Anda di halaman 1dari 274

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN BANTUAN

SIMULASI KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP

FISIKA DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

KELAS X SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA PADA MATERI

GETARAN HARMONIK SEDERHANA

SKRIPSI

Disusun oleh:

Theresia Maya Vita Sari

NIM: 131424004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN BANTUAN

SIMULASI KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP

FISIKA DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA

KELAS X SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA PADA MATERI

GETARAN HARMONIK SEDERHANA

SKRIPSI

Disusun oleh:

Theresia Maya Vita Sari

NIM: 131424004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2017

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Knowledge is not enough, then we have to practice it. The intention is not
enough, then we should do it. Do not you ever let a soul in the world tell you that

you can not be exactly who you are”.

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok

mempunyai kesusahan sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.

(Matius 6:34)

Skripsi ini secara khusus saya persembahkan untuk :

 Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria,

 Orang tua tercinta Bapak Thomas Mujiman dan Ibu Yuliana,

 Kedua kak Domi dan istrinya,

 Mas Iwan dan istrinya,

 Dastin dan Charell

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Theresia Maya Vita Sari. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan
Bantuan Simulasi Komputer Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Fisika Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 6
Yogyakarta Pada Materi Getaran Harmonik Sederhana. Skripsi, Program
Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Pembimbing: Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Inkuiri, Simulasi Komputer, Phet, Pemahaman


Konsep, Keterampilan Berpikir Kritis, Getaran Harmonik Sederhana.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan
pemahaman konsep siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta kelas X untuk materi
getaran harmonik sederhana melalui penerapan model pembelajaran inkuiri
dengan bantuan simulasi komputer; (2) keterampilan berpikir kritis siswa SMA
Negeri 6 Yogyakarta kelas X pada materi getaran harmonik sederhana melalui
penerapan model pembelajaran inkuiri dengan bantuan simulasi komputer.
Subyek pada penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 5 SMA Negeri 6
Yogyakarta yang berjumlah 25 orang sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X
IPA 6 SMA Negeri 6 Yogyakarta yang berjumlah 24 orang sebagai kelas kontrol.
Metode pembelajaran yang digunakan pada kelas kontrol yaitu metode ceramah,
sedangkan metode pembelajaran yang digunakan pada kelas eksperimen yaitu
model pembelajaran inkuiri dengan bantuan simulasi komputer. Untuk
mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa peneliti menggunakan soal
pre-test dan post-test. Untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis siswa
peneliti memberikan soal tes dengan tingkat yang lebih tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) model pembelajaran inkuiri
dengan bantuan simulasi komputer meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas
X SMA Negeri 6 Yogyakarta pada materi Getaran harmonik sederhana; (2) model
pembelajaran inkuiri dengan bantuan simulasi komputer meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 6 Yogyakarta pada materi
Getaran harmonik sederhana.

vii
ABSTRACT

Theresia Maya Vita Sari. 2017. The Application of Inquiry Learning Model with
Computer Simulation Method to Improve the Understanding of Physics
Concept and Critical Thinking Skills of the Students grade X, SMA
Negeri 6 Yogyakarta on Simple Harmonic Motion Lesson. Undergraduate
Thesis, Physics Education Study Program, Department of. Mathematics
and Natural Sciences Education, Faculty of Teacher Training and.
Education, Sanata Dharma University. Advisor: Prof. Dr. Paul Suparno,
S.J., M.S.T.

Keywords: Inquiry Learning Model, Computer Simulation, Phet, Conceptual


Understanding, Critical Thinking Skills, Simple Harmonic Motion.

This research aims to know: (1) the improvement of students’ conceptual


understanding grade X, SMA Negeri 6 Yogyakarta on simple harmonic motion
lesson through the application of inquiry learning model with the computer
simulation method; (2) the critical thinking skills of the Students grade X, SMA
Negeri 6 Yogyakarta on simple harmonic motion lesson through the application of
inquiry learning model with the computer simulation method.

The subjects in this research are the students grade X IPA 5 SMA Negeri 6
Yogyakarta. They are 25 students of the experimental class and the 24 students
grade X IPA 6 SMA Negeri 6 Yogyakarta as a control class. The learning method
used in the control class is the lecture method, while the learning method used in
the experimental class is the inquiry method with the help of computer simulation.
The researcher gives pre-test and post-test in order know the improvement of
students' concept comprehension. The researcher gives a higher level test in order
to know the students' critical thinking skills.

The results of this study indicate that: (1) the inquiry learning model with
the help of computer simulation, improves the conceptual understanding of the
students grade X , SMA Negeri 6 Yogyakarta on simple harmonic motion lesson;
(2) inquiry learning model with the help of computer simulation improves critical
thinking skill of the students grade X, SMA Negeri 6 Yogyakarta on simple
harmonic vibration material.

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Bantuan

Simulasi Komputer Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Dan

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Yogyakarta Pada

Materi Getaran Harmonik Sederhana”

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, saran-

saran, dan gagasan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan segala

kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Paul Suparno S.J., M.S.T., selaku dosen pembimbing yang selalu

sabar memberikan bimbingan, motivasi, kritik dan saran kepada peneliti

selama penyusunan skripsi.

2. Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

3. Drs. Tarsisius Sarkim M. Ed., Ph. D. selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

4. Segenap dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

ix
5. Segenap karyawan sekretariat JPMIPA yang telah memberikan layanan

administrasi kepada peneliti selama menempuh studi di Program Studi

Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

6. Drs. Miftakodin, MM selaku kepala SMA Negeri 6 Yogyakarta, yang telah

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk belajar menjadi guru dan

melaksanakan penelitian.

7. Ngadinem, S.Pd, selaku guru mata pelajaran Fisika SMA Negeri 6

Yogyakarta, yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses

penelitian.

8. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan

fasilitasnya hingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Kedua orangtuaku tersayang Thomas Mujiman dan Ibu Yuliana yang telah

memberikan dukungan serta tak pernah lelah mendoakan.

10. Kakakku Iwan dan Domi, keponakanku tersayang Dastin dan Charell, dan

seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan doa, moral, dan

material.

11. Robertus Youngky P S. Kep yang telah memberikan doa dan dukungan

kepada peneliti.

12. Ko Rendra yang selalu berdoa dan memberikan semangat kepada peneliti

dalam menyelesaikan studi.

13. Noviana Endah yang selalu memberikan semngat dan motivasi kepada

peneliti.

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i

SKRIPSI................................................................................................................ ii

SKRIPSI............................................................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..................................................................v

HALAMAN PERSETUJUANPUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK


KEPENTINGAN AKADEMIS............................................................................vi

ABSTRAK...........................................................................................................vii

ABSTRACT..........................................................................................................viii

KATA PENGANTAR...........................................................................................ix

DAFTAR ISI........................................................................................................xii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xvi

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xvii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. LATAR BELAKANG MASALAH..................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................5

C. TUJUAN PENELITIAN...............................................................................6

D. MANFAAT PENELITIAN...........................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................8

A. PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS......................................................8

B. MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI.........................................................9

1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri....................................................9

2. Fungsi Model Pembelajaran Inkuiri........................................................ 10

xii
3. Langkah Model Pembelajaran Inkuiri..................................................... 11

4. Syarat Agar Inkuiri Dapat Berjalan Dengan Baik.................................. 13

5. Keunggulan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri....................14

C. SIMULASI KOMPUTER............................................................................ 15

D. SIMULASI PHET.......................................................................................18

E. PEMAHAMAN KONSEP..........................................................................22

1. Pengertian Pemahaman...........................................................................22

2. Pengertian Konsep..................................................................................23

3. Pengertian Pemahaman Konsep............................................................. 24

F. KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS.................................................... 24

G. GETARAN HARMONIK SEDERHANA..................................................30

1. Pengertian Getaran..................................................................................30

2. Getaran harmonik sederhana.................................................................. 31

3. Periode, Frekuensi, Simpangan, dan Amplitudo.................................... 31

4. Penyebab Terjadinya Getaran................................................................. 33

5. Gerak Harmonik Sederhana Pegas......................................................... 33

6. Persamaan Simpangan Gerak Harmonik Sederhana.............................. 35

7. Getaran Harmonik Pada Bandul Sederhana........................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................40

A. DESAIN PENELITIAN..............................................................................40

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN.................................................... 40

1. Waktu Penelitian.....................................................................................40

2. Tempat Penelitian................................................................................... 41

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN...............................................41

1. Populasi Penelitian..................................................................................41

xiii
2. Sampel Penelitian.................................................................................... 41

D. TREATMENT.............................................................................................41

E. INSTRUMENT...........................................................................................44

1. Instrument Pembelajaran........................................................................44

2. Instrument Pengumpulan Data............................................................... 45

3. Validitas..................................................................................................53

F. ANALISIS DATA.......................................................................................54

1. Analisis Pemahaman Siswa.................................................................... 54

2. Keterampilan Berpikir Kritis Siswa........................................................61

BAB IV DATA DAN ANALISIS......................................................................63

A. PELAKSANAAN PENELITIAN...............................................................63

1. Sebelum Penelitian................................................................................. 63

2. Selama Penelitian....................................................................................65

B. DATA DAN ANALISIS DATA..................................................................80

1. Pemahaman Konsep................................................................................ 79

2. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa.......................................100

3. Analisis Umum.....................................................................................109

C. KETERBATASAN PENELITIAN...........................................................119

1. Keterbatasan waktu.............................................................................. 119

2. Keterbatasan Soal.................................................................................119

3. Dokumentasi.......................................................................................120

4.Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis.............................................................120

BAB V..............................................................................................................121

A. KESIMPULAN.........................................................................................121

B. SARAN.....................................................................................................121

xiv
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................123

LAMPIRAN......................................................................................................126

xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1. Simulasi Getaran Dan Pegas.............................................................20

Gambar 2.2. Simulasi Pendulum Lab....................................................................22

Gambar 2.3 Gambar Getaran Pada Pegas..............................................................32

Gambar 2.4. Getaran Bandul Sederhana...............................................................32

Gambar 2.5. Gambar Getaran Harmonik Pada Pegas............................................33

Gambar 2.6. Sebuah Beban Bermasa M Digantungkan Pada................................34

Gambar 2.7. Bandul Sederhana Dan Bandul Sederhana Pada Simulasi Phet........38

Gambar 4.1. Laboratorium Komputer 1 Sma Negeri 6 Yogyakarta......................64

Gambar 4.2. Siswa Kelas Kontrol Mengerjakan Soal Pre-Test.............................68

Gambar 4.3. Siswa Kelas Kontrol Sedang Mengerjakan Soal

Di Papan Tulis.......................................................................................................70

Gambar 4.4. Siswa Kelas Kontrol Mengerjakan Soal Post-Test............................72

Gambar 4.5. Siswa Kelas Eksperimen Mengerjakan Soal Pre-Test.......................74

Gambar 4.6. Siswa Melakukan Ayunan Sederhana Menggunakan

Simulasi Phet..........................................................................................................75

Gambar 4.7. Siswa Menulis Hipotesis Sebelum Melakukan Percobaan...............77

Gambar 4.8. Siswa Kelas Eksperimen Mengerjakan Soal Post-Test Dan Tes
Kemampuan Berpikir Kritis...................................................................................78

xvi
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis.................................................29

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Soal Pre-Test Dan Post-Test..................................................45

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis..................................49

Tabel 3.3. Skoring Soal Nomor 1...........................................................................55

Tabel 3.4. Skoring Soal Nomor 2...........................................................................55

Tabel 3.5. Skoring Soal Nomor 3 Dan 6................................................................56

Tabel 3.6. Skoring Soal Nomor 4 Dan 8................................................................56

Tabel 3.7. Skoring Soal Nomor 5 Dan 7................................................................56

Tabel 3.8. Analisa Penskoran Keterampilan Berpikir Kritis soal nomor 1, 2, 3, 5,7,
8,9,10 dan 11..........................................................................................................58

Tabel 3.9. Analisa Penskoran Keterampilan Berpikir Kritis soal nomor 4, 6, dan
12............................................................................................................................58

Tabel 4.1. Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas Kontrol.......................................65

Tabel 4.2. Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas Eksperimen................................66

Tabel 4.3. Data Nilai Pre-Test Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen...................79

Tabel 4.4. Hasil Uji Test-T Pre-Test Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen..........80

Tabel 4.5. Data Nilai Pre-Test Dan Post-Test Kelas Kontrol................................82

Tabel 4.6. Hasil Uji Test-T Pre-Test Dan Post-Test Kelas Kontrol........................83

Tabel 4.7. Data Nilai Pre-Test Dan Post-Test Kelas Eksperimen.........................84

Tabel 4.8. Hasil Uji Test-T Pre-Test Dan Post-Test Kelas Eksperimen..................85

Tabel 4.9. Data Nilai Post-Test Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen.................86

Tabel 4.10. Hasil Uji Test-T Post-Test Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen......87

Tabel 4.11. Peningkatan Pemahanan Konsep Siswa..............................................90

xvii
Tabel 4.12. Data Nilai Keterampilan Berpikir Kritis Awal Dan Akhir

Siswa Kelas Kontrol............................................................................................100

Tabel 4.13. Data Nilai Keterampilan Berpikir Kritisawal Dan Akhir


Siswa Kelas Eksperimen......................................................................................101
Tabel 4.14. Hasil Uji Test-T Awal Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen..........103

Tabel 4.15. Hasil Uji Test-T Awal Dan Akhir Keterampilan Berpikir Kritis

Kelas Kontrol.......................................................................................................104

Tabel 4.16. Hasil Uji Test-T Awal Dan Akhir Keterampilan Berpikir Kritis

Kelas Eksperimen................................................................................................106

Tabel 4.17. Hasil Uji Test-T Akhir Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen.........108

xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian.........................................................................126

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian..........................127

Lampiran 3. Surat Permohonan Validasi Ahli......................................................128

Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Validasi.............................129

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol........................130

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen..................135

Lampiran 7. Materi Pembelajaran........................................................................141

Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa (Lks) 1 Kelas Eskperimen.............................151

Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa (Lks) 2 Kelas Eksperimen.............................155

Lampiran 10. Soal Pre-Test.................................................................................159

Lampiran 11. Soal Post-Test................................................................................163

Lampiran 12. Kunci Jawaban Pre-Test Dan Post-Test.........................................167

Lampiran 13. Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis..........................................172

Lampiran 14. Kunci Jawaban Keterampilan Berpikir Kritis...............................175

Lampiran 15.Lembar Validasi Oleh Ahli.............................................................179

Lampiran 16. Lembar Validasi Ahli Yang Telah Direvisi....................................188

Lampiran 17. Daftar Distribusi Skor Pre-Test Kelas Kontrol..............................195

Lampiran 18. Daftar Distribusi Skor Pre-Test Kelas Eksperimen.......................196

Lampiran 19. Daftar Distribusi Skor Post-Test Kelas Kontrol............................197

Lampiran 20. Daftar Distribusi Skor Post-Test Kelas Eksperimen......................198

Lampiran 21. Daftar Distribusi Skor Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Awal Kelas Kontrol.............................................................................................199

Lampiran 22. Daftar Distribusi Skor Tes Keterampilan Berpikir Kritis

xix
Awal Kelas Eksperimen.......................................................................................200

Lampiran 23. Daftar Distribusi Skor Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Akhir Kelas Kontrol............................................................................................201

Lampiran 24. Daftar Distribusi Skor Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Akhir Kelas Eksperimen......................................................................................202

Lampiran 25. Sampel Pre-Test Kelas Kontrol.....................................................203

Lampiran 26. Sampel Post- Test Kelas Kontrol...................................................211

Lampiran 27. Sampel Pre-Test Kelas Eksperimen...............................................219

Lampiran 28. Sampel Post-Test Kelas Eksperimen.............................................227

Lampiran 29. Sampel Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Awal Kelas Kontrol..............................................................................................235

Lampiran 30. Sampel Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Akhir Kelas Kontrol.............................................................................................238

Lampiran 31. Sampel Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Awal Kelas Eksperimen......................................................................................241

Lampiran 32. Sampel Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Akhir Kelas Eksperimen......................................................................................244

Lampiran 33. Sampel Hipotesis Siswa Dan Lks 1...............................................247

Lampiran 34. Sampel Hipotesis Siswa Dan Lks 2...............................................250

Lampiran 35. Surat Perrmohonan Peminjaman Lab Komputer...........................253

xx
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Belajar adalah sebuah proses. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan

begitu saja dari guru ke siswa. Siswa adalah subjek yang memiliki

kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi dan

menggunakan pengetahuan. Menurut Burton (dalam Hosnan 2014: 3),

belajar adalah suatu perubahan tingkah laku pada diri individu berkat

interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan

lingkungannya sehingga mereka dapat berinteraksi dengan lingkungannya.

Kata kunci pendapat Burton adalah “interaksi”. Interaksi ini memiliki

makna sebagai sebuah proses. Diharapkan dengan adanya interaksi belajar

yang baik antara guru dengan siswa, tujuan belajar akan tercapai secara

maksimal.

Kegiatan pembelajaran di sekolah seharusnya lebih menekankan

pada proses berpikir kritis dan analitis. Siswa diminta untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung melainkan siswa

dibiasakan mencari jawaban terhadap suatu permasalahan. Namun pada

kenyataannya, dalam kegiatan pembelajaran guru cenderung memberikan

pengetahuan melalui ceramah yang disajikan secara sistematis. Rancangan

pembelajaran seperti ini lebih bersifat menghafal. Sadia (dalam Anggreini

2013: 3)

1
2

mengungkapkan guru masih mempunyai asumsi bahwa pengetahuan

dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa, sehingga

guru memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan ke dalam

kepala siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru saat ini

semestinya sudah mengalami pergeseran menuju ke pembelajaran yang

berpusat pada siswa (student center). Selain itu, pembelajaran fisika yang

dilakukan di sekolah saat ini masih terfokus pada hitungan. Dalam proses

pembelajaran, peserta didik juga kurang didorong untuk mengembangkan

kemampuan berpikir. Fakta di lapangan memperlihatkan bahwa dalam

pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk keberhasilan menempuh tes

ujian seperti menghafal konsep, memahami dan mengaplikasikan rumus-

rumus, sedangkan proses menganalisis, mengevaluasi dan mencipta jarang

tersentuh. Selain itu aspek proses dari hakikat fisika itu sendiri telah

terabaikan, begitu pula dengan aspek sikap dan aplikasinya dalam

kehidupan sehari-hari. Akibatnya siswa menjadi kurang terlatih untuk

berpikir dan menggunakan daya nalarnya ketika menghadapi masalah.

Pada saat diberi permasalahan baru, mereka hanya bisa meniru penjelasan

yang ada di buku (Siwa, dkk., 2013).

Permasalahan lain adalah pembelajaran bersifat monoton dan

terkesan satu arah. Hal itu teramati ketika dilakukan observasi

pembelajarn Fisika kelas X di SMA Negeri 6 Yogyakarta tahun pelajaran

2016/2017 semester 1. Interaksi yang terjadi adalah guru menjelaskan di

depan kelas dan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru


3

sambil melihat LKS. Sumber belajar juga sangat kurang, mayoritas siswa

tidak membawa buku cetak fisika. Hanya sesekali guru memberikan

pertanyaan kepada beberapa siswa. Berdasarkan hasil pengamatan saat

kegiatan pembelajaran, 70% siswa pasif dan tidak berani mengemukakan

pertanyaan kepada guru ketika proses pembelajaran berlangsung.

Hal ini menunjukkan guru belum mengajak siswa untuk

mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis dimaksudkan

sebagai berpikir yang benar dalam pencarian pengetahuan yang relevan

dan reliabel tentang dunia realita. Menurut Glaser (dalam Fisher, 2009: 7),

berpikir kritis adalah kemampuan untuk (a) mengenal masalah, (b)

menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-

masalah itu, (c) mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan,

(d) mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan, (e)

memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas, (f)

menganilisis data, (g) menilai data dan mengevaluasi pertanyaan, (h)

mengenal adanya hubungan yang logis, (i) menarik kesimpulan-

kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan, (j) menguji

kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil,

(k) menyusun kembali pola-pola keyakinan seseorang berdasarkan

pengalaman yang lebih luas; dan (l) membuat penilaian yang tepat tentang

hal-hal dan kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari.

Keterampilan berpikir kritis sangat penting dikembangkan dalam

proses pembelajaran fisika, karena komponen-komponen yang terdapat


4

dalam keterampilan berpikir kritis identik dengan langkah-langkah metode

ilmiah. Untuk dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa,

diperlukan penerapan model pembelajaran yang dapat merangsang siswa

berpikir kritis.

Dewasa ini, dunia pendidikan sangat dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi informasi, hal ini ditandai dengan banyaknya

bantuan komputer dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran dengan

memanfaatkan media teknologi informasi, baik itu melalui program

komputer secara offline atau online ternyata dapat memberikan dampak

yang positif, seperti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan

memberikan efek positif terhadap pemahaman konsep (Salih Cepni, dkk.,

2006: 202; Salovaara, 2005; Tassobshiraz et all, 2006 dan Baser, 2010: 48,

dalam Gina, 2011).

Salah satu bentuk bantuan komputer dalam pembelajaran ialah

simulasi komputer. Menurut De Jong dan Van Joolingen (dalam Gina,

2011) simulasi komputer dalam pembelajaran sangat erat kaitannya

dengan salah satu bentuk pembelajaran konstruktivisme, yaitu

pembelajaran penemuan ilmiah. Besarnya peran dan pengaruh media

simulasi komputer dalam proses pembelajaran seperti yang telah

dipaparkan di atas, menjadi pertimbangan peneliti untuk menggabungkan

penerapan model pembelajaran inkuiri dengan bantuan simulasi komputer

untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis

siswa kelas X di SMA N 6 Yogyakarta.


5

Salah satu metode yang dapat meningkatkan pemahaman konsep

siswa dalam pembelajaran fisika adalah model pembelajaran inkuiri

dengan bantuan simulasi komputer. Menurut Sanjaya, strategi

pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang

menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari

dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan

(2011: 196). Metode ini membantu siswa untuk berpikir ilmiah. Siswa

akan terlibat aktif dalam melakukan penemuan dan mampu memecahkan

masalah, sehingga menghasilkan pengetahuan yang bermakna dan tidak

mudah hilang.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti

“Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Bantuan Simulasi

Komputer Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fisika Dan

Keterampilan berpikir kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Yogyakarta

Pada Materi Getaran Harmonik Sederhana. ”

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri dengan bantuan

simulasi komputer dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa

SMA N 6 Yogyakarta kelas X untuk materi Getaran Harmonik

Sederhana?
6

2. Apakah penerapan model pembelajaran inkuiri dengan bantuan

simulasi komputer dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis

siswa SMA N 6 Yogyakarta kelas X untuk materi Getaran Harmonik

Sederhana?

C. TUJUAN PENELITIAN

Dari rumusan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Peningkatan pemahaman konsep siswa SMA N 6 Yogyakarta kelas X

untuk materi Getaran harmonik sederhana melalui penerapan model

pembelajaran inkuiri dengan bantuan simulasi komputer.

2. Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa SMA N 6 Yogyakarta

kelas X untuk materi Getaran harmonik sederhana melalui penerapan

model pembelajaran inkuiri dengan bantuan simulasi komputer.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Sekolah

Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna sebagai salah satu

pertimbangan sekolah dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep

dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA N 6 Yogyakarta terhadap

mata pelajaran fisika melalui model pembelajaran inkuiri dengan

bantuan simulasi komputer.

2. Bagi guru dan calon guru

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru dan calon guru

sebagai gambaran mengenai pembelajaran inkuiri dengan bantuan


7

simulasi komputer dalam pembelajaran fisika, serta pengaruhnya

terhadap pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis.

3. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan

pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis pada materi getaran

harmonik sederhana dan melatih siswa belajar dari penemuan secara

mandiri, selain itu simulasi PhET dimanfaatkan oleh siswa sebagai

bahan pengganti praktikum apabila praktikum secara nyata tidak dapat

dilakukan.

4. Bagi penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi mengenai metode

pembelajaran inkuiri berbantu simulasi komputer untuk meningkatakn

pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS

Menurut Von Glasersfeld (dalam Suparno, 1997: 18),

konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan

bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan

bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu

merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui

kegiatan seseorang. Seseorang dapat membentuk skema, kategori, konsep

dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan.

Pengetahuan bukan tentang hal-hal yang terlepas dari pengamat, tetapi

merupakan ciptaan manusia yang dikontruksikan dari pengalaman atau

dunia sejauh yang dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus

menerus setiap kali terjadi reorganisasi/ rekonstruksi karena adanya suatu

pemahaman yang baru (Piaget, 1971).

Tasker (dalam Yamin, 2013: 134), mengemukakan tiga penekanan

dalam teori konstruktivisme. Pertama, peran aktif peserta didik dalam

mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua, pentingnya

membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna.

Ketiga, mengkaitkan antara gagasan dan informasi baru yang diterima.

8
9

Wheatley (dalam Yamin, 2013: 134), menyebutkan dua prinsip

utama dalam pembelajaran menurut teori konstruktivisme. Pertama,

pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh

struktur kognitif peserta didik. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan

membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki

anak.

Menurut Martinis Yamin (2013: 21), pembelajaran konstruktivisme

tidak akan pernah membenarkan ajarannya dengan mengklaim bahwa “ini

satu-satunya yang benar”. Di dalam matematika ditunjukkan bahwa cara

tertentu diturunkan dari operasi tertentu. Di dalam sains mereka tidak

dapat berkata lebih daripada “ini adalah jalan terbaik untuk situasi ini, ini

adalah jalan yang terefektif untuk soal ini sekarang”.

Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif

pelajar mengkonstruksi arti entah lewat teks, dialog, pengalaman fisis, dan

lain- lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan

menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan

pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya

dikembangkan (Suparno, 1997: 61).

B. MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

1. Pengertian Model pembelajaran inkuiri

Menurut Trowbridge dan Bybee (dalam Suparno, 2007: 65)

secara umum inkuiri adalah proses di mana para saintis mengajukan

pertanyaan tentang alam dunia ini dan bagaimana mereka secara

sistematis mencari jawabannya. Kindsvatter, Wilen & Ishler (dalam


10

Suparno, 2007: 65) mendeksripsikan bahwa inkuiri adalah model

pengajaran di mana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis dari

siswa untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara

sistematik. Menurut Sanjaya, strategi pembelajaran inkuiri adalah

rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses

berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan

sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (2011: 196).

Sedangkan menurut Hosnan (2014: 341), pembelajaran inkuiri

merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada

proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan

sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pembelajaran

inkuiri menekankan pada proses mencari dan menemukan. Materi

pelajaran tidak diberikan secara langsung.

2. Fungsi Model pembelajaran inkuiri

Menurut Hanafiah dan Suhana (2012: 78), fungsi model

pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

a.Membangun komitmen di kalangan peserta didik untuk belajar,

yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan

loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses

pembelajaran;

b.Membangun sikap kreatif dan inovatif dalam proses

pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran;


11

c.Membangun sikap percaya diri dan terbuka terhadap hasil

temuannya.

3. Langkah Model pembelajaran inkuiri

Menurut Kindsvatter, Wilen & Ishler (dalam Suparno, 2007:

66), langkah-langkah model pembelajaran inkuiri adalah sebagai

berikut:

a. Identifikasi dan klarifikasi persoalan

Langkah awal adalah menentukan persoalan yang ingin

didalami atau dipecahkan dengan model pembelajaran inkuiri.

Persoalan dapat disiapkan atau diajukan oleh guru. Sebaiknya

persoalan yang ingin dipecahkan disiapkan sebelum mulai

pelajaran. Persoalan sendiri harus jelas, real, dapat dikerjakan

oleh siswa, dan sesuai dengan kemampuan siswa. Sangat baik

bila persoalan itu sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan

siswa.

b. Membuat Hipotesis

Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk

mengajukan jawaban sementara tentang persoalan itu. Inilah

yang disebut hipotesis. Hipotesis siswa perlu dikaji, apakah

jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya

guru mencoba membantu memperjelas maksudnya

lebih dulu.

Guru diharapkan tidak memperbaiki hipotesis siswa

yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja.

Hipotesis
12

yang salah nantinya akan kentara setelah pengambilan data

dan analisis data yang diperoleh.

c. Mengumpulkan Data

Langkah selanjutnya adalah siswa mencari dan

mengumpulkan data untuk membuktikan apakah hipotesis

mereka benar atau tidak. Dalam bidang fisika biasanya untuk

dapat mengumpulkan data, siswa harus menyiapkan peralatan

yang dapat digunakan untuk pengumpulan data. Guru perlu

membantu siswa mencari peralatan, merangkai peralatan dan

mengoperasikan peralatan sehingga dapat berjalan dengan baik.

Dalam bahasa fisika, langkah ini disebut dengan langkah

percobaan atau eksperimen.

d. Menganalisis data

Data yang sudah dikumpulkan harus dianalisis untuk

dapat membuktikan hipotesis apakah benar atau tidak. Untuk

mempermudah menganalisis data, data sebaiknya

diorganisasikan, dikelompokkan, diatur sehingga dapat dibaca

dan dianalisis dengan mudah. Biasanya disusun dalam bentuk

tabel agar lebih mudah dibaca dan dianalisis. Dalam

menganalisis seringkali diperlukan alat hitung seperti rumus

matematika ataupun statistik yang memudahkan siswa

mengambil keputusan atau mengambil generalisasi.


13

e. Ambil kesimpulan

Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis,

kemudian diambil kesimpukan dengan generalisasi .Setelah

diambil kesimpulan, kemudian dicocokkan dengan hipotesis

awal, apakah hipotesis kita diterima atau tidak. Bila ternyata

hipotesis mereka tidak dapat diterima, mereka diminta untuk

mencari penjelasan mengapa demikian. Guru dapat membantu

dengan beberapa pertanyaan penolong.

4. Syarat agar Inkuiri Dapat Berjalan dengan Baik

Suchman (dalam Suparno, 2007: 69) menjelaskan beberapa

syarat agar model pembelajaran inkuiri dapat berjalan dengan baik,

yaitu:

a. Kebebasan

Siswa perlu diberi kebebasan untuk menemukan dan

mencari informasi, mengungkapkan hipotesisnya, menyusun

eksperimen yang mau digunakan, dan mencari informasi

apapun yang dianggap perlu untuk memecahkan persoalan

dalam penelitiannya.

b. Lingkungan atau suasana yang responsif

Lingkungan ini adalah Laboraturium, Komputer,

Kleas, Pustaka, dan sarana yang mendukung terjadinya proses

inkuiri.
14

c. Fokus

Persoalan yang mau didalami harus jelas arahnya, dan

dapat dipecahkan siswa.

d. Low pressure

Maksud dari low pressure ini adalah siswa jangan

sampai mendapat banyak tekanan dari siapapun agar siswa

dapat berpikir lebih kreatif dan kritis. Kadang siswa tidak dapat

melakukan penyelidikan secara sungguh-sungguh mendalam

karena ada tekanan dari luar seperti dari guru, waktu, teman,

dll. Tekanan ini perlu dihilangkan atau diminimalisir.

