemerahan,
edema dan vesikula serta bibir terasa kering, terbakar atau gatal.

4
B. Skenario
Unit Belajar 1 : Allergic Contact Cheilitis
Judul : “Setelah ganti lipstick, kok bibir saya jadi kering?”
Skenario :
Wanita berusia 22 tahun mengeluhkan bibirnya yang terasa kering dan mengelupas
sejak 2 minggu yang lalu, setelah menggunakan lipstick dengan merk yang berbeda.
Pemeriksaan ekstraoral terdapat lesi berupa deskuamasi dan erosi kemerahan pada
vermillion bibir atas dan bawah.

C. Identifikasi Masalah
1. Apa saja etiologi dari skenario di atas?
2. Bagaimana cara mendiagnosis dari skenario di atas?
3. Apa diagnosis dari skenario?
4. Apa saja diagnosis banding dari skenario?
5. Apa faktor predisposisi dari skenario di atas?
6. Bagaimana gejala klinis penyakit dari skenario di atas?
7. Bagaimana patofisiologi penyakit dari skenario di atas?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari diagnosis di atas?

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Apa saja etiologi dari skenario di atas?
- Kosmetik
Pada lipstick  terkandung microslufat dexihidrate yaitu komposisi untuk pewarna agar
lipstick tahan lama. FDA Amerika memberi batas 1 ppm jika lebih dari itu maka
menyebabkan alergen. Terkandung tembaga yang dapat menyebabkan alergen. Semakin
gelap warna lipstick, semakin banyak tembaga dan resiko alergi makin besar. Kemasan
lipstick mengandung metal, menimbulkan alergi, kandungan MDBN (medibromoglutaron
trile : pengawet kosmetik dapat menyebabkan alergi). Pelembab bibir, tabir surya
metylisothiazonenone, methyl chloroiso zolinone (MCI).
- Pada pasta gigi & obat kumur  terdapat detergen, antiseptic, di dalam obat kumur
terkandung chinamaldehyde yang dapat menyebabkan alergi.
- Makanan, pengawet dari makanan  campuran wewangian memicu alergi.
- Minyak cengkeh, minyak kayu manis, geranium, menthol
- Nikel dan rubber  terjadi pada anak anak karena suka menggigit karet pensil yang
mengandung nikel.
- Larutan epoksi resin  sebagai bahan adhesive electrical insulation, tinta, dan bahan
pembuatan sarung tangan.
- Alat ortho cekat  memliki bahan stainless steel (ion Fe, Chrom, nikel) dapat menyebabkan
reaksi korosif, akan melepaskan ion ion nya dan ion tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan
menimbulkan efek seperti carcinogenic, alergenic, mutagenic, sitotoksik dapat diperparah
karena penggunaan obat kumur.
- Bahan kedokteran  bahan pembuat gigi tiruan dibuat dengan hot proses (jarang alergi krn
polimerisasi akrilik dan bahan aditif seperti hidrokuinon secara sempurna) & cold proses
(polimer tidak terpolimerisasi dengan sempurna) akrilik resin pada pasien yang alergi acrilic
akan terjadi alergi 1 minggu - 4 tahun.
- Sarung tangan latex  bahan bahan yang digunakan untuk membuat latex menginduksi
reaksi hipersensitivitas terjadi pada pasien yang berkontak secara berulang selama melakukan
proses tersebut pada seseorang yang alergi pada latex dapat digunakan alternatif dengan
sarung tangan bebas bedak untuk mencegah sensitisasi pasien.
2. Bagaimana cara mendiagnosis dari skenario di atas?
 Anamnesis : sejak kapan, apa keluhan nya, merk lipstick (kandungan)
 Pemeriksaan Ekstra Oral : dilihat ciri ciri lesi, Palpasi pada kelenjar submandibular (jika
alergi terdapat benjolan kenyal yang tidak sakit)
 Pemeriksaan Intra Oral : dilihat ciri ciri lesi berupa edema, iritasi persisten dan pengelupasan.
 Pemeriksaan penunjang :
-Pemeriksaan darah lengkap bisa diketahui ada alergi dengan kenaikan neutrophil dan basophil
-Patch test untuk mengetahui akibat dari pengelupasan di vermilion. Mengetahui adanya alergi
terhadap bahan kimia. Pada skenario menggunakan patch test. Cara nya : lipstick dikenakan

