Anda di halaman 1dari 4

A.

Mengubah paradikma dan mengubah komponen dalam penyelenggaraan pendidikan


inklusi

Istilah pendidikan inklusif digunakan untuk mendeskripsikan penyatuan anak-anak


berkelainan (penyandang hambatan/cacat) ke dalam program sekolah. Konsep inklusi
memberikan pemahaman mengenai pentingnya penerimaan anak-anak yang memiliki
hambatan ke dalam kurikulum, lingkungan, dan interaksi sosial yang ada di sekolah.

MIF. Baihaqi dan M. Sugiarmin menyatakan bahwa hakikat inklusif adalah mengenai
hak setiap siswa atas perkembangan individu, sosial, dan intelektual. Para siswa harus
diberi kesempatan untuk mencapai potensi mereka. Untuk mencapai potensi tersebut,
sistem pendidikan harus dirancang dengan memperhitungkan perbedaan-perbedaan yang
ada pada diri siswa. Bagi mereka yang memiliki ketidakmampuan khusus dan/atau
memiliki kebutuhan belajar yang luar biasa harus mempunyai akses terhadap pendidikan
yang bermutu tinggi dan tepat.

Baihaqi dan Sugiarmin menekankan bahwa siswa memiliki hak yang sama tanpa
dibeda-bedakan berdasarkan perkembangan individu, sosial, dan intelektual. Perbedaan
yang terdapat dalam diri individu harus disikapi dunia pendidikan dengan mempersiapkan
model pendidikan yang disesuaikan dengan perbedaan-perbedaan individu tersebut.
Perbedaan bukan lantas melahirkan diskriminasi dalam pendidikan, namun pendidikan
harus tanggap dalam menghadapi perbedaan.

Daniel P. Hallahan mengemukakan pengertian pendidikan inklusif sebagai pendidikan