5. Keunggulan dan Kelemahan Model pembelajaran inkuiri

Hanafiah dan Suhana menguraikan beberapa keunggulan dan

kelemahan model pembelajaran inkuiri (2012: 79):

a. Keunggulan Model pembelajaran inkuiri

1) Membantu peserta didik untuk mengembangkan kesiapan,

serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif;

2) Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual

sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya;

3) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta

didik untuk belajar lebih giat lagi;

4) Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai

dengan kemampuan dan minat masing-masing;


15

5) Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri

dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran

berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat

terbatas.

b. Kelemahan Model pembelajaran inkuiri

1) Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental,

siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui

keadaan sekitarnya dengan baik;

2) Keadaan kelas yang memiliki jumlah siswa yang banyak

maka metode ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan;

3) Guru dan siswa sudah terbiasa dengan PBM gaya lama

sehingga model pembelajaran inkuiri dapat mengecewakan.

C. SIMULASI KOMPUTER

Menurut Suparno (2005: 105), banyak penelitian menemukan

bahwa simulasi komputer dapat membantu siswa untuk menghilangkan

miskonsepsi yang mereka punyai. Dalam simulasi itu siswa dapat

memanipulasi data, mengumpulkan data, menganalisis data, dan

mengambil kesimpulan. Bila dalam simulasi siswa menemukan data yang

sangat berbeda dengan yang mereka pikirkan sebelumnya, maka siswa

akan mengalami konflik dalam pikirannya. Konflik inilah yang memacu

mereka bertanya, mengapa demikian. Hasil simulasi yang berlawanan

dengan gagasan awal siswa bila diulang berkali-kali akhirnya akan

menghasilkan perubahan konsep dalam diri siswa.


16

Penggunaan simulasi komputer ini sangat menguntungkan, karena

siswa dapat melakukan sendiri berkali-kali tanpa harus ditunggui guru

seperti pelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu siswa dapat

mengulanginya sendiri di luar kelas, sehingga mereka akan lebih cepat

merubah gagasan mereka yang tidak benar. Dengan demikian mereka lebih

cepat untuk memahami konsep yang sedang dipelajarinya secara tepat

(Suparno, 2005: 105).

Menurut Paul Suparno (1998), yang perlu diperhatikan dalam simulasi

adalah agar siswa tetap aktif. Penting bahwa pembuat program simulasi

memperhatikan beberapa hal seperti:1) konsep dasar bahan, 2)

kemampuan siswa, 3) prinsip metode ilmiah. Perlu dilihat apakah konsep

fisika dalam program itu benar atau tidak agar siswa tidak diarahkan ke

konsep yang salah. Program juga perlu disesuaikan dengan tingkat

kemampuan siswa. Prinsip metode ilmiah yang lebih menekankan

keaktifan siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuan perlu

mendapatkan tekanan.

Beberapa keuntungan pembelajaran menggunakan simulasi

komputer adalah:

a. Dapat dilakukan siswa kapanpun termasuk di rumah sehingga

mereka dapat belajar lebih lama dan mengulangi bahan lebih

lama tanpa terikat pada guru;


17

b. Dapat menyajikan simulasi dari percobaan yang sulit dan

alatnya mahal, dengan cara yang murah bahkan dapat dilihat

siswa lebih jelas;

c. Reaksi dan kejadian mikro dapat disimulasikan dengan jelas

dalam model sehingga siswa semakin jelas menangkap

konsepnya;

d. Para ahli miskonsepsi menemukan bahwa simulasi komputer

dapat membantu menghilangkan miskonsepsi siswa karena

siswa dapat membandingkan pemikirannya yang tidak benar

dengan simulasi yang mereka lakuka (Suparno, 2007: 110).

Simulasi komputer juga dapat digunakan

sebagai pengganti di laboratorium karena

berbagai alasan, yaitu:

a) Alatnya tidak lengkap sehingga percobaan tidak berjalan

dengan baik.

b) Proses merangkai dan membuat percobaan sampai

berfungsi kadang memakan waktu yang lama, sehingga

tidak efektif untuk menanamkan konsep

c) Beberapa peralatan sangat mahal atau bahkan tidak

mungkin disediakan oleh sekolah, sehingga percobaan tidak

dapat dibuat.
18

D. SIMULASI PHET

Simulasi merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang

digunakan oleh seorang guru untuk mempermudah dalam memperjelas

materi pembelajaran. Selain itu juga simulasi digunakan untuk

menggantikan kerja laboratorium yang nyata. Hal ini sesuai dengan yang

dijelaskan oleh Rusma (2013) yang menyatakan bahwa, “model simulasi

pada dasarnya merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan

memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptaan,

tiruan-tiruan, bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang

sebenarnya dan berlangsung dalam suasana tanpa resiko”.

Salah satu bentuk simulasi yang terkenal dalam Fisika adalah

simulasi PhET. PhET merupakan singkatan dari Physics Education

Technology, yang dapat digunakan secara online maupun offline. Simulasi

ini berisi teori dan percobaan yang melibatkan pengguna secara aktif.

Physics Education Tecnologi (PhET) menciptakan simulasi interaktif

dengan tujuan untuk meningkatkan minat siswa dalam proses

pembelajaran (Wieman & Perkins, 2006: 290).

Lebih dari 80 simulasi telah dikembangkan dengan menggunakan

simulasi PhET, Wieman et all. (2010:225) menjelaskan bahwa keunikan

simulasi adalah dapat digunakan dalam beberapa metode pembelajaran,

seperti ceramah dengan demonstrasi, pekerjaan rumah (PR), kelompok

belajar dan eksperimen. Simulasi dapat diunduh secara gratis lewat

internet di alamat https://PhET.colorado.edu.


19

Manfaat dari simulasi ini menurut Firdaus, dkk (2013) adalah

sebagai berikut :

1. Dapat dijadikan suatu pendekatan pembelajaran yang

membutuhkan keterlibatan dan interaksi dengan siswa;

2. Memberikan feedback yang dinamis;

3. Mendidik siswa agar memiliki pola berfikir konstruktivisme,

dimana siswa dapat menggabungkan pengetahuan awal dengan

temuan-temuan virtual dari simulasi yang dijalankan;

4. Membuat pembelajaran lebih menarik karena siswa dapat

belajar sekaligus bermain pada simulasi tersebut;

5. Menvisualisasi konsep-konsep fisika dalam bentuk model

seperti elektron, photon, molekul dan lain-lain.

Simulasi masses & springs, salah satu simulasi dari laboratorium

PhET, dapat dilihat pada gambar 2.1. Dalam simulasi masses & springs

terdapat tempat bagi siswa untuk merangkai suatu percobaan seperti pada

kegiatan praktikum di dalam laboratorium pada umumnya. Simulasi

masses & springs dapat digunakan untuk mencari hubungan massa beban

dengan periode dan frekuensi getaran pegas dan hubungan konstanta pegas

dengan periode dan frekuensi getaran pegas. Dalam simulasi ini terdapat

beban dengan massa yang berbeda-beda dan ada bandul yang belum

diketahui massanya. Selain itu terdapat mistar, dan 3 buah pegas, pewaktu

dll. Dalam simulasi ini terdapat 3 pegas, pegas 1 dan 2 memiliki kekakuan

tetap, sedangkan pegas nomor 3 diubah-ubah kekakuannya. Jika siswa

ingin
20

mengetahui waktu getaran pegas maka dapat dilihat pada stopwatch. Siswa

juga dapat melihat besarnya energi yang bekerja pada pegas.

Menggunakan kerja simulasi masses & springs adalah dengan

membuka PhET Interactive Simulations Masses & Spring. Kemudian

gantungkan beban pada pegas. Tarik beban sejauh 20 cm ke bawah

kemudian dilepaskan, dan pada saat yang bersamaan hitung waktu yang

dibutuhkan selama 10 getaran. Selain itu siswa juga dapat mengubah

kekakuan pada pegas dengan cara menggeser panah pada menu stiffnes

spring 3. Dari sini siswa dapat melihat hubungan kuadrat frekuensi dengan

konstanta pegas.

http://www.colorado.edu/physics/PhET/s/massSpring/MassesandSprings3.pdf

Gambar 2.1 simulasi getaran dan pegas

Keterangan:

1. Friction : besar gaya gesek udara pada pegas


2. Softness spring: pengatur kekakuan (besar kecilnya ) pegas yang
digunakan
3. Show energy :penampilan energi pada pegas
4. Seting : seting tempat melakukan percobaan
5. Sound : bunyi meletakkan pegas
21

6. Real time : pewaktu cepat lamanya pegas berayun/ bergetar.


7. Beban : massa beban yang akan digunakan
8. Rulers : penggaris/ alat pengukur panjang

Simulasi pendulum, salah satu simulasi PhET yang lain , dapat

dilihat pada gambar 2.2. Dalam simulasi pendulum ini siswa dapat

melakukan percobaan seperti pada kegiatan di laboratorium sesungguhnya.

Simulasi pendulum ini dapat digunakan untuk mencari hubungan massa

beban dengan periode dan frekuensi dan hubungan panjang tali dengan

periode dan frekuensi. Dalam simulasi ini terdapat beban dengan massa

yang bisa diubah-ubah, panjang tali yang dapat diubah-ubah, dan terdapat

busur. Siswa juga dapat menampilkan dua percobaan (2 bandul), dan juga

dapat melihat percepatan gravitasi ketika di planet lain seperti bumi,

jupiter dll. Jika siswa ingin mengetahui waktu yang dibutuhkan pada

bandul maka dapat dilihat pada stopwatch.

Cara menggunakan simulasi pendulum adalah dengan membuka

PhET Interactive Simulations Pendulum. Kemudian mengatur panjang tali

dan besarnya beban yang akan digunakan, simpangkan beban sejauh 10

derajad kemudian dilepaskan, dan pada saat yang bersamaan hitung waktu

yang dibutuhkan selama 10 ayunan. Dari sini siswa dapat melihat

hubungan massa, panjang tali dan besarnya simpangan terhadap periode

dan frekuensi.
22

http://www.colorado.edu/physics/PhET/s/massSpring/MassesandSprings3.pdf

Gambar 2.2 simulasi pendulum

E. PEMAHAMAN KONSEP

1. Pengertian Pemahaman

Menurut Bloom (dalam Susanto, 2013: 6), pemahaman

diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau

bahan yang dipelajari. Lebih rinci, pemahaman adalah seberapa besar

siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang

diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat

memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang

dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi

langsung yang ia lakukan.

Carin dan Sund (dalam Susanto, 203:7-8) mengungkapkan

bahwa pemahaman dapat dikategorikan menjadi beberapa aspek

dengan kriteria sebagai berikut:

a. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan

menginterpretasikan sesuatu; ini berarti bahwa seseorang yang

telah
23

memahami sesuatu atau telah memperoleh pemahaman akan

mampu menerangkan atau menjelaskan kembali apa yang telah ia

terima.

b. Pemahaman bukan sekadar mengetahui, yang biasanya hanya

sebatas mengingat kembali pengalaman dan memproduksi apa

yang telah dipelajari. Bagi orang yang benar-benar telah paham ia

akan mampu memberikan gambaran, contoh, dan penjelas yang

lebih luas dan memadai.

c. Pemahaman lebih dari sekadar mengetahui, karena pemahaman

melibatkan proses mental yang dinamis; dengan memahami ia

akan mampu memberikan uraian dan penjelasan yang lebih kreatif,

tidak hanya memberikan gambaran dalam satu contoh saja tetapi

mampu memberikan gambaran yang lebih luas dan baru sesuai

kondisi saat ini.

d. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-

masing tahap mempunyai kemampuan tersendiri seperti,

menerjemahkan, menginterpretasikan, ekstrapolasi, aplikasi,

analisis, sintesis dan evaluasi.

2. Pengertian Konsep

Menurut Dorothy J. Skeel (dalam Susanto, 2013: 8), konsep

merupakan sesuatu yang tergambar dalam pikiran, suatu pemikiran,

gagasan, atau suatu pengertian. Jadi konsep merupakan sesuatu yang

telah melekat dalam hati seseorang dan tergambar dalam pikiran,


24

gagasan, atau suatu pengertian. Orang yang telah memiliki konsep,

berarti orang tersebut telah memiliki pemahaman yang jelas tentang

suatu konsep atau citra mental tentang suatu. Sesuatu tersebut dapat

berupa objek konkret ataupun gagasan yang abstrak.

3. Pengertian Pemahaman Konsep

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman

konsep adalah kemampuan untuk menerima, menyerap dan

memahami materi yang dipelajari, kemudian menggambarkannya

dalam pikiran.

F. KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

Salah satu potensi penting yang dimiliki anak didik adalah berpikir.

Potensi berpikir tersebut salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis.

Pada dasarnya berpikir kritis adalah berpikir tingkat tinggi. Keterampilan

berpikir kritis seharusnya dimiliki oleh setiap siswa untuk mempersiapkan

diri dalam menghadapi permasalahan kehidupan, karena berpikir kritis ini

merupakan dasar seseorang untuk mengambil keputusan. Berpikir kritis

juga merupakan suatu proses yang melibatkan operasi mental seperti

induksi, deduksi, klasifikasi, dan penalaran. Menurut Ennis (dalam

Muhfahroyin, 2009), berpikir kritis merupakan cara berpikir reflektif yang

masuk akal atau berdasarkan nalar untuk menentukan apa yang akan

dikerjakan dan diyakini. Berpikir menggunakan proses secara simbolik

yang menyatakan objek-objek nyata, kejadian-kejadian dan penggunaan

pernyataan simbolik untuk menemukan prinsip-prinsip mendasar suatu


25

objek dan kejadian (Arends dalam Muhfahroyin, 2009). Di dalam proses

berpikir seringkali berlangsung kejadian menganalisis, mengkritik, dan

mencapai kesimpulan berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang

seksama. Diestler (dalam Muhfahroyin, 2009) menyatakan bahwa dengan

berpikir kritis, orang menjadi memahami argumentasi berdasarkan

perbedaan nilai, memahami adanya inferensi dan mampu

menginterpretasi, mampu mengenali kesalahan, mampu menggunakan

bahasa dalam berargumen, menyadari dan mengendalikan egosentris dan

emosi, dan responsif terhadap pandangan yang berbeda.

Keterampilan berpikir kritis merupakan proses kognitif untuk

memperoleh pengetahuan. Keterampilan berpikir kritis juga merupakan

aktivitas berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis ini mengaktifkan

kemampuan melakukan analisis dan evaluasi bukti, identifikasi

pertanyaan, kesimpulan logis, memahami implikasi argumen. Lebih lanjut

McMurarry et al (dalam Muhfahroyin, 2009) menyampaikan bahwa

berpikir kritis merupakan kegiatan yang sangat penting untuk

dikembangkan di sekolah, guru diharapkan mampu merealisasikan

pembelajaran yang mengaktifkan dan mengembangkan keterampilan

berpikir kritis pada siswa. Dinyatakan oleh Presseisen (dalam

Muhfahroyin, 2009) bahwa agar siswa memiliki keterampilan intelektual

tingkat tinggi harus dilatih keterampilan kritis, kreatif, pemecahan

masalah, dan membuat keputusan. Ibrahim dan Nur (2000: 7) menjelaskan

berpikir kritis sebagai berikut: 1) tidak algoritmik, alur tindakan tidak

dapat ditetapkan sebelumnya, 2) cenderung ke arah yang


26

kompleks, sehingga keseluruhan alurnya tidak dapat diamati dari satu

sudut pandang, 3) seringkali menghasilkan banyak solusi, masing-masing

dengan keuntungan dan kerugian dibandingkan hanya dengan solusi

tunggal, 4) melibatkan pertimbangan dan interpretasi, 5) melibatkan

pengaturan diri tentang proses berpikir, 6) merupakan sebuah kerja keras,

ada pergerakan mental yang besar saat melakukan berbagai jenis elaborasi

dan pertimbangan yang dibutuhkan.

Ennis (2002) mengidentifikasi lima fase berpikir kritis, yaitu: (1)

Elemetary clarification (klarifikasi tingkat rendah), yaitu memusatkan

pencapaian klarifikasi umum suatu masalah melalui analis argumentasi,

pertanyaan, atau jawaban, (2) Basic support (pendukung utama), yaitu

memutuskan sumber yang kredibel, membuat dan memutuskan hasil

pengamatan sendiri; melibatkan informasi yang berbeda, kesimpulan yang

diterima, dan latar belakang pengetahuan. (3) Inference (kesimpulan),

yaitu membuat dan memutuskan kesimpulan secara induktif dan deduktif,

(4) Advanced clarification (klarifikasi tingkat tinggi), yaitu membentuk

dan mendefinisikan terminologi, memutuskan dan mengevaluasi definisi,

menentukan konteks definisi berdasarkan alasan yang tepat, dan (5)

Strategi and tactics (strategi dan cara-cara), yaitu berinteraksi dengan

orang lain untuk memutuskan tindakan yang sesuai; mendefinisikan

masalah, menaksir kemungkinan solusi dan mengkonstruksi alternative

solusi; monitoring keseluruhan proses pengambilan keputusan.


27

Burden dan Byrd (dalam Sabahattin Deniz, 2010) mengkategorikan

berpikir kritis sebagai aktivitas berpikir tingkat tinggi yang membutuhkan

seperangkat keterampilan kognitif. Beyer (1987) mengemukakan bahwa

berpikir kritis memerlukan seperangkat keterampilan dan pendekatan

efektif. Keterampilan berpikir kritis menurut Beyer meliputi: 1)

Membedakan antara fakta diverifikasi dan klaim nilai; 2) Membedakan

relevan dari informasi yang tidak relevan, klaim, dan alasan; 3)

Menentukan akurasi faktual dari pernyataan; 4) Menentukan kredibilitas

sumber; 5) Mengidentifikasi klaim ambigu atau argumen; 6)

Mengidentifikasi asumsi tak tertulis; 7) Mendeteksi bias; 8)

Mengidentifikasi kesalahan logis; 9) Menyadari inkonsistensi logis dalam

garis penalaran; 10) Menentukan kekuatan argumen atau klaim.

Menurut Fascione (2008) aspek-aspek keterampilan berpikir kritis

adalah sebagai berikut:

1) Interpretasi, adalah proses memahami makna dan signifikansi dari

berbagai macam situasi, data yang atau peristiwa. Ini adalah

kemampuan untuk mengkategorikan, menentukan signifikansi, dan

memperjelas makna. Dalam praktek, itu adalah orang yang mengakui

masalah atau akurat membaca isyarat nonverbal seseorang untuk

menyaring makna.

2) Analisis, adalah proses mengidentifikasi hubungan dari suatu atau

pendapat atau informasi. Ini adalah kemampuan untuk secara aktif

memeriksa ide-ide dan argumen.


28

3) Evaluasi, adalah proses menilai kredibilitas pernyataan dan kekuatan

logis dari hubungan antar pernyataan. Hal ini mengakui kredibilitas

atau menilai kesimpulan dari premis; atau mengakui relevansi.

4) Inferensi, adalah proses mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan

untuk menarik kesimpulan yang wajar. Hal ini mengumpulkan bukti,

beratnya alternatif, dan menggambar kesimpulan.

5) Penjelasan, adalah proses menyatakan posisi seseorang atau

membenarkan posisi berdasarkan bukti, kriteria, atau pertimbangan

kontekstual. Hal ini dibutuhkan argumen meyakinkan dan

menggunakan kriteria wawasan untuk mendukung keputusan.

6) Pengaturan diri, adalah pemantauan kognitif seseorang dengan

mempertanyakan, memvalidasi, atau menilai penalaran seseorang.

Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis

mereka adalah hal yang sukar karena orang tidak memiliki kecenderungan

untuk berpikir secara kritis. Mengajar berpikir kritis juga bisa

meningkatkan motivasi siswa karena memberikan bukti akan membantu

siswa merasa cakap dan pintar (Eggen dan Kauchak, 2012). Memodelkan

atau mencontohkan kecenderungan berpikir, seperti keinginan untuk

mendapatkan informasi, kecenderungan untuk mencari bukti, dan tetap

berpikiran terbuka, adalah penting bagi semua guru karena

kecenderungan- kecenderungan ini sulit untuk diajarkan secara langsung

(Eggen dan Kauchak, 2012).


29

Berdasarkan penjelasan indikator-indikator berpikir kritis di atas,

pada tabel 2.1 disajikan kisi-kisi indikator berpikir kritis.

Tabel 2.1. Indikator keterampilan berpikir kritis

No Keterampilan berpikir kritis Sub keterampilan berpikir kritis

1 Memberikan penjelasan 1 Memfokuskan pertanyaan

sederhana 2 Menganalisis argumen

3 Bertanya dan menjawab pertanyaan


klarifikasi dan pertanyaan menantang

2 Memilih sumber yang kridibel 4 Mempertimbangkan kredibilitas suatu sember


dan keabsahan informasi

5 Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil


observasi.

3 Menyimpulkan 6 Membuat deduksi dan mempertimbangkan


deduksi,

7 Membuat induksi dan mempertimbangkan


hasil induksi,

8 Membuat dan mempertimbangkan nilai


keputusan

4 Memberi penjelasan lebih 9 Mendefinisikan istilah dan


mempertimbangkan definisi dalam bentuk,
Lanjut
strategi

10 Mengidentifikasi asumsi

5 Strategi dan taktik 11 Memutuskan tindakan,

12 berinteraksi kepada orang lain

Sumber : Ennis yang diolah oleh Siti Rahma (2017)


30

G. GETARAN HARMONIK SEDERHANA

a. Pengertian Getaran

Getaran harmonik sederhana (GHS) adalah gerak periodik dengan

lintasan yang ditempuh selalu sama (tetap). Getaran harmonik

sederhana memiliki persamaan gerak dalam bentuk sinusoidal dan

digunakan untuk menganalisis suatu gerak periodik tertentu (Tim

MIPA. LKS Kreatif Fisika SMA/MA kelas X semeter Gasal).

b. Getaran harmonik sederhana

Getaran harmonik sederhana dapat dibedakan menjadi dua bagian,

yaitu sebagai berikut:

1) Getaran harmonik sederhana (GHS) linear, misalnya pengisap

dalam silinder gas, gerak osilasi air raksa atau air dalam pipa

U, gerak horizontal/ vertikal dari pegas dan sebagainya.

2) Getaran harmonik sederhana (GHS) angular, misalnya gerak

bandul/ bandul fisis, osilasi ayuanan torsi, dan sebagainya

(Tim MIPA. LKS Kreatif Fisika SMA/MA kelas X semeter

Gasal).

Syarat suatu gerak dikatakan gerakan harmonis, antara lain sebagai

berikut:

a. Gerakannya periodik (bolak-balik).

b. Gerakannya selalu melewati posisi keseimbangan.

c. Percepatan atau gaya yang bekerja pada benda sebanding

dengan posisi/ simpangan benda.


31

d. Arah percepatan atau gaya yang bekerja pada benda selalu

mengarah ke posisi keseimbangan (Tim MIPA. LKS Kreatif

Fisika SMA/MA kelas X semeter Gasal).

Beberapa contoh gerak periodik atau getaran adalah:

a) Gerak naik- turunnya batu yang digantung pada pegas

b) Gerak ayunan sebuah bandul

c) Gerak turun naik sebilah penggaris plastik yang salah satu

ujungnya dijepit

d) Gerak turun naiknya air dalam pipa U

Getaran banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Getaran senar-senar gitar yang dipetik menghasilkan musik merdu, dan

getaran pegas pada alat suspensi mobil memberi kenyamanan dalam

berkendaraan. Tidak semua getaran bermanfaat, getaran mesin-mesin

kadang tidak menyenangkan karena suaranya sangat mengganggu

kenyamanan dalam berkendara. Itulah sebabnya banyak teknologi

dikembangkan untuk meredam getaran-getaran yang merugikan

(Surya, 2009:3).

c. Periode, Frekuensi, Simpangan, dan Amplitudo

Berikut ini adalah beberapa istilah yang kita gunakan dalam gerak

periodik:

a. Amplitudo gerak merupakan besar simpangan maksimum dari titik

kesetimbangan. Amplitudo pada pegas ditunjukkan dari O ke A,

sedangkan amplitudon dari A ke B .


32

Gambar 2.3. getaran pada Gambar 2. 4. getaran pada


pegas
pendulum

b. Periode (T) merupakan selang waktu yang diperlukan untuk satu

siklus (satu getaran)

c. Frekuensi (f) adalah banyaknya getaran yang dilakukan dalam satu

sekon.

d. Frekuensi sudut (�) adalah 2� dikalikan dengan

frekuensi. � merupakan besar frekuensi sudut (tidak harus

berhubungan dengan gerak berputar) yang selalu diukur dalam

radian, sehingga satuannya adalah rad/sekon. Karena f dalam

siklus/sekon, kita dapat menganggap bilangan 2� mempunyai

satuan rad/siklus. Dari definisi periode T dan frekuensi kita melihat

bahwa masing-masing merupakan kebalikan yang lainnya:

𝑓 = 1, ......................................................................................(1.1)

� = 1, (hubungan antara frekuensi dan periode)..................(1.2)


𝑓

juga dari definisi � , � = 2�𝑓 = 2


� (frekuensi sudut)..(1.3)

(Sears dan Zemansky, 2002: 391).


33

4. Penyebab Terjadi nya Getaran

Gerak bolak-balik benda m disebabkan pada benda m bekerja gaya

pegas F= -��. Gaya pegas selalu sebanding dengan simpangan x dan

juga selalu berlawanan dengan arah x. Maksudnya, ketika simpangan x

berarah kebawah dari titik keseimbangan (nilai x negatif), maka gaya

� = −�� berarah ke atas dan ketika simpangan x berarah ke atas dari

titik keseimbangan, maka gaya pegas � = −�� berarah ke bawah.

Gaya yang besarnya sebanding dengan simpangan dan selalu

berlawanan arah simpangan (posisi) disebut sebagai gaya pemulih.

Gaya pemulih selalu menyebabkan benda bergerak bolak-balik di

sekitar titik keseimbangan (gerak harmonik sederhana). Dan gaya

pemulih selalu berlawanan arah posisi ( arah gerak) benda.

5. Gerak Harmonik Sederhana Pegas

Benda dikatakan bergetar apabila benda tersebut bergerak bolak-

balik terhadap titik kesetimbangan melalui jalan yang sama, di mana

benda yang bergetar kembali lagi kekeadaan semula dalam selang

waktu tertentu, karena ada gaya pemulih yang bekerja pada benda

tersebut.

Gambar 2.5. gambar getaran harmonik pada pegas


34

Satu getaran adalah gerak benda dari: (1) O ke atas dahulu menempuh

A – O – B – O, (2) ke bawah dahulu menempuh O – B – O – A – O, (3)

dari A ke bawah menempuh A – O – B – O – A, (4) dari B ke atas

menempuh B- O- A- O- B. Jarak dari titik O ke A disebut simpangan

maksimum (amplitudo). Selang waktu untuk menempuh satu getaran

pada pegas disebut periode, periode geratan pada pegas tidak

bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada massa beban.

Gambar 2.6. sebuah beban bermasa m digantungkan pada

pegas. Beban digetarkan naik turun di sekitar posisi

kesetimbangan.

Frekuensi alamiah adalah frekuensi pada suatu getaran yang terjadi

secara alami tanpa ada paksaan dari luar. Besar frekuensi alamiah

pegas dipengaruhi oleh 2 faktor:


35

a. Massa benda, semakin besar massa benda, semakin sulit

benda itu bergerak akibatnya frekuensi getaran semakin

kecil.

b. Konstanta pegas, semakin besar konstanta pegas semakin

besar gaya pemulihnya sehingga benda lebih mudah

bergetar (frekuensi semakin besar). Berdasarkan hasil

analisis di atas, sesuai dengan hasil eksperimen yang

memberikan rumus frekuensi alamiah sistem pegas

𝑓= 1
√ 𝑘 ,....................................................................(1.4)
2 �

k adalah konstanta gaya dari pegas (N/m), m adalah massa benda

(kg) dan f adalah frekuensi (Hz) (Surya, 2009: 7).

6. Persamaan Simpangan Gerak Harmonik Sederhana

Suatu benda bergerak harmonik sederhana sepanjang sumbu x,

akan bekerja sebuah gaya pemulih F= - k x. Sedangkan menurut

hukum II Newton: ∑F= ma, dengan demikian:

ma = -k x

�𝑎 + 𝑘𝑥 = 0

dengan x sebagai posisi, telah diketahui bahwa percepatan (a), adalah

turunan kedua dari x, sehingga dapat ditulis

𝑥
m�2 + 𝑘𝑥= 0
�� 2
36

bagi kedua ruas dengan m

�2𝑥 𝑘𝑥
�� 2 + �= 0

Persamaan di atas adalah persamaan diferensial orde kedua. Secara

matematis persamaan seperti itu memiliki penyelesaian yang

berbentuk fungsi sinusoidal, yaitu:

𝑥(�) = � ���(� + 0 ) 𝑎�𝑎𝑢 𝑥(�) = ���� (� + 0 )..............(1.5)

Kita boleh memilih persamaan di atas. Hal terpenting yang perlu kita

lakukan adalah menentukan sudut fase awal ��, yang diperoleh dari

kondisi awal. Misalkan anda memilih persamaan simpangan sebagai

x(t) = A sin(ω t + θ0 )

Maka sudut ��, diperoleh sebagai kondisi awal x(t = 0) =

A sin(ω . 0 + θ0 ) atau x(t = 0) = A Sin θ0

Misalnya benda m mulai bergerak dari titik keseimbangan (berarti x =

0), maka sudut �� diperoleh dari persamaan kondisi awal. Karena pada

𝑥(� = 0) benda berada di x = 0, maka

0 = A sin ω t

Sehingga , �� yang memenuhi �� = 0, dan persamaan simpangan

menjadi 𝑥(�) = � sin( � + 0)

𝑥(�) = � ��� �
37

Bagaimana jika benda m mulai bergerak dari titik terjauh,berarti x = S

(amplitudo), maka sudut �� diperoleh dari persamaan kondisi awal

𝑥(�) = � ���(� + 0 )

x (� = 0) = � sin( 0 + 0 )

Karenapada saat t = 0 benda di x = A, sehingga

� = � ��� 0

Maka, sin �0 = 1 yang memenuhi adalah �0 = �

2
dan persamaan

simpangan menjadi:

𝑥(�) = � sin(� + � )
2

(Kanginan, 2007 : 99)

7. Getaran harmonik pada bandul sederhana

Contoh lain dari Gerak harmonik sederhana adalah bandul

sederhana atau ayuanan sederhana. Sebuah bandul sederhana terdiri

dari sebuah beban bermassa m yang dikaitkan pada seutas tali yang

panjangnya l. Beban bermassa m berayun pada sebuah bidang vertikal

dengan sudut simpangan yang tidak terlalu besar.


