A. DEFINISI
Definisi menurut para ahli, sebagai berikut :
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Arif,
2000).
Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu
hati, mual,kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa
(Dharmika, 2001).
Dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang sudahdikenal sejak lama, terdiri dari
rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-mual (Aziz 1997)
A. ETIOLOGI
Penyebab dyspepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a) Dyspepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan
lainnya).
b) Dyspepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya
B. PATOFISIOLOGI
Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria
sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan
oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum
diketahui yang terkait dengan hilannya muatan negative gliko protein dalam dinding
kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan
protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari
kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Husein A Latas, 2002 :
383).
Pada sindrom nefrotik protein hilang lebih dari 2 gram perhari yang terutama terdiri dari
albumin yang mengakibatkan hipoalbuminemia, pada umumnya edema muncul bila
kadar albumin serum turun dibawah 2,5 gram/dl. Mekanisme edema belum diketahui
secara fisiologi tetapi kemungkinan edema terjadi karena penurunan tekanan onkotik/
osmotic intravaskuler yang memungkinkan cairan menembus keruang intertisial, hal ini
disebabkan oleh karena hipoalbuminemia. Keluarnya cairan keruang intertisial
menyebabkan edema yang diakibatkan pergeseran cairan. (Silvia A Price, 1995: 833).
Akibat dari pergeseran cairan ini volume plasma total dan volume darah arteri menurun
dibandingkan dengan volume sirkulasi efektif, sehingga mengakibatkan penurunan
volume intravaskuler yang mengakibatkan menurunnya tekanan perfusi ginjal. Hal ini
mengaktifkan system rennin angiotensin yang akan meningkatkan konstriksi pembuluh
darah dan juga akan mengakibatkan rangsangan pada reseptor volume atrium yang akan
merangsang peningkatan aldosteron yang merangsang reabsorbsi natrium ditubulus distal
dan merangsang pelepasan hormone anti diuretic yang meningkatkan reabsorbsi air
dalam duktus kolektifus. Hal ini mengakibatkan peningkatan volume plasma tetapi
karena onkotik plasma berkurang natrium dan air yang direabsorbsi akan memperberat
edema. (Husein A Latas, 2002: 383).
Stimulasi renis angiotensin, aktivasi aldosteron dan anti diuretic hormone akan
mengaktifasi terjadinya hipertensi. Pada sindrom nefrotik kadar kolesterol, trigliserid, dan
lipoprotein serum meningkat yang disebabkan oleh hipoproteinemia yang merangsang
sintesis protein menyeluruh dalam hati, dan terjadinya katabolisme lemak yang menurun
karena penurunan kadar lipoprotein lipase plasma. Hal ini dapat menyebabkan
arteriosclerosis. (Husein A Latas, 2002: 383).
C. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami Sindrom nefrotik adalah:
1. Oedem umum ( anasarka ), terutama jelas pada muka dan jaringan periorbital.
E. PENATALAKSANAAN
1. Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan tidak
berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk mempertahankan
tirah baring selama diuresis jika terdapat kehilangan berat badan yang cepat.
2. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/ hari
dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis dan
edema menghilang, pembatasan ini dapat dihilangkan. Usahakan masukan protein
yang seimbang dalam usaha memperkecil keseimbangan negatif nitrogen yang
persisten dan kehabisan jaringan yang timbul akibat kehilangan protein. Diit harus
mengandung 2-3 gram protein/ kg berat badan/ hari. Anak yang mengalami anoreksia
akan memerlukan bujukan untuk menjamin masukan yang adekuat.
3. Perawatan kulit. Edema masif merupakan masalah dalam perawatan kulit. Trauma
terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester atau verban harus
dikurangi sampai minimum. Kantong urin dan plester harus diangkat dengan lembut,
menggunakan pelarut dan bukan dengan cara mengelupaskan. Daerah popok harus
dijaga tetap bersih dan kering dan scrotum harus disokong dengan popok yang tidak
menimbulkan kontriksi, hindarkan menggosok kulit.
4. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan
untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air hangat.
5. Kemoterapi:
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Laboratorium: lebih banyak di tekankan untuk menyingkirkan penyebab organik
lainnya seperti pankreatitis kronis, diabetes mellitus, dan lainnya. Pada dyspepsia
hasil laboratorium biasanya dalam batas normal
b) Pemeriksaan radiologi, yaitu: OMG dengan kontras ganda, serologi helicobacter
bakteri, urea breath test (belum tersedia di Indonesia)
c) Endoskopi merupakan pemeriksaan buku emas selain sebagai diagnostik sekaligus
terapeutik. Pemeriksaan yang dapat di lakukan dengan endoskopi, yaitu:
o CLO (Rapid Urea test)
o Patologi Anatomi
o Kultur Mikroorganisme (MO) jaringan
o PCR (Polymerase Chain Reaction) hanya dalam rangka penelitian saja
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata: menyangkut nama, tanggal lahir, alamat, umur, jenis kelamin, tanggal
pengkajian, no RM dan identitas penanggung jawab
2. Keluhan utama: 0yeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping
dada depanepigastrium! mual! muntah dan tidak nafsu makan! kembung! rasa
kenyang
3. riwayat kesehatan Masa lalu : sering nyeri pada daerah epigastrium adanya stress
psikologis! ri'ayat minum-minuman beralkohol
4. riwayat Besehatan Beluarga: Adakah anggota keluarga yang lain juga pernah
menderita penyakit saluran pencernaan
5. Pola aktivitas: Pola makan yaitu kebiasaan maakn yang tidak teratur! makan
makanan yangmerangsang selaput mukosa lambung berat badan sebelum dan
sesudah sakit.
6. Aspek Psikososial: Beadaan emosional hubungan dengan keluarga! teman!
adanya masalah interpersonalyang bisa menyebabkan stress
7. Pengkajian fisik
a. Beadaan umum : sakit/nyeri! status gizi, sikap, personal hygiene dan lain-
lain.
kelopak mata, konjungtiva, sclera, Kornea, reflek, pupil, respon cahaya, dan
lain-lain.
c. sistem pernapasan: frekuensi batuk, bunyi napas, sumbatan jalan napas, dan
lain-lain.
B. DIAGNOSA
1. yeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada mukosa lambung.
2. nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan!
anoreksia.
3. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan adanya
mual!muntah
4. kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
5. kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (Perawatan Medikal Bedah), alih bahasa:
Monica Ester. Jakarta : EGC.
Carpenito, L. J.1999. Hand Book of Nursing (Buku Saku Diagnosa Keperawatan), alih bahasa:
Monica Ester. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilyinn E, Mary Frances Moorhouse. 2000. Nursing Care Plan: Guidelines for
Planning and Documenting Patient Care (Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), alih bahasa: I Made
Kariasa. Jakarta: EGC.
Donna L, Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, alih bahasa: Monica Ester. Jakarta:
EGC.
OLEH
NAMA : MAYANG SARI
NIM : N201801088
STASE : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
2019