yang menempatkan semua peserta didik berkebutuhan khusus dalam sekolah reguler
sepanjang hari. Dalam pendidikan seperti ini, guru memiliki tanggung jawab penuh
terhadap peserta didik berkebutuhan khusus tersebut. Pengertian ini memberikan
pemahaman bahwa pendidikan inklusif menyamakan anak berkebutuhan khusus dengan
anak normal lainnya. Untuk itulah, guru memiliki tanggung jawab penuh terhadap proses
pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dengan demikian guru harus memiliki kemampuan
dalam menghadapi banyaknya perbedaan peserta didik.
B. Permasalahan pendidikan anak inklusi
Permasalahan yang muncul terkait pelaksanaan inklusi adalah terkait dengan guru,
siswa, orangtua, sekolah, masyarakat, pemerintah dan kurangnya sarana prasarana yang
mendukung pelaksanaan sekolah inklusi. Hal ini juga dikarenakan kurang adanya
kerjasama dari berbagai pihak. Guru merupakan faktor utama dalam proses pendidikan
inklusi, tetapi tanpa adanya bantuan dari pihak lain pelaksanaan sekolah inklusi tidak bisa
berjalan dengan maksimal, sehingga selain guru yang ditangani, perlu juga menumbuhkan
budaya sekolah inklusi baik didalam sekolah itu sendiri ataupun komunitas diluar sekolah
tersebut, selain itu kebijakan pemerintah juga sangat menentukan pelaksanaan sekolah
inklusi.
Program sering diartikan berbeda-beda tergantung pada konteks permasalahan yang
dibahas. Program merupakan pernyataan tertulis tentang sesuatu yang dimengerti dan
diusahakan (Takdira, 2012: 25). Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang
guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa (Hernawan et al. 2011: 2.21). Proses
belajarakan terjadi pada diri siswa apabila terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Program kegiatan pembelajaran kelas inklusia dalah kegiatan disusun
secara terencana dan memiliki tujuan, isi dan jenis kegiatan yang terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Program kegiatan pembelajaran inklus imerupakan sebuah
kegiatan terencana untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan guru yang memiliki anak didik heterogen.
C. Hal hal yang perlu dipertimbangkan dalam penerimaan siswa baru sesuai dengan
setting pendidikan inklusi
Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 70 Tahun
2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan
Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, disebutkan bahwa: Pendidikan
inklusi adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau
bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Sedangkan
dalam pasal 2 peraturan tersebut dijelaskan bahwa Pendidikan inklusif bertujuan:
1. memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya;
2. mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan
tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.
Kriteria calon sekolah penyelenggara pendidikan Inklusif (Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif 2007: 29) meliputi:
a. Kesiapan sekolah untukmenyelenggarakan program pendidikaninklusif (kepala
sekolah, komite sekolah, guru, peserta didik, dan orang tua).
b. Terdapatanak berkebutuhan khusus di lingkungansekolah.
c. Tersedia guru pendidikan khusus(GPK) dari PLB (guru tetap sekolah atau
guruyang diperbantukan dari lembaga lain).
d. Komitmen terhadap penuntasan wajib belajar.
e. Memiliki jaringan kerjasama denganlembaga lain yang relevan
f. Tersedia saranapenunjang yang mudah diakses oleh semua anak.
g. Pihak sekolah telah memperolehsosialisasi tentang pendidikan inklusif.
h. Sekolah tersebuttelah terakreditasi.
i. Memenuhi prosedur administrasi yang ditentukan.
Kesiapan taman kanak-kanak dalam kelas inklusi dapat diawali dengan
pemenuhankriteria dalam menyelenggarakan pendidikan inklusi. Menurut Surya
(Mulyasa, 2004:197) kesiapan dapat diartikan sebagai jumlah pola-pola atau kecakapan
tertentu yang diperlukanuntuk suatu tindakan. Pada dasarnya kesiapan merupakan
kapasitas fisik maupun mentaluntuk belajar, disertai harapan ketrampilanyang dimiliki
dan latar belakang untuk mengerjakan sesuatu. Kapasitas fisik dari kesiapan dapat berupa
kelas untuk mendukung dalam mengerjakan sesuatu. Barnawi dan Arifin(2012:105)
menyatakan kelas merupakan tempat pembelajaran berlangsung. Di ruang kelas,
pembelajaran dapat bersifat teori maupun praktek. Pendidikan anak usia dini terbagi
menjadi beberapa jalur, salah satunya yakni pendidikan anak usia dini dengan jalur
pendidikan formal yang berbentuk TamanKanak-kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA)
yang menggunakan program untuk anak usia 4-≤6 tahun. Perbedaan TK dan RA adalah
penyelenggaraan program pendidikan didalamnya, yaitu RA menyelenggarakan program
pendidikan umum dan pendidikan keagamaan Islam sedangkan TK hanya
menyelenggarakan program pendidikan. Meskipun ada perbedaan

D. Solusi pendidikan inklusi


Keberhasilan suatu pendidikan tidak hanya dilakukan oleh sekolah, melainkan
melibatkan berbagai elemen masyarakat. Tiga pusat pendidikan yang selama ini diakui
sebagai basis pendidikan serang anak adalah, keluarga, sekolah, dan masyarakat, di mana
anak anak-anak dapat tumbuhdan berkembang melalui interaksi dengan ketiga lingkungan
tersebut. Peran orangtua dan masyarakat sangat diperlukan dalam merencanakan dan
melaksankan program-program pendidikan di sekolah, seperti dalam mengambil
kebijakan, mengembangkan kurikulum, ketenagaan, sarana-prasarana. Di dalam kontek
pendidikan inklusif, peranorantua dan masyarakat merupakan bagian yang integral dalam
mencapai keberhasilan sesuai tujuan pendidikan yang direncanakan secara optimal.
Kontribusi orangtua dan masyarakat dimaksud, dapat diwujudkan dalam bentuk
penerimaan dan apresiasi terhadap keberadaan pendidikan inklusif, turut serta dalam
sosialisasi, dukungan biaya dan fasilitas, bimbingan belajar, perencanaan program,
program pembelajaran di sekolah, ataupun hal-hal lain yang terkait dengan program dan
implementasi pendidikan inklusif.

Anda mungkin juga menyukai