38

Gambar 2.7. bandul sederhana dan bandul sederhana pada simulasi

PhET.

Tinjaulah beban m ketika berada di B dimana OB = Y dan sudut

OPB=� besarnya gaya yang menarik beban m agar kembali

keposisi setimbangnya, seperti tampak pada gambar adalah mg

sin �. Sesuai Hukum II Newton berikut:

mg sin � = ma

Dengan a merupakan percepatan sepanjang busur OB. Untuk sudut

� (dinyatakan dalam radian) yang sangat kecil berlaku:

sin ≈ �

𝑦
= � dengan demikian persamaan (i) menjadi:

𝑦
mg ( ( ⁄� ) = ma


a= - ( ⁄ ) y

39

analog dengan kasus beban pegas, a= - � 2y, maka pada bandul

sederhana �
berlaku: � 2 y= ( ⁄ )


� 2 =( ⁄ )


� = √

Karena � = 2 , maka T = 2 √ �

� �

Persamaan diatas digunakan untuk menentukan periode getaran

harmonik sederhana dari sebuah bandul sederhana. Dari persamaan

diatas tampak nilai T tidak tergantung pada massa beban, tetapi

tergantung pada panjang tali l dan percepatan gravitasi g.

Berdasarkan persamaan tersebut kita bisa menentukan percepatan

gravitasi g disuatu tempat dengan menggunakan percobaan bandul

sederhana.

4
G= 2�
�2
BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental

kuantitatif dan kualitatif. Penelitian eksperimental merupakan penelitian

dengan memberikan perlakuan pada partisipan. Perlakuan yang diberikan

pada penelitian ini yaitu pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran inkuiri dengan bantuan simulasi komputer. Setelah diberi

perlakuan, variabel kemudian diukur dengan instrument yang telah dibuat.

Untuk memperkuat hasil penelitian ini, peneliti menggunakan kelas

pembanding atau kelas kontrol supaya dapat mengetahui pengaruh

penggunaan model pembelajaran inkuiri berbantu simulasi terhadap kelas

eksperimen atau kelas treatment. Pada kelas kontrol, metode pembelajaran

yang digunakan yaitu metode pembelajaran ceramah aktif. Data yang

diperoleh kemudian dianalisis dalam bentuk skor atau angka yang

diberikan penjelasan. Maka dari itu penelitian ini dikatakan penelitian

kuantitatif. Selain penelitian kuantitatif, peneliti juga melakukan analisis

jawaban siswa serta observasi guna memperkuat data. Maka dari itu

penelitian ini juga menggunakan penelitian kualitatif.

B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 18 April – 03 Mei 2017.

40
41

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 6 Yogyakarta, Jalan C.

Simanjuntak 2 Yogyakarta.

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1. Populasi Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA

Negeri 6 Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017.

2. Sampel Penelitian

Sampel dari penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 6

Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 Kelas X MIA 5 yang berjumlah

27 orang dan Kelas X MIA 6 yang berjumlah 28 orang. Di mana kelas

X MIA 6 sebagai kelas kontrol dan kelas X MIA 5 sebagai kelas

eksperimen.

D. TREATMENT

Treatment adalah perlakuan peneliti kepada subyek yang mau

diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2010:

51). Treatment yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan

model pembelajaran inkuiri berbantu simulasi komputer pada materi

Gerak Harmonik Sederhana. Model pembelajaran inkuiri dengan bantuan

simulasi komputer ini dilakukan pada kelas eksperimen.


42

Dalam penelitian ini, kegiatan inkuiri dilakukan dalam 2 kegiatan

yaitu:

1. Treatment pada kelas eksperimen

Kegiatan 1: Melakukan percobaan untuk mengetahui

hubungan besar simpangan, massa dan panjang tali terhadap periode

ayunan sederhana.

Treatment yang dilakukan pada kelas eksperimen adalah

menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan bantuan simulasi

komputer. Materi yang akan diajarkan sama dengan kelas kontrol

yaitu Getaran Harmonik Sederhana. Dalam treatment ini, peneliti

membatasi bahwa dalam simulasi komputer siswa tidak dapat

memanipulasi data, hal ini disebabkan keterbatasan simulasi, tetapi

dalam simulasi komputer siswa dapat mengumpul data, menganalisis

data, dan mengambil kesimpulan. Peneliti juga membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan siswa akan dibantu oleh

Lembar Kerja Siswa (LKS). Sebelum memulai pengajaran, peneliti

menyiapkan instrument yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran yaitu simulasi komputer. Simulasi komputer yang

digunakan dalam proses pembelajaran adalah simulasi PhET. Dengan

demikian, peneliti menyiapkan simulasi yang berkaitan dengan

materi yang akan diajarkan yaitu Getaran harmonik sederhana

disetiap komputer yang ada di SMA Negeri 6 Yogyakarta. Dalam

pelaksanaan pembelajaran, sebelum guru memberi materi terlebih

dahulu
43

menampilkan video anak yang sedang bermain ayunan untuk

membangkitkan ingatan siswa tentang getaran harmonik sederhana

pada ayunan matematis dan siswa diminta untuk membuat hipotesis

atau dugaan sementara mengenai ilustrasi yang telah dimati dari

video tersebut. Kemudian siswa diberi LKS untuk mengumpulkan

data dari simulasi ayunan sederhana. Siswa diminta untuk mencari

hubungan simpangan, massa dan panjang tali dengan periode

ayunan. Guru dan siswa melakukan diskusi untuk menjawab soal-

soal yang terdapat dalam LKS dan beberapa siswa diminta untuk

memberikan kesimpulan mengenai simulasi dan dikaitkan dengan

materi yang berkaitan dengan getaran harmonik sederhana dan

disertai soal.

Kegiatan 2: Melakukan percobaan untuk mengetahui

hubungan massa beban dan konstanta pegas terhadap periode

dan frekuensi getaran pada pegas.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, sebelum guru memberi

materi terlebih dahulu menampilkan membangkitkan semngat siswa

dengan menampilkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi

yang akan dipelajari, kemudian siswa diminta untuk membuat

hipotesis atau dugaan sementara mengenai ilustrasi yang telah

dimati. Siswa diminta untuk mencari hubungan antara massa dan

konstanta pegas terhadap periode getaran pegas. Guru dan siswa

melakukan diskusi untuk menjawab soal-soal yang terdapat dalam

LKS dan beberapa siswa diminta untuk memberikan kesimpulan

mengenai
44

simulasi dan dikaitkan dengan materi yang berkaitan dengan getaran

harmonik sederhana dan disertai soal.

2. Treatment pada kelas kontrol

Pembelajaran yang dilakukan pada kelas kontrol adalah

menggunakan metode konvensional yaitu ceramah aktif. Materi yang

akan diajarkan sama dengan kelas eksperimen yaitu materi Gerak

harmonik sederhana.

E. INSTRUMENT

1. Instrument Pembelajaran

Instrument pembelajaran ini terdiri dari 2 instrument yaitu

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat untuk

menentukan garis besar kegiatan pembelajaran yang akan

dilakukan selama pengambilan data penelitian. RPP yang

dibuat dibedakan untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen.

RPP kelas kontrol dapat dilihat pada lampiran 5 dan RPP kelas

eksperimen dapat dilihat di lampiran 6.

b. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat sebagai modul untuk

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. LKS ini dibuat

untuk kelas eksperimen. LKS ini dibuat untuk kelas

eksperimen. LKS lengkap dapat dilihat di lampiran 8 dan 9.


45

2. Instrument Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah: (1) tes tertulis yang terdiri dari pre-test dan post-test, (2) tes

tertulis yang terdiri dari soal berpikir kritis

a. Tes tertulis (pre-test dan post-test)

Pre-test diberikan sebelum pembelajaran kepada kelas

kontrol dan kelas eksperimen. Pre-test ini bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana pemahaman awal siswa mengenai konsep

Getaran harmonik Sederhana. Soal pre-test terdiri dari 8 soal yang

memuat aspek hafalan, pemahaman dan aplikasi.

Pembuatan soal pre-test diperlukan kisi-kisi. Kisi-kisi soal

berdasarkan pada kompetensi dasar dan indikator yang harus

dicapai siswa. Kisi-kisi soal pre-test dan post-test seperti tabel 3.1

berikut.

Tabel 3.1. Kisi-kisi soal pre-test dan post-test

Materi Indikator Soal No soal

Getaran harmonik Siswa dapat Jelaskan definisi dari: 1


sederhana pada menyebutkan
bandul matematis karakteristik pada  Periode;
bandul matematis.  Frekuensi;
 Simpangan;
 Amplitudo.

Mengintepretasikan Gambarkan persamaan 2


persamaan gerak gerak harmonik
harmonik sederhana sederhana untuk
untuk menentukan menentukan amplitudo,
amplitudo, periode periode dan frekuensi
dan frekuensi
46

Siswa dapat Jelaskan mengapa 3


menjelaskan bandul terus berayun
penyebab bandul setelah kita tarik.
bergerak harmonik
sederhana

Siswa dapat Ada sebuah kawat 4


mengetahui dan dengan panjang Lo yang
menggambarkan dililitkan pada sebuah
gaya-gaya yang penyangga. Kemudian
bekerja pada kawat. kawat ditarik kebawah
dengan gaya F yang
cukup besar sehingga
menyebabkan kawat
bertambah panjang
sebesar ∆�.

a. Gaya-gaya apa
saja yang
bekerja pada
kawat selain
gaya tarik F ke
bawah yang
bekerja pada
kawat sehingga
kawat
mengalami
pertambahan
panjang sebesar
∆�
b. Gambarkan
semua gaya
yang bekerja
pada kawat
tersebut.

Getaran harmonik Menentukan Sebuah beban bermassa 5


sederhana pada pegas. hubungan massa M yang diikat diujung
beban terhadap besar sebuah pegas bergerak
periode dan harmonik sederhana
frekuensi getaran dengan periode 2 sekon.
pegas. Jika beban itu diganti
dengan beban baru yang
bermassa 4M, tentukan:
47

a. Periode pegas setelah


beban diganti!

b. Frekuensi pegas
setelah beban diganti!

c. Jelaskan besaran apa


saja yang mempengaruhi
besarnya periode dan
frekuensi pada pegas.

Memahami konsep Dua orang anak dengan 6


tentang periode massa berbeda, masing –
ayunan sederhana masing bermain ayunan
dengan panjang tali yang
sama. Anak A memiliki
massa 30 kg dan anak B
memiliki massa 20 kg.
Jika kedua anak
menyimpangkan ayunan
dengan simpangan
ayunan yang sama dan
setiap melintasi titik asal
mereka menghitung
satu, dua, tiga dan
seterusnya. Anak yang
paling cepat sampai
pada hitungan ke – 10
adalah? Mengapa?

Menghitung Sebuah beban bermassa 7


konstanta pegas jika 2 kg diikat diujung
massa beban dan sebuah pegas. Beban
periode getaran tersebut kemudian
pegas diketahui ditarik sejauh 10 cm ,
kemudian dilepaskan,
sehingga beban bergetar
10 kali dalam waktu 5
detik. Hitunglah
konstanta pegas
tersebut!

Menjelaskan Dua buah pegas yang 8


hubungan antara terbuat dari bahan yang
besar periode getaran berbeda, digantungkan
48

dengan konstanta pada sebuah tiang


pegas dan massa kemudian pada ujung-
benda. ujung bawah masing-
masing pegas
digantungkan beban
dengan massa yang
sama sehingga pegas
tersebut bertambah
panjang. Apakah
pertambahan panjang
kedua pegas terseut
sama? Mengapa?
Bagaimakah besar
periode dari dua pegas
yang memiliki konstanta
berbeda? Jelaskan
argumen anda!

Post-test diberikan setelah pembelajaran kepada kelas

kontrol dan kelas eksperimen. Soal post-test terdiri dari 8 soal. Soal

post-test sama dengan pre-test ini bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana peningkatan pemahaman siswa mengenai konsep

Getaran harmonik Sederhana. Jumlah dan bobot soal post-test sama

dengan soal pre-test. Soal pre-test dan post-test dapat dilihat pada

lampiran 10,11 dan kunci jawaban dapat di lihat pada lampiran 12.

b. Tes tertulis kempuan berpikir kritis

Keterampilan berpikir kritis siswa dapat dilihat dengan

memberikan tes tertutis berupa soal – soal tingkat tinggi. Hal ini

akan memicu kemampuan siswa dalam memecahkan suatu

persoalan atau sebuah masalah. Presseisen (dalam Muhfahroyin,

2009) menyatakan agar siswa memiliki keterampilan intelektual


49

tingkat tinggi harus dilatih keterampilan kritis, kreatif, pemecahan

masalah, dan membuat keputusan.

Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari soal berpikir kritis.

Soal dan kunci jawaban tes keterampilan berpikir kritis beserta

jawaban dapat dilihat pada lampiran 13 dan 14.

Indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang diukur

yaitu kemampuan siswa dalam menjawab soal berpikir kritis yang

terdiri dari 12 soal. Soal tersebut berdasarkan indikator-indikator

berpikir kritis menurut Ennis (1985) yang meliputi: (1)

memberikan penjelasan sederhana; (2) membangun keterampilan

dasar; (3) menyimpulkan; (4) membuat penjelasan lebih lanjut; (5)

strategi dan taktik. Pada tabel 3.2 disajikan kisi-kisi tes

kemampuan berpikir kritis.

Tabel 3. 2. Kisi-kisi soal tes keterampilan berpikir kritis (KBK)

No KBK Indikator Aspek Soal No


KBK
Soal

1 Memberikan 1. Memfokuskan Mengidentifi Dalam fisika gerak harmonik 1


penjelasan pertanyaan kasi atau sederhana diartikan sebagai gerak
sederhana memformalis periodik dengan lintasan tetap.
asikan Sebutkan 3 contoh aplikasi gerak
kriteria harmonik dalam kehidupan
jawaban sehari-hari beserta penjelasanya
yang
mungkin
50

2. Menganalisis Mengapa? Mengapa sebuah beban yang 2


argumen digantungkan pada pegas, pegas
tersebut mengalami
pertambahan panjang tetapi tidak
bergerak bolak- balik?

Mengidentifi Diketahi dua buah sistem pegas 3


-kasi alasan dengan massa A dan B identik.
yang Sistem pegas massa A
dinyatakan disimpangkan sejauh 15 cm dan
sistem pegas massa B
disimpangkan sejauh 10 cm. Jika
kedua pegas dilepaskan
bersamaan, sistem pegas
manakah yang sampai di posisi
setimbang dahulu?

3. Bertanya dan Menjawab Untuk tiga buah pegas yang 4


menjawab pertanyaan diberikan, tetapan gaya ketika
pertanyaan klarifikasi pegas disusun paralel selalu lebih
klarifikasi besar daripada tetapan gaya yang
ketika pegas disusun seri. Jika
pernyataan ini benar, jelaskan
mengapa benar, dan jika salah,
berilah satu contoh yang
menyangkalnya.

2. Membangun 4. Mempertim- Kemampuan Sebuah bandul diberi simpangan 5


ketrampilan bangkan memberikan � derajad dan berayun dengan
dasar apakah sumber alasan periode T detik. Apa yang terjadi
dapat dengan periode bandul tersebut
dipercaya atau jika diberi simpangan 2 � derajad
tidak? dimana � < 5�?

3. Menyimpul- 5. Mendeduksi Mengkondisi Perhatikan susunan pegas 6


kan dan kan logika dibawah ini! Enam pegas identik
mempertim- disusun menjadi 2 rangkaian,
bangkan yaitu (X) dan (Y). Pegas X dan Y
deduksi sama-sama ditarik dengan gaya
200 Newton? Apakah kedua
rangkaian memiliki pertambahan
panjang yang sama? Buktikan!
51

Sumber:
https://hajarfisika.blogspot.com/2
016/07/soal-fisika-rangkaian-
pegas.html

6. Menginduksi Berhipotesis Beberapa motor menggunakan 1 7


pertimbangan shockbekker. Tetapi tetap sama
hasil induksi kuat seperti motor yang
menggunakan 2 shockbekker.
Mengapa demikian?

7. Membuat dan Mengaplikasi 8


mengaji nilai- kan konsep
nilai hasil
pertimbangan

Rangkaian (A)

Rangkaian (B)

Perhatikan 2 rangkaian tali dan


bandul/beban di atas! Satu kali
getaran adalah gerak bolak-balok
dari A-B-C-B-A. Jika massa
beban kedua bandul sama, tetapi
panjang tali rangkaian (B) lebih
panjang daripada rangkaian (A).
Rangkaian manakah yang
memiliki periode lebih besar?
52

Sumber:
http://deachrestella888.blogspot.c
o.id/2015/11/makalah-fisika-
bandul-gerak-harmonik.html

4. Membuat 8. Mendefinisikan Membuat a. Apakah yang dimaksud 9


penjelasan istilah dan contoh dengan simpangan terjauh,
lebih lanjut mempertim- aplikasi dari periode, frekuensi dan
bangkan Gerak konstanta pegas?
definisi Harmonik b. Ada dua buah kawat dengan
Sederhana luas masing-masing A m2 dan
2A m2 . Jika kedua kawat
tersebut diberi beban yang
sama dengan gaya F Newton
maka kawat manakah yang
lebih panjang? Mengapa
demikian?

9. Mengidentifika Asumsi yang Mengapa susunan pegas pada 10


si asumsi diperlukan spring bed disusun secara
rekontruksi pararel? Jelaskan argumen anda!
argumen

5. Stategi dan 10. Memutuskan Memilih Ada 3 buah pegas yang terbuat 11
taktik suatu tindakan kriteria yang dari bahan yang berbeda, masing-
mungkin masing digantungkan pada
sebagai sebuah tiang kemudian pada
solusi ujung-ujung bawah masing-
permasalah- masing pegas digantungkan
an beban yang sama sehingga ke-3
pegas tersebut bertambah
panjang.

a. Apakah pertambahan
panjang ketiga pegas
tersebut sama?
53

b. Gambarkan keadaan tersebut


beserta gaya-gaya yang
bekerja.

Memutuskan Sebuah pegas bertabah panjang 6 12


alternatif cm ketika dikenai gaya 10 N.
untuk solusi
a. Berapa pertambahan
panjang pegas jika ditarik
gaya 5 N.
b. Berapa gaya tarik yang
perlu dikerjakan untuk
meregangkan pegas sejauh 8
cm.)

3. Validitas

Instrument dikatakan valid apabila instrument tersebut dapat

dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain

validitas berkaitan dengan “ketepatan” dengan alat ukur (Eko Putro,

2012, 141).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas

isi. Validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang

diperoleh dengan menguji isi dari instrument yang digunakan. Apakah

item test sungguh mengukur isi dari domain yang mau diukur

(Suparno, 2010, 68). Menurut Eko Putro, sebuah tes dikatakan

mempunyai validitas isi apabila dapat mengukur kompetensi yang

dikembangkan beserta indikator dan materi pembelajaran (2012, 143).

Sebelum soal diberikan kepada siswa, instrument divalidasi dan

dikonsultasikan kepada ahli yaitu seorang dosen Universitas Sanata

Dharma
54

Yogyakarta untuk mengetahui apakah instrument telah sesuai dengan

apa yang ingin dicapai.

Instrument penelitian ini telah divalidasi oleh ahli. Peneliti

telah merevisi instrument sesui dengan masukan yang diberikan oleh

dosen. Untuk instrument pemahamn konsep soal nomor 1, 3, 4, 5, 7

dan 8 sudah baik. Untuk soal nomor 2 kata intepretasiakan diganti

dengan kata gambarkan untuk soal nomor 6 makna soal kurang jelas

sehingga soal tersebut harus diganti, soal nomor 8 sudah baik hanya

ada kesalahan penulisan pada kata ketiga pegas, seharusnya pada

kedua pegas. Instrument keterampilan berpikir kritis telah direvisi

berdasarkan masukan validator. Berdasarkan masukan validator soal

nomor 1, 6, 7, 9, 10, 11 dan 12 sudah baik. Untuk soal nomor 2, 3, 4,

5, 8 telah direvisi sesui dengan masukan yang diberikan oleh validator,

dan urutan penomoran soal dibuat urut sesui dengan masukan

validator. Lembar validasi ahli dapat dilihat pada lampiran 15 dan

telah direvisi dapat dilihat pada lampiran 16.

F.A NALISIS DATA

a. Analisis Pemahaman Siswa

a. Analisis Penskoran pemahaman konsep

Soal pre-test terdiri dari 8 soal dan post-test terdiri 8 soal.

Skor maksimal untuk masing-masing soal disesuaikan dengan

bobot soal. Perhitungan skor siswa dapat dihitung dengan cara

jumlah skor
55

masing-masing siswa dibagi dengan skor maksimal dikali seratus.

Jumlah skor maksimal yaitu 38.

1) Soal nomor 1 dengan bobot soal 5;

Tabel 3.3. Skoring Soal Nomor 1,

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan 0

Jawaban salah 1

Jawaban 1 komponen benar 2

Jawaban 2 komponen benar 3

Jawaban 3 komponen benar 4

Jawaban benar dan lengkap 5

2) Soal nomor 2 dengan bobot soal 5;

Tabel 3.4. Skoring Soal Nomor 2,

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan 0

Jawaban salah 1

Ada rumus tanpa penurunan 2

Rumus dan penurunanya benar tetapi tidak 3


smapai selesai
Rumus dan penurunannya benar dan 5
lengkap
56

3) Soal nomor 3 dan 6 dengan bobot soal 4;

Tabel 3.5. Skoring Soal Nomor 3 dan 6

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan 0

Jawaban salah 1

Jawaban memuat 1 komponen benar 2

Jawaban memuat 2 komponen benar dan 4


lengkap

4) Soal nomor 4 dan 8 dengan bobot soal 5;

Tabel 3.6. Skoring Soal Nomor 4 dan 8

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan 0

Ada gambar atau penjelasan namun salah 1

Ada gambar dan penjelasan namun masih 2


ada yang salah
Gambar dan penjelasan 50 % benar 3

Gambar atau penjelasan benar dan 4


lengkap
Gambar dan penjelasan benar dan lengkap 5

5) Soal nomor 5, dan 7 dengan bobot soal 5;

Tabel 3.7. Skoring soal nomor 5 dan 7

Keterangan Skor

Tidak mengerjakan 0

Jawaban salah 1

Ada rumus saja tetapi benar 2


57

Rumus dan penyelesaian benar tetapi tidak 3


sampai selesai
Rumus dan penyelesaian benar dan 5
lengkap

𝑗𝑢��𝑎ℎ �𝑘�� ���𝑤𝑎


Skor = 𝑗𝑢��𝑎ℎ �𝑘�� �𝑎𝑘���𝑎� 𝑥 100
58

b. Analisa Penskoran Keterampilan Berpikir kritis


1) Soal nomor 1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10 dan 11
Tabel 3.8. Analisa penskoran keterampilan berpikir kritis

Kriteria Skor

Tidak menjawab pertanyaan atau memberikan jawaban yang 0


salah.

Menemukan dan mendeteksi hal yang penting dari soal yang 1


diberikan.

Menemukan dan mendeteksi hal-hal yang penting tetapi 2


membuat kesimpulan masih salah.

Menemukan, mengidentifikasi dan mendeteksi hal-hal yang 3


penting, serta membuat kesimpulan yang benar

2) Soal nomor 4, 6 dan 12


Tabel 3.9. Analisa penskoran keterampilan berpikir kritis
Kriteria Skor

Tidak menjawab pertanyaan atau memberikan jawaban yang 0


salah.

Menemukan dan mendeteksi hal-hal yang penting tetapi 1


membuat kesimpulan masih salah.

Menemukan dan mengidentifikasi hal-hal yang penting serta 2


membuat kesimpulan yang bena, tetapi melakukan kesalahan
dalam perhitungan.

Menemukan dan mendeteksi hal-hal yang penting serta 3


membuat kesimpulan yang benar, serta melakukan perhitungan
yang benar.
59

b. Analisis Kuantitatif Pre-test dan Post-test Menggunakan SPSS

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa, peneliti

menggunakan pre-test dan post-test. Kedua tes ini dilakukan pada

kelas kontrol dan kelas eksperimen. Adapun statistik yang

digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa

adalah dengan melakukan uji test-t. Uji test-t dapat digunakan

untuk membandingkan akibat dua treatment atau untuk mengetes

satu kelompok yang dites dua kali.

Uji test-t yang digunakan untuk membandingkan akibat dua

treatment adalah uji test-t untuk dua grup yang independen. Uji

test- t yang digunakan untuk mengetes satu kelompok yang dites

dua kali adalah uji test-t untuk grup yang dependen.

a. Membandingkan nilai pre-test kelas kontrol dan pre-test kelas

eksperimen

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pemahaman

awal siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen, peneliti

menggunakan uji untuk 2 grup yang independen (lihat rumus

1). Nilai signifikan yang digunakan adalah α = 0,05. Apabila

diperoleh nilai (probabilitas) p < α maka signifikan, berarti ada

perbedaan hasil pre-test pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Jika p > α maka tidak signifikan, berarti tidak ada

perbedaan hasil pre-test pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol.
60

b. Membandingkan nilai pre-test dan post-test kelas eksperimen

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa

dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri, peneliti

menggunakan uji test-t untuk kelompok dependen (lihat rumus

2). Nilai signifikan yang digunakan adalah α = 0,05. Apabila

diperoleh nilai p < α maka signifikan, berarti ada perbedaan

hasil pre-test dan post-test pada kelas kontrol. Jika p > α maka

tidak signifikan, berarti tidak ada perbedaan hasil pre-test dan

post- test pada kelas kontrol.

c. Membandingkan nilai pre-test dan post-test kelas kontrol

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa

dengan metode ceramah sebagai pembanding, peneliti

menggunakan uji test-t untuk kelompok dependen (lihat rumus

2). Nilai signifikan yang digunakan adalah α = 0,05. Apabila

diperoleh nilai p < α maka signifikan, berarti ada perbedaan

hasil pre-test dan post-test pada kelas kontrol. Jika p > α maka

tidak signifikan, berarti tidak ada perbedaan hasil pre-test dan

post- test pada kelas kontrol.

d. Membandingkan nilai post-test kelas kontrol dan post-test kelas

eksperimen

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan peningkatan

pemahaman siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen,

peneliti menggunakan uji t untuk 2 grup yang independen (lihat


61

rumus 1). Nilai signifikan yang digunakan adalah α = 0,05.

Apabila diperoleh nilai (probabilitas) p < α maka signifikan,

berarti ada perbedaan hasil post-test pada kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Jika p > α maka tidak signifikan, berarti tidak ada

perbedaan hasil post-test pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

Dengan melakukan 4 kali uji test-t seperti di atas peneliti

dapat melihat apakah penerapan model pembelajaran inkuiri

berbantu simulasi sungguh-sungguh meningkatkan pemahaman

siswa. Untuk melakukan uji test-t ini peneliti dibantu dengan

program perangkat lunak berupa SPSS 16.

c. Analisis Kualitatif Pre-test dan Post-test

Untuk mengetahui perubahan pemahaman konsep

dalam diri siswa, peneliti melakukan analisis pemahaman

konsep pada pre-test dan post-test. Jawaban pre-test

menunjukkan pemahaman awal siswa dan jawaban post-test

menunjukkan pemahaman akhir siswa. Dari jawaban siswa

tersebut dapat dilihat perubahan pemahaman konsep siswa.

2. Keterampilan berpikir kritis Siswa

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran

inkuiri terhadap keterampilan berpikir kritis siswa, peneliti

memberikan soal tes keterampilan berpikir kritis terhadap kelas kontrol

dan kelas eksperimen. Soal tes berisi 12 butir pernyataan.


62

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran

inkuiri terhadap keterampilan berpikir kritis siswa, peneliti

menggunakan uji statistik test-t antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Dalam penelitian keterampilan berpikir kritis ini, uji test-

t digunakan untuk mengetes dua kelompok yang independen dan

digunakan untuk mengetes satu kelompok yang dites dua kali adalah

uji test-t untuk grup yang dependen (dapat dilihat pada rimus 1 dan 2).

Nilai signifikan yang digunakan adalah α = 0,05. Apabila

diperoleh nilai (probabilitas) p < α maka signifikan, berarti ada

perbedaan hasil tes kemampuan berpkikir kritis pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol. Jika diperoleh nilai p > α maka tidak signifikan,

berarti tidak ada perbedaan hasil tes keterampilan berpikir kritis pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis

siswa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri, peneliti

menggunakan uji test-t untuk kelompok dependen (lihat rumus 2).

Nilai signifikan yang digunakan adalah α = 0,05. Apabila diperoleh

nilai p < α maka signifikan, berarti ada perbedaan hasil tes awal dan

tes akhir pada masing-masing kelas. Apabila diperoleh nilai p > α

maka tidak signifikan, berarti tidak ada perbedaan hasil tes awal dan

tes akhir pada kelas yang diuji. Untuk melakukan uji test-t ini peneliti

dibantu dengan program SPSS 16.


BAB IV

DATA DAN ANALISIS DATA

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 6 Yogyakarta SMA Negeri 6

Yogyakarta, Jalan C. Simanjutak 2 pada kelas X IPA semester genap tahun

ajaran 2017/2018. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil dua

kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X IPA 5 dan X IPA 6 pada

tanggal 18 April 2017 sampai dengan 03 Mei 2017. Peneliti menggunakan

kelas X IPA 6 sebagai kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah

dan kelas X IPA 5 sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model

pembelajaran inkuiri dengan bantuan simulasi komputer.

1. Sebelum Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mempersiapkan

instrumen-instrumen yang digunakan untuk melaksanakan penelitian.

Instrument penelitian yang digunakan ada 2 jenis, yaitu instrument

pembelajaran dan instrumen pengambilan data. Instrumen

pembelajaran terdiri dari: RPP, LKS, dan simulasi PhET. Sedangkan

instrumen pengambilan data antara lain soal pre-test, soal post-test,

lembar soal tes keterampilan berpikir kritis, dan alat dokumentasi

berupa kamera digital.