6
pada daerah yang tidak terkena alergi, jangan langsung terkena sinar matahari misalnya di
punggung dan ditutup dengan pita perekat, ditempel selama 48 jam, pasien tidak boleh banyak
beraktivitas supaya tidak lepas pita nyae, setelah 48 jam diambil langsung diteliti.
-Pasien mempunyai 2 alergen biasanya dites yang paling kuat dengan menggunakan European
Standart Battery dengan adanya table.
-Pemeriksaan lengkap IgE untuk mengetahui adanya infeksi kronis dengan melihat jika IgE
naik maka ada infeksi. Normal nya kadar IgE  1000 miu pada usia sampai 20 tahun
-Pemeriksaan darah tepi : pada eusinofil 5%(500ml) berarti indikasi alergi. Eusinofil sedsang
14%-40% yang dapat menyebabkan infeksi kemudian ada infeksi parasite, defisiensi imun dan
adanya keganasan. Eusinofil berat 50%-90% terjadi migrasi larva untuk penurunan eusinofil
karena pengonsumsian kortikosteroid.
-Pemeriksaan skin test : untuk menunjukan adanya alergi makanan atau alergi kosmetik
-RAST (Region Allergo Sorbent Test) : untuk pemeriksaan alergi pd makanan atau yang
dihirup. Dibutuhkan pengambilan darah 2 cc.
3. Apa diagnosis dari skenario?
Allergic Contact Cheilitis  Hipersensitivitas tipe 4. Pengaplikasian lipstick di vermilion dan
terjadi reaksi alergi.

4. Apa saja diagnosis banding dari skenario?


 Exfoliative cheilitis, radang kronis pada bibir ditandai dengan deskuamasi, rasa terbakar,
kemerahan pada lesi, terjadi pada bibir bawah bisa pada kedua bibir, lesi trusthing berfissure,
tampak bersisik dan kekuningan. Karena stress, defisiensi nutrisi. Pengobatan kortikosteroid
dan terapi. Factitious activity (menjilat bibir)

 Cheilitis komplex, karena menjilat bibir, udara dingin, udara kering. Terapi dengan lip balm,
petroleum jelly, emolien, topikal kortikosteroid.
 Drug related cheilitis  jarang terjadi disebabkan karena penggunaan obat obatan terapi
dengan menghindari mengonsumsi obat. Obat yang menyebabkan turunan anti histamin
(pyrebenzamine, antazeline, hydroksizine)
 Lip licking cheilitis  Iritasi pembengkakan bibir yang merusak kulit perioral biasanya karena
menjilat bibir dan daerah perioral. Garis lebar erythemathous mengelilingi bibir dengan daerah
kulit normal mengegelilingi garis vermilion
 Cheilitis granulomatosa, kronik disorder pada bibir, difuse kedua bibir, timbul rasa sakit, ketika
palpasi terdapat nodul nodul, vesikel
 Angular cheilitis  lesi terjadi di satu sisi/ kedua sisi. Bentuk retakan, garis yang dalam,
berwarna putih/merah. Penyebab trauma mekanis, candida albicans, streptococcus, anemia.
Ditandai dengan erythema, fisur, erosi, krusta pada comissura tidak meluas sampai border
mucocutan.

7
 Cheilitis glandularis  inflamasi kronis pada kelenjar saliva minor. Etiologi dari infeksi
bakteri, radiasi matahari, tembakau, kebersihan rongga mulut. Manifestasi pembegkakan bibir
bawah, tampak oriface kelenjar saliva yang dilatasi dan keluar mucus perawatan dengan
suportive, vermilionektomi
 Actinic cheilitis(farmer’s lip, sailor lips, solar cheilosis)  keradangan bibir bawah akibat
radiasi matahari yang berlebih. Pada kulit putih lebih mudah terserang. Etiologi karena
kerusakan dna p 53 akan berkembang menjadi karsinoma sel skuamosa. bibir kaku, tidak ada
batas bibir dengan kulit, krusta, kehilangan elastisitas, adanya plak keratotik tipis-tebal, kasar,
bersisik, eritematous irregular.

 Chronic eczemathous cheilitis  lesi karena iritasi, penyebab krn nikel, wewangian. Terdapat
eritema sampai bawah hidung

5. Apa faktor predisposisi dari skenario di atas?


 Intrinsik :
-genetic, jika orangtua mengalami alergi maka ada kemungkinan anak mengalami alergi. Jika
salah satu orang tua alergi 27% anak bisa kena alergi. Kedua orangtua 47% anak mengalami
alergi juga. Bawaan dari basophil dan IgE dari kedua orangtua, orang yang menderita
hipersensitivitas tidak mengetahui jika alergi.
-Imunitas : Imunitas rendah maka barrier perlindungan diri akan rendah dan mudah terserang
pathogen.

