MATERI PEDAGOGIK
1
d. Aspek Spiritual
Kecerdasan spiritual menurut Zohar dan Marshall (2005) adalah
kecerdasan tertinggi (the ultimate inteligence) yang dimiliki manusia.
Kecerdasan spiritual (spiritual quotient;SQ) membantu seseorang untuk
mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan
untuk menerapkan nilai-nilai positif. Kecerdasan spiritual yang
berkembang dengan baik akan ditandai dengan kemampuan seseorang
untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu
menghadapi penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran
yang berharga dari suatu kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai
dengan visi dan misi, mampu melihat keterkaitan antara berbagai hal,
mandiri, serta pada akhirnya membuat seseorang mengerti akan makna
hidupnya serta mengaitkan hubungannya dengan Yang Maha Kuasa
dan Maha pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh
peserta didik
e. Latar Belakang Sosial-Budaya
Faktor Budaya menunjuk pada sikap-sikap, nilai-nilai, kebiasaan-
kebiasaan, dan pola perilaku yang menjadi ciri suatu kelompok sosial.
Unsur budaya menjadikan karakterisik peserta didik bisa berbeda satu
sama yang lainnya. sehingga ketika peserta didik berinteraksi dan
berkomunikasi dengan warga di lingkungan sekolahnya perlu
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, sebab mereka meyakini nilai-
nilai yang di tanamkan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat
dimana peserta didik hidup. Guru harus memahami kultur peserta didik
bawaan lingkungan keluarga dan masyarakat, apalagi jika peserta didik
di sekolah terdiri dari kelompok masyarakat yang heterogen.,maka guru
dituntut untuk mampu menyesuaikan atau membawa kedalam kultur
belajar kondusif agar kultur bawaannya sehingga membuat peserta
didik secara nyaman dan sadar akan mendapatkan kesempatan belajar
yang sama terhindar dari diskriminatif
2. Potensi Peserta Didik
Setiap peserta didik memiliki potensi. Potensi peserta didik yang dimaksud
adalah kemampuan yang mungkin dikembangkan atau menunjang potensi
lain. Potensi ini meliputi potensi fisik, intelektual, kepribadian, minat,
potensi moral dan religius.
Faktor-faktor yang memengaruhi potensi peserta didik berasal dari aspek
internal dan eksternal. Selain itu, aspek fisik, psikologis dan lingkungan
sosial budaya juga berperan penting. Pendidik harus mampu mengidentikasi
dengan cermat keberagaman dari karakteristik peserta didik agar proses dan
hasil belajar dari peserta didik menjadi maksimal.
Artinya, tidak boleh vonis kepada peserta didik tertentu bahwa ia tidak
sanggup, berdaya, dan tidak mampu berkembang.
2
3. Bekal Ajar Awal Peserta Didik
Peserta didik memiliki pemahaman awal (entry behavior). Kegiatan
menganalisis pengetahuan awal dalam pengembangan pembelajaran
merupakan pendekatan menerima peserta didik apa adanya dan menyusun
sistem pembelajaran atas dasar keadaan peserta didik tersebut. Mengetahui
pemahaman awal sangat penting untuk diperhatikan karena dengan
mengidentifikasi kondisi pembelajaran dapat memberikan informasi
penting untuk guru dalam pemilihan strategi pengelolaan pembelajaran
yang efektif dan bermakna yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
4. Kesulitan Belajar Peserta Didik
Dalam pembelajaran, peserta didik mengalami kesulitan belajar. Kesulitan
belajar yang didefenisikan oleh The United States Office of Education
(USOE) yang dikutip oleh Abdurrahman (2003 : 06)
menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau
lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa ajaran atau tulisan. Adanya kesulitan belajar
mengakibatkan peserta didik sulit untuk mencapai hasil belajar yang
memuaskan karena tidak dapat menyerap pelajaran sebagaimana mestinya.
B. Teori Belajar
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan
itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang baik tetapi juga ada
kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang buruk, dimana perubahan
itu didapat melalui latihan dan pengalaman. Sedangkan teori belajar
merupakan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang bersifat teoritis dan
telah teruji kebenarannya melalui eksperimen.