63
64

Selain mempersiapkan instrumen penelitian, peneliti

melakukan observasi di laboratorium komputer. Observasi ini

bertujuan untuk mengetahui keadaan, kelengkapan, dan kesiapan

laboratorium komputer. Sebelum melakukan observasi, peneliti

mengajukan surat izin penggunaan laboratorium kepada wakil sekolah

bagian sarana dan prasarana serta kepada guru mata pelajaran TIK

(lihat lampiran 34). Observasi ini dilakukan pada tanggal 03 April

2017.

Menurut pengamatan peneliti, komputer di laboratorium SMA

Negeri 6 Jogjakarta sudah sangat lengkap. Di SMA Negeri 6

Yogyakarta memiliki 2 ruang laboratorium komputer, sehingga peneliti

dapat menggunakan salah satu laboratorium dalam pelaksanaan

pembelajaran. Tanggal 15 April 2017, peneliti menginstal program

simulasi PhET pada setiap komputer yang terdapat di Laboratorium

komputer SMA Negeri 6 yang berjumlah 30 buah komputer (lihat

gambar 4.1).

Gambar 4.1. Laboratorium Komputer 1 SMA Negeri 6

Yogyakarta
65

2. Selama Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan untuk

kelas kontrol dan empat pertemuan untuk kelas eksperimen. Alokasi

waktu dalam satu kali pertemuan adalah 2 x 45 menit untuk kelas

eksperimen dan 3 x 45 menit untuk kelas kontrol. Tabel 4.1 dan 4.2

merupakan jadwal dan proses pengambilan data yang dilakukan di

kelas X IPA 6 sebagai kelas kontrol dan kelas X IPA 5 sebagai kelas

eksperimen:

Tabel 4.1. Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas Kontrol

No Hari/tanggal Pukul Kegiatan Peneliti

1 Sabtu, 22 07.15- a. Peneliti berkenalan dengan


April 2017 09.30 siswa dan memberikan pre-
test dan tes keterampilan
berpikir kritis kepada siswa
b. Peneliti mulai mengajar
mengenai aplikasi getaran
harmonik dalam kehidupan
sehari-hari, peneliti menjelaskan
tentang getaran harmonik pada
bandul sederhana menggunakan
metode ceramah.

2 Sabtu, 29 07.00- a. Peneliti melanjutkan mengajar


April 2017 09.30 mengenai getaran harmonik
sederhana, khususnya getaran
pada pegas menggunakan
metode ceramah.

3 Rabu, 03 07.15-0845 Peneliti memberikan post-test dan


Mei 2017 tes keterampilan berpikir kritis
kepada siswa
66

Tabel 4.2. Proses Pelaksanaan Penelitian Kelas Eksperimen

No Hari/tanggal Pukul Kegiatan Peneliti

1 Selasa, 18 April 12.30-14.00 Peneliti berkenalan dengan siswa,


2017 memberikan pre-test dan tes
keterampilan berpikir kritis
kepada siswa

2 Selasa, 25 April 12.30–14.00 Peneliti mengajar mengenai


2017 getaran harmonik sederhana,
khususnya getaran harmonik pada
bandul sederhana menggunakan
model pembelajaran inkuiri
dengan bantuan siamulasi
komputer.

3 Rabu , 26 April 09.30-11.15 Peneliti melanjutkan mengajar


2017 mengenai materi getaran
harmonik sederhana, khususnya
getaran harmonik pada pegas

4 Rabu, 03 Mei 09.30-11.15 Peneliti memberikan post-test dan


2017 tes keterampilan berpikir kritis
kepada siswa

Penelitian ini tidak berjalan sesuai rencana dikarenakan ada

beberapa siswa yang tidak mengikuti seluruh proses penelitian. Ada

siswa yang mempersiapkan acara lomba dan ada yang tidak hadir

karena sedang melaksanakan umroh. Oleh karena itu, sampel siswa

kelas X IPA 5 yang awalnya berjumlah 27 orang berkurang menjadi

25 orang. Sedangkan sampel siswa kelas X IPA 6 yang awalnya

berjumlah 28 orang berkurang menjadi 24 orang.

Adapun proses pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:


67

a. Penelitian di kelas kontrol

Penelitian di kelas kontrol dilaksanakan di kelas X IPA 6.

Penelitian di kelas ini dilaksanakan 3 kali pertemuan. Pada

penelitian ini peneliti dibantu oleh teman untuk mengambil gambar.

Penelitian pertama di kelas kontrol dilaksanakan pada hari

Sabtu, 22 April 2017. Peneliti masuk kelas bersama dengan guru

pada jam pelajaran pertama yaitu pukul 07.15. Setelah semua

siswa masuk kelas, guru kemudian memberi informasi kepada

siswa mengenai pembelajaran yang akan dilakukan bersama

dengan peneliti selama beberapa hari. Saat itu siswa masuk dan

diawali dengan berdoa.

Di awal pembelajaran, peneliti berkenalan dengan siswa

secara singkat. Peneliti kemudian menyampaikan maksud

kedatangan peneliti di kelas mereka. Setelah itu peneliti mengecek

kehadiran siswa. Pada waktu itu ada 2 siswa yang tidak hadir. Satu

siswa sakit dan satu siswa izin.

Setelah memberitahukan topik dan tujuan pembelajaran,

siswa kemudian diminta untuk mengerjakan pre-test. Pada saat

mengerjakan pre-test terlihat beberapa semua siswa menulis dan

ada beberapa siswa yang diskusi dengan temannya (lihat gambar

4.3). Peneliti meminta siswa yang mengobrol untuk pindah ke

bangku yang masih kosong. Setelah siswa selesai mengerjakan

pre- test dan tes kemampuan berpikir kritis, siswa kemudian


68

mengumpulkan jawaban mereka. Banyak siswa yang mengeluh

karena tidak dapat mengerjakan pre-test tersebut dan banyak siswa

yang mengosongkan jawaban mereka karena tidak menemukan

jawaban yang tepat.

Gambar 4.2. Siswa Kelas Kontrol Mengerjakan Soal Pre-Test.

Kegiatan penelitian dilanjutkan dengan mengajar siswa

dengan metode ceramah. Metode ceramah yang dilakukan

merupakan ceramah aktif, yakni disertai dengan tanya jawab

dengan siswa. Di awal pembelajaran, peneliti bertanya kepada

siswa mengenai dua orang anak yang bermain ayunan, kedua anak

tersebut memiliki massa yang berbeda dan panjng tali sama. Jika

keduanya disimpangkan secara bersamaan dengan simpangan

yang sama. Bagaimanakah periodenya? Ketika siswa ditanya

mengenai peristiwa tersebut, tidak ada siswa yang menjawab

pertanyaan. Peneliti kemudian menyuruh siswa untuk membuka

buku. Setelah
69

membuka buku ada siswa yang masih salah menjawab dengan

menyebutkan anak yang memiliki massa yang lebih besar akan

memiliki periode yang lebih besar, ada juga yang menjawab anak

yang memiliki massa yang kecil periodenya lebih besar. Peneliti

kemudian menjelaskan kepada siswa mengenai periode,

simpangan, amplitudo dan frekuensi. Peneliti mengamati bahwa

tidak ada siswa yang membawa buku paket. Siswa hanya

membawa LKS yang diberikan dari sekolah.

Pertanyaan peneliti yang dilemparkan pada kelas terkadang

tidak dijawab siswa. Siswa lebih banyak diam dan tidak berani

mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan yang

diberikan oleh peneliti secara mandiri. Peneliti kemudian bertanya

dengan memanggil nama siswa yang dilihat dari presensi. Cara ini

efektif untuk menarik perhatian siswa lain yang tidak

memperhatikan peneliti. Ketika peneliti menyuruh siswa

mengerjakan soal di papan tulis, ada siswa yang tidak mau maju

karena takut salah. Untuk mengatasi hal itu peneliti menyuruh

siswa untuk membantu siswa tersebut dalam mengerjakan soal

yang diberikan oleh peneliti. Dengan cara tersebut siswa itu

akhirnya mau mengerjakan soal di papan tulis (lihat gambar 4.3).


70

Gambar 4.3. Siswa kelas kontrol sedang mengerjakan soal

di papan tulis

Di akhir pembelajaran, suasana kelas mulai ramai. Peneliti

kemudian berusaha menarik perhatian mereka dengan mengajak

siswa untuk mengulangi kembali apa yang sudah dipelajari.

Setelah pembelajaran selesai peneliti kemudian mengucapkan

terima kasih kepada siswa yang sudah mau menjawab pertanyaan.

Penelitian kedua di kelas kontrol dilaksanakan pada Sabtu,

29 April 2017. Pada awal pembelajaran peneliti mengucapkan

salam kepada siswa dan mengecek kehadiran siswa. Pada

penelitian kedua ini ada 2 siswa yang tidak hadir tanpa keterangan.

Pada pertemuan kedua ini peneliti melanjutkan materi

getaran harmonik sederhana pada pegas. Dalam pertemuan ini

perhatian siswa lebih terfokus jika dibandingkan dengan

pertemuan pertam. Peneliti mengajar siswa dengan metode yang

sama, yaitu ceramah dan tanya jawab. Pada pertemuan kedua ini

peneliti juga bertanya dengan memberikan pilihan jawaban kepada

siswa yaitu jika terdapat dua buah pegas dengan massa yang

sama, keduanya
71

ditarik sejauh 10 cm dan 20 cm. Bagaimanakah periodenya? Siswa

kemudian diminta untuk mengacungkan tangannya sesuai dengan

jawabannya masing-masing. Beberapa siswa terlihat percaya diri

mengacungkan tangan, sedangkan beberapa siswa lain terlihat

melihat teman lainnya kemudian ikut mengacungkan tangan. Cara

ini efektif untuk menarik perhatian siswa. Sebagian siswa yang

jawabannya benar nampak senang. Kemudian guru menjelaskan

mengenai materi getaran harmonik sederhana pada pegas dan

memberikan latihan soal.

Di akhir pelajaran pada pertemuan kedua ini, peneliti

mengajak siswa untuk mengulang kembali apa yang dipelajari hari

itu. Peneliti memberitahu siswa bahwa pada pertemuan berikutnya

peneliti akan mengadakan post-test. Post-test diadakan pada hari

Rabu tanggal 03 Mei 2017.

Penelitian ketiga di kelas kontrol dilaksanakan pada Rabu,

03 Mei 2017. Kegiatan penelitian kemudian dilaksanakan pada

jam

07.15 – 08.45. Pada pertemuan kali ini peneliti meminta jam

pelajaran guru matematika dikarenakan pada hari sabtu peneliti

berhalangan hadir karena bertabrakan dengan jadwal tes UKCG di

kampus. Guru mata pelajaran Fisika meminta izin kepada guru

mata pelajaran Matematika untuk meminta jam pelajaran

matematika tersebut. Guru matematika berkenan memberikan

jamnya untuk digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan

penelitian.
72

Di awal pembelajaran peneliti mengucapkan salam,

meminta salah satu siswa untuk memimpin doa dan mengecek

kehadiran siswa. Sebelum membagikan soal post-test dan tes

kemampuan berpikir kritis, banyak siswa yang meminta waktu

untuk belajar terlebih dahulu. Melihat hal itu peneliti kemudian

memberi waktu 10 menit kepada siswa untuk belajar terlebih

dahulu. Setelah siswa belajar, peneliti memberi post-test kepada

siswa. terlihat banyak siswa yang saling tegok, dan berdiskusi.

Peneliti meminta siswa untuk mengerjakan secara mandiri tanpa

berdiskusi. Selama pengerjaan post-test, beberapa siswa terlihat

saling meminjam alat tulis seperti correction pen, dan penghapus

(lihat gambar 4.4). Ada siswa yang berusaha membuka HP dan

berdiskusi dengan teman lainnya. Peneliti kemudian mengingatkan

siswa untuk mengerjakan soal sendiri-sendiri dan tidak melihat

Handphone. Siswa melanjutkan pekerjaan mereka secara mandiri.

Gambar 4.4. Siswa Kelas Kontrol Mengerjakan Soal Post-Test


73

Setelah waktu pengerjaan habis, peneliti kemudian meminta

siswa mengumpulkan pekerjaannya. Di akhir pertemuan ini

peneliti mengucapkan terima kasih kepada siswa dan

mengucapkan perpisahan dengan siswa. Pengalaman mengajar di

kelas X IPA 6 ini sungguh berharga bagi peneliti.

b. Penelitian di kelas eksperimen

Penelitian di kelas eksperimen dilaksanakan di kelas X IPA

5. Penelitian di kelas ini dilaksanakan 4 kali pertemuan karena

setiap pertemuan hanya 2 jam pelajaran. Pada penelitian ini

peneliti dibantu oleh teman untuk mengambil gambar dan

melaksanakan observasi.

Penelitian pertama di kelas eksperimen dilaksanakan pada

hari Selasa, 18 April 2017. Pada awal pelajaran, peneliti masuk

kelas bersama dengan guru. Di kelas ini guru menyampaikan

maksud kedatangan peneliti. Setelah itu guru memberikan waktu

dan kesempatan kepada peneliti. Peneliti kemudian mengecek

kehadiran siswa, ternyata ada 2 siswa yang tidak hadir sehingga

sampel yang digunakan berkurang. Peneliti kemudian

menyampaikan topik dan tujuan pembelajaran. Setelah itu peneliti

mengadakan pre-test dan tes kemampuan berpikir kritis. Pada saat

pengerjaan pre-test dan tes keterampilan berpikir kritis banyak

siswa yang mengeluh karena tidak dapat mengerjakan soal

tersebut karena sudah lupa. Namun peneliti tetap memberikan

dorongan
74

kepada siswa untuk mengerjakan semampunya dan secara mandiri

( lihat gambar 4.5).

Gambar 4.5. Siswa Kelas Eksperimen Mengerjakan Soal Pre-Test

Setelah melaksanakan pre-test, siswa yang sudah selesai

diminta untuk mengumpulkan jawaban. Di akhir pembelajaran

peneliti menyampaikan bahwa pada pertemuan selajutnya peneliti

meminta siswa untuk langsung menuju ke laboratorium komputer

1 yang letaknya di lantai 1. Kemudian peneliti mengucapkan

terimakasih dan meninggalkan kelas.

Penelitian kedua di kelas eksperimen dilaksanakan pada

Selasa, 25 April 2017. Ketika bel berbunyi semua siswa sudah

berada di laboratorium. Siswa terlihat sangat antusias untuk

mengikuti proses pembelajaran fisika. Peneliti meminta salah satu

siswa untuk memimpin doa, dilanjutkan dengan mengecek

kehadiran siswa. Pada pertemuan kedua ini siswa diajak untuk

belajar tentang getaran harmonik sederhana pada bandul. Awalnya,

peneliti menjelaskan apa yang harus dilakukan. Peneliti

menayangkan video 2 orang anak yang bermain ayunan dengan


75

massa yang berbeda, kemudian peneliti mengajukan persoalan.

Siswa diminta untuk mengamati pengaruh massa dan panjang tali

terhadap besarnya periode bandul sederhana. Setelah itu peneliti

mengajak siswa menulis hipotesis mereka dalam LKS yang

dibagikan oleh peneliti. Setelah mengisi hipotesis, siswa diminta

melakukan percobaan. Pada saat melakukan percobaan siswa

langsung bisa mengikuti petunjuk yang ada di LKS. Beberapa

siswa harus mengulang karena kesulitan dalam menghitung

periode ayunan (lihat gambar 4.6).

Gambar 4.6. Siswa Melakukan ayunan sederhana menggunakan

simulasi PhET

Setelah melakukan percobaan, banyak siswa yang pada

akhirnya mencoba simulasi-simulasi lainnya. Ada yang mencoba

melakukan percobaan bandul sederhana ketika di bumi, di planet

lain, di bulan dan ada juga yang mencoba dengan dua bandul dan

ada juga yang mencoba simulasi lainnya. Peneliti melihat siswa


76

sangat antusias dalam proses pembelajaran. Siswa memiliki rasa

ingin tahu yang tinggi, hal ini terlihat ketika siswa sudah selesai

melakukan percobaan ada beberapa siswa yang mencoba

menjalankan simulasi-simulasi lainnya. Peneliti kemudian

meminta untuk mematikan komputer dan melanjutkan pelajaran.

Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal

pada LKS dan membahas bersama. Beberapa siswa menulis

jawabannya di papan tulis, peneliti menguatkan jawaban siswa

yang benar serta mengklarifikasi jawaban siswa yang salah. Di

akhir pelajaran peneliti mengajak siswa untuk mengecek hipotesis

mereka apakah benar atau tidak. Siswa dipandu oleh guru untuk

melakukan diskusi. Setelah itu peneliti mengajak siswa mengulang

kembali apa yang dipelajari. Kegiatan pembelajaran kemudian

ditutup dengan doa dipimpin oleh salah satu siswa.

Penelitian kedua di kelas eksperimen dilaksanakan pada

Selasa, 29 April 2014. Setelah masuk kelas, peneliti mengecek

kehadiran siswa kemudian mengajak siswa ke laboratorium. Pada

pertemuan ketiga ini siswa diajak untuk mempelajari getaran

harmonik sederhana pada pegas dengan menggunakan simulasi

komputer berupa PhET. Seperti pada pertemuan sebelumnya, pada

pertemuan kedua ini pun siswa diajak untuk menuliskan hipotesis

mereka (lihat gambar 4.7). Peneliti menjelaskan secara rinci

langkah-langkah kegiatan yang harus dikerjakan .


77

Gambar 4.7. Siswa Menulis Hipotesis Sebelum Melakukan Percobaan

Selama pembelajaran banyak siswa yang

bertanya.

Sebelumnya pada rencana pembelajaran akan dilaksanakan variasi

massa dan konstanta. Setelah melakukan percobaan, siswa diajak

untuk mengerjakan LKS dan mengecek hipotesis mereka apakah

benar atau tidak. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan

diskusi yang dipandu oleh peneliti. Setelah itu siswa menuliskan

jawabannya di papan tulis. Peneliti membimbing mereka

menemukan jawaban yang tepat. Setelah pelajaran selesai peneliti

mengajak siswa menyebutkan kembali apa yang telah dipelajari.

Peneliti juga memberikan soal-soal latiahan terkait dengan materi

yang telah dipelajari, namun karena waktu yang tidak

memungkinkan untuk membahas soal tersebut, akhirnya soal

tersebut sebagai PR untuk siswa. Kegiatan pembelajaran kemudian

ditutup dengan doa. Peneliti juga memberi tahu kepada siswa

bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan post-test.


78

Penelitian keempat di kelas eksperimen dilaksanakan pada

Rabu, 03 Mei 2017. Di awal pembelajaran peneliti memberi waktu

10 menit kepada siswa untuk belajar terlebih dahulu. Setelah siswa

belajar, peneliti memberi post-test kepada siswa. Selama

mengerjakan post-test semua siswa mengerjakan dengan tenang

dan mengerjakan soal-soal tersebut secara mandiri (lihat gambar

4.8).

Gambar 4.8. Siswa Kelas Eksperimen Mengerjakan Soal Post-Test dan

tes kemampuan berpikir krtis.

Setelah waktu pengerjaan habis, peneliti kemudian meminta

siswa mengumpulkan pekerjaannya. Di akhir pertemuan ini

peneliti mengucapkan terima kasih kepada siswa dan

mengucapkan perpisahan dengan siswa. Peneliti merasa senang

karena banyak siswa yang tertarik dengan model pembelajaran ini,

banyak siswa yang meminta meminta file simulasi PhET kepada

peneliti untuk belajar di ruamah. Pengalaman mengajar di kelas X

IPA 5 ini sungguh berharga bagi peneliti.


79

B. DATA DAN ANALISIS DATA

1. Pemahaman Konsep

a. Analisis Kuantitatif Pemahaman

1) Data dan analisis pre-test kelas kontrol dan kelas eksperimen

Untuk mengetahui pemahaman awal siswa, peneliti

memberikan pre-test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Hasil penelitian ini kemudian dianalisis dengan uji statistik

test- t untuk kelompok independen. Data nilai pre-test kelas

kontrol

dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Data Nilai Pre-Test Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen

Nilai pre-test
Sampel Kelas Kelas
kontrol eksperimen
1 28,9 36,8
2 28,9 34,2
3 36,8 36,8
4 52,6 39,5
5 31,6 26,3
6 36,8 76,3
7 42,1 31,6
8 39,4 39,5
9 36,8 34,2
10 26,3 39,5
11 36,8 31,6
12 34,2 34,2
13 36,8 39,5
14 36,8 42,1
15 66,8 31,6
16 44,7 36,8
17 26,3 34,2
80

18 31,6 42,1
19 26,3 39,5
20 26,3 39,5
21 26,3 42,1
22 44,7 18,4
23 47,4 18,4
24 28,9 28,9
25 - 34,2
Rata-rata 36,42 36,31

Data skor nilai pre-test kelas kontrol dan kelas

eksperimen kemudian dianalisis dengan bantuan program

SPSS. Uji test-t ini menggunakan analisis Independent Samples

Test. Hasil ouptut SPSS data pre-test kelas kontrol dan kelas

eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Hasil Uji Test-T Pre-Test Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen

Group Statistics
Std. Error
Kelas N Mean Std. Deviation Mean
pre test X IPA 6 24 36.421 9.8191 2.0043
X IPA 5 25 36.312 10.5015 2.1003
81

Independent Samples Test

Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t Df tailed) Difference Difference Lower Upper
pre test Equal variances
.162 .690 .044 47 .965 .1288 2.9073 -5.7198 5.9775
assumed
Equal variances
.044 46.970 .965 .1288 2.9032 -5.7117 5.9694
not assumed

Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = 0.44, p =

0.965 dengan level signifikan α = 0.05, mean pre-test kelas X

IPA 6 sebagai kelas kontrol = 36.42, mean pre-test kelas X IPA

5 sebagai kelas eksperimen = 36.31.

Oleh karena p = 0.965 ˃ 0.05 maka hasil tidak signifikan.

Berarti kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen

tidak ada perbedaan. Dengan kata lain bahwa pemahaman awal

kedua kelas adalah sama.

2) Data dan analisis pre-test dan post-test kelas kontrol

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman pada kelas

kontrol, peneliti kemudian melakukan Uji test-t pada pre-test

dan post-test siswa. Data nilai pre-test dan post-test kelas

kontrol dapat dilihat pada tabel 4.5.


82

Tabel 4.5. Data Nilai Pre-Test dan Post-Test Kelas Kontrol

Nilai pre- Nilai post-


Sampel
test test

1 28,9 28,9
2 28,9 47,4
3 36,8 50
4 52,6 57,9
5 31,6 39,47
6 36,8 36,8
7 42,1 55,3
8 39,4 47,4
9 36,8 60,5
10 26,3 47,3
11 36,8 55,3
12 34,2 50
13 36,8 36,8
14 36,8 50
15 66,8 65,8
16 44,7 57,8
17 26,3 52,6
18 31,6 47,4
19 26,3 44,7
20 26,3 31,6
21 26,3 47,4
22 44,7 63,2
23 47,4 55,3
24 28,9 31,6
Rata-
36,42 48,35
rata

Data nilai pre-test dan post-test kelas kontrol kemudian

dianalisis dengan bantuan program SPSS. Uji test-t ini

menggunakan analisis Paired Samples Test. Hasil ouput SPSS

data pre-test dan post-test kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel

4.6.
83

Tabel 4.6. Hasil Uji Test-TPre-Test dan Post-Test Kelas Kontrol

Paired Samples Statistics


Std. Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair 1 pretest 36.421 24 9.8191 2.0043
posttest 48.354 24 10.0583 2.0531

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Std. Interval of the
Deviatio Error Difference
Sig. (2-
Mean n Mean Lower Upper t df tailed)
Pair pretest -
-11.9333 8.1670 1.6671 -15.3820 -8.4847 -7.158 23 .000
1 posttest

Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = -7.158, p =

0.000 dengan level signifikan α = 0.05, mean pre-test kelas

kontrol = 36.42, mean post-test kelas kontrol = 48.35.

Oleh karena p = 0.000 < 0.05 maka hasil signifikan. Berarti

pre-test dan post-test kelas kontrol ada perbedaan. Oleh karena

mean post-test lebih besar dari mean pre-test maka dapat

disimpulkan bahwa ada peningkatan pemahaman siswa setelah

siswa diajar dengan menggunakan metode ceramah.


84

3) Data dan analisis pre-test dan post-test kelas eksperimen

Untuk mengetahui peningkatan pemahaman pada kelas

eksperimen, peneliti kemudian melakukan Uji test-t pada pre-

test dan post-test siswa. Data nilai pre-test dan post-test kelas

eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Data Nilai Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen

nilai Nilai
Sampel
pre test post test
1 36,8 76,3
2 34,2 76,3
3 36,8 71,1
4 39,5 81,6
5 26,3 76,3
6 76,3 84,2
7 31,6 68,4
8 39,5 65,8
9 34,2 71,1
10 39,5 86,8
11 31,6 60,5
12 34,2 65,8
13 39,5 63,2
14 42,1 86,8
15 31,6 92,1
16 36,8 84,2
17 34,2 71,1
18 42,1 68,4
19 39,5 73,7
20 39,5 86,8
21 42,1 76,3
22 18,4 73,7
23 18,4 55,3
24 28,9 76,3
25 34,2 76,3
Rata-rata 36,31 74,74
85

Data nilai pre-test dan post-test kelas eksperimen kemudian

dianalisis dengan bantuan program SPSS. Uji test-t ini

menggunakan analisis Paired Samples Test. Hasil ouptut SPSS

data pre-test dan post-test kelas eksperimen dapat dilihat pada

Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Hasil Uji Test-T Pre-Test dan Post-Test Kelas

Eksperimen

Paired Samples Statistics


Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 pretest 36.312 25 10.5020 2.1004
posttest 74.736 25 9.0723 1.8145

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std.
Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T df tailed)
Pair pretest-
-38.4080 11.0579 2.2116 -42.9725 -33.8435 -17.367 24 .000
1 posttest

Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = -17,367 p =

0.000 dengan level signifikan α = 0.05, mean pre-test kelas

eksprimen

= 36,31 mean post-test kelas eksperimen = 74,74. Oleh

karena p = 0.000 < 0.05 maka hasil signifikan. Berarti pre-test

dan post-test kelas eksperimen ada perbedaan. Oleh karena

mean
86

post-test lebih besar dari mean pre-test maka dapat

disimpulkan bahwa ada peningkatan pemahaman siswa setelah

siswa diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan

bantuan simulasi komputer.

4) Data dan analisis post-test kelas kontrol dan kelas ekperimen

Untuk mengetahui pemahaman akhir siswa, peneliti

memberikan post-test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Data ini kemudian dianalisis dengan uji statistik test-t untuk

kelompok independen. Data nilai post-test kelas kontrol dan

kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9. Data Nilai Post-Test Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen

Nilai post-test
Sampel Kelas Kelas
kontrol eksperimen
1 28,9 76,3
2 47,4 76,3
3 50 71,1
4 57,9 81,6
5 39,47 76,3
6 36,8 84,2
7 55,3 68,4
8 47,4 65,8
9 60,5 71,1
10 47,3 86,8
11 55,3 60,5
12 50 65,8
13 36,8 63,2
14 50 86,8
87

15 65,8 92,1
16 57,8 84,2
17 52,6 71,1
18 47,4 68,4
19 44,7 73,7
20 31,6 86,8
21 47,4 76,3
22 63,2 73,7
23 55,3 55,3
24 31,6 76,3
25 - 76,3
Rata-
48,35 74,74
rata

Data nilai post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen

kemudian dianalisis dengan bantuan program SPSS. Uji test-

tini menggunakan analisis Independent Samples Test. Hasil

ouptut SPSS data post-test kelas kontrol dan kelas eksperimen

dapat dilihat pada tabel 4.10.

Tabel 4.10. Hasil Uji Test-TPost-Test Kelas Kontrol dan


KelasEksperimen

Group Statistics
Std. Error
Kelas N Mean Std. Deviation Mean
posttest X IP 6 24 48.353 10.0594 2.0534
X IPA 5 25 74.736 9.0700 1.8140
88

Independent Samples Test


Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t Df tailed) Difference Difference Lower Upper
posttest Equal variances
.173 .679 -9.650 47 .000 -26.3831 2.7340 -31.8832 -20.8830
assumed
Equal variances not
-9.629 46.037 .000 -26.3831 2.7399 -31.8980 -20.8681
assumed

Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = -9.629, p

= 0.000 dengan level signifikan α = 0.05, mean post-test kelas

X IPA 6 sebagai kelas kontrol = 48.35 mean post-test kelas X

IPA 5 sebagai kelas eksperimen = 74.74.

Oleh karena p = 0.000 < 0.05 maka hasil signifikan.

Berarti kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen

ada perbedaan. Dengan kata lain bahwa pemahaman akhir

kedua kelas adalah berbeda. Berdasarkan tabel Group Statistics

mean kelas X IPA 5 (kelas Eksperimen) lebih tinggi daripada

mean kelas X IPA 6 (Kelas kontrol). Dari hasil analisis di atas

diketahui bahwa peningkatan pemahaman pada kelas

eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

Pada saat proses pembelajaran terlihat bahwa kelas

eksperimen yang diajar dengan menggunakan model

pembelajaran Inkuiri terlihat lebih aktif dan bersemangat


89

dibandingkan dengan kelas kontrol. Pembelajaran di kelas

eksperimen terlihat menyenangkan, semua siswa antusias

dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa yang belum

memahami materi berani bertanya kepada peneliti.

Pembelajaran di kelas kontrol terlihat pasif, peneliti lebih

banyak menjelaskan materi. Ketika siswa diberi pertanyaan

tidak ada siswa yang berani menjawab pertanyaan. Situasi

belajar mengajar terlihat tegang. Siswa banyak yang tidak

berani bertanya kepada peneliti. Hal ini bisa menjadi salah satu

faktor yang menyebabkan siswa kurang paham dengan materi

yang disampaikan. Ketika pengerjaan tes, siswa kelas kontrol

mengerjakan soal dengan cepat dan kurang terliti. Ada

beberapa siswa yang masih ingat bahwa soal tersebut sudar

pernah diberikan oleh sebeb itu siswa mengerjakan soal

tersebut secara asal-asalan.

b. Analisis Kualitatif Pemahaman Konsep

Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui sejauh

mana peningkatan pemahaman konsep siswa pada materi

Getaran harmonik Sederhana.

