Manajemen laba adalah permainan manajerial untuk memanipulasi laporan keuangan dengan mengatur besar kecilnya laba perusahaan demi kepentingan pribadi. Timbulnya manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori agensi. Sebagai agent, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan.
2. Sasaran Manajemen Laba
Menurut Ayres (1994:27-29) terdapat unsur – unsur laporan keuangan yang dapat dijadikan sasaran untuk melakukan manajemen laba adalah sebagai berikut: a. Kebijakan Akuntansi Keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu antara menerapkan akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijakan tersebut. b. Pendapatan Dengan mempercepat atau menunda pengakuan akan pendapatan. c. Biaya Menganggap sebagai beban/biaya atau menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or capitalize of investment). 3. Tujuan Manajemen Laba Tujuan dilakukannya manajemen laba adalah sebagai berikut: a. Dapat Meningkatkan Kepercayaan Pemegang Saham Terhadap Manajer Manajemen laba berhubungan erat dengan tingkat perolehan laba atau prestasi usaha suatu organisasi, hal ini karena tingkat keuntungan atau laba dikaitkan dengan prestasi manajemen dan juga besar kecilnya bonus yang akan diterima oleh manajer. b. Dapat Memperbaiki Hubungan Dengan Pihak Kreditor Perusahaan yang terancam default yaitu tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang pada waktunya, perusahaan berusaha menghindarinyadengan membuat kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan maupun laba. Dengan demikian akan memberi posisi bargaining yang relatif baik dalam negoisasi atau penjadwalan ulang utang antara pihak kreditor dengan perusahaan. c. Dapat Menarik Investor Untuk Menanamkan Modalnya
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba
Dalam Positif Accounting Theory terdapat tiga faktor pendorong yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986), yaitu: a. Hipotesis Bonus Plan Perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan pendapatan saat ini. b. Hipotesis Debt To Equity Bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar maka manajer perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatakan pendapatan atau laba. c. Hipotesis Political Cost Bahwa pada perusahaan yang besar, yang kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan. 5. Motivasi Manajemen Laba Beberapa motivasi terjadinya manajemen laba adalah sebagai berikut: a. Motivasi Program Bonus (Bonus Plan Motivations) Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini. b. Motivasi Politik (Political Motivations) Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan yang lebih ketat. c. Motivasi Perpajakan (Taxation Motivations) Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan. d. Motivasi Perubahan CEO (Changes of CEO Motivations) CEO (Chief Executive Officer) yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk menaikkan bonus mereka, dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan. e. Motivasi Initial Public Offering (IPO) Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dalam prospektus mereka dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan. f. Motivasi Perjanjian Utang (Debt Covenants Motivations) Perjanjian utang timbul karena adanya kontrak jangka panjang yang dilakukan oleh manajemen laba. pelanggaran terhadap hal tersebut akan mengakibatkan biaya yang tinggi terhadap perusahaan, oleh karena itu manajer berusaha untuk menghindari terjadinya pelanggaran terhadap covenant. 6. Teknik Manajemen Laba Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk melakukan manajemen laba pada laporan keuangan adalah sebagai berikut: a. Memanfaatkan Peluang Untuk Membuat Estimasi Akuntansi Teknik ini merupakan cara manajer untuk mempengaruhi laba melalui judgementterhadap estimasi akuntansi antara lain: estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain- lain. b. Mengubah Metode Akuntansi Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, sebagai contoh yaitu: mengubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. c. Menggeser Perioda Biaya Atau Pendapatan Beberapa orang menyebutkan rekayasa jenis ini sebagai manipulasi keputusan operasional, sebagai contoh yaitu: rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian sampai periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi berikutnya, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai, dan lain-lain.
7. Bentuk – Bentuk Manajemen Laba
Ada beberapa bentuk manajemen laba yaitu sebagai berikut: a. Taking a Bath Dalam bentuk ini jika manajemen harus melaporkan kerugian, maka manajemen akan melaporkan dalam jumlah besar. Dengan tindakan ini manajemen berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan kerugian piutang perusahaan dapat dilimpahkan ke manajemen lama, jika terjadi pergantian manajer. b. Income Minimization (Menurunkan Laba) Dalam bentuk ini manajer akan menurunkan laba untuk tujuan tertentu, misalnya untuk tujuan penghematan kewajiban pajak yang harus dibayar perusahaan kepada pemerintah. Karena semakin rendah laba yang dilaporkan perusahaan semakin rendah pula pajak yang harus dibayarkan. c. Income Maximization (Meningkatkan Laba) Dalam bentuk ini manajer akan berusaha menaikkan laba untuk tujuan tertentu, misalnya menjelang IPO manajer akan meningkatkan laba dengan harapan mendapatkan reaksi yang positif dari pasar. d. Income Smoothing (Perataan Laba) Dalam bentuk ini manajer melakukannya dengan meratakan laba yang dilaporkan, dengan tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor, karena umumnya investor menyukai laba yang relatif stabil. DAFTAR PUSTAKA
Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba, Teori dan Model Empiris. PT. Grasindo. Jakarta. Widodo Lo, Eko. 2005. Penjelasan Teori Prospek Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Manajemen. Vol. XVI. No. 1. April. STIE YKPN. Yogyakarta.