 Ekstrinsik :
-Psikologis : Stress
-Fisik : Panas dingin dari lingkungan

6. Bagaimana gejala klinis penyakit dari skenario di atas?


 Vermilion border terdapat deskuamasi, terdapat krusta, dan erythema. Jarang terjadi pada
mukosa labial  terdapat plasma sel gingivitis warna merah terang (jarang terjadi). Hanya pada

8
vermilion yang terdapat jaringan keratin. Di Intra Oral vaskulrasisasi tinggi jadi mudah
menghilangkan antigen. Terdapat pada perioral (perbatasan mukosa dan kulit)
 Pasien mengeluhkan rasa terbakar, sakit, dan bibir terasa kaku.
 Setelah adanya kontak dengan allergen.
 Berwarna kemerahan disertai deskuamasi pada vermilion.
 Awal gejala : gatal, dan bibir kering yang terdapat pada sudut bibir.

7. Bagaimana patofisiologi penyakit dari skenario di atas?


-Initiation Phase
Antigen masuk  ditangkap oleh sel denditrik(Langerhans)  dibawa ke limfonodi 
dipresentasikan oleh MHC 2 ke sel T CD4+ naive -> CD4+ akan mengeluarkan TCR 28 dan
berikatan dengan protein B7 dari dendritik sel sehingga mengeluarkan IL 12 untuk maturasi
sel CD4 menjadi TH1  TH1 akan mengeluarkan IL 2 (berfungsi memangil sel T lain)  TH
1 mengeluarkan IFN gamma untuk mengaktifkan makrofag dan maturasi sel T jadi sel TH1 
makrofag mengeluarkan TNF alfa IL1, IL 6, menyebabkan permeabilitas vaskuler meningkat
sehingga sel sel imun keluar dari peredaran darah ke daerah infeksi menyebabkan oedema dan
urtikaria  aktifitas makrofag yang meningkat menyebab kan mengendapnya enzim litik dan
komplemen di daerah inflamasi sehingga terjadi kerusakan sel.
-Elititation phase

Saat alergen berkontak dengan kulit  alergen mengikat sel protein  alergen merubah
struktur sel protein  antigen ditangkap sel langerhans  sel langerhans bertemu sel T Helper
1 dan mempresentasikan antigen  sel TH1 mensekresikan IFN gamma dan beberapa sitokin
 IFN gamma mengatifkan keratinosit  dan mensekresi sitokin seperti IL 1, dan TNF alfa
 keratinosit mensekresikan kemokin seperti CXCL 8, CXCL 11, CXCL 9 hal ini yang
menyebabkan produksi keratin berlebih  Sel TH1 mengaktifkan makrofag, makrofag
mensekresi mediator inflamasi. IgE normal, tidak ada peningkatan sel melibatkan makrofag.
IL 2 dan IFN gamma akan memberi sinyal protein yang bertindak sebagai kemotraktan (sel
akan ke daerah yang infeksi untuk menyerang tubuh) menarik eusinofil, basofil dan makrofag
yang dapat merespon keradangan dan kerusakan jaringan bermanifestasi di bibir.

8. Bagaimana penatalaksanaan dari diagnosis di atas?


-Kausatif : Dieliminasi penyebab, hindari alergen, hindari makanan pedas, panas, jangan
menjilat bibir.
-Simtomatif :
 Memberi steroid topikal  triamcinolone acetonide 0,1 %. Betamethason cream tube 3x1
dioles di bibir
 anti inflamasi non steroid topikal  Aloevera gel (efek theraupetic sebagai antiseptic)
terjadi peradangan agar mudah  4x1
 Anti histamine berupa obat sistemik : Cetirizine (mengobati rasa gatal  menghambat
aktivitas histamine) 1x1 selama 5 hari.
 Kompres NaCL 0,9%  untuk lesi akut dan eksudatif dan mengurangi gejala radang,
mengurangi oedem melalui sistem osmosis.