Dari pre-test dan post-test yang diberikan dapat dilihat

bahwa pemahaman konsep siswa. Peningkatan pemahaman konsep

ini dapat dilihat pada tabel 4.11.


90

Tabel 4.11. Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa

Persoalan Pemahaman awal siswa pada Pemahaman akhir siswa pada


pre-test post-test

Jelaskan definisi dari: Kebanyakan siswa mampu Hampir semua siswa mampu
menjawab pengertian periode menjawab pengertian periode,
 Periode; dan frekuensi. Namun masih frekuensi, simpangan dan
 Frekuensi; banyak siswa yang tidak bisa amplitudo dengan benar.
 Simpangan; menjawab pengertian
 Amplitudo. simpangan dan amplitudo. Periode adalah waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan
satu kali getaran penuh

Frekuensi adalah banyaknya


getaran penuh yang dilakuan
dalam satu satuan waktu (s)

Simpangan adalah jarak antara


kedudukan benda saat itu ke titik
setimbangnya.

Amplitudo adalah jarak antara


titik maksimum ke titik
setimbang.

Gambarkan Hampir seluruh siswa tidak Sebagian besar siswa mampu


persamaan gerak menggambarkan, tidak menuliskan rumus hubungan
harmonik sederhana menuliskan penjelasan, dan antra frekuensi dan periode, dan
untuk menentukan belum bisa menuliskan mampu menggambarkannya.
amplitudo, periode dan hubungan antara frekuensi,
frekuensi periode dan amplitudo.

Jelaskan mengapa Hampir seluruh siswa tidak Sebagian siswa menjelaskan


bandul terus berayun menuliskan jawaban. Ada bahwa setiap benda memiliki
setelah kita tarik. beberapa siswa yang gaya berat (m. g), ketika bandul
menjawab bandul bergerak ditarik maka gaya berat
bolak-balik karena adanya memiliki 2 komponen. Salah
gaya. Namun mereka belum satu komponen itu adalah
tahu gaya yang bekerja. m. g sin � yang merupakan
gaya pemulih. Gaya pemulih
menyebabkan bandul bergerak
ke titik setimbang, bandul
91

memiliki energi kinetik


maksimum dan kecepatan inilah
yang menyebabkan bandul
bergerak ke arah berlawanan.
Dalam perjalanannya, energi
kinetik berubah menjadi energi
potensial dan gaya pemulih
menyebabkan bandul kembali ke
titik setimbang.

Ada sebuah kawat Hampir seluruh siswa tidak Sebagian siswa menyebutkan
dengan panjang Lo menuliskan jawaban karena gaya yang bekerja pada kawat
yang dililitkan pada mereka belum mengetahui adalah gaya gravitasi, gaya berat
sebuah penyangga. gaya-gaya yang bekerja pada dan gaya tarik. Ada juga yang
Kemudian kawat kawat dan belum bisa menyebutkan gaya yang bekerja
ditarik kebawah menggambarkan gaya yang pada kawat adalah gaya tarik ke
dengan gaya F yang bekerja pada kawat dengan atas, gaya tarik kebawah dan
cukup besar sehingga tepat. gaya pemulih;
menyebabkan kawat
bertambah panjang Hampir semua siswa mampu
sebesar ∆�. menggambarkan gaya-gaya
yang bekerja pada kawat secara
a. Gaya-gaya apa benar. Namun masih ada sekitar
saja yang 4 anak yang masih belum bisa
bekerja pada menjelaskan dan
kawat selain menggambarkan secara benar.
gaya tarik F ke
bawah yang
bekerja pada
kawat
sehingga
kawat
mengalami
pertambahan
panjang
sebesar ∆�.
b. Gambarkan
semua gaya
yang bekerja
pada kawat
tersebut
Sebuah beban Hapir semua siswa tidak Sebagian besar siswa mampu
bermassa M yang menjawab soal a dan b, menjawab dengan benar, namun
diikat diujung sebuah sedangkan untuk soal c masih ada beberapa siswa yang
92

pegas bergerak sebagian siswa mengetahui masih belum bisa menggunakan


harmonik sederhana bahwa massa mempengaruhi rumus dengan benar. Dan
dengan periode 2 besarnya periode. hampir semua siswa sudah
sekon. Jika beban itu mengetahui bahwa besarnya
diganti dengan beban periode pada pegas dipengaruhi
baru yang bermassa oleh massa dan konstanta pegas.
4M, tentukan:

a. Periode pegas
setelah beban diganti!

b. Frekuensi pegas
setelah beban diganti!

c. Jelaskan besaran apa


saja yang
mempengaruhi
besarnya periode dan

frekuensi pada pegas.

Dua orang anak Sebagian besar siswa Hampir seluruh siswa menjawab
dengan massa berbeda, menjawab anak A sebagiannya benar dan mampu menjelaskan
masing – masing lagi menjawab B. Sebagian dengan tepat, bahkan ada
bermain ayunan besar siswa mengganggap beberapa siswa yang menuliskan
dengan panjang tali bahwa ayunan dengan massa dengan disertai rumus. Namun
yang sama. Anak A yang lebih besar akan lebih masih ada beberapa siswa yang
memiliki massa 30 kg cepat sampai. Ada juga yang masih menganggap bahwa
dan anak B memiliki menganggap bahwa semakin massa mempengaruhi besarnya
massa 20 kg. Jika ringan massa maka anak lebih periode.
kedua anak besar periodenya. Hanya ada 2
menyimpangkan siswa yang menjawab benar
ayunan dengan bahwa keduanya akan sampai
simpangan ayunan pada saat yang bersamaan,
yang sama dan setiap artinya tidak ada yang lebih
melintasi titik asal cepat karena massa tidak
mereka menghitung mempengaruhi periode.
satu, dua, tiga dan
seterusnya. Anak yang
paling cepat sampai
pada hitungan ke – 10
adalah? Mengapa?

Sebuah beban Sebagian besar siswa sudah Semua siswa sudah dapat
bermassa 2 kg diikat dapat menajawab besarnya menjawab besarnya periode
93

diujung sebuah pegas. periode dengan benar. namun dengan benar.namun hanya ada
Beban tersebut hampir semua siswa tidak 1 anak yang menjawab besarnya
kemudian ditarik menuliskan jawaban besarnya konstanta pegas dengan benar.
sejauh 10 cm , konstanta pada pegas. Masih ada siswa yang bingung
kemudian dilepaskan, untuk mengotak-atik rumus.
sehingga beban
bergetar 10 kali dalam
waktu 5 detik.
Hitunglah konstanta
pegas tersebut!

Dua buah pegas yang Sebagian besar siswa  Hampir semua siswa
terbuat dari bahan menjawab tidak. Hanya ada 2 menjawab tidak sama,
yang berbeda, siswa yang menjawab sama. karena bahan yang
digantungkan pada Namun tidak ada siswa yang digunakan berbeda-beda
sebuah tiang kemudian menuliskan alasannya dan sehingga konstantanya
pada ujung-ujung belum bisa menggambaran berbeda. Jika pegas
bawah masing-masing dengan benar. diberi beban maka
pegas digantungkan pertambahan
beban dengan massa panjangnya juga
yang sama sehingga berbeda.
pegas tersebut  Hampir semua siswa
bertambah panjang. mampu menggambarkan
Apakah pertambahan dengan benar.
panjang kedua pegas
tersebut sama?
Mengapa?
Bagaimakah besar
periode dari dua pegas
yang memiliki
konstanta berbeda ?
Jelaskan argumen anda

Pada soal pemahaman konsep yang pertama peneliti meminta

siswa untuk menjelaskan pengertian periode, frekuensi, simpangan dan

amplitudo. Jawaban siswa, baik kelas kontrol dan kelas eksperimen sangat

bervariasi, sebagian besar siswa mampu menjawab definisi dari periode

dan frekuensi dengan benar namun sebagian besar siswa tidak

menjawab
94

definisi dari simpangan dan amplitudo. Beberapa siswa yang menuliskan

penjelasan pun tidak ada yang mendekati benar. Pada soal pemahaman

konsep yang kedua peneliti meminta siswa untuk menjelaskan dan

menggambarkan hubungan periode, frekuensi dan amplitudo. Pada soal ini

sebagian besar siswa tidak menuliskan jawaban. Dari sini peneliti melihat

bahwa pemahaman siswa pokok bahasan ini masih kurang, ada beberapa

siswa yang menggambarkan bandul dan yang menggambarkan gelombang.

Setelah mengalami proses pembelajaran peneliti melihat peningkatan

pemahaman siswa di mana pada post-test siswa menjawab dengan benar

dan mampu menuliskan rumus hubungan frekuensi dan periode. Namun

ada perbedaan jawaban pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pada

kelas kontrol jawaban mereka sama seperti yang ditulis oleh peneliti

sewaktu belajar, sedangkan di kelas eksperimen jawabannya lebih

menggunakan kata-kata sendiri.

Pada soal pemahaman konsep yang ketiga peneliti meminta siswa

untuk menjelaskan mengapa bandul terus berayun setelah kita tarik. Dalam

pre-test, baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen, sebagian besar

siswa tidak menuliskan jawaban. Ada beberapa siswa yang menjawab

bandul bergerak bolak-balik karena adanya gaya, namun mereka belum

mengetahui nama gaya yang bekerja. Setelah melaksanakan proses

pembelajaran sebagian siswa menuliskan bahwa setiap benda memiliki

gaya berat (m.g), ketika bandul ditarik maka gaya berat memiliki 2

komponen. Salah satu komponen itu adlah m. g sin yang merupakan

gaya pemulih. Gaya


95

pemulih menyebabkan bandul bergerak ke titik setimbang, bandul

memiliki energi kinetik maksimum dan kecepatan inilah yang

menyebabkan bandul bergerak ke arah berlawanan. Dalam perjalanannya,

energi kinetik berubah menjadi energi potensial dan gaya pemulih

menyebabkan bandul kembali ke titik setimbang. Hampir semua siswa

mengetahui bahwa benda dapat bergerak bola-balik karena adanya gaya

pemulih yang arahnya berlawanan dengan arah gerak benda.

Pada soal pemahaman konsep yang keempat peneliti meminta

siswa untuk menyebutkan gaya yang bekerja pada kawat selain gaya tarik

F ke bawah yang bekerja pada kawat sehingga kawat mengalami

pertambahan panjang sebesar ∆�. Dan siswa diminta untuk

menggambarkan semua gaya yang bekerja pada kawat tersebut. Dalam

pre-test bagi kelas kontrol maupun kelas eksperimen, hampir seluruh siswa

tidak menuliskan jawaban karena mereka belum mengetahui gaya-gaya

yang bekerja pada kawat dan belum bisa menggambarkan gaya yang

bekerja pada kawat dengan tepat. Setelah melaksanakan proses

pembelajaran sebagian siswa menjelaskan gaya yang bekerja pada kawat

selaian gaya tarik ke bawah ada gravitasi, gaya berat dan gaya tarik ke atas

atau gaya pemulih. Hampir semua siswa mampu menggambarkan gaya-

gaya yang bekerja pada kawat secara benar. Namun masih ada sekitar 4

anak yang masih belum bisa menjelaskan dan menggambarkan secara

benar.

Pada soal pemahaman konsep yang kelima peneliti meminta siswa

untuk menentukan periode pegas setelah beban diganti, frekuensi pegas


96

setelah beban diganti dan diminta untuk menjelaskan besaran apa saja

yang mempengaruhi besarnya periode dan frekuensi pada pegas. Dalam

pre-test bagi kelas kontrol maupun kelas eksperimen, sebagian besar siswa

tidak soal a dan b, ada beberapa siswa yang menjawab namun masih salah,

sedangkan untuk soal c sebagian siswa mengetahui bahwa massa

mempengaruhi besarnya periode. Setelah melaksanakan proses

pembelajaran sebagian besar siswa mampu menjawab soal yang diberikan

oleh peneliti dengan benar, namun masih ada beberapa siswa yang masih

belum bisa menggunakan rumus dengan benar. Dan hampir semua siswa

sudah mengetahui bahwa besarnya periode pada pegas dipengaruhi oleh

massa dan konstanta pegas.

Pada soal pemahaman konsep yang keenam peneliti meminta siswa

untuk menentukan periode dua orang anak yang sedang bermain ayunan

dengan massa berbeda. Jika kedua anak menyimpangkan ayunan dengan

simpangan ayunan yang sama dan setiap melintasi titik asal mereka

menghitung satu, dua, tiga dan seterusnya. Anak yang paling cepat sampai

pada hitungan ke – 10 adalah? Dalam pre-test bagi kelas kontrol maupun

kelas eksperimen, sebagian besar siswa menjawab anak A dan sebagian

lagi menjawab anak B. Ada siswa yang beranggapan bahwa semakin besar

massa maka ayunan semakin cepat akibatnya periodenya juga semakin

besar. Ada juga yang beranggapan bahwa semakin ringan massa benda

maka gerakan ayunan semakin cepat sehingga periodenya semakin besar.

Hanya ada 1 anak yang yang menjawab benar baik di kelas kontrol

maupun
97

di kelas eksperimen. Setelah melaksanakan proses pembelajaran sebagian

besar siswa di kelas eksperimen mampu menjawab soal yang diberikan

oleh peneliti dengan benar. Mereka membuktikan sendiri bahwa besarnya

massa tidak mempengaruhi besarnya periode. Sehingga kebanyakan siswa

menjawab kedua anak akan sampai pada hitungan kesepuluh secara

bersamaan. Berbeda dengan kelas kontrol, masih banyak siswa yang

mengganggap bahwa massa mempengaruhi besarnya periode.

Pada soal pemahaman konsep yang ketujuh peneliti meminta siswa

untuk mengitung konstanta sebuah pegas jika beban bermassa 2 kg diikat

diujung sebuah pegas. Beban tersebut kemudian ditarik sejauh 10 cm,

kemudian dilepaskan, sehingga beban bergetar 10 kali dalam waktu 5

detik. Dalam pre-test bagi kelas kontrol maupun kelas eksperimen,

sebagian besar siswa sudah dapat menjawab besarnya periode dengan

benar. Namun hampir semua siswa tidak menuliskan jawaban besarnya

konstanta pada pegas. Setelah melaksanakan proses pembelajaran kelas

kontrol maupun kelas ekperimen sudah dapat menjawab besarnya periode

dengan benar. Namun masih ada yang mengosongkan jawabannya dan

berusaha menjawab meskipun salah. Di kelas kontrol maupun kelas

eksperimen hanya ada 1 anak yang menjawab besarnya konstanta pegas

dengan benar. Masih banyak siswa yang bingung dalam mengoatak-atik

rumus.

Pada soal pemahaman konsep yang kedelapan peneliti meminta

siswa untuk menjelaskan dua buah pegas yang terbuat dari bahan yang

berbeda, digantungkan pada sebuah tiang kemudian pada ujung-ujung


98

bawah masing-masing pegas digantungkan beban dengan massa yang

sama. Apakah pertambahan panjang kedua pegas tersebut sama? Dalam

pre-test bagi kelas kontrol maupun kelas eksperimen, sebagian besar siswa

menjawab tidak, ada 2 siswa yang menjawab sama. Namun tidak ada siswa

yang menuliskan alasannya dan belum bisa menggambaran dengan benar.

Setelah melaksanakan proses pembelajaran kelas kontrol maupun kelas

eksperimen menjawab tidak sama, karena bahan yang digunakan berbeda-

beda sehingga konstantanya berbeda. Jika pegas diberi beban maka

pertambahan panjangnya juga berbeda. Hampir semua siswa mampu

menggambarkan dengan benar.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa pemahaman siswa

meningkat. Besarnya periode pada ayunan sederhana dipengaruhi oleh

besarnya massa, simpangan dan panjang tali. Besarnya periode getaran

pada pegas dipengaruhi oleh massa dan konstanta pegas. Setelah diberikan

treatment, pemahaman siswa bertambah seiring dengan dipahaminya

hubungan simpangan ayunan, massa, dan panjang tali dengan periode

ayunan dan hubungan massa beban dan konstanta pegas terhadap besarnya

periode dan frekuensi pada pegas. Secara umum pemahaman siswa, baik

kelas kontrol maupun kelas eksperimen bertambah menjadi benar dan

lebih lengkap. Namun pemahaman konsep pada kelas eksperimen lebih

dominan hal ini dikarenakan siswa mengalami peristiwa dimana siswa

mampu mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam

proses kognitif, memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat


99

dimengerti dan mengendap dalam pikirannya, peserta didik memiliki

motivasi dan gairah belajar yang lebih giat dan menambah kepercayaan

pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran

berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas.

Pembelajaran di kelas eksperimen cenderung berpusat pada siswa. siswa

diminta untuk merumuskan hipotesis awal dari persoalan yang diberikan

oleh peneiti. Siswa melakukan percobaan secara mandiri untuk

menemukan konsep sendiri, mengumpulkan data dan menganalisanya serta

menyimpulkan data yang diperolehnya. Siswa terlihat lebih aktif dalam

proses pembelajaran. Siswa mampu menemukan sendiri konsep secara

benar dan mampu mengeksplor pengetahuan yang mereka miliki.

Sedangkan guru sebagai fasilitator dan meluruskan konsep siswa yang

masih belum tepat.


100

2. Analisis Keterampilan berpikir kritis siswa

a. Data keterampilan berpikir kritis

Tabel 4.12. data nilai keterampilan berpikir kritis awal dan akhir
siswa Kelas Kontrol

Sampel Tes awal Tes akhir

1 30,16 44,4
2 25 44,4
3 30,6 36,1
4 44,4 33,3
5 13,9 38,9
6 36,1 33,3
7 41,7 38,9
8 33,3 27,8
9 47,2 44,4
10 25 27,8
11 33,3 58,3
12 27,8 52,8
13 36,1 50
14 25 36,1
15 47,2 58,3
16 30,6 50
17 27,8 33,3
18 33,3 44,4
19 27,8 38,9
20 19,4 30,6
21 38,9 41,7
22 41,7 38,9
101

23 27,8 41,7
24 13,9 27,8
Rata-
31,582 40,50
Rata

Tabel 4.13. data nilai keterampilan berpikir kritis


awal dan akhir siswa Kelas eksperimen

Sampel Tes awal Tes akhir

1 36,1 91,7
2 36,1 63,9
3 36,1 77,8
4 41,7 77,8
5 19,4 91,7
6 72,2 94,4
7 22,2 63,9
8 30,6 75
9 33,3 88,9
10 44,4 83,3
11 25 61,1
12 22,2 72,2
13 25 80,6
14 30,6 88,9
15 33,3 75
16 27,8 86,1
17 30,6 69,4
18 36,1 80,6
102

19 30,6 75
20 36,1 91
21 36,1 80,6
22 22,2 77,8
23 27,8 63,9
24 33,3 86,1
25 27,8 77,8
Rata-
Rata 32,66 78,98

b. Hasil analisis tes keterampilan berpikir kritis

1) Hasil analisis tes keterampilan berpikir kritis awal kelas

kontrol dan kelas ekperimen

Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir

kritis awal siswa peneliti memberikan tes akhir pada kelas

kontrol dan kelas eksperimen. Data ini kemudian dianalisis

dengan uji statistik test-t untuk kelompok independen.

Data nilai tes keterampilan berpikir kritis awal kelas kontrol

dan kelas eksperimen kemudian dianalisis denganbantuan

program SPSS. Uji test-t ini menggunakan analisis Independent

Samples Test. Hasil ouptut SPSS data tes akhir kelas kontrol

dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.14.


103

Tabel 4.14. Hasil Uji Test-T tes awal Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen

Group Statistics
Std. Error
kelas N Mean Std. Deviation Mean
Tesawal x6 24 31.5817 9.14845 1.86742
x5 25 32.6560 10.33413 2.06683

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t df tailed) Difference Difference Lower Upper
Tes Equal variances
.073 .788 -.385 47 .702 -1.07433 2.79255 -6.69222 4.54356
awal assumed
Equal variances
-.386 46.702 .701 -1.07433 2.78550 -6.67899 4.53032
not assumed

Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = -0.385, p =

0.701 dengan level signifikan α = 0.05, mean tes wal kelas X

IPA 6 sebagai kelas kontrol = 31.58, mean tes akhir kelas X IPA

6 sebagai kelas eksperimen = 32.66.

Oleh karena p = 0.701 ˃ 0.05 maka hasil tidak signifikan.

Berarti kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen

tidak ada perbedaan. Dengan kata lain bahwa keterampilan

berpikir kritis awal kedua kelas adalah sama.


104

2) Hasil Analisis tes keterampilan berpikir kritis awal dan akhir

kelas kontrol

Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir

kritis siswa pada kelas kontrol, peneliti melakukan Uji test-t

pada tes awal dan tes akhir siswa. Data nilai tes awal dan tes

akhir keterampilan berpikir kritis kelas kontrol kemudian

dianalisis dengan bantuan program SPSS. Uji test-t ini

menggunakan analisis Paired Samples Test. Hasil ouptut SPSS

data tes awal dan tes akhir kelas kontrol dapat dilihat pada

Tabel 4.15..

Tabel 4.15. Hasil Uji Test-T tes awal dan akhir keterampilan

berpikir kritis Kelas Kontrol

Paired Samples Statistics


Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair 1 tesawalX6 31.582 24 9.1485 1.8674
tesakhirX6 40.504 24 8.8846 1.8136
105

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std.
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair tesawalX6 -
-8.9225 10.1697 2.0759 -13.2168 -4.6282 -4.298 23 .000
1 tesakhirX6
Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = -4.298, p =

0.000 dengan level signifikan α = 0.05, mean tes awal kelas

kontrol = 31.58, mean tes akhir kelas kontrol = 40.50.

Oleh karena p = 0.000 < 0.05 maka hasil signifikan. Berarti tes

keterampilan berpikir kritis awal dan tes akhir kelas kontrol ada

perbedaan. Oleh karena mean tes akhir lebih besar dari mean tes

awal maka dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan

kemampuan berpikir kriti siswa setelah siswa diajar dengan

menggunakan metode ceramah.

3) Data dan analisis tes awal dan tes akhir keterampilan

berpikir kritis kelas eksperimen

Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir

kritis siswa pada kelas eksperimen, peneliti melakukan Uji test-

t pada tes awal dan tes akhir pada siswa. Data nilai tes awal dan
106

tes akhir keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen

kemudian dianalisis dengan bantuan program SPSS. Uji test-t

ini menggunakan analisis Paired Samples Test. Hasil ouptut

SPSS data pre-test dan post-test kelas eksperimen dapat dilihat

pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16. Hasil Uji Test-T tes awal dan akhir keterampilan

berpikir kritis Kelas Eksperimen

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


kelas x5 32.656 25 10.3341 2.0668
x5 78.980 25 9.6249 1.9250

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std.
Difference
Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper T df tailed)
kelas x5 -
-46.3240 10.9440 2.1888 -50.8415 -41.8065 -21.164 24 .000
x5

Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = -21.16 p=

0.000 dengan level signifikan α = 0.05, mean tes kemampuan

berpiir kritis awal kelas eksprimen = 32.66 mean tes akhir kelas

eksperimen = 78.98.
107

Oleh karena p = 0.000 < 0.05 maka hasil signifikan.

Berarti keterampilan berpikir kritis awal dan akhir kelas

eksperimen ada perbedaan. Oleh karena mean tes akhir lebih

besar dari mean tes awal maka dapat disimpulkan bahwa ada

peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa setelah siswa

diajar menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan

bantuan simulasi komputer.

4) Data dan analisis tes keterampilan berpikir kritis akhir kelas

kontrol dan kelas ekperimen

Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis

akhir siswa peneliti memberikan tes akhir pada kelas kontrol

dan kelas eksperimen. Data ini kemudian dianalisis dengan uji

statistik test-t untuk kelompok independen.

Data nilai tes keterampilan berpikir kritis akhir kelas

kontrol dan kelas eksperimen kemudian dianalisis dengan

bantuan program SPSS. Uji test-t ini menggunakan analisis

Independent Samples Test. Hasil ouptut SPSS data tes akhir

kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel

4.17.
108

Tabel 4.17. Hasil Uji Test-T tes akhir Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen

Group Statistics
Std. Error
Kelas N Mean Std. Deviation Mean
tesakhir x6 24 40.5042 8.88465 1.81357
x5 25 78.9800 9.62492 1.92498

Independent Samples Test


t-test for
Equality
of Means t-test for Equality of Means
95% Confidence
Std.
Interval of the
Sig. Mean Error
Difference
(2- Differenc Differen
F Sig. t df tailed) e ce Lower Upper
Tes Equal variances
akhir assumed .163 .689 -14.524 47 .000 -38.47583 2.64914 -43.80521 -33.14646

Equal variances
not assumed -14.548 46.931 .000 -38.47583 2.64473 -43.79655 -33.15511

Dari hasil output SPSS dapat dilihat bahwa t = -14.524, p =

0.000 dengan level signifikan α = 0.05, mean tes akhir kelas X

IPA 6 sebagai kelas kontrol = 40.50 mean tes akhir kelas X IPA

5 sebagai kelas eksperimen = 78.98.

Oleh karena p = 0.000 < 0.05 maka hasil signifikan. Berarti

kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen ada

perbedaan. Dengan kata lain bahwa keterampilan berpikir kritis


109

kedu akelas ada perbedaan. Berdasarkan tabel Group Statistics

mean kelas X IPA 5 (kelas Eksperimen) lebih tinggi daripada

mean kelas X IPA 6 (Kelas kontrol).

Peningkatan keterampilan berpikir kritis kelas eksperimen

lebih tinggi dari kelas kontrol.

3. Analisis Umum

a. Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa

Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 6 Yogyakarta ini

bertujuan untuk melihat apakah ada peningkatan pemahaman

konsep siswa SMA N 6 Yogyakarta kelas X untuk materi getaran

harmonik sederhana melalui penerapan model pembelajaran inkuiri

dengan bantuan simulasi komputer. Untuk melihat peningkatan

pemahaman konsep siswa di dalam kelas, peneliti memberi tes

sebelum diberi treatment (pre-test) dan sesudah diberi treatment

(post-test) utuk materi getaran harmonik sederhana. Hasil pre-test

dan post-test ini dianalisis menggunakan program SPSS untuk

melihat apakah ada peningkatan pemahaman konsep dengan

menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan bantuan simulasi

komputer.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan dengan

menggunakan program SPSS, dapat dilihat adanya perbedaan hasil

perbedaan hasil pre-test dan post-test yang telah dilakukan baik itu

kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Diperoleh nilai rata-rata


110

pre-test untuk kelas eksperimen adalah 36,29 dengan standar

deviasi 10, 50 dan untuk kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata

36,42 dengan standar deviasi 9,82. Dari hasil analisis nilai pre-test

yang telah dilakukan, diperoleh nilai t = 0,44 dan p = 0,965 dengan

level signifikan α = 0,05. Hasil analisis pre-test ini digunakan

untuk mengetahui pemahaman awal siswa baik di kelas eksperimen

maupun di kelas kontrol. Dapat dilihat dari hasil analisis pre-test

yang telah dilakukan untuk kedua kelas tersebut bahwa, nilai p

lebih besar dari pada nilai α yaitu 0,965 > 0,05 yang berarti tidak

signifikan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pemahaman

awal kedua kelas sebelum diberi perlakuan pembelajaran adalah

sama.

Setelah mengetahui bahwa pemahaman awal antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol adalah sama, maka dapat dilihat pula

apakah ada peningkatan pemahaman konsep siswa SMA Negeri 6

Yogyakarta baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol setelah

diberi perlakuan atau pembelajaran. Untuk melihat peningkatan

pemahaman konsep siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta ini, dilakukan

analisis pre-test dan post-test uji-t untuk kelompok dependen kelas

kontrol yang berjumalah 24 orang. Dari hasil analisis tersebut

diperoleh nilai rata-rata pre-test 36,42 dengan standar deviasi 9, 82

dan nilai rata-rata post-test adalah 48, 35 dengan standar

deviasinya 10,06. Selain itu hasil dari analisis diperoleh pula nilai t

= -7,158 dan p = 0,000 dengan level signifikan yang digunakan

adalah α = 0,05.
111

Dari hasil yang diperoleh diketahi bahwa nilai p lebih kecil

dibandingkan nilai α yaitu 0,000 < 0,05 yang berarti signifikan.

Oleh karena itu dapat dikatakan terjadi peningkatan pemahaman

konsep siswa setelah diajar dengan menggunakan metode ceramah.

Telah diketahui bahwa terjadi peningkatan pemahaman konsep

siswa kelas kontrol. Oleh karena itu dapat dilihat pula apakah ada

peningkatan pemahaman konsep siswa untuk kelas eksperimen

yang berjumlah 25 orang. Untuk melihat apakah terjadi

peningkatan pemahaman konsep siswa untuk kelas eksperimen

dilakukan analisis SPSS uji-t untuk kelompok dependen kelas

eksperimen. Dari hasil analisis tersebut diperoleh nilai rata-rata

pre-test dan posttes kelas esperimen 36,31 dengan standar

deviasi 10,50 dan 74,72 dengan standar deviasinya 9,07.

Berdasarkan hasil analisis ini diperoleh nilai t = -17,367 dan p =

0,000 dengan level signifikan yang digunakan adalah α = 0,05.

Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa nilai p lebih kecil

dibandingkan nilai α yaitu 0,000 < 0,05 yang berarti signifikan.

Oleh karena itu dapat dikatakan terjadi peningkatan pemahaman

konsep siswa setelah diajar dengan menggunakan model

pembelajaran inkuiri dengan bantuan simulasi

komputer.

Setelah diketahi bahwa terjadi peningkatan hasil belajar

baik itu dikelas kontrol maupun kelas eksperimen maka dapat

diketahui model pembelajaran manakah yang lebih baik,

pembelajaran yang
112

dilakukan dikelas eksperimen dengan menggunakan model

pembelajaran inkuiri atau model pembelajaran di kelas kontrol

dengan metode ceramah. Untuk mengetahui hal tersebut dilakukan

analisis SPSS uji-t kelompok independen untuk kelas kontrol dan

kelas eksperimen.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan diketahui nilai rata-

rata posttes kelas kontrol yang berjumlah 24 orang adalah 48,35

dengan standar deviasi 10,05 dan nilai posttes kelas ekspeimen

yang berjumlah 25 orang adalah 74,74 dengan standar deviasi 9,07.