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori belajar,
yaitu:
1. Teori Belajar Behavioristik
Menurut teori belajar behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman. Belajar sebagai akibat dari adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar, jika dapat
menunjukkan perubahan perilaku. Munculnya perilaku akan semakin kuat
bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
2. Teori belajar kontruktivisme
Teori belajar ini merupakan teori belajar yang menuntut peserta didik
mengkonstruksi kegiatan belajar dan mentransformasikan informasi
kompleks untuk membangun pengetahuan secara mandiri. Dengan teori
konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari
idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka
terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham
dan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa
3
terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua
konsep.
3. Teori Belajar Kognitif
Pada aliran kognitif, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada
kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah
laku itu terjadi. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar
dari pada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar merupakan perubahan
persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu
berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati.
4. Teori Belajar Humanistik
Teori belajar humanistik berpendapat bahwa motivasi dasar manusia adalah
mencapai aktualisasi diri. Proses belajar harus terjadi dalam suasana bebas,
diprakarsai sendiri dan percaya pada diri sendiri (self initiated and self
reliant learning). Dalam teori belajar ini, belajar dianggap
berhasil jika peserta didik memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia
mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelaku, bukan dari
sudut pandang pengamat.
4
semua KD/materi pembelajaran. Model pembelajaran tertentu hanya tepat
digunakan untuk materi pembelajaran tertentu. Sebaliknya materi
pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal jika menggunakan
model pembelajaran tertentu.Oleh karenanya guru harus menganalisis
rumusan pernyataan setiap KD, sehingga didapatkan model pembelajaran
yang tepat.
1. Model Pembelajaran Penyingkapan (penemuan dan pencarian/penelitian)
Menurut (Budiningsih, 2005:43) Model pembelajaran penyingkapan
(Discovery Learning)adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui
proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan.
Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses
mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip
Sintak model Discovery Learning
1) Pemberian rangsangan (Stimulation);
2) Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement);
3) Pengumpulan data (Data Collection);
4) Pembuktian (Verification), dan
5) Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).
2. Model Pembelakaran Inquiry Learning Terbimbing
Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses
penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang
singkat (Joice&Wells, 2003).
Model pembelajaran Inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri temuannya.
Sintak/tahap model inkuiri meliputi:
1) Orientasi masalah;
2) Pengumpulan data dan verifikasi;
3) Pengumpulan data melalui eksperimen;
4) Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan
5) Analisis proses inkuiri.
3. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir
dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata
untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan
kontekstual (Tan OnnSeng, 2000).
Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan
konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian
konsep High Order Thinking Skills (HOT’s), keinginan dalam belajar,
mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan(Norman and Schmidt).
a. Sintak model Problem Based Learning dari Bransford and Stein (dalam
Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas:
1) Mengidentifikasi masalah;
5
2) Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi
informasi-informasi yang relevan;
3) Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif,
tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang;
4) Melakukan tindakan strategis, dan
5) Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang
dilakukan.
b. Sintak model Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting (David
H. Jonassen, 2011:93) terdiri atas:
1) Merumuskan uraian masalah;
2) Mengembangkan kemungkinan penyebab;
3) Mengetes penyebab atau proses diagnosis, dan
4) Mengevaluasi.
4. Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL).
Model pembelajaran PJBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan
proyek nyata dalam kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi,
pertanyaan menantang, tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk
penguasaan kompetensi yang dilakukan secara kerjasama dalam upaya
memecahkan masalah (Barel, 2000 and Baron 2011).
Tujuan Project Based Learning adalah meningkatkan motivasi belajar, team
work, keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik
level tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21
(Cole & Wasburn Moses, 2010).
Sintak/tahapan model pembelajaran Project Based Learning, meliputi:
a. Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential
Question);
b. Mendesain perencanaan proyek;
c. Menyusun jadwal (Create a Schedule);
d. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the
Students and the Progress of the Project);
e. Menguji hasil (Assess the Outcome), dan
f. Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).
5. Di samping tiga model pembelajaran di atas, di SMK dapat digunakan
modelProduction Based Training (PBT) untuk mendukung
pengembangan Teaching Factory pada mata pelajaran pengembangan
produk kreatif. Model Pembelajaran Production Based Trainingmerupakan
proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses produksi,
dimana peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang
kontekstual mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan
berdasarkan pesanan, pelaksanaan dan evaluasi produk/kendali mutu
produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi.Tujuan penggunaan
model pembelajaranPBT adalah untuk menyiapkan peserta didik
6
agar memiliki kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknis
serta kemampuan kerjasama sesuai tuntutan organisasi kerja.