9
 Cloramfenicol, antibiotik spektrum luas sensitif terhadap bakteri gram positif dan negatif.
Untuk mencegah infeksi sekunder karena adanya luka terbuka pada lesi (fissura dalam)
 Hidrokortison
-Supportive
 Multivitamin  vit C (pembentukan kolagen, proteoglikan, bahan organik lain. Ketika
terjadi kerusakan jaringan) 750 mg, B12 (penting dalam sintesa asam nukleat untuk
pematangan sel)
 Lunoline & vaseline  pelembab bibir
 Air putih (mineral) yang banyak mencegah dehidrasi pada kulit.

10
B. Kerangka Konsep

Lipstick

Nikel Dexyhidrate

Allergic Contact Cheilitis Pemeriksaan

Patofisiologis

Penatalaksanaan

Causative Simtomative Supportive

11
BAB III
KESIMPULAN

Allergic Contact Cheilitis merupakan allergic contact dermatitis yang mengenai bibir.
Hal ini merupakan reaksi dari hipersensitivitas tipe IV yang melalui kontak dengan allergen dan
biasanya merupakan keradangan yang mengenai vermillion border atau peri-oral.
Pemeriksaan penunjang untuk kasus kontak alergika Tes yang palig banyak digunakan
yaitu patch test, dan skin prick test karena relatif cepat dan murah namun kekurangannya dapat
menimbulkan reaksi sistemik yang serius. Pemeriksaan IgE juga dilakukan pada kasus cheilitis
kontak alergika. Bila didapatkan pemeriksaan IgE negative menunjukkan reaksi
hipersensitivitas type IV yang tidak melibatkan IgE tapi melibatkan aktivasi makrofag . Bila
hasil pemeriksaan IgE menunjukkan kadar yang lebih tinggi dari normal maka berarti pasien
tersebut juga menderita atopic dermatitis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ravitasari, Yatty, Radithia, Desiana. 2015. Allergic Contact Cheilitis due to Lipstick. Dental
Journal (Majalah Kedokteran Gigi) 48 (4) : 173 – 176
Angelini, G. Vena, dkk. 2013. Contact Cheilitis. Journal Cosmetal vol. 11
Kus Harijanti., Yoli Sidharta Santosa., ALLERGIC CONTACT CHEILITIS DUE TO
LIPSTICK. ODONTO Dental Journal. 2016. Volume 3. Nomer 2.

Shishir Ram Shetty, Anusha Rangare and Prasanna Rao., Contact Allergic Cheilitis Secondary
to Latex Gloves: a Case Report., J Oral Maxillofac Res. 2011 Jan-Mar; 2(1): e5.

Field A, Longman L. 2003. Tydelsely’s Oral Medicine. 5th Ed. Oxford Press University Press.

Ghom, A.G. (2010) Textbook of oral medicine. 2nd ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) Ltd.p: 566

Jacob, S.E. and Herro, M.E. (2011) ‘Allergic contact cheilitis’ The Dermatologist, 19:(8), p:
18-22.

Langlais, R. P. Miller C. S. & Nield J. S. 2014. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang Sering
Ditemukan. Ed 4. EGC : Jakarta.

J. Appl Cosmetol. Journal BroMed Central. 2016. Unmet Diagnostic Needs in Contact Oral
Mucosal Allergic.

Rabson, A. Roitt I. M. and Delves, P. J. 2005. Really Essential Medical Immunology.

13

Anda mungkin juga menyukai

  • Perawatan Pulpa (Microteaching Pekerti)
    Perawatan Pulpa (Microteaching Pekerti)
    Dokumen53 halaman
    Perawatan Pulpa (Microteaching Pekerti)
    Sinta Herningtiyas
    Belum ada peringkat
  • Mikilih
    Mikilih
    Dokumen10 halaman
    Mikilih
    Sinta Herningtiyas
    Belum ada peringkat
  • Salivary Flow Rate
    Salivary Flow Rate
    Dokumen1 halaman
    Salivary Flow Rate
    Sinta Herningtiyas
    Belum ada peringkat
  • 39959
    39959
    Dokumen10 halaman
    39959
    Sinta Herningtiyas
    Belum ada peringkat
  • Laporan
    Laporan
    Dokumen8 halaman
    Laporan
    Sinta Herningtiyas
    Belum ada peringkat
  • SGD 1 LBM 1
    SGD 1 LBM 1
    Dokumen4 halaman
    SGD 1 LBM 1
    Sinta Herningtiyas
    Belum ada peringkat
  • Lap
    Lap
    Dokumen4 halaman
    Lap
    Sinta Herningtiyas
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial
    Laporan Tutorial
    Dokumen16 halaman
    Laporan Tutorial
    Sinta Herningtiyas
    Belum ada peringkat