Dari hasil analisis posttes dengan menggunakan SPSS ini diperoleh

nilai t = -9,629 dengan p = 0,000. Berdasarkan analisis ini dapat

dilihat bahwa nilai p lebih kecil dibandingkan nilai α yaitu 0,000 <

0,05 yang berarti signifikan. Oleh karena itu dapat dikatakan ada

perbedaan pemahaman akhir antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen. Dapat dikatakan bahwa model pembelajaran inkuiri

dengan bantuan simulasi komputer lebih baik daripada model

pembelajaran dengan metode ceramah. Sehingga model

pembelajaran ini layak untuk diterapkan didalam proses belajar

mengajar.

Menurut suparno (2007: 98) Model pembelajaran juga

dapat mempengaruhi pemahaman belajar peserta didik. Siswa

dapat belajar dengan baik apabila metodologi yang digunakan tepat

dengan situasi mereka dan kompetensi yang diharapkan.


113

Pengalaman belajar dengan model pembelajaran inkuiri dengan

bantuan simulasi komputer mampu meningkatkan pemahaman

konsep siswa. Selama proses pembelajaran tidak ada masalah

teknis yang ditimbulkan oleh alat dan simulasi memberikan feed

back yang optimal bagi siswa untuk dapat melaksanakan

eksperimen secara tepat dan pengembangan konsep dengan baik.

Feed back yang optimal selama proses pembelajaran memberikan

siswa pengetahuan yang hampir tidak ada miskonsepsi tentang

pemahaman konsep. Hal ini sepemikiran dengan pendapat Paul

Suparno (2005: 105) banyak penelitian menemukan bahwa

simulasi komputer dapat membantu siswa untuk menghilangkan

miskonsepsi yang mereka dapatkan. Paul Suparno juga

mengatakan bahwa simulasi komputer ini sangat menguntungkan,

karena siswa dapat melakukan sendiri berkali-kali tanpa harus

ditunggui guru seperti pelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu

siswa dapat mengulanginya sendiri di luar kelas, maka mereka

akan lebih cepat merubah gagasan mereka yang tidak benar.

Dengan demikian mereka lebih cepat untuk memahami konsep

yang sedang dipelajarinya secara tepat (2005: 105).

Dengan proses pembelajaran seperti ini tampak jelas bahwa

model pembelajaran inkuiri dengan bantuan simulasi komputer

memudahkan siswa dalam belajar memahami konsep dan juga


114

mengembangkan pemahaman konsep tentang materi getaran

harmonik sederhana.

b. Keterampilan berpikir kritis siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan

keterampilan berpikir kritis siswa SMA N 6 Yogyakarta kelas X

untuk materi getaran harmonik sederhana melalui penerapan model

pembelajaran inkuiri dengan bantuan simulasi komputer. Adapun

simulasi yang digunakan adalah simulasi PhET. Aspek yang ingin

dilihat dari proses keterampilan berpikir kritis ini yaitu

memebrikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan

dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut, strategi

dan taktik dapat dilihat pada tabel 3.2 kisi-kisi soal tes

keterampilan berpikir kritis (KBK). Sebelum pengambilan data

peneliti terlebih dahulu memberikan penjelasan mengenai simulasi

PhET dan memberikan petunjuk penggunaan simulasi PhET di

kelas eksperimen.

Hasil pertemuan selama proses pembelajaran berlangsung

di kelas kontrol menujukkan bahwa siswa belum aktif di kelas,

masih banyak siswa yang takut untuk bertanya ataupun menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Pada saat proses

pembelajaran berlangsung pertanyaan peneliti yang dilemparkan

pada kelas terkadang tidak dijawab oleh siswa, siswa lebih

banyak diam dan tidak berani mengajukan pertanyaan ataupun

menjawab pertanyaan yag diberikan oleh peneliti. Bahkan ada

siswa yang
115

takut untuk maju mengerjakan soal di depan kelas ketika diberi

soal oleh peneliti. Proses pembelajaran di kelas kontrol masih

terlihat tegang dan masih banyak siswa yang belum mampu

memberikan penjelasan mengenai persoalan yang diberikan oleh

peneliti.

Proses pembelajaran di kelas eksperimen nampak lebih

antusias dan bersemangat. Ketika bel berbunyi sudah banyak

siswa yang berada di dalam laboratorium komputer untuk

mengikuti proses pembelajaran. Pada saat pembelajaran

berlangsung peneliti melihat bahwa siswa sudah mampu membuat

hipotesis, memberikan penjelasan secara sederhan ini terlihat

ketika siswa menjawab soal pada LKS yang diberikan oleh

peneliti. Selain itu siswa juga terampil dalam mengoprasikan

simulasi PhET padamateri getaran harmonik sederhana baik itu

ayunan sederhana (pendulum) maupun getaran pada pegas.

Setelah melakukan percobaan dan menganalisa data yang telah

diperoleh siswa sudah mampu membuat kesimpulan sesui dengan

data yang mereka peroleh hal ini nampak pada kesimpulan pada

LKS yang diberikan oleh peneliti (lihat lampiran 8 dan 9).

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses siswa melakukan

pebelajaran dengan menggunakan simulasi komputer tampak

siswa-siswi lebih senang belajar menggunakan simulasi komputer.

siswa aktif bekerja, membuktikan hipotesis mereka, mencari tahu

menggunakan simulasi komputer, mengumpulkan data,

memberikan penjelasan
116

dan membuat kesimpulan ada juga siswa yang menjadi lebih

kreatif dan memiliki rasa ingintahu yang tinggi dengan mencoba-

coba simulasi tersebut. Meskipun ada beberapa siswa yang masih

terlihat bingung dalam mengoperasikan simulasi tersebut. Namun

siswa terlihat antusias dalam melakukan percobaan menggunakan

bantuan simulasi komputer dengan mengikuti petunjuk LKS yang

tersedia. Ketika siswa mengalami kesulitasn, siswa tidak segan

untuk bertanya kepada peneliti, kemudian mereka berdiskusi

dengan teman kelomoknya untuk menjalankan simulasi tersebut.

Proses pembelajaran di kelas eksperimen terlihat lebih

menyenagkan, banyak siswa yang tertarik untuk belajar fisika

dengan menggunakan simulasi PhET. hal ini nampak ketika

beberapa siswa meminta file program simulasi PhET kepada

peneliti dan siswa-siswi mencoba simulasi-simulasi lain.

Data keterampilan berpikir kritis yang dianalisa diperoleh

dengan cara pemberian tes kemampuan berpikir kritis awal dan

akhir dan dilihat dari laporan hasil kerja siswa secara umum. Dari

hasil analisa data terlihat bahwa pada kelas eksperimen hasil rata-

rata tes awal sebelum diberi treatment yaitu 32.66, sedangkan

kelas kontrol 31.58. Setelah diberi treatment hasil tes akhir untuk

kelas eksperimen menjadi 78.98, Sedangkan kelas kontrol

menjadi

40.50. Berdasarkan nilai kelas eksperimen memiliki keterampilan

berpikir kritis lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Oleh

karena
117

itu, indikator keterampilan berpikir kritis pada kelas eksperimen

tercapai dengan baik.

Untuk melihat apakah ada perbedaan dari kedua kelas

tersebut, maka peneliti menganalisis dengan menggunakan uji- t.

Dari hasil analisis tahap akhir pengujian pada kelas eksperimen

dan kelas kontrol menunjukkan bahwa siswa mengalami

peningkatan kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan hasil analisa

tes keterampilan berpikir kritis siswa yang menggunakan model

pembelajaran inkuiri dengan bantuan simulasi komputer

memberikan pengaruh yang lebih baik daripada keterampilan

berpikir kritis siswa yang menggunakan model pembelajaran

konvensional. Model pembelajaran inkuiri dengan bantuan

simulasi kompeter memberikan pengaruh yang lebih baik dari

pada pembelajaran konvensional karena pada pembelajaran

inkuiri siswa diminta aktif melalui keterlibatan langsung dalam

pembelajaran untuk merumuskan hipotesis, mengadakan

observasi, mengumpulkan data, memeriksa, dan menganalisis

data atau informasi, menyelidiki hubungan serta mengemukakan

pertayaan dan menguji hipotesis.

Pada prinsipnya, keseluruhan proses pembelajaran inkuiri

membantu siswa menjadi mandiri, percaya diri, dan yakin pada

kemampuan intelektualnya sendiri untuk lebih secara aktif. Peran

guru bukan hanya membagikan pengetahuan dan kebenaran,


118

melainkan sebagai penuntun dan pemandu. Peran guru adalah

sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, jadi bukan hanya

memberika informasi kepada siswa. Pada pembelajaran inkuiri ini

guru dapat mengembangkan tingkat kemampuan berpikir kritis

siswa. Setiap pertayaan yang diajukan oleh siswa sebaiknya tidak

langsung dijawab oleh guru, tetapi siswa diarahkan untuk berpikir

tentang jawaban dari pertayaan tersebut.

Model pembelajaran inkuri memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengembangkan rasa ingin tahu dan

memberikan peluang kepada siswa untuk menemukan sendiri

jawaban atas rasa ingin tahunya. Siswa lebih mudah memahami

konsep, mengaplikasikan suatu konsep yang telah diperoleh

sehingga siswa dapat berpikir secara kritis, karena siswa diberi

kesempatan untuk melakukan eksperimen yang berkaitan dengan

konsep getaran harmonik sedehana secara mandiri.

Dalam penelitian ini pada kelas eksperimen juga

dibentuk klompok diskusi berdasarkan baris tempat duduk.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan bekerja sama

dalam kelompok, berpikir secara kritis, bertanggung jawab, saling

bertukar pendapat, menarik kesimpulan, dan memecahkan satu

masalah bersma, penelitaian ini juga sependapat dengan

penelitian yang dilakukan Setyorini dan Subali (dalam Siti

Widayah; 2015) yang menyimpulkan meningkatnya kemampuan

berpikir siswa
119

pada kelas eksperimen dikarenakan perubahan model

pembelajaran yang mencakup kegiatan untuk melatih

keterampilan berpikir kritis siswa. Model pembelajaran mengajak

siswa secara langsung aktif, sebab dalam model pembelajaran

mengajak siswa untuk turut aktif dan keaktifan siswa dilihat dari

kemampuan berpikir kritis.

Pembelajaran inkuiri sering kurang berhasil dalam kelas

besar, karena membutuhkan banyak waktu untuk membantu siswa

menemukan teori-teori atau permasalahn yang belum mereka

ketahui. Harapan yang ditumpahkan pada model inkuiri

terbimbing ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa

dengan perencanaan dan pembelajaran secara konvensional jika

guru tidak menguasi pembelajaran inkuiri (Ismawati, 2007).

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Kegiatan penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan. Keterbatasan

dalam penelitian ini antara lain:

1. Keterbatasan waktu

Siswa membutuhkan waktu yang lama untu menyesuikan belajar

dengan menggunakan simulasi komputer.

2. Keterbatasan Soal

Dalam soal pretest dan posttes terdapat soal yang sangat mirip

dengan soal tes keterampilan berpikir kritis sehingga banyak siswa

yang malas untuk menulis ulang jawaban dengan tepat. Sebaiknya

soal
120

pretest dan posts dibuat berbeda namun memiliki bobot yang sama.

Peneliti juga tidak memberikan angket untuk mendukung analisis

keterampilan berpikir kritis siswa.

3. Dokumentasi

Peneliti hanya memiliki dokumentasi berupa foto dan tidak

memiliki dokumentasi berupa video.

4. Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis

Pensekoran dalam penelitian ini kurang baikkarena skor

terendahnya adalah 0 sehingga jawaban siswa yang salah dan siswa

yang tidak menjawab meliliki skor yang sma yaitu 0.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Penerapan model pembelajaran inkuiri dengan bantuan simulasi

komputer dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa SMA Negeri

6 Yogyakarta pada materi getaran harmonik sederhana. Secara umum

pemahaman konsep siswa bertambah menjadi benar dan lebih lengkap.

2. Penerapan model pembelajaran inkuiri dengan bantuan simulasi

komputer dapat meningkatkan kemampuan berpikir krtis siswa SMA

Negeri 6 Yogyakarta pada materi getaran harmonik sederhana.

B. SARAN

Setelah melakukan penelitian yang berjudul penerapan model

pembelajaran inkuiri dengan bantuan simulasi komputer untuk

meningkatkan pemahaman konsep fisika dan keterampilan berpikir kritis

siswa kelas X SMA Negeri 6 Yogyakarta pada materi getaran harmonik

sederhana, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Disarankan untuk guru Fisika agar menggunakan model pembelajaran

inkuiri untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa dan

meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa baik pada materi

getaran harmonik sederhana maupun pada materi yang lain.

2. Sebaiknya soal pretest dan posttest dibuat berbeda namun bobotnya

yang sama. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya didukung dengan

121
122

angket untuk menganalisis sejauh mana keterampilan berpikir kritis

siswa.

3. Pada penelitian selanjutnya akan lebih baik bila menggunakan video

untuk mendukung dokumentasi penelitian.

4. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dalam pemberian skor dibuat

lebih baik lagi dan kisi-kisi jawaban keterampilan berpikir kritis dibuat

dengan disertai skor. Penelitian selanjutnya bisa lebih menghargai

pemikiran maupun pendapat siswa.


123

DAFTAR PUSTAKA

Anggreini, N. W., N. P. M. Widiyanti. 2013. Implementasi strategi Pembelajaran


Inkuiri Terhadap Keterampilan berpikir kritis dan Pemahaman Konsep IPA
Siswa SMP. [Online]. Tersedia: http://Pasca. Undiksha.
Ac.id/e- journal/index.php/jurnal_ipa/article/view752/538. Diakses
pada tanggal 3 April 2017.
Beyer, B.K. 1987. Practical Strategies for The Teaching of Thinking. Boston MA:
Allyn and Bacon, Inc.

Ennis, R. H. 2002. A Super-Streamline Conception of Critical Thingking. [Online].


Tersedia : http://www.criticalthingking.com/articles.html.

Fascione. 2008. Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. Millbrae:


Measured Reasons and The California Academic Press.

Firdaus, T., Agustina, I., Wahyuningrum, D. 2013 . Peran Program PhET Dalam
Pembelajaran Fisika. Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan.

Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis; Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Gina, Muhamad. 2011. Bagaimana Perbedaan Peningkatan Penguasaan Konsep


Antara Model Pembelajaran Inkuiri berbantu Simulasi Komputer dengan
Model Tradisional Dengan bantuan Simulasi Komputer.Thesis.
http://repository.upi.edu. Universitas Pendidikan Indonesia. Jakarta.
Diakses pada Tangaal 09 November 2016.
Hosnan M. 2014. Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran A
bad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hanafiah, Nanang& Cucu Suhana. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:


Refika Aditama.
Ibrahim, M. dan Nur, M. 2002. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:
UNESA University Press.

Ismawati, H. 2007. Belajar Sain-Fisika Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


124

untuk Sub Pokok Bahasa Pemantulan Cahaya pada Siswa Kelas VII SMP
Negeri 13 Semarang Tahun 2006/2007. Skripsi, tidak diterbitkan.
Semarang:UNS.
Kanginan, Marthen. 2007. Fisika Untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Muhfahroyin. 2009. Memberdayakan Keterampilan berpikir kritis Siswa Melalui


Pembelajaran Kontruktivistik. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Vol 16.
No.1. [Online] Tersedia: (http://www.berpikirkritisblogspot.com).

Paul Eggen dan Don Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Keenam.
Jakarta Barat: Indeks.

Putra, Ilham Eka. 2013. Teknologi Media Pembelajaran Sejarah Melalui


Pemanfaatan Multimedia Animasi Interaktif. Jurnal TEKNOIF, Vol.1,
No.2, Edisi Oktober 2013.
Putro, Eko Widoyoko. 2012. Teknik Penyusunan Instrument Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahma, Siti. 2017. Analisis Berpikir Kritis siswa Dengan Pembelajaran Socrates
Kontestual di SMP N 1Padang Ratu Lampung Tengah. Skripsi, Lampung:
Universitas Islam Negeri Raden Intan.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Sabahattin Deniz. 2010. Implications of training student teachers of preschooling


through micro-teaching activities for a classroom with mentally-disabled
students. Educational Research and Reviews Vol. 5 (6), pp. 338-346, June
2010 Available online at http://www.academicjournals.org/ERR2 ISSN
1990- 3839 © 2010 Academic Journals.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sears dan Zemansky. 2002. Fisika Universitas Jilid 1 ( terjemahan oleh: Young
dan Freedman). Jakarta: Erlangga.
125

Siwa, I.B., I W. Muderawan, I N.Tika. 2013. Pengaruh Pembelajaran Berbasis


Proyek Dalam Pembelajaran Kimia Terhadap Ketrampilan Proses Sains
Ditinjau Dari Gaya Kognitif Siswa. e-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha. Volume 3 Tahun 2013.
Surya, Yohanes. 2009. Getaran dan gelombang. Tangerang: kadel.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Suparno, Paul. 1998. Penggunaan Komputer dalam Proses Mengajar Disekolah
Menengah. Pendidikan Matematika dan Sains. Dalam Buku Tantangan
dan Harapan. Yogyakarta: USD. Penyunting Dr. Frans Susilo, SJ.
Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Pemahaman Konsep Pendidikan Fisika.
Jakarta: Grasindo.
Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan
Menyenangkan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Suparno, Paul. 2007.Kajian dan Pengantar Kurikulum IPA SMP dan MT.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Suparno, Paul. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana.

Wieman, C.E., Adams, W.K & Parkins, K.K. 2006. “ A Powerful Tool For
Teaching Science”. Dalam Nature Physiscs, Vol. 2, Mei 2006. Hal 290-
292.
Widayah, Siti. 2015. Pengaruh Model Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Usaha Dan Energi Kelas Xi SMA.
Skripsi, tidak diterbitkan. UNS. Semarang.
Wieman, C.E.,et al. 2010. “Teaching Physics Using PhET Simulations”. Dalam ,
The Physics Teachers, Vol. 48, April 2010. Hal 225 – 227.
Yamin, Martinis. 2013. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Referensi.
126

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian


127

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian


128

Lampiran 3. Surat Permohonan Validasi Ahli


129

Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Validasi


130

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA
Mata Pelajaran : FISIKA
Kelas/Semester : X/2
Materi pokok : Getaran Harmonik
Sub Materi : Periode dan frekuensi Getaran pada Pegas
Alokasi Waktu : 3 pertemuan (3 x 3JP)
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Getaran Harmonis Sederhana, peserta didik dapat:

1. Mendeskripsikan karakteristik gerak pada getaran pegas.


2. Menjelaskan hubungan massa bebandan konstanta pegas terhadap periode
dan frekuensi getaran pegas berdasarkan data pengamatan.
3. Menghitung konstanta pegas.
B. Kompetensi Inti
KI : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,


ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,


prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
131

yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan


masalah

KI : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11 Menganalisis 3.11.1 Siswa dapat menjelaskan pengertian getaran
hubungan antara harmonik sederhana.
gaya dan getaran 3.11.2 Siswa dapat membedakan periode dengan
dalam kehidupan frekuensi
sehari-hari. 3.11.3 Siswa dapat menjelaskan persamaan pada
getaran harmonis sederhana.
3.11.4 Siswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi besar periode dan frekuensi
getaran pegas.
3.11.5 Siswa dapat menentukan hubungan antara massa
beban terhadap besar periode dan frekuensi
getaran.
3.11.6 Siswa dapat menentukan hubungan konstanta
pegas terhadap besar perode dan frekuensi
getaran pegas.
3.11.7 Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh getaran
harmonis sederhana dalam kehidupan sehari-
hari.

D. Materi Ajar : Gerak Harmonik Sederhana


E. Model/Metode Pembelajaran:
Pendekatan / Strategi / Metode Pembelajara
132

Metode : Ceramah
F. Media dan Alat
1. Media : LKS dan papan tulis
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1 ( 3 x 45 menit)
Alokasi
No Kegiatan
Waktu
1 Kegiatan Pendahuluan
 Siswa disapa oleh peneliti
 Siswa berkenalan dengan peneliti
 Siswa diberi penjelasan mengenai maksud peneliti
mengajar di SMA Negeri 6 Yogyakarta
90 menit
 Kehadiran siswa dicek oleh peneliti
 Siswa menerima penjelasan mengenai topik dan
tujuan pembelajaran
 Siswa menerima soal pre-test.
 Siswa mengerjakan soal pre-test.
 Siswa mengumpulkan soal pre-test.
2 Kegiatan inti
A. Eksplorasi
 Siswa ditanya oleh peneliti apakah dapat mengerjakan
soal pre-test atau tidak. 10 menit
 Siswa melakukan tanya jawab dengan peneliti tentang
apa saja yang sudah dipelajari gerak harmonik
sederhana.
B. Elaborasi
 Siswa ditanya mengenai hubungan antara periode
dengan massa beban.
 Siswa ditanya mengenai peristiwa ketika sebuah
60 menit
bandul disimpangkan, bagaimana pergerakannya, apa
yang menyebabkan bandul kembali ke keadaan
semula.
 Siswa mendapat penjelasan dari peneliti.
C. Konfirmasi
 Siswa menyebutkan kembali apa yang dipelajari hari
ini. 15 menit
 Siswa ditanya apakah sudah memahaminya atau
belum.
133

3 Kegiatan Penutup
 Siswa menerima apresiasi.
 Siswa diberitahu bahwa pada pertemuan berikutnya 10 menit
siswa masih diajar oleh peneliti untuk melanjutkan
materi berikutnya.

Pertemuan 2: Alokasi Waktu 2 x 40 menit


Alokasi
No Kegiatan
Waktu
1 Kegiatan Pendahuluan
 Siswa disapa.
10 menit
 Kehadiran siswa dicek oleh peneliti.
 Siswa menerima penjelasan mengenai tujuan pembelajaran
kepada siswa.
2 Kegiatan inti
A. Eksplorasi
10 menit
 Siswa melakukan tanya jawab dengan peneliti tentang apa
saja yang sudah dipelajari pertemuan sebelumnya.
B. Elaborasi
 Siswa ditanya mengenai hubungan antara periode dengan
massa beban.
 Siswa ditanya mengenai peristiwa ketika sebuah bandul
disimpangkan, bagaimana pergerakannya, apa yang 100 menit
menyebabkan bandul kembali ke keadaan semula.
 Siswa mengerjakan latihan soal
 Siswa ditanya mengenai contoh-contoh getaran harmonik
sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
C. Konfirmasi
 Siswa menyebutkan kembali apa yang dipelajari hari ini.
5 menit
 Siswa ditanya apakah sudah memahami materinya atau
belum.
3 Kegiatan Penutup
 Siswa menerima apresiasi
 Siswa diberitahu bahwa pada pertemuan berikutnya siswa 10 menit
masih diajar oleh peneliti dan akan dilakukan post test dan
tes KBK.
134

Pertemuan 3 ( 2 x 45 menit)
Alokasi
No Kegiatan
Waktu
1 Kegiatan Pendahuluan
5 menit
 Siswa disapa oleh peneliti.
 Kehadiran siswa dicek oleh peneliti.
2 Kegiatan Inti
 Siswa menerima soal post-test dan tes akhir KBK
 Siswa mengerjakan soal post-test tes akhir KBK 85 menit
 Siswa mengumpulkan soal dan jawaban post-test tes akhir
KBK
3 Kegiatan Penutup
5 menit
 Siswa menerima apresiasi.

H. Sumber Belajar
1. Buku siswa dan buku guru Fisika Peminatan kelas X SMA, yang telah
dinyatakan layak oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia
2. Kanginan,M. 2004. Fisika Untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga
3. Tim MIPA. LKS Kreatif Fisika SMA/MA kelas X semeter Gasal. Jawa
Tengah. Viva Pakarindo;
135

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Satuan Pendidikan : SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA
Mata Pelajaran : FISIKA
Kelas/Semester : X/2
Materi pokok : Getaran Harmonik
Sub Materi : Periode dan frekuensi Getaran pada Pegas
Alokasi Waktu : 4 pertemuan (4 x 2JP)
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Getaran Harmonis Sederhana, peserta didik dapat:

1. Mendeskripsikan karakteristik gerak pada getaran pegas.


2. Menjelaskan hubungan massa bebandan konstanta pegas terhadap periode
dan frekuensi getaran pegas berdasarkan data pengamatan
3. Menghitung konstanta pegas.
B. Kompetensi Inti
KI : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,


ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
pro-aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,


prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
136

yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan


masalah

KI : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

C. Kompetensi Dasar dan Indikator


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11Menganalisis hubungan 3.11.8 Siswa dapat menjelaskan pengertian getaran
antara gaya dan getaran dalam harmonik sederhana.
kehidupan sehari-hari. 3.11.9 Siswa dapat membedakan periode dengan frekuensi
3.11.10 Siswa dapat menjelaskan persamaan pada getaran
harmonis sederhana.
3.11.11 Siswa dapat menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi besar periode dan frekuensi getaran
pegas.
3.11.12 Siswa dapat menentukan hubungan antara massa
beban terhadap besar periode dan frekuensi getaran.
3.11.13 Siswa dapat menentukan hubungan konstanta pegas
terhadap besar perode dan frekuensi getaran pegas.
3.11.14 Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh getaran
harmonis sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
4.11 Melakukan percobaan 4.11.1 Melakukan percobaan getaran harmonis pada ayunan
getaran harmonis pada ayunan bandul dan getaran pegas.
sederhana dan/atau getaran 4.11.2 Membuat grafik berdasarkan hasil percobaan.
pegas berikut presentasi hasil 4.11.3 Menyajikan hasil analisa data hubungan massa beban
percobaan serta makna dengan terhadap besar periode dan frekuensi getaran
fisisnya. pegas dalam bentuk tabel dan grafik
4.11.4 Mempresentasikan hasil analisa data didepan kelas.

D. Materi Ajar
Gerak Harmonik Sederhana
E. Model/Metode Pembelajaran :
Pendekatan / Strategi / Metode
Pembelajara Pendekatan :
Scientific
Metode : Eksperimen virtual lab, ceramah, diskusi dan
presentasi
137

Model : Inkuiri terbimbing

F. Media dan Alat


1. Media
 simulasi Phet, LKS
2. Alat
 Komputer dan stopwatch

G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1: Alokasi Waktu 2 x 45 menit
Alokasi
No Kegiatan
Waktu
1 Kegiatan Pendahuluan
 Siswa disapa oleh peneliti
 Siswa diajak untuk berdoa sebelumpembelajaran
berlangsung
 Siswa berkenalan dengan peneliti
 Siswa diberi penjelasan mengenai maksud peneliti
mengajar di SMA Negeri 6 Yogyakarta
90 menit
 Kehadiran siswa dicek oleh peneliti
 Siswa menerima penjelasan mengenai topik dan tujuan
pembelajaran
 Siswa menerima penjelasan tentang model pembelajaran
yang akan digunakan yaitu inkuiri
 Siswa menerima soal pre-test.
 Siswa mengerjakan soal pre-test.
 Siswa mengumpulkan soal pre-test.
2 Kegiatan Penutup
 Siswa menerima apresiasi.
 Siswa diberitahu bahwa pada pertemuan berikutnya siswa 5 menit
masih diajar oleh peneliti dan akan dilakukan eksperimen di
lab komputer.
138

Pertemuan ke 2: Alokasi waktu (2 x 45 menit)

Alokasi
No Kegiatan
Waktu
1 Kegiatan Pendahuluan
 Siswa disapa oleh peneliti
 Siswa diajak untuk berdoa sebelum pembelajaran
5 menit
berlangsung
 Kehadiran siswa dicek oleh peneliti
 Siswa menerima penjelasan mengenai topik dan tujuan
pembelajaran
2 Kegiatan inti
A. Eksplorasi
 Siswa melakukan tanya jawab dengan peneliti tentang apa
5 menit
saja yang sudah dipelajari tentang gerak harmonis
sederhana pada waktu SMP dan memberikan pertanyaan
yang berkaitan dengan ayunan sederhana.
B. Elaborasi
 Siswa menerima LKS percobaan bandul sederhana
 Siswa menuliskan hipotesis mereka.
 Siswa melakukan percobaan menggunakan simulasi
45 menit
komputer (Phet) dengan bimbingan peneliti.
 Siswa menganalisis hasil percobaan mereka dan menjawab
pertanyaan yang ada di LKS.
 Siswa menuliskan hasil percobaan mereka di papan tulis
C. Konfirmasi
 Siswa mempresentasikan hasil percobaan mereka didepan
kelas dan menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS.
30 menit
 Siswa menyebutkan kembali apa yang dipelajari hari ini.
 Siswa ditanya oleh peneliti apakah sudah memahaminya
atau belum.
3 Kegiatan Penutup
 Siswa menerima apresiasi.
 Siswa diberitahu bahwa pada pertemuan berikutnya siswa 5 menit
masih diajar oleh peneliti dan melanjutkan materi tentang
getaran harmonik sederhana pada pegas.
139

Pertemuan 3: Alokasi Waktu 2 x 45 menit


Alokasi
No Kegiatan
Waktu
1 Kegiatan Pendahuluan
 Siswa disapa oleh peneliti
 Siswa diajak untuk berdoa sebelum pembelajaran
5 menit
berlangsung
 Kehadiran siswa dicek oleh peneliti
 Siswa menerima penjelasan mengenai topik dan tujuan
pembelajaran.
2 Kegiatan inti
D. Eksplorasi
5menit
 Siswa melakukan tanya jawab dengan peneliti tentang apa
saja yang sudah dipelajari pertemuan sebelumnya.

E. Elaborasi
 Siswa menerima LKS mengenai hubungan massa beban
dan konstanta pegas terhadap periode dan frekuensi getaran
pegas dan hubungan konstanta pegas terhadap periode &
frekuensi getaran pegas.
 Siswa menuliskan hipotesis mereka. 45 menit
 Siswa melakukan percobaan menggunakan simulasi
komputer (Phet) dengan bimbingan peneliti.
 Siswa menganalisis hasil percobaan mereka dan menjawab
pertanyaan yang ada di LKS.
 Siswa menuliskan hasil percobaan mereka di papan tulis
F. Konfirmasi
 Siswa mempresentasikan hasil percobaan mereka di depan
kelas dan menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS.
30 menit
 Siswa menyebutkan kembali apa yang dipelajari hari ini.
 Siswa ditanya oleh peneliti apakah sudah memahaminya
atau belum.
3 Kegiatan Penutup
 Siswa menerima apresiasi.
 Siswa diberitahu bahwa pada pertemuan berikutnya siswa 5 menit
masih diajar oleh peneliti dan akan dilakukan post-test.
140

Pertemuan 4: Alokasi Waktu 2 x 45 menit


Alokasi
No Kegiatan
Waktu
1 Kegiatan Pendahuluan
5 menit
 Siswa disapa oleh peneliti.
 Kehadiran siswa dicek oleh peneliti.
2 Kegiatan Inti
 Siswa menerima soal post-test dan tes akhir KBK
 Siswa mengerjakan soal post-test tes akhir KBK 85 menit
 Siswa mengumpulkan soal dan jawaban post-test tes akhir
KBK
3 Kegiatan Penutup
5 menit
 Siswa menerima apresiasi.

H. Sumber Belajar
1. Buku siswa dan buku guru Fisika Peminatan kelas X SMA, yang telah
dinyatakan layak oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia
2. Kanginan,M. 2004. Fisika Untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga
3. Tim MIPA. LKS Kreatif Fisika SMA/MA kelas X semeter Gasal. Jawa
Tengah. Viva Pakarindo
141

Lampiran 7. Materi pembelajaran

GETARAN HARMONIK SEDERHANA


1. Pengertian Getaran

Getaran harmonik sederhana (GHS) adalah gerak periodik dengan

lintasan yang ditempuh selalu sama (tetap). Getaran harmonik

sederhana memiliki persamaan gerak dalam bentuk sinusoidal dan

digunakan untuk menganalisis suatu gerak periodik tertentu (Tim

MIPA. LKS Kreatif Fisika SMA/MA kelas X semeter Gasal).

2. Getaran harmonik sederhana

Getaran harmonik sederhana dapat dibedakan menjadi dua bagian,

yaitu sebagai berikut:

1) Getaran harmonik sederhana (GHS) linear, misalnya pengisap

dalam silinder gas, gerak osilasi air raksa atau air dalam pipa U,

gerak horizontal/ vertikal dari pegas dan sebagainya.

2) Getaran harmonik sederhana (GHS) angular, misalnya gerak

bandul/ bandul fisis, osilasi ayuanan torsi, dan sebagainya (Tim

MIPA. LKS Kreatif Fisika SMA/MA kelas X semeter Gasal).

Syarat suatu gerak dikatakan gerakan harmonis, antara lain sebagai

berikut:

a. Gerakannya periodik (bolak-balik).

b. Gerakannya selalu melewati posisi keseimbangan.

c. Percepatan atau gaya yang bekerja pada benda sebanding

dengan posisi/ simpangan benda.


142

d. Arah percepatan atau gaya yang bekerja pada benda selalu

mengarah ke posisi keseimbangan (Tim MIPA. LKS Kreatif

Fisika SMA/MA kelas X semeter Gasal).

Beberapa contoh gerak periodik atau getaran adalah:

a) Gerak naiknya batu yang digantung pada pegas

b) Gerak ayunan sebuah bandul

c) Gerak turun naik sebilah penggaris plastik yang salah

satuujungnya dijepit

d) Gerak turun naiknya air dalam pipa U

Getaran banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Getaran senar-senar gitar yang dipetik menghasilkan musik merdu, dan

getaran pegas pada alat suspensi mobil memberi kenyamanan dalam

berkendaraan. Tidak semua getaran bermanfaat, getaran mesin-mesin

kadang tidak menyenangkan karena suaranya sangat mengganggu

kenyamanan dalam berkendara. Itulah sebabnya banyak teknologi

dikembangkan untuk meredam getaran-getaran yang merugikan (Surya,

2009:3).

3. Periode, Frekuensi, Simpangan, dan Amplitudo

Berikut ini adalah beberapa istilah yang kita gunakan dalam gerak

periodik:

a. Amplitudo gerak merupakan besar simpangan maksimum dari titik

kesetimbangan. Amplitudo pada pegas ditunjukkan dari A ke B.


143

Gambar 2.3. getaran pada Gambar 2. 4. getaran pada


pegas
bandul sederhana

b. Periode (T) merupakan selang waktu yang diperlukan untuk satu

siklus (satugetaran)

c. Frekuensi (f) adalah banyaknya getaran yang dilakukan dalam satu

sekon.

d. Frekuensi sudut (�) adalah 2� dikalikan dengan frekuensi .

� merupakan besar sudut (tidak harus berhubungan dengan gerak

berputar) yang selalu diukur dalam radian, sehingga satuannya

adalah rad/sekon. Karena f dalam siklus/sekon, kita dapat

menganggap bilangan 2� mempunyai satuan rad/siklus. Dari

definisi periode T dan frekuensi kita melihat bahwa masing-masing

merupakan kebalikan yang lainnya:

𝑓 = 1, ......................................................................................(1.1)

� = 1, (hubungan antara frekuensi dan periode)..................(1.2)


𝑓

juga dari definisi � , � = 2�𝑓 = 2


� (frekuensi sudut)..(1.3)

(Sears dan Zemansky, 2002: 391).


144

1. Penyebab Terjadinya Getaran

Gerak bolak-balik benda m disebabkan pada benda m bekerja gaya

pegas F= -��. Gaya pegas selalu sebanding dengan simpangan x dan

juga selalu berlawanan dengan arah x. Maksudnya, ketika simpangan x

berarah kebawah dari titik keseimbangan (nilai x negatif), maka gaya

� = −�� berarah ke atas dan ketika simpangan x berarah ke atas dari

titik keseimbangan, maka gaya pegas � = −�� berarah ke bawah.

Gaya yang besarnya sebanding dengan simpangan dan selalu

berlawanan arah simpangan (posisi) disebut sebagai gaya pemulih.

Gaya pemulih selalu menyebabkan benda bergerak bolak-balik di

sekitar titik keseimbangan (gerak harmonik sederhana). Dan gaya

pemulih selalu berlawanan arah posisi ( arah gerak) benda.

2. Gerak Harmonik Sederhana Pegas

Benda dikatakan bergetar apabila benda tersebut bergerak bolak-

balik terhadap titik kesetimbangan melalui jalan yang sama, dimana

benda yang bergetar kembali lagi kekeadaan semula dalam selang

waktu tertentu, karena ada gaya pemulih yang bekerja pada benda

tersebut.

Gambar 2.5. gambar getaran harmonik pada pegas


145

Satu getaran adalah gerak benda dari: (1) O ke atas dahulu menempuh

A – O – B – O, (2) ke bawah dahulu menempuh O – B – O – A – O, (3)

dari A ke bawah menempuh A – O – B – O – A, (4) dari B ke atas

menempuh B- O- A- O- B. Jarak dari titik O ke A disebut simpangan

maksimum (amplitudo). Selang waktu untuk menempuh satu getaran

pada pegas disebut periode, periode geratan pada pegas tidak

bergantung pada amplitudo, tetapi bergantung pada massa beban.

Gambar 2.6. sebuah beban bermasa m digantungkan pada

pegas. Beban digetarkan naik turun disekitar posisi

kesetimbangan.

Frekuensi alamiah adalah frekuensi pada suatu getaran yang terjadi

secara alami tanpa ada paksaan dari luar. Besar frekuensi alamiah pegas

dipengaruhi oleh 2 faktor:


146

a. Massa benda, semakin besar massa benda, semakin sulit

benda itu bergerak akibatnya frekuensi getaran semakin

kecil.

b. Konstanta pegas, semakin besar konstanta pegas semakin

besar gaya pemulihnya sehingga benda lebih mudah bergetar

(frekuensi semakin besar). Berdasarkan hasil analisis di atas,

sesuai dengan hasil eksperimen yang memberikan rumus

frekuensi alamiah sistem pegas

𝑓= 1
√ 𝑘 ,....................................................................(1.4)
2 �

k adalah konstanta gaya dari pegas (N/m), m adalah massa benda

(kg) dan f adalah frekuensi (Hz) (Surya, 2009: 7).

3. Persamaan Simpangan Gerak Harmonik Sederhana

Suatu benda bergerak harmonik sederhana sepanjang sumbu x, akan

bekerja sebuah gaya pemulih F= - k x. Sedangkan menurut hukum II

Newton: ∑F= ma, dengan demikian:

ma = -k x

�𝑎 + 𝑘𝑥 = 0

dengan x sebagai posisi, telah diketahui bahwa percepatan (a), adalah

turunan kedua dari x, sehingga dapat ditulis

𝑥
m�2 + 𝑘𝑥= 0
�� 2
147

bagi kedua ruas dengan m

�2𝑥 𝑘
�� 2 + �= 0

Persamaan di atas adalah persamaan diferensial orde kedua. Secara

matematis persamaan seperti itu memiliki penyelesaian yang berbentuk

fungsi sinusoidal, yaitu:

𝑥(�) = � ���(� + 0 ) 𝑎�𝑎𝑢 𝑥(�) = ���� (� + 0 )..............(1.5)

Kita boleh memilih persamaan di atas. Hal terpenting yang perlu kita

lakukan adalah menentukan sudut fase awal ��, yang diperoleh dari

kondisi awal. Misalkan anda memilih persamaan simpangan sebagai

x(t) = A sin(ω t + θ0 )

Maka sudut ��, diperoleh sebagai kondisi awal x(t = 0) =

A sin(ω . 0 + θ0 ) atau x(t = 0) = A Sin θ0

Misalnya benda m mulai bergerak dari titik keseimbangan (berarti x =

0), maka sudut �� diperoleh dari persamaan kondisi awal. Karena pada

𝑥(� = 0) benda berada di x = 0, maka

0 = A sin ω t

Sehingga , �� yang memenuhi �� = 0, dan persamaan simpangan

menjadi 𝑥(�) = � sin( � + 0)

𝑥(�) = � ��� �
148

Bagaimana jika benda m mulai bergerak dari titik terjauh,berarti x = S

(amplitudo), maka sudut �� diperoleh dari persamaan kondisi awal

𝑥(�) = � ���(� + �0 )

� = 0 = � sin( 0 + �0 )

Karenapada saat t = 0 benda di x = A, sehingga

� = � ��� 0

Maka, sin 0 = 1 yang memenuhi adalah �0 = �


2
dan persamaan

simpangan menjadi:

𝑥(�) = � sin(� �
+ )
2

(Kanginan, 2007 : 99)

4. Getaran harmonik pada bandul sederhana

Contoh lain dari Gerak harmonik sederhana adalah

bandul sederhana atau ayuanan sederhana. Sebuah bandul

sederhana terdiri dari sebuah beban bermassa m yang

dikaitkan pada seutas tali yang panjangnya l. Beban

bermassa m berayun pada sebuah bidang vertikal dengan

sudut simpangan yang tidak terlalu besar.


149

Gambar 2.7. bandul sederhana dan bandul sederhana pada simulasi

Phet.

Tinjaulah beban m ketika berada di B dimana OB = Y dan sudut

OPB=� besarnya gaya yang menarik beban m agar kembali

keposisi setimbangnya, seperti tampak pada gambar adalah mg sin

�. Sesuai Hukum II Newton berikut:

Mg sin � = ma

Dengan a merupakan percepatan sepanjang busur OB. Untuk sudut

� (dinyatakan dalam radian) yang sangat kecil berlaku:

sin = �

𝑦
= � dengan demikian persamaan (i) menjadi:

𝑦
mg ( ( ⁄� ) = ma


a= - ( ⁄ ) y

150

analog dengan kasus beban pegas, a= - � 2y, maka pada bandul

sederhana �
berlaku: � 2 y= ( ⁄ )


� 2 =( ⁄ )


� =√

Karena 2 = 2� , maka T = 2 √ �

� �

Persamaan diatas digunakan untuk menentukan periode getaran

harmonik sederhana dari sebuah bandul sederhana. Dari persamaan

diatas tampak nilai T tidak tergantung pada massa beban, tetapi

tergantung pada panjang tali l dan percepatan gravitasi g.

Berdasarkan persamaan tersebut kita bisa menentukan percepatan

gravitasi g disuatu tempat dengan menggunakan percobaan bandul

sederhana.

4
G= 2�
�2
151

Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa 1

LEMBAR KERJA SISWA


GERAK HARMONIK SEDERHANA

Nama : ………………………………………………………..
Kelas : ………………………………………………………..

Tujuan
1. Melakukan percobaan bandul sederhana dengan menggunakan
simulasi Phet untuk mengetahui pengertian getaran harmonik
sederhana.
2. Melakukan percobaan dan berdiskusi untuk menentukan periode getaran
pada ayunan bandul sederhana.
3. Melakukan percobaan untuk berdiskusi mengenai pengaruh panang tali
terhadap periode getraan pada ayunan bandul sederhana.
4. Melakukan percobaan untuk berdiskusi mengenai pengaruh Amplitudo dan
panjang tali terhadap nilai Periode getaran.

II. ALAT DAN BAHAN :


1. LKS
2. komputer (PC)
3. Program Phet Simulations

Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan besar simpangan dengan periode ayunan?
Bagaimana hubungan massa dengan periode ayunan?
Bagaimanakah hubungan antara panjang tali dengan periode ayunan?
Hipotesis

......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
152

Alat dan Bahan


1. Alat tulis
2. Laptop/ Notebook atau PC
3. Program Phet Simulations

Prosedur Percobaan

1. Buka program Phet Simulation Density dari komputer kalian!


2. Pilih: Play with Simulation; Pilih Pendulum Lab

3. Jalankan
Pilih : a. posisi percobaan di bumi
b. massa bandul 1 kg
c. panjang tali 1 m
4. Lakukan pengukuran waktu untuk 10 kali ayunan dengan amplitudo
yang berbeda!
5. Hitung periode ayunan!
6. Ulangi langkah 2, 3, 4 untuk panjang tali 2 m.
7. Ulangi langkah diatas dengan mengganti massa beban.
8. Catat dan masukkan dalam data hasil pengamatan dan buatlah laporan
praktikum beserta kesimpulannya
153

Data Percobaan
Percobaan Massa (kg) Amplitudo Waktu untuk Periode T2
10 x ayunan T =� (s)
� (s2)
(s)
L= 1 m 1 10
1 20
1 30
L= 2 m 1 10
1 20
1 30
L= 1 1 10
1,5 10
2 10

pertanyaan:
1. Jelaskan pengertian getaran harmonik sederhana!
2. Jelaskan pengertian periode, frekuensi, simpangan dan amplitudo!
3. Jelaskan yang dimaksud dengan gaya pemulih pada ayunan
bandul sederhana!
4. Untuk panjang tali yang sama dan dengan amplitudo yang
berbeda bagaimanakan nilai periode getarannya?
5. Bagaimanakah nilai periodenya jika amplitudonya sama tetapi
panjang talinya berbeda?
6. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi periode getaran pada ayunan
bandul sederhana!
7. Tuliskan persamaan hubungan panjang tali (l) dengan kuadrat periode (T2)!
8. Sebutkan 3 contoh aplikasi gerak harmonik dalam kehidupan sehari-hari!
9. Buat kesimpulan tentang percobaan yang telah kamu lakukan!

Jawaban Pertanyaan
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
154

......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Kesimpulan;
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
155

Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa 2


LEMBAR KERJA SISWA
GERAK HARMONIK SEDERHANA

Nama : ………………………………………………………..
Kelas : ………………………………………………………..

Tujuan:
1. Menentukan hubungan massa beban dan konstanta pegas terhadap periode
dan frekuensi getaran pegas.
2. Menghitung konstanta pegas.

Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah hubungan massa beban dan konstanta pegas terhadap
periode dan frekuensi getaran pegas?
2. Berapakah nilai konstanta pegas pada percobaan anda?

Hipotesis

………………………………………………………..................................................
........
Alat dan Bahan
1. LKS
2. Komputer / PC
3. PhET Software Interactive Simulations Masses & Spring dan stopwatch
Seperangkat simulasi masses and sprigs dari phet, yang terdiri dari fasilitas/
alat dan bahan berupa beban, pewaktu, mistar, lingkungan percobaan,
beban, besar gesekan.

Percobaan 1. Hubungan massa beban terhadap periode dan frekuensi getaran


pegas.
156

a. Buka PhET Interactive Simulations Masses & Spring.

b. Lihatlah massa dan pegas yang telah disediakan, atur sedemikian rupa.
c. Catat panjang awal pegas dengan mistar yang terdapat pada simulasi phet.
d. Catat massa beban ke dalam tabel.
e. Geserlah menu friction pada posisi terendah untuk meminimalkan
kesalahan perhitungan akibat pengaruh gesekan udara.
f. Gantungkan beban 50 gram pada pegas nomor 3. Biarkan beban berada
pada posisi setimbang (diam).
g. Tarik beban sejauh 20 cm ke bawah, hitung waktu yang diperlukan untuk
melakukan 10 kali getaran.
h. Jalankan stopwatch bersamaan dengan dilepaskannya beban dari posisi A.
i. Ulangi langgkah d - g dengan beban 100 gram dan 250 gram.
j. Catat data yang kalian peroleh pada tabel berikut.

Data
Pengamatan xo=
cm  m
Percobaan Massa Jumlah ∆𝑥 Waktu Periode T2 Frekuensi
Ke- Beban Getaran (�) (s) (T= t/n) (f)

1 50 gr 10
2 100 gr 10
3 250 gr 10
157

Percobaan 2. Hubungan konstanta pegas terhadap periode & frekuensi getaran


pegas.
a. Gantungkan beban 50 gram pada pegas nomor 3. Biarkan beban berada pada
posisi setimbang (diam).
b. Atur kekakuan pegas pada level rendah. Tarik beban sejauh 20 cm ke bawah
hingga mencapai posisi A.
c. Jalankan stopwatch bersamaan dengan dilepaskannya beban dari posisi A.
d. Hitung waktu yang diperlukan untuk melakukan 10 kali getaran.
e. Ulangi langgkah a-d dengan menambah kekakuan pegas pada level medium
dan tinggi.
f. Catat data yang kalian peroleh pada tabel berikut

Data Pengamatan
Percobaan Level Jumlah ∆𝑥 Waktu Periode T2 f
Ke- konstanta Getaran (�) (s) (T) s Hz
pegas s

1 Rendah 10
2 Medium 10
3 tinggi 10

Soal:
1. Buatlah sebuah grafik hubungan T2 terhadap massa beban berdasarkan
percobaan 1.
2. Apakah massa beban mempengaruhi periode getaran pegas? Jelaskan
hubungan antara massa dengan periode pada pegas.
3. Jelaskan hubungan antara massa dengan frekuensi getaran pegas!
4. Bagaimana hubungan antara konstanta pegas dengan T? Deskripsikan
5. Besaran apa sajakah yang mempengaruhi besarnya periode getaran pada
pegas?
6. Tentukan konstanta pegas berdasarkan percobaan 2a!
7. Buat kesimpulan tentang percobaan yang telah kamu lakukan
158

Jawaban Pertanyaan
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
Kesimpulan;
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
159

Lampiran 10. Soal Pre-Test pemahaman Konsep

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
Kampus III USD, Paingan, Maguwoharjo, DepokSleman 55284 Telp. (0274)
883037; 883968

SOAL PRE-TEST

Nama : .........................................

No / Kelas : ..........................................

Materi : GerakHarmonikSederhana

Waktu : 45 menit

Sekolah : SMA Negeri 6 Yogyakarta

PETUNJUK UMUM:

1. Tuliskan nama, no.absen, dan kelas pada sudut kanan atas lembar jawaban
yang tersedia!
2. Jawablah pertanyaan dengan tepat dan benar
3. Kerjakan soal dengan mandiri
4. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan.

1. Jelaskan definisi dari: Periode, Frekuensi, Simpangan dan Amplitudo.

..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
160

..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

2. Gambarkan persamaan gerak harmonik sederhana untuk menentukan


amplitudo, periode dan frekuensi
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
3. Jelaskan mengapa bandul terus berayun setelah kita tarik!
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
4. Ada sebuah kawat dengan panjang Lo yang dililitkan pada sebuah
penyangga. Kemudian kawat ditarik kebawah dengan gaya F yang cukup
besar sehingga menyebabkan kawat bertambah panjang sebesar ∆�.
a. Gaya-gaya apa saja yang bekerja pada kawat selain gaya tarik F ke
bawah yang bekerja pada kawat sehingga kawat mengalami
pertambahan panjang sebesar ∆�
b. Gambarkan semua gaya yang bekerja pada kawat tersebut.
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
5. Sebuah beban bermassa M yang diikat diujung sebuah pegas bergerak
harmonik sederhana dengan periode 2 sekon. Jika beban itu diganti dengan
beban baru yang bermassa 4M, tentukan:
161

a. Periode pegas setelahbeban diganti!


b. Frekuensi pegassetelah beban diganti!
c. Jelaskan besaran apa saja yang mempengaruhi besarnya periode dan
frekuensi pada pegas.
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
6. Dua orang anak dengan massa berbeda, masing – masing bermain ayunan
dengan panjang tali yang sama. Anak A memiliki massa 30 kg dan anak B
memiliki massa 20 kg. Jika kedua anak menyimpangkan ayunan dengan
simpangan ayunan yang sama dan setiap melintasi titik asal mereka
menghitung satu, dua, tiga dan seterusnya. Anak yang paling cepat sampai
pada hitungan ke – 10 adalah? Mengapa?
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
7. Sebuah beban bermassa 2 kg diikat diujung sebuah pegas. Beban tersebut
kemudian ditarik sejauh 10 cm ,kemudian dilepaskan, sehingga beban
bergetar 10 kali dalam waktu 5 detik. Hitunglahkonstantapegastersebut!
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
162

..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
8. Dua buah pegas yang terbuat dari bahan yang berbeda, digantungkan pada
sebuah tiang kemudian pada ujung-ujung bawah masing-masing pegas
digantungkan beban dengan massa yang sama sehingga pegas tersebut
bertambah panjang. Apakah pertambahan panjang kedua pegas terseut
sama? Mengapa? Bagaimakah besar periode dari dua pegas yang memiliki
konstanta berbeda ? jelaskan argumen anda!
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
163

Lampiran 11. Soal post-tes pemahaman Konsep

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
Kampus III USD, Paingan, Maguwoharjo, Depok Sleman 55284 Telp. (0274)
883037; 883968

SOAL POS-TEST

Nama : .........................................

No / Kelas : ..........................................

Materi : Gerak Harmonik Sederhana

Waktu : 45 menit

Sekolah : SMA Negeri 6 Yogyakarta

A. Petunjuk Umum:
1. Tuliskan nama, no.absen, dan kelas pada sudut kanan atas lembar jawaban
yang tersedia!
2. Jawablah pertanyaan dengan tepat dan benar
3. Kerjakan soal dengan mandiri
4. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan.
B. Kerjakan soal berikut!

1. Jelaskan definisi dari: Periode, Frekuensi, Simpangan dan Amplitudo.

..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
164

..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

2. Gambarkan persamaan gerak harmonik sederhana untuk menentukan


amplitudo, periode dan frekuensi
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
3. Jelaskan mengapa bandul terus berayun setelah kita tarik!
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
4. Ada sebuah kawat dengan panjang Lo yang dililitkan pada sebuah
penyangga. Kemudian kawat ditarik kebawah dengan gaya F yang cukup
besar sehingga menyebabkan kawat bertambah panjang sebesar ∆⸮.
a. Gaya-gaya apa saja yang bekerja pada kawat selain gaya tarik F ke
bawah yang bekerja pada kawat sehingga kawat mengalami
pertambahan panjang sebesar ∆�
b. Gambarkan semua gaya yang bekerja pada kawat tersebut.
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
165

..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
5. Sebuah beban bermassa M yang diikat diujung sebuah pegas bergerak
harmonik sederhana dengan periode 2 sekon. Jika beban itu diganti dengan
beban baru yang bermassa 4M, tentukan:
a. Periode pegas setelah beban diganti!
b. Frekuensi pegas setelah beban diganti!
c. Jelaskan besaran apa saja yang mempengaruhi besarnya periode dan
frekuensi pada pegas.
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................

6. Dua orang anak dengan massa berbeda, masing – masing bermain ayunan
dengan panjang tali yang sama. Anak A memiliki massa 30 kg dan anak B
memiliki massa 20 kg. Jika kedua anak menyimpangkan ayunan dengan
simpangan ayunan yang sama dan setiap melintasi titik asal mereka
menghitung satu, dua, tiga dan seterusnya. Anak yang paling cepat sampai
pada hitungan ke – 10 adalah? Mengapa?
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
166

7. Sebuh beban bermassa 2 kg diikat diujung sebuah pegas. Beban tersebut


kemudian ditarik sejauh 10 cm , kemudian dilepaskan, sehingga beban
bergetar 10 kali dalam waktu 5 detik. Hitunglah konstanta pegas tersebut!
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
Dua buah pegas yang terbuat dari bahan yang berbeda, digantungkan pada
sebuah tiang kemudian pada ujung-ujung bawah masing-masing pegas
digantungkan beban dengan massa yang sama sehingga pegas tersebut
bertambah panjang. Apakah pertambahan panjang kedua pegas terseut
sama? Mengapa? Bagaimakah besar periode dari dua pegas yang memiliki
konstanta berbeda ? jelaskan argumen anda!
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
................................................................................................................................
167

Lampiran 12. Kunci Jawaban pre-test dan pos-test

KUNCI JAWABAN PRE-TEST DAN POS-TEST

1. Periode merupakan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu


kali ayunan penuh.
Frekuensi merupakan banyaknya ayunan penuh yang dapat dilakukan
bandul dalam waktu satudetik Simpangan merupakan jarak antara
kedudukan benda saat itu ke titik setimbangnya. Sedangkan amplitudo atau
simpangan maksimum adalah jarak antara titik maksimum yang ditempuh
bandul ke titik setimbang.

Amplitudo (meter)
2.
T /periode(sekon)

amplitudo

Waktu/t (sekon)


1 Panjang gelombang

n = banyaknya gelombang

3. *Bandul terus berayun setelah kita tarik karena setiap benda memiliki gaya
berat. Ketika bandul ditarik, maka gaya berat memiliki 2 komponen. Salah
satu komponen yang bernilai (mg sin � ) merupakan gaya pemulih yang
menyebabkan bandul bergerak ketitiksetimbang. *Dititik setimbang, bandul
memiliki energi kinetik maksimum, dan kecepatan inilah yang
menyebabkan bandul terus bergerak kearah berlawanan. Dalam
perjalanannya, energi kinetik berubah menjadi enrgi potensial. Dan gaya
pemulih menyebabkan ia kembali ke titik setimbang.
168

4. Gaya yang bekerja pada kawat adalh gaya tarik F ke atas yang
mengimbangi gaya tarikF ke bawah.
b. . Gaya yang bekerja adalah gaya tarik F keatas yang mengimbangi
gaya tarik F kebawah.

∆L

Pada kejadian diatas, pertambahan panjang kawat sebesar ∆L

Tidak hanya terjadi pada ujung kawat saja, karena gaya tarik yang
diberikan terdistribusi merata pada seluruh bagian kawat sehingga setiap
unsur batang itu bertambah panjang sebanding dengan pertambahan
panjang batang itu secara keseluruhan. Tidak hanya terjadi pada ujung
kawat saja, karena gaya tarik yang diberikan terdistribusi merata pada
seluruh bagian kawat sehingga setiap unsur batang itu bertambah panjang
sebanding dengan pertambahan panjang batang itu secara keseluruhan.
5. Diketahui:
m1 = M
T1 = 2 sekon
f1 = ½ Hz
m2 = 4M
k1 = k2
169

Ditanya: Ditanya:
a. T2 = ….?
b. f2 = ….?
c.besaran yang mempengaruhi besarnya periode dan frekuensi pada pegas.
Jawab:
a. Periode pegas dirumuskan:

T =2 √ �
𝑘

Sehingga:
T~√�

�1 �1
�2 = √�2

2 �
�2 = √4�

2 1
=
�2 2

�2= 4 sekon

b. Frekuensi
dirumuskan: f=1√𝑘

2 �

Sehingga:
170

1
f~
√�

𝑓1 �1
𝑓2 = √�2

1 4�
2 √��
𝑓2 =

1
2
𝑓2 = 2

𝑓2 = 1
Hz
4

c. Besaran yang mempengarhi besarnya periode dan frekuensi pada pegas


adalah massa benda dan konstanta pegas.

6. *kedua anak akan sampai dihitungan ke-10 pada waktu bersamaan.

*hal ini dikarenakan besarnya periode tidak dipengaruhu oleh besarnya


massa.

7. Diketahui
M= 1 kg
A = 10 cm
n = 10
t=5s

ditanya : K?
jawab:
periode dirumuskan
171

T = 2�√�
𝑘

4 2�
T= T2
� 5 1
T= = = s
� 10 2
4(3,14)2 1.4
K= 12
2

K= 4(3,14)2 . 1,4
K= 157,75 N/m
8. Tidak, karena pegas terbuat dari bahan yang berbeda-beda sehingga
konstanta masing-masing pegas berbeda-beda sehingga bila masing-masing
pegas diberi beban yang sama akan menghasilkan petambahan panjang
yang berbeda. Pegas yang memiliki konstanta pegas paling besar akan
menghasilkan pertambahan panjang yang paling kecil dibandingkan dengan
kedua pegas yang lain bila diberi gaya yang sama besar dan pegas yang
memiliki konstantapegas yang paling kecil akan menghasilkan pertambahan
panjang yang paling besar dibanding dengan kedua pegas yang lain.

∆�1= pertambahan panjang pegas yang memiliki konstanta paling besar


(p1).
∆�2= Pertambahan panjang pegas yang memiliki konstanta pegas sedang
(p2).
172

Lampiran 13. Soal tes Kemampuan Bepikir Kritis

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
Kampus III USD, Paingan, Maguwoharjo, Depok Sleman 55284 Telp. (0274)
883037; 883968

SOAL TES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

Nama : .........................................

No / Kelas : ..........................................

Materi : Gerak Harmonik Sederhana

Waktu : 45 menit

Sekolah : SMA Negeri 6 Yogyakarta

PETUNJUK UMUM:

a. Tuliskan nama, no.absen, dan kelas pada sudut kanan atas lembar jawaban
yang tersedia!
b. Jawablah pertanyaan dengan tepat dan benar
c. Kerjakan soal dengan mandiri
d. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan

1. Dalam fisika gerak harmonik sederhana diartikan sebagai gerak periodik


dengan lintasan tetap. Sebutkan 3 contoh aplikasi gerak harmonik dalam
kehidupan sehari-hari beserta penjelasanya.
2. Mengapa sebuah beban yang digantungkan pada pegas, pegas tersebut
mengalami pertambahan panjang tetapi tidak bergerak bolak- balik?
173

3. Diketahi dua buah sistem pegas dengan massa A dan B identik. Sistem
pegas massa A disimpangkan sejauh 15 cm dan sistem pegas massa B
disimpangkan sejauh 10 cm. Jika kedua pegas dilepaskan bersamaan, sistem
pegas manakah yang sampai di posisi setimbang dahulu?

4. Untuk tiga buah pegas yang diberikan, tetapan gaya ketika pegas disusun
paralel selalu lebih besar daripada tetapan gaya yang ketika pegas disusun
seri. Jika pernyataan ini benar, jelaskan mengapa benar, dan jika salah,
berilah satu contoh yang menyangkalnya.
5. Sebuah bandul diberi simpangan � derajad dan berayun dengan periode T
detik. Apa yang terjadi dengan periode bandul tersebut jika diberi
simpangan 2 � derajad dimana � < 5�?
6. Perhatikan susunan pegas dibawah ini! Enam pegas identik disusun menjadi
2 rangkaian, yaitu (X) dan (Y). Pegas X dan Y sama-sama ditarik dengan
gaya 200 Newton? Apakah kedua rangkaian memiliki pertambahan panjang
yang sama? Buktikan!

7. Beberapa motor menggunakan 1 shockbekker. Tetapi tetap sama kuat


seperti motor yang menggunakan 2 shockbekker. Mengapa demikian?
8.

Rangkaian (A) Rangkaian (B)


174

Perhatikan 2 rangkaian tali dan bandul/beban di atas! Satu kali getaran


adalah gerak bolak-balok dari A-B-C-B-A. Jika massa beban kedua bandul
sama. Tetapi panjang tali rangkaian (B) lebih panjang daripada rangkaian
(A). Rangkaian manakah yang memiliki periode lebih besar?
9. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar
a. Apakah yang dimaksud dengan simpangan terjauh, periode,
frekuensi dan konstanta pegas?
b. Ada dua buah kawat dengan luas masing-masing A m2 dan 2A m2 . Jika
kedua kawat tersebut diberi beban yang sama dengan gaya F Newton
maka kawat manakah yang lebih panjang? Mengapa demikian?
10. Mengapa susunan pegas pada spring bed disusun secara paralel ? Jelaskan
arguen anda!

11. Ada 3 buah pegas yang terbuat dari bahan yang berbeda, masing-masing
digantungkan pada sebuah tiang keudian pada ujung-ujung bawah masing-
masing pegas digantungkan beban yang sama sehingga ke-3 pegas tersebut
bertambah panjang.
a. Apakah pertambahan panjang ketiga pegas tersebut sama?
b. Gambarkan keadaan tersebut beserta gaya-gaya yang bekerja.

12. Sebuah pegas bertabah panjang 6 cm ketika dikenai gaya 10 N.


a. Berapa pertambahan panjang pegas jika ditarik gaya 5 N.
b. Berapa gaya tarik yang perlu dikerjakan untuk meregangkan
pegas sejauh 8 cm.)
175

Lampiran 14. Kunci Jawaban pre-test dan pos-test

KUNCI JAWABAN PRE-TEST DAN POS-TEST

1. Getaran pada garputala, getaran pada mobil ketika mesin dinyalakan,


gerakan piston dalam silinder motor, getaran pada pegas, ayunan pada
permainan anak-anak.
2. Semua pegas pasti memiliki panjang alami semua pegas mempunyai
panjang alami, ketika sebuah benda dihubungkan pada pegas maka
pegas akan bertambah panjang sejauh y, sehingga pegas akan mencapai
titik kesimbangan jika tidak diberi gaya luar ditarik atau di simpangkan.
pegas tidak bergetar bolak balik karena gaya pegas sema dengan berat
benda (f=w) dan benda berada pada posisi setimbang selain itu pegas
juga tidak diberi gaya tekan/ gaya luar.
3. A dan B sakan sampai pada titik setimbang secara bersamaan. Hal ini
dikarenakan besar simpangan tidak mempengaruhi besar periode (T).
Besarnya T tergantung pada massa dan konstanta pegas ini sesuai

dengan rumus T =2�




𝑘

4. Pernyataan tersebut benar, hal ini dapat dibuktikan berdasarkan gambar


berikut:

K
𝑘3
�1
K

1 K 1 𝑘2
=� + �3
1 1
1 +� 𝑘𝑝𝑎�𝑎�𝑒�= 𝑘1 + 𝑘2 + 𝑘3
��𝑒�� 2

1 3 𝑘
= =𝑘=
� � 3
176

Dari pembuktian dengan persamaan di atas maka pernyataan tersebut


benar bahwa konstanta pegas yang disusun secara paralel selalu lebih
besar dari konstanta pegas yang disusun secara seri.
5. Periode meruoakan waktu yang diperlukan benda untuk melakukan satu
getaran penuh. Hal ini sesuai dengan rumus T = �. Dalam hal ini

periode bandul tidak terpengaruh asalkan simangan awal sama dengan


� ≤ 10°. Karena simpangan awal � ≤ 10° maka gerakan bandul
adalah berupa GHS yang periodenya konstan.
6. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dengan gambar dan juga
perhitungan. (siswa dapat menyesuaikan kemampuannya).

K �1 �2

K
�3
K

Pembuktian untuk pegas dengan susunan seri


1 1 1 1
�𝑥= �1 + �2 + �3
1 3 𝑘
= =𝑘=
� � 3
Pembuktian untuk pegas dengan susunan paralel:
Kp= �1+ �2
= 2k
1 1 1
𝑘� = 𝑘𝑝 + 𝑘3
1 1 1
𝑘� = 2𝑘 + 𝑘3

1 1+2 2𝑘
=  𝑘� =
𝑘� 2𝑘 3

terbukti berbeda k < 2k


, karena total konstanta pegas yang didudun
3 3

secara seri lebihkecil dari kontanta pegas yang disusun secara paralel.
177

7. Motor yang menggunakan satusockbakker nilai konstantanya sama


dengan dua sockbakker yang disusun secara paralel pada motor lain.
8. Rangkaian yang memiliki periode yang lebih besar adalah rangkaian B.

Ini terbukti dari rumus T =2
√� bahwa periode berbanding lurus
dengan panjang tali. Semakin panjang tali maka periodenya juga
semakin besar.
9. a) Simpangan terjauh sama dengan amplitudo (simpangan maksimum
dari titik kesetimbangan), periode adalah waktu yang diperlukan untuk
melakukan sau kali getaran, frekuensi adalah banyaknya jumlah getaran
dalam satu satuan waktu atau sekon, sedangkan kontanta adalah
kekakuan suatu bahan (keelastisan suatu pegas yang dilambangkan
dengan(k).
b) semakin luas kawat maka semakin besar nilai konstanta pegasnya
sehingga pertamabahan panjang kawat semakin kecil. Dari pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa kawat yang lebih panjang adalah
kawat dengan luas Am2.
10. Pegas pada springbed dipasang secara paralel dengan tujuan agar lebih
kuat untuk menahan beban di atasnya, selain itu juga hal ini dilakukan
supaya nilai kontantanya besar dan menjadi kuat.
11. Berbeda, karena pegas terbuat dari bahan yang berbeda-beda sehingga
konstanta masing-masing pegas berbeda-beda sehingga bila masing-
masing pegas diberi beban yang sama akan menghasilkan petambahan
panjang yang berbeda. Pegas yang memiliki konstanta pegas paling
besar akan menghasilkan pertambahan panjang yang paling kecil
dibandingkan dengan kedua pegas yang lain bila diberi gaya yang sama
besar dan pegas yang memiliki konstantapegas yang paling kecil akan
menghasilkan pertambahan panjang yang paling besar dibanding
dengan kedua pegas yang lain. Berikut ini adalah gambar gaya yang
bekerja pada ketiga pegas.
178

∆�1= pertambahan panjang pegas yang memiliki konstanta paling besar


(p1).
∆�2= Pertambahan panjang pegas yang memiliki konstanta pegas sedang
(p2).

12. Diketahui :
Pertambahan panjang = 6cm
Gaya yang bekerja= 5N,
Ditanya:
a. pertambahan panjang pegas jika F= 5N?
b. berapa gaya yang derlukan jika pertambahan panjang pegas 8
cm? Penyelesaian:
a. 6𝑐� =𝑥𝑐�  10𝑐�. 𝑥 = 30 𝑐�
 𝑥 = 3 𝑐�
10𝑐� 5� �

b. 8𝑐� 3𝑐�
=  3𝑐� . 𝑥 = 40 𝑐�
 3𝑥 = 40 𝑐�  13,3 cm.
𝑥� 5� �

(selain menggunakan rumus persamaan matermatis ini juga dapat


dihitung dengan mencari nilai kontantanya terlebih dahulu)
179

Lampiran 15.Lembar Validasi Oleh Ahli


180
181
182
183
184
185
186
187
188

Lampiran 16. Lembar Validasi soal yang telah direvisi

Lembar validasi soal pre-test dan pos-test pemahaman konsep

Indikator soal Soal Nomor Skor Komentar


soal maksimal
Siswa dapat Jelaskan definisi dari: 1 5
menyebutkan  Periode;
karakteristik pada  Frekuensi;
bandul matematis  Simpangan;
 Amplitudo.
Mengintepretasikan Gambarkan persamaan 2 5
persamaan gerak gerak harmonik
harmonik sederhana untuk
sederhana untuk menentukan amplitudo,
menentkuan periode dan frekuensi
amplitudo, periode
dan frekuensi
Menjelaskan Jelaskan mengapa 3 4
penyebab bandul bandul terus berayun
bergerak harmonik setelah kita tarik.
sederhana
Mengetahui dan Ada sebuah kawat 4 5
menggabrkan gaya- dengan panjang Lo
gaya yangbekerja yang dililitkan pada
pada kawat. sebuah penyangga.
Kemudian kawat ditarik
kebawah dengan gaya F
yang cukup besar
sehingga menyebabkan
kawat bertambah
panjang sebesar ∆�.
a. Gaya-gaya apa
saja yang
bekerja pada
kawat selain
gaya tarik F ke
bawah yang
bekerja pada
kawat sehingga
kawat
mengalami
pertambahan
189

panjang sebesar
∆�
a. Gambarkan
semua gaya
yang bekerja
pada kawat
tersebut.
Menentukan Sebuah beban bermassa 5 5
hubungan massa M yang diikat diujung
beban terhadap sebuah pegas bergerak
besar periode dan harmonik sederhana
frekuensi getaran dengan periode 2
pegas. sekon. Jika beban itu
diganti dengan beban
baru yang bermassa
4M, tentukan:
a. Periode pegas
setelah beban
diganti!
b. Frekuensi
pegas setelah
beban diganti!
c. Jelaskan
besaran apa
saja yang
mempengaruhi
besarnya
periode dan
frekuensi pada
pegas.
Memahami konsep Dua orang anak dengan 6 5
tentang periode massa berbeda, masing
ayunan sederhana – masing bermain
ayunan dengan panjang
tali yang sama. Anak A
memiliki massa 30 kg
dan anak B memiliki
massa 20 kg. Jika kedua
anak menyimpangkan
ayunan dengan
simpangan ayunan yang
sama dan setiap
melintasi titik asal
190

mereka menghitung
satu, dua, tiga dan
seterusnya. Anak yang
paling cepat sampai
pada hitungan ke – 10
adalah? Mengapa?
Menghitung Sebuh beban bermassa 7 5
konstanta pegas 2 kg diikat diujung
jika massa beban sebuah pegas. Beban
dan periode getaran tersebut kemudian
pegas diketahui ditarik sejauh 10 cm ,
kemudian dilepaskan,
sehingga beban
bergetar 10 kali dalam
waktu 5 detik.
Hitunglah konstanta
pegas tersebut!
Menjelaskan Dua buah pegas yang 8 5
hubungan antara terbuat dari bahan yang
besar periode berbeda, digantungkan
getaran dengan pada sebuah tiang
konstanta pegas kemudian pada ujung-
dan massa benda. ujung bawah masing-
masing pegas
digantungkan beban
dengan massa yang sma
sehingga pegas tersebut
bertambah panjang.
Apakah pertambahan
panjang kedua pegas
tersebut sama?
Mengapa? Bagaimakah
besar periode dari dua
pegas yang memiliki
konstanta berbeda ?
jelaskan argumen anda!
191

Lembar validasi soal pre-test dan pos-test kemampuan berpikir kritis

Indikator Nomor Skor komentar


Soal
Soal Soal Maksimal
Memfokuskan Dalam fisika gerak 1 3
pertayaan harmonik sederhana
diartikan sebagai gerak
periodik dengan lintasan
tetap. Sebutkan 3 contoh
aplikasi gerak harmonik
dalam kehidupan sehari-
hari beserta penjelasanya
Menganalisis Mengapa sebuah beban 2 3
argumen yang digantungkan pada
pegas, pegas tersebut
mengalami pertambahan
panjang tetapi tidak
bergerak bolak- balik?
Diketahi dua buah sistem 3 3
pegas dengan massa A dan
B identik. Sistem pegas
massa A disimpangkan
sejauh 15 cm dan sistem
pegas massa B
disimpangkan sejauh 10
cm. Jika kedua pegas
dilepaskan bersamaan,
sistem pegas manakah yang
sampai di posisi setimbang
dahulu?
Bertanya dan Untuk tiga buah pegas yang 4 3
menjawab diberikan, tetapan gaya
pertanyaan ketika pegas disusun paralel
klarifikasi selalu lebih besar daripada
tetapan gaya yang ketika
pegas disusun seri. Jika
pernyataan ini benar,
jelaskan mengapa benar,
dan jika salah, berilah satu
contoh yang
menyangkalnya.
Mempertimbangkan Sebuah bandul diberi 5 3
apakah sumber simpangan � derajad dan
dapat dipercaya
192

atau tidak? berayun dengan periode T


detik. Apa yang terjadi
dengan periode bandul
tersebut jika diberi
simpangan 2 � derajad
dimana � < 5�?
Mendeduksi dan Perhatikan susunan pegas 6 3
mempertimbangkan dibawah ini! Enam pegas
deduksi identik disusun menjadi 2
rangkaian, yaitu (X) dan
(Y). Pegas X dan Y sama-
sama ditarik dengan gaya
200 Newton? Apakah
kedua rangkaian memiliki
pertambahan panjang yang
sama? Buktikan!

Menginduksi Beberapa motor 7 3


pertimbangan hasil menggunakan 1
induksi shockbekker. Tetapi tetap
sama kuat seperti motor
yang menggunakan 2
shockbekker. Mengapa
demikian?
Membuat dan 8 3
mengaji nilai-nilai
hasil pertimbangan

Rangkaian (A)
193

Rangkaian (B)
Perhatikan 2 rangkaian tali
dan bandul/beban di atas!
Satu kali getaran adalah
gerak bolak-balok dari A-
B-C-B-A. Jika massa beban
kedua bandul sama. Tetapi
panjang tali rangkaian (B)
lebih panjang daripada
rangkaian (A). Rangkaian
manakah yang memiliki
periode lebih besar?
Mendefinisikan a. Apakah yang dimaksud 9 3
istilah dan dengan simpangan
mempertimbangkan terjauh, periode,
definisi frekuensi dan konstanta
pegas?
b. Ada dua buah kawat
dengan luas masing-
masing A m2 dan 2A m2 .
Jika kedua kawat
tersebut diberi beban
yang sama dengan gaya
F Newton maka kawat
manakah yang lebih
panjang? Mengapa
demikian?
Mengedentifikasi Mengapa susunan pegas 10 3
asumsi pada spring bed disusun
secara paralel ? jelaskan
argumen anda

Memutuskan suatu Ada 3 buah pegas yang 11 3


194

tindakan terbuat dari bahan yang


berbeda, masing-masing
digantungkan pada sebuah
tiang keudian pada ujung-
ujung bawah masing-
masing pegas digantungkan
beban yang sama sehingga
ke-3 pegas tersebut
bertambah panjang.

a. Apakah pertambahan
panjang ketiga
pegas tersebut
sama?
b. Gambarkan keadaan
tersebut beserta
gaya-gaya yang
bekerja.
Sebuah pegas bertabah 11 3
panjang 6 cm ketika dikenai
gaya 10 N.

a. Berapa pertambahan
panjang pegas jika
ditarik gaya 5 N.
b.Berapa gaya tarik yang
perlu dikerjakan untuk
meregangkan pegas
sejauh 8 cm.)
195

Lampiran 17. Daftar Distribusi Skor Pre-Test Kelas Kontrol

Skor Soal Ke
Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Nilai
1 2 2 1 1 1 1 1 2 11 28,9
2 4 2 1 0 0 1 1 2 11 28,9
3 2 3 1 1 1 1 2 3 14 36,8
4 3 5 1 2 1 1 3 4 20 52,6
5 4 2 1 0 1 1 1 2 12 31,6
6 4 2 1 1 1 1 2 2 14 36,8
7 4 1 1 2 2 1 2 3 16 42,1
8 4 2 1 1 2 1 2 2 15 39,4
9 5 2 1 0 2 1 2 1 14 36,8
10 1 2 1 1 1 1 1 2 10 26,3
11 3 2 1 2 2 1 1 2 14 36,8
12 4 1 1 3 1 1 1 1 13 34,2
13 4 2 1 1 1 1 2 2 14 36,8
14 4 2 1 2 1 1 2 1 14 36,8
15 1 2 1 2 3 1 2 2 14 66,8
16 4 2 1 3 2 1 1 3 17 44,7
17 3 2 1 1 0 1 1 1 10 26,3
18 4 1 2 1 0 1 1 2 12 31,6
19 1 2 1 1 1 1 2 1 10 26,3
20 1 2 1 1 0 1 1 3 10 26,3
21 3 2 1 3 1 4 1 2 17 26,3
22 5 2 1 2 2 1 2 3 18 44,7
23 2 2 2 2 1 0 0 2 11 47,4
24 3 0 1 0 0 1 0 1 6 28,9
Rata-
rata 36,42
196

Lampiran 18. Daftar Distribusi Skor Pre-Test Kelas Eksperimen

Skor Soal Ke
Sampel Jumlah Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8
1 4 2 1 1 2 1 1 2 14 36,8
2 3 2 2 1 2 1 0 2 13 34,2
3 3 2 1 3 2 1 0 2 14 36,8
4 4 2 1 2 2 1 1 2 15 39,5
5 4 2 1 0 1 1 1 0 10 26,3
6 5 3 2 3 5 4 3 4 29 76,3
7 2 1 1 1 1 4 1 1 12 31,6
8 1 1 1 1 3 4 2 2 15 39,5
9 3 2 1 1 1 1 1 3 13 34,2
10 4 2 1 2 2 1 1 2 15 39,5
11 2 1 1 2 2 1 1 2 12 31,6
12 3 2 1 2 1 1 1 2 13 34,2
13 3 2 1 1 2 1 2 3 15 39,5
14 4 2 1 2 2 1 2 2 16 42,1
15 1 2 1 2 2 1 1 2 12 31,6
16 2 2 1 2 2 1 2 2 14 36,8
17 4 1 1 1 2 2 0 2 13 34,2
18 4 2 1 2 2 1 2 2 16 42,1
19 5 2 2 1 2 1 0 2 15 39,4
20 4 2 1 3 2 1 0 2 15 39,5
21 4 2 1 3 2 1 1 2 16 42,1
22 3 0 1 0 0 0 1 2 7 18,4
23 2 0 1 0 1 1 0 2 7 18,4
24 3 2 1 1 1 1 1 1 11 28,94
25 3 2 2 1 2 1 0 2 13 34,2
Rata- 36,31
rata
197

Lampiran 19. Daftar Distribusi Skor Post-Test Kelas Kontrol

Skor Soal Ke
Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah Nilai
1 2 2 1 1 1 1 1 2 11 28,9
2 3 1 4 2 0 3 1 4 18 47,4
3 3 2 1 2 2 4 1 4 19 50
4 4 2 2 4 2 1 3 4 22 57,9
5 3 2 2 2 1 1 1 3 15 39,47
6 3 2 1 1 1 1 1 4 14 36,8
7 4 0 4 3 5 1 0 4 21 55,3
8 3 2 1 2 0 2 3 5 18 47,4
9 4 2 4 2 1 4 3 3 23 60,5
10 5 0 2 3 0 4 1 3 18 47,3
11 3 2 4 4 1 4 1 2 21 55,3
12 4 1 1 1 5 1 3 3 19 50
13 4 1 1 1 1 1 2 3 14 36,8
14 4 2 2 4 2 2 1 2 19 50
15 5 2 2 2 4 2 3 5 25 65,8
16 5 2 2 2 4 2 1 4 22 57,8
17 3 1 4 1 2 3 1 5 20 52,6
18 4 2 2 1 1 4 1 3 18 47,4
19 3 2 2 3 1 1 1 4 17 44,7
20 3 0 2 3 2 1 0 1 12 31,6
21 2 2 2 3 1 4 2 2 18 47,4
22 4 2 4 2 2 2 3 5 24 63,2
23 4 0 4 3 0 4 1 5 21 55,3
24 5 1 2 0 0 4 0 0 12 31,6
rata2 48,35
198

Lampiran 20. Daftar Distribusi Skor Post-Test Kelas Eksperimen

Skor Soal Ke
Sampel Jumlah Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8
1 5 3 4 4 5 1 3 4 29 76,3
2 5 2 4 2 5 4 3 4 29 76,3
3 5 3 3 4 3 2 3 4 27 71,1
4 5 4 4 3 3 4 3 5 31 81,6
5 5 2 4 4 2 4 3 5 29 76,3
6 5 3 4 4 5 4 3 4 32 84,2
7 5 2 2 4 5 4 1 3 26 68,4
8 5 2 1 3 3 4 3 4 25 65,8
9 5 3 4 4 3 1 3 4 27 71,1
10 5 3 4 4 5 4 3 5 33 86,8
11 5 2 2 2 3 4 1 4 23 60,5
12 5 3 2 3 2 4 2 4 25 65,8
13 4 3 2 3 2 4 1 5 24 63,2
14 5 3 4 4 5 4 3 5 33 86,8
15 5 2 4 5 5 4 5 5 35 92,1
16 5 3 4 4 5 4 3 4 32 84,2
17 5 3 1 4 4 4 2 4 27 71,1
18 5 3 1 2 5 4 3 3 26 68,4
19 5 4 4 4 2 4 1 4 28 73,7
20 5 3 4 4 5 4 3 5 33 86,8
21 5 3 2 3 5 4 3 4 29 76,3
22 5 2 4 4 2 4 3 4 28 73,7
23 4 2 4 3 1 2 1 4 21 55,3
24 5 2 4 4 3 4 2 5 29 76,3
25 5 3 4 4 4 4 2 3 29 76,3
Rata-
rata 74,74
199

Lampiran 21. Daftar Distribusi Skor Tes Keterampilan berpikir kritis Awal Kelas
Kontrol

Skor Soal Ke
Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah Nilai
1 2 1 0 2 0 1 1 1 1 0 1 1 11 30,16
2 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 9 25
3 2 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 2 11 30,6
4 3 3 1 1 0 2 1 0 2 1 1 1 16 44,4
5 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 5 13,9
6 3 0 0 2 0 1 2 1 1 1 1 1 13 36,1
7 2 2 1 2 0 1 2 2 2 0 1 0 15 41,7
8 1 1 0 1 0 1 1 3 3 0 1 0 12 33,3
9 1 2 1 1 1 2 2 2 2 0 1 2 17 47,2
10 1 1 0 1 0 1 0 2 1 0 1 1 9 25
11 2 1 1 2 0 1 1 0 1 1 1 1 12 33,3
12 1 1 1 1 0 1 0 2 1 0 1 1 10 27,8
13 2 1 0 2 1 1 1 1 1 1 1 1 13 36,1
14 1 1 0 1 1 1 0 2 1 0 0 1 9 25
15 3 2 1 1 0 1 2 2 2 1 1 1 17 47,2
16 2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 11 30,6
17 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 2 10 27,8
18 1 1 1 1 0 2 1 1 2 0 1 1 12 33,3
19 1 1 1 2 0 1 0 0 1 0 1 2 10 27,8
20 2 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 7 19,4
21 1 1 1 2 3 1 1 0 1 0 2 1 14 38,9
22 1 2 1 0 1 1 1 3 1 1 2 1 15 41,7
23 1 1 1 0 0 1 1 0 2 1 1 1 10 27,8
24 1 2 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 5 13,9
Jumlah 757,96
rata2 31,582
200

Lampiran 22. Daftar Distribusi Skor Tes Keterampilan berpikir kritis Awal Kelas
Eksperimen

Skor Soal Ke
Sampel Jumlah Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 112
1 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 36,1
2 3 1 1 1 0 2 1 2 2 0 0 0 13 36,1
3 2 1 0 1 0 1 1 1 2 1 2 1 13 36,1
4 3 1 1 0 1 1 1 2 2 0 2 1 15 41,7
5 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 2 1 7 19,4
6 2 2 1 3 0 1 3 3 3 3 2 3 26 72,2
7 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 22,2
8 1 1 1 0 1 0 1 1 2 0 1 2 11 30,6
9 2 1 0 1 1 2 1 0 1 0 2 1 12 33,3
10 3 2 1 0 1 1 2 2 1 1 1 1 16 44,4
11 2 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 9 25
12 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 8 22,2
13 2 1 1 1 0 0 0 2 0 0 1 1 9 25
14 2 1 0 1 0 1 1 1 2 0 1 1 11 30,6
15 2 2 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 12 33,3
16 2 1 0 1 0 1 0 1 1 0 2 1 10 27,8
17 2 0 0 1 1 2 0 1 1 0 1 2 11 30,6
18 2 1 1 0 1 1 2 0 2 1 1 1 13 36,1
19 3 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 11 30,6
20 2 1 0 1 0 1 1 1 2 1 2 1 13 36,1
21 2 1 0 1 0 2 0 1 2 1 2 1 13 36,1
22 2 2 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 8 22,2
23 1 1 0 1 0 1 1 2 0 0 2 1 10 27,8
24 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1 2 1 12 33,3
25 3 1 0 0 0 1 1 2 1 1 0 0 10 27,8
rata2 32,66
201

Lampiran 23. Daftar Distribusi Skor Tes Keterampilan berpikir kritis Akhir Kelas
Kontrol

Skor Soal Ke
Sampel Jumlah Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 0 1 3 16 44,4
2 3 1 1 1 0 2 1 3 1 1 1 1 16 44,4
3 1 1 0 2 0 2 1 0 1 1 2 2 13 36,1
4 3 2 1 2 0 3 0 1 0 0 0 0 12 33,3
5 1 1 0 2 0 1 3 1 1 1 1 2 14 38,9
6 1 1 0 2 0 2 0 1 1 1 1 2 12 33,3
7 1 2 1 1 0 1 1 0 3 1 1 2 14 38,9
8 2 2 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 10 27,8
9 2 2 1 0 3 1 0 2 1 1 2 1 16 44,4
10 1 1 0 1 0 2 1 1 1 0 1 1 10 27,8
11 3 2 0 2 0 1 3 3 2 1 2 2 21 58,3
12 1 2 1 2 0 0 2 3 2 1 2 3 19 52,8
13 1 2 0 1 0 2 1 3 3 0 2 3 18 50
14 2 3 1 0 0 1 0 2 1 0 2 1 13 36,1
15 1 2 1 3 0 2 3 2 3 1 1 2 21 58,3
16 1 2 0 3 0 1 1 2 3 1 2 2 18 50
17 1 1 0 3 0 2 0 1 1 0 1 2 12 33,3
18 2 2 0 1 0 1 2 3 2 0 1 2 16 44,4
19 2 1 1 2 2 1 1 0 0 1 2 1 14 38,9
20 1 1 0 1 0 1 1 0 2 1 1 2 11 30,6
21 2 1 2 0 2 2 1 0 2 1 1 1 15 41,7
22 1 2 1 0 0 2 0 2 1 1 3 1 14 38,9
23 3 1 0 0 0 1 2 3 2 0 1 2 15 41,7
24 1 2 0 0 3 0 0 1 1 0 1 1 10 27,8
Jumlah 972,1
rata2 40,50
202

Lampiran 24. Daftar Distribusi Skor Tes Keterampilan berpikir kritis Akhir Kelas
Eksperimen

Skor Soal Ke
Sampel Jumlah Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 33 91,7
2 3 3 1 3 0 2 3 3 1 1 2 1 23 63,9
3 3 2 2 2 0 2 2 3 3 3 3 3 28 77,8
4 3 2 2 3 1 2 3 3 3 3 2 1 28 77,8
5 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 33 91,7
6 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 34 94,4
7 3 2 1 3 0 1 3 3 2 1 2 2 23 63,9
8 3 2 3 2 3 2 3 3 2 0 2 2 27 75
9 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 32 88,9
10 3 2 3 3 1 2 3 3 3 2 3 2 30 83,3
11 3 3 2 0 0 2 2 3 2 2 2 1 22 61,1
12 3 3 3 1 0 1 3 3 2 2 2 3 26 72,2
13 3 3 1 2 3 2 3 3 3 0 3 3 29 80,6
14 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 32 88,9
15 3 3 1 2 0 3 1 3 2 3 3 3 27 75
16 3 2 1 3 3 2 2 3 3 3 3 3 31 86,1
17 3 1 3 3 3 2 1 2 2 2 2 1 25 69,4
18 3 0 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 29 80,6
19 3 2 3 3 0 2 3 3 3 2 2 1 27 75
20 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 33 91
21 3 2 3 3 3 2 1 3 2 3 3 1 29 80,6
22 3 3 1 2 3 3 3 2 2 2 3 1 28 77,8
23 3 2 1 0 3 2 3 2 3 2 2 0 23 63,9
24 3 3 3 2 3 1 3 3 2 3 2 3 31 86,1
25 2 3 3 3 0 2 2 3 3 3 3 1 28 77,8
rata-rata 78,98
203

Lampiran 25. Sampel Pre-Test Kelas Kontrol


204
205
206
207
208
209
210
211

Lampiran 26. Sampel Post- Test Kelas Kontrol


212
213
214
215
216
217
218
219

Lampiran 27. Sampel Pre-Test Kelas Eksperimen


220
221
222
223
224
225
226
227

Lampiran 28. Sampel Post-Test Kelas Eksperimen


228
229
230
231
232
233
234
235

Lampiran 29. Sampel Tes Keterampilan Berpikir Ktitis Awal Kelas Kontrol
236
237
238

Lampiran 30. Sampel Tes Keterampilan Berpikir Ktitis Akhir Kelas Kontrol
239
240
241

Lampiran 31. Sampel Tes Keterampilan Berpikir Ktitis Awal Kelas Eksperimen
242
243
244

Lampiran 32. Sampel Tes Keterampilan Berpikir Ktitis Akhir Kelas Eksperime
245
246
247

Lampiran 33. Sampel Hipotesis Siswa dan LKS 1


248
249
250

Lampiran 34. Sampel Hipotesis Siswa dan LKS 2


251
252
253

Lampiran 35. Surat Perrmohonan Peminjaman Lab Komputer

Anda mungkin juga menyukai