Sintaks/tahapan model pembelajaran Production Based Trainningmeliputi:
a. Merencanakan produk;
b. Melaksanakan proses produksi;
c. Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu), dan
d. Mengembangkan rencana pemasaran.
(G. Y. Jenkins, Hospitality 2005).
D. Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki peran penting dalam kegiatan pembelajaran,
karena kontribusinya sangat besar terhadap hasil belajar. pemilihan media
pembelajaran yang tepat menjadi hal yang sangat menentukan, sebelum
melakukan kegiatan pembelajaran.Selain itu yang lebih penting adalah
kemampuan menggunakan media pembelajaran, karena pemilihan media
pembelajaran yang tepat dan digunakan secara efektif maka dapat
dipastikan efektivitas hasil belajar dapat diperoleh. Dalam pembelajaran,
media didefinisikan sebagai sarana yang mendukung terciptanya kegiatan
pembelajaran yang efektif dan efisien. Briggs (1977) mendefinisikan media
pembelajaran sebagai sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi
pembelajaran.
1. Fungsi Media Pembelajaran antara lain:
(a) Mengkonkretkan konsep - konsep yang bersifat abstrak, melalui
gambar,grafik, model
(b) Membangkitkan motivasi belajar
(c) Memaksimalkan peran seluruh seluruh indera siswa
(d) Memaksimalkan peran seluruh seluruh indera siswa
(e) Mendekatkan dunia teori/konsep dengan realita
(f) Meningkatkan kemungkinan terjadinya interaksi langsung antara
siswa dengan lingkungannya
(g) Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang
maupun disimpan menurut kebutuhan.
2. Manfaat Media Pembelajaran antara lain:
(a) Mempermudah pemahaman siswa terhadap materi ajar
(b) Siswa dapat belajar tanpa batasan waktu tertentu
(c) Mempermudah pencapaian ketuntasan belajar
(d) Penyampaian materi dapat diseragamkan
(e) Efiensi waktu dan biaya
(f) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
3. Klasifikasi media pembelajaran antara lain:
(a) Media cetak/teks
(b) Media pameran/display
(c) Media suara
(d) Media gambar bergerak
7
(e) Multimedia (gabungan teks, suara, grafis, video, dan animasi)
(f) Media berbasis web dan internet
4. Dalam pembuatan media pembelajaran hal yang perlu diperhatikan
antara lain:
(a) Berorientasi pada tujuan pembelajaran;
(b) Memiliki kemudahan misal harga terjangkau, mudah dibuat, dsb
(c) Memiliki keluwesan/kesesuaian, misal sesuai topik yang dibahas,
sesuai dengan kondisi peserta didik;
(d) dapat memotivasi peserta didik
8
2. Fungsi diagnosa. Untuk mengetahui dalam hal apa seorang siswa
mempunyai kelemahan dalam belajar.
3. Fungsi penempatan. Dengan hasil evaluasi yang diperoleh, guru dapat
menentukan di mana posisi anak yang tepat.
4. Fungsi pengukuran keberhasilan. Dalam hal ini adalah keberhasilan
program. Termasuk pencapaian tujuan dan metode serta penggunaan
sarana.
3. Manfaat Evaluasi
1. Bagi siswa:
Siswa dapat mengetahui sejauh mana dia telah berhasil mengikuti
pelajaran yang diberikan oleh guru.
2. Bagi guru:
a. Guru akan mengetahui siswa-siswa mana yang sudah menguasai
bahan pelajarannya.
b. Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat
bagi siswa.
c. Guru akan mengetahui apakah metode yang diberikan sudah tepat
atau belum.
3. Bagi sekolah:
a. Dengan evaluasi dapat diketahui kondisi belajar yang
dilangsungkan di sekolah.
b. Informasi guru tentang tepat tidaknya kurikulum sekolah dapat
merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk
masa-masa yang akan datang.
c. Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat
digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh
sekolah sudah memenuhi standart atau belum. Pemenuhan standart
akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh.