Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan yang terjadi pada semua
orang yang berlangsung seumur hidup. Dari proses belajar akan ada hasil yang
ditimbulkan yaitu berupa perubahan tingkah laku pada diri individu, perubahan
tingkah laku tersebut menyangkut perubahan dalam aspek pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotor) dan sikap (afektif).
Dari istilah “belajar”, ada juga istilah “pembelajaran”. Pembelajaran yang
dimaksud ini merupakan usaha sadar dan terencana dengan maksud agar terjadi
proses belajar pada diri seseorang. Dalam proses belajar sendiri banyak hal-hal
penting yang harus diketahui dan dipahami oleh pengajar/guru mengenai apa saja
yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran agar proses belajar peserta
didik dapat berjalan dengan baik.
Oleh karena itu, sebagai seorang yang bergerak dalam bidang pendidikan
(khususnya guru) perlu mempelajari hakikat dari belajar, agar pendidik dapat
memahami proses belajar/gaya belajar pada tiap peserta didik yang bermacam-
macam dan kendala atau hambatan-hambatan dari proses belajar tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa ciri-ciri belajar?
2. Bagaimana hakekat teori belajar dan pembelajaran?
3. Apa fungsi dan peranan dari teori belajar dan pembelajaran?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dan ciri-ciri belajar.
2. Untuk mengetahui hakekat teori belajar dan pembelajaran.
3. Untuk mengetahui fungsi dan peranan dari teori belajar dan pembelajaran.

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri belajar

1. Belajar adalah :

Proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi
yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses
berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami
sesuatu yang dipelajari.

2. Ciri – ciri belajar :

a) Belajar mencari makna. Makna diciptakan murid dari apa yang telah mereka
lihat, mereka dengar dan mereka rasakan serta alami.
b) Konstruksi makna. Kontruksi makna adalah proses yang terus menerus.
c) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta namun pengembangan
pemikiran dengan membuat pengertian baru. Belajar bukan sebuah hasil
perkembangan namun perkembangan itu sendiri.
d) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar dengan dunia fisik
dengan lingkungannya.
e) Hasil belajar tergantung pada apa yang sudah diketahui pelajar, tujuan serta
motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sudah
dipelajari.

3. Pembelajaran adalah :

Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar
dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata
lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.

4. Ciri – ciri Pembelajaran :

a. Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui


mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan
perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan
kesamaan-kesamaan yang ditemukan.
b. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam
pelajaran,
c. Aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,
d. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa
dalam menganalisis informasi,
e. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan
keterampilan berpikir, serta
f. Guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan
gaya mengajar guru.

B. Hakekat teori belajar dan pembelajaran

1. TEORI HUMANISTIK
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang
muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan
eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan, seperti : Abraham
Maslow dan Carl Rogers. mereka mendirikan sebuah asosiasi profesional yang
berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti
tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat,
individualitas dan sejenisnya.

Aliran humanistik muncul sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap


pendekatan psikoanalisa dan behavioristik. Aliran humanisnik beranggapan
bahwa psikoanalisis dan behavioristik tidak menghormati namusia sebagai
manusia. Keduanya tidak bisa menjelaskan eksistensi manusia, seperti cinta,
kraetivitas, nilai makna, makna, dan pertumbuhan pribadi. Inialh yang diisi oleh
psikologi humanistik.

Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan


untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori
belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian
filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi
belajar. Teori humanistik sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada
proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbiacara tentang konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses
belajar dalam bentuk yang paling ideal.

Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa


belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan

3
terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah
dimilikinya. Teori humanistic berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat
dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai
aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar, secara
optimal.

Teori humanistik bersifat sangat eklektik yaitu memanfaatkan atau


merangkumkan berbagai teori belajar dengan tujuan untuk memanusiakan
manusia dan mencapai tujuan yang diinginkan karena tidak dapat disangkal
bahwa setiap teori mempunyai kelebihan dan kekurangan.

a. Banyak tokoh penganut aliran humanistik, diantaranya:


1. Kolb

a. Tahap pandangan konkret

b. Tahap pemgamatan aktif dan reflektif

c. Tahap konseptualisasi

d. Tahap eksperimentasi aktif

2. Honey dan Mumford

a. Kelompok aktivis

b. Kelompok reflector

c. Kelompok teoris

d. Kelompok pragmatis

3. Habermas

a. Belajar teknis (technical learning)

b. Belajar praktis (practical learning)

4. Bloom dan Krathwohl


a. Domain kognitif

b. Domain psikomotor

c. Domain afektif

b. Implementasi teori humanistik dalam pembelajaran


Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami
arah belajar pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun
dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai
tujuannya. Meskipun teori humanistik sering dikritik karena sulit diterapkan
dalam konteks yang lebih praktis dan dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat,
teori kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang pendidikan, sehingga sulit
diterjemahkan ke dalam langkah-langkah yang lebih konkret dan praktis. Namun
sumbangan teori ini amat besar. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi
tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru untuk
memahami hakikat kejiwaan manusia.

Dalam praktiknya teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir


induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa
secara aktif dalam proses belajar.

Berikut adalah langkah-langkah dalam pembelajaran dengan pendekatan


humanistik:

1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.

2. Menentukan materi-materi pembelajaran.

3. Mengidentifikasi kemampuan awal dari peserta didik atau siswa.

4. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan akan melibatkan


siswa untuk dapat belajar secara aktif.

5. Merancang fasilitas belajar, seperti lingkungan dan media-media pembelajaran.

6. Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi yang


nyata.

5
7. Membimbing siswa untuk dapat memahami hakikat dan makna dari pengalaman
belajar.

8. Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

B. TEORI BEHAVIORISTIK

Teori behavioristik mulai berkembang dari tahun 1874 sampai saat


sekarang ini di mulai dari Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949)
selanjutnya van Petrovich Pavlov (1849-1936) seiring berjalannya waktu hingga
saat ini begitu banyak tokoh behavioristik, salah satunya skinner dimana beliau
adalah tokoh yang sangat berpengaruh dalam teori behsvioristik.

Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai


akibat adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dan respon (tanggapan).
Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam
hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
ia dapat menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya.

Menurut teori ini hal yang paling penting adalah input (masukan) yang
berupa stimulus dan output (keluaran) yang berupa respon. Menurut toeri ini, apa
yang tejadi diantara stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan
karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati hanyalah
stimulus dan respon. Oleh sebab itu, apa saja yang diberikan guru (stimulus) dan
apa yang dihasilkan siswa (respon), semuanya harus dapat diamati dan diukur.
Teori ini lebih mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal yang penting untuk melihat terjadinya perubahan tungkah laku tersebut.
Faktor lain yang juga dianggap penting adalah faktor penguatan. Penguatan
adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan
diitambahkan maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan
dikurangi maka responpun akan dikuatkan. Jadi, penguatan merupakan suatu
bentuk stimulus yang penting diberikan (ditambahkan) atau dihilangkan
(dikurangi) untuk memungkinkan terjadinya respon.

a. Tokoh-tokoh aliran behavioristik diantaranya:


1. Thorndike

Menurut thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan


respon.

2. Watson

Menurut Watson, belajar merpakan proses interaksi antara stimulus dan


respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku
yang dapat diamati dan dapat diukur.

3. Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variable hubangan antara stimulus dan


respon untuk menjelaskan pengertian tentang belajar.

4. Edwin Guthrie

Demikian juga Edwin, ia juga menggunakan variabel stimulus dan respon.


Namun ia mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan
kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana Clark Hull.

5. Skinner

Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu


mengungguli konsep-konsep lain yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya.

Dari beberapa tokoh teori behavioristik Skinner merupaka tokoh yang


paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori
behavioristik.Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang
individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek
mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat,
minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.

7
b. Implementasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah
pengembangan teori dan praktek pendidikkan dan pembelajaran hingga kini
adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku
yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respons atau perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara
tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya
perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement, dan akan menghilang
bila dikenai huhukuman.hukuman.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari


beberapa hal seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang
dirancang dan dilaksanakan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa
pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah
terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau
siswa. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap
pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru
itulah yang harus dipahami oleh murid.

Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang
sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga
makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh
karakteristik struktur pengetahuan tersebut.

Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai sesuatu yang ada di


dunia nyata telah tersetruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar
harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan lebih dulu secara
ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai
kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan belajar atau kemampuan
dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga,
ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa atau
peserta didik adalah obyek yang harus berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga
kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa.

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada


penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas “mimetic”, yang
menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran
menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum
secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku
teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi
buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil
belajar.

C. TEORI KOGNITIF

Teori kognitif mulai berkembang sejak tahun 1896 hingga saat ini dimana
Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak
dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri, dan di lanjut Lev
Vygotsky (1896-1934) menekankan bagaimana proses-proses perkembangan
mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran
menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan
alat-alat ingatan.

Berbeda dengan teori behavioristik, teori kognitif lebih mementingkan


proses belajar dari pada hasil belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar
tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah
laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang

9
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan bahwa
bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks
situasi tersebut. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks.

Prinsip umum teori Belajar Kognitif, antara lain:

a. Lebih mementingkan proses belajar daripada hasil


b. Disebut model perseptual
c.Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya
d. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebagai tingkah laku yang nampak
e.Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi
komponen-komponen yang kecil-kecil dan memperlajarinya secara terpisah-pisah,
akan kehilangan makna.
f. Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.
g. Belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.
h. Dalam praktek pembelajaran teori ini tampak pada tahap-tahap perkembangan(J.
Piaget), Advance organizer (Ausubel), Pemahaman konsep (Bruner), Hierarki
belajar (Gagne), Webteaching (Norman)
i. Dalam kegiatan pembelajaran keterlibatan siswa aktif amat dipentingkan
j. Materi pelajaran disusun dengan pola dari sederhana ke kompleks
k. Perbedaan individu siswa perlu diperhatikan, karena sangat mempengaruhi
keberhasilan siswa belajar.

a. Teori Kognitiv
1. Teori perkembangan Piaget
2. Teori belajar menurut Bruner
3. Teori belajar bermakna Ausubel
b. Implementasi
Dalam proses belajar mengajar diperlukan cara yang tepat untuk mendapatkan
hasil belajar yang maksimal. Berikut adalah aplikasi teori belajar kognitif menurut
teori gestalt dalam proses pembelajaran:

1. Pengalaman tilikan (insight); Tilikan bisa disebut juga pemahaman


mengamati. Dalam proses belajar, hendaknya peserta didik memiliki
kemampuan tilikan yaitu mengenal keterkaitan unsur-unsur suatu objek
atau peristiwa.
2. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); dalam hal ini unsur-
unsur yang bermakna akan sangat menunjang pembentukan tilikan dalam
proses pembelajaran. Hal ini akan sangat bermanfaat dan membantu
peserta dalam menangani suatu masalah. Jadi, hal-hal yang dipelajari para
peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan
proses kehidupannya.
3. Perilaku bertujuan (pusposive behavior);suatu perilaku akan terarah pada
tujuan. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika para peserta didik
mengerti tujuan yang ingin dicapainya. Jadi, hendaknya para guru
membantu para peserta didik untuk memahami arah dan tujuannya.
4. Prinsip ruang hidup (life space); perilaku individu memiliki hubungan
dengan tempat dan lingkungan dia berada. Jadi, materi yang diajarkan
harusnya berhubungan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan
individu.
5. Transfer dalam belajar; yaitu proses pemindahan pola tingkah laku dalam
situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer belajar terjadi dengan
jalan melepaskan pengertian objek dari satu konfigurasi ke konfigurasi
lain dalam tata susunan yang tepat. Transfer belajar akan terjadi apabila
peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan
dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam
memecahkan masalah pada situasi lain.

11
Penerapan prinsip teori belajar kognitif menurut teori gestalt dalam pembelajaran:

1. Aktivitas suatu cabang olahraga harus dilakukan secara keseluruhan,


bukan sebagai pelaksanaan gerak secara terpisah-pisah. Pemecahan
keseluruhan aktivitas menjadi bagian-bagian yang terpisah menyebabkan
peserta didik tidak mampu mengaitkan bagian-bagian tersebut. Untuk itu,
siswa atau atlet harus mampu mempersatukan bagian menjadi sebuah unit
yang terpadu.
2. Tugas utama dari guru atau pelatih adalah untuk memaksimalkan transfer
dari latihan di antara berbagai kegiatan. Pola umum atau konfigurasi perlu
untuk mempermulus terjadinya transfer di antara berbagai kegiatan.
3. Penggunaan faktor insight untuk memecahkan masalah. Pemberian contoh
pada siswa akan membantu siswa dalam mengamati dan memahami suatu
masalah. Sehingga dia mampu menyelesaikannya.
4. Pemahaman tentang hubungan antara bagian-bagian dengan suatu
keseluruhan penting bagi peragaan keterampilan yang efektif. Jadi peserta
didik harus mampu memahami tiap-tiap bagian dan keterkaitannya secara
keseluruhan. Salah satu kelemahan dalam proses pengajaran adalah soal
kegagalan guru dalam menyampaikan informasi yang menuntut peserta
didik memperoleh pemahaman yang mendalam tentang kaitan antara
bagian-bagian di dalam konteks keseluruhan.

D. TEORI KONSTRUKTIVISTIK

Teori belajar konstruktivistik mulai berkembang pada abad 19. Teori


tersebut merupakan suatu teori yang lebih mementingkan proses dari pada hasil.
Proses pembelajaran tidak hanya melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon, tetapi lebih banyak melibatkan proses berfikir. Menurut teori ini ilmu
pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpisah-pisah
tetapi melalui proses yang berkesinambungan dan menyeluruh.
Konstruktivistik merupakan Teori pembelajaran yang lebih menekankan
pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan serta upaya dalam
mengkonstruksi pengalaman atau dengan kata lain teori ini memberikan keaktifan
terhadap siswa untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau
teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Dalam proses belajarnya pun, memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, untuk berfikir tentang
pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan imajinatif serta dapat
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek


untuk aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan
lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun
pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut
disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur
kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan
dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus
menerus melalui proses rekonstruksi. Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh
Brooks & Brooks dalam Degeng mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-
objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat
sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif,
dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar
termotivasi dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas
dasar ini maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap
pengetahuan tergentung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam
menginterpretasikannya.

13
a) Tokoh-tokoh kontrutivisme

1. Teori konstruktivisme piaget

Teori piaget berlandaskan gagasan bahwa perkembangan anak bermakna


membangun struktur kognitifnya atau peta mentalnya yang
diistilahkan schema /schemata atau konsep jejaring untuk memahami dan
menanggapi pengalaman fisik dalam lingkungan disekelililingnya.

Secara ringkas dijelaskan bahwa menurut teori skema, seluruh


pengetahuan diorganisasikan menjadi unit-unit pengetahuan ini atau skemata ini
disimpanlah informasi. Sehingga skema dapat dimaknai sebagai suatu deskripsi
umum atau suatu sistem konseptual untuk memahami pengetahuan tentang
bagaimana pengetahuan itu dinyatakan atau tentang bagaimana pengetahuan itu
diterapkan.

Lebih lanjut piaget menyatakan bahwa struktur kognitif anak meningkat


sesuai dengan perkembangan usianya, bergerak dari sekedar reflek-reflek awal
sepertimenangis, menyusu, menuju aktivitas mental yang kompleks. Dasarnya
tentu saja teori perkembangan kognitif, sehingga beberapa konsep pokok seperti
skema, asimilasi, dan akomodasi tetap relevan.

2. Teori Konstruktivisme Sosial Vigotsky

Sebagai seorang yang dianggap pionir dalam filosofi konstruktivisme,


vigotsky lebih suka menyatakan teori pembelajarannya sebagai kognisi sosial.
Pembelajaran kognisi sosial meyakini bahwa kebudayaan merupakan penentu
utama bagi pengembangan individu.Oleh karena itu perkembangan pembelajaran
anak dipengaruhi banyak maupun sedikit oleh kebudayaannya, termasuk budaya
dari lingkungan keluarganya, dimana ia berkembang.
b) Implementasi Teori Konstruktivistik Dalam Pembelajaran :

a. Membebaskan siswa dari belenggu kurikulum yang berisi fakta-fakta lepas yang
sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengmbangkan ide-idenya secara lebih bebas.

b. Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat


hubungan ide-ide atau gagasan-gagasan, kemudian memformulasikan kembali
ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

c. Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah


kompleks, dimana terjadi bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang
datangnya dari berbagai interpretasi.

d. Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaianya merupakan suatu usaha
yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola.

E. TEORI PEMROSESAN INFORMASI

Teori pemrosesan informasi mulai berkembang dari tahun 1977, dimana


Robert Mills Gagne sebagai pelopor penggagas teori ini.

Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja disimpan


pada memori panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara tersusun.
Tahapan pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus
pada bagaimana pengatahuan baru yang dimodifikasi.

Urutan dari penerimaan informasi dalam diri manusia dijelaskan sebagai


berikut: pertama, manusia menangkap informasi dari lingkungan melalui organ-
organ sensorisnya yaitu: mata, telinga, hidung dan sebagainya. Beberapa
informasi disaring pada tingkat sensoris, kemudian sisanya dimasukkan dalam
ingatan jangka pendek. Ingatan jangka pendek mempnyai kapasitass pemeliharaan

15
informasi yang terbatas sehingga kandungannya harus diproses secara sedemikian
rupa (misalnya dengan pengulangan atau pelatihan), jika tidak akan lenyap dengan
cepat.

Bila diproses, informasi dari ingatan jangka pendek dapat ditransfer dalam
ingatan jangka panjang. Ingatan jangka panjang merupakan hal penting dalam
proses belajar. Karena ingatan jangka panjang merupakan tempat penyimpanan
informasi yang faktual (disebut pengetahuan deklaratif) dan informasi bagaimana
cara mengerjakan sesuatu.

a. Tokoh-tokoh pemrosesan Informasi

1. Pandangan Robert M Gagne


Menurut Robert M Gagne, belajar dipandang sebagai proses pengolahan
informasi. Robert M. Gagne adalah seorang psikolog pendidikan berkebangsaan
Amerika yang terkenal dengan penemuannya berupa condition of learning. Teori
informasi psikologi muncul dari temuan dan modifikasi dari teori matematika,
yang disusun oleh para peneliti untuk menilai dan meninngkatkan pengiriman
pesan.

2. Pandangan Slavin
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang
menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan
dari otak (Slavin, 2000: 175). Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang
memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama.

3. Pandangan Ausubel
Ausubel mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru merupakan
fungsi srtuktur kognitif yang telah dimiliki individu. Reigeluth dan Stein (1983)
mengatakan pengetahuan ditata di dalam struktur kognitif secara hirarkhis. Ini
berarti pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh
individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci.
b. Komponen Pemrosesan informasi
Pada teori ini, komponen pemrosesan informasi dibagi menjadi tiga
berdasarkan perbedaan fungsi, kapasitas, bentuk informasi, serta proses
terjadinya. Ketiga komponen itu adalah:

a. Sensory Receptor (SR), SR merupakan sel tempat pertama kali informasi


diterima dari luar.

b. Working Memory (WM), WM diasumsikan mampu menangkap informasi


yang diberi perhatian oleh individu. Karakteristik WM adalah :

1) Memiliki kapasitas yang terbatas, kurang dari 7 slot. Informasi yang didapat
hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa adanya upaya
pengulangan (rehearsal).

2) Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya baik
dalam bentuk verbal, visual, ataupun semantic, yang dipengaruhi oleh peran
proses kontrol dan seseorang dapat dengan sadar mengendalikannya.

c. Long Term Memory (LTM)

LTM diasumsikan :

1) Berisi semua pengetahuan yang telah dimilki oleh individu

2) Mempunyai kapasitas tidak terbatas

3) Sekali informasi disimpan di dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau
hilang. Persoalan “lupa” hanya disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan
memunculkan kembali informasi yang diperlukan.

c. Implementasi teori pemrosesan dalam pembelajaran


Adapun implikasi teori pemrosesan informasi terhadap kegiatan
pembelajaran adlah sebagai berikut:

17
1. Model pemrosesan informasi dari belajar dan ingatan memiliki signifikasi yang
besar bagi perencanaan dan desain pembelajaran dalam proses pemndidikan.
Belajar dimulai dengan pemasukan stimulasi dari reseptor dan diakhiri dengan
umpan balik yang mengikuti performance pembelajar. Diantara kejadian-kejadian
ini ada beberapa tahapan dari pemrosesan internal. Pembelajaran tidak hanya
merupakan prose sederhana dari penyajian stimulus, melainkan merupakan
komposisi dari berbagai jenis stimulasi eksternal yang berbeda, yang
mempengaruhi beberapa proses belajar yang berbeda.

2. Secara keseluruhan stimulasi yang diberikan kepada pembelajar selama


pembelajaran berfungsi mensupport yang terjadi pada pembelajaran. Kejadian
eksternal yang disebut pembelajaran bisa mendukung proses internal dengan
mengakyifkan mental set (keadaan mental) yang mempengaruhi perhatian dan
persepsi seklektif. Kejadian eksternal bisa meningkatkan proses internal dengan
memberikan pengorganisasian yang dibuat oleh pembelajar. Pembelajar juga
memantapkan pengioperasian proses pengendali tindakan, seperti harapan akan
hasil performance.

F. TEORI KECERDASAN GANDA


Konsep multiple intelligence diperkenalkan pada tahun 1983 oleh Prof.
Howard Gardner seorang psikolog dan profesor utama di Cognition and
Education, Harvar Graduate School of Education dan juga profesor di bidang
Neurologi, Boston University School of Medicine. Konsep ini memiliki esensi
bahwa setiap orang adalah unik, Setiap orang perlu menyadari dan
mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap
siswa berbeda karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan.

Kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah atau


menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar budaya tertentu. Seseorang
dikatakan cerdas bila ia dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam
hidupnya dan mampu menghasilkan sesuatu yang berharga atau berguna bagi
dirinya maupun umat manusia.

1. Tokoh kecerdasan ganda


Teori intelegensi ganda (Multiple Intelegence) ditemukan dan
dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan dan
profesor pendidikan dari graduate School of Education, Harvard university,
Amerika Serikat. Ia menuliskan gagasannya tentang intelegensi ganda dalam
bukunya Frames of Mind pada tahun 1983. Pada tahun 1993 ia mempublikasikan
bukunya berjudul multiple intelegence, setelah melakukan banyak penelitian
tentang implikasi teori intelegensi ganda didunia pendidikan. Teori itu dilengkapi
lagi dengan terbitnya buku intelegence reframed pada tahun 2000. Selama tahun
1983 sampai dengan 2003 Gardner, yang juga menjadi Direktur Proyek Zero di
Harvard University, banyak menulis dan mengembangkan teori intelegensi ganda
dan terutama aplikasinya dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Proyek
Zero adalah pusat penelitian dan pendidikan yang mengembangkan cara belajar,
berfikir dan kreatifitas dalam mempelajari suatu bidang bagi individu dan intuisi.
Teori intelegensi ganda banyak mendasari proyek Zero.

2. Implementasi Kecerdasan Ganda

Implementasi teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru


bukan lagi berperan sebagai sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai
manajer kegiatan pembelajaran. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda,
sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu
membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki.
Guru musik misalnya, selain mampu memainkan instrumen musik, ia juga harus
mampu mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa
yang memiliki kecerdasan musikal.

19
G. TEORI KERJA OTAK

Teori Kerja otak mulai berkembang di tahun 1981 oleh Roger Sperry .
Roger Sperry adalah penemu otak manusia mempunyai 2 bagian, yaitu otak kanan
dan otak kiri yang mempunyai fungsi yang berbeda. Atas jasanya ini beliau
mendapat hadiah Nobel pada tahun 1981 Selain itu dia juga menemukan bahwa
pada saat otak kanan sedang bekerja maka otak kiri cenderung lebih tenang,
demikian pula sebaliknya.

Selama ini kita beranggapan bahwa otak kiri adalah otak yang bersifat
logika, dan otak kanan berkaitan erat dengan kreativitas. Hasil penelitian terakhir
membuktikan bahwa pandangan ini salah. Otak kiri dapat menjadi otak yang
kreatif. Hal ini dibukttikan dengan hasil karya Dr. Edward De Bono yang
mencetuskan Lateral Thinking (Berfikir Lateral) pada tahun 1970.

Jika dilihat dari sisi pendidikan, kebanyakan sistem pendidikan di dunia


lebih menjurus kepada aliran pemikiran otak kiri. Para pelajar di seluruh dunia
dilatih untuk membuat keputusan dan melakukan tindakan berdasarkan logika,
rasional. Ringkasnya, corak pemikiran otak kiri imaginasi menyokong logika dan
rasional, sedangkan dalam gaya pemikiran otak kanan, logika dan rasional akan
menyokong imaginasi. Para pelajar tidak bebas berfikir dan tidak mampu dan
tidak berani melahirkan ide-ide baru apalagi ide-ide yang amat bertentangan oleh
individu-individu yang berfikiran konvensional.

Empat kategori berikut ini mencakup pandangan realistik dan global terhadap
gaya pembelajaran yang dapat digunakan pada rancangan pembelajaran apapun :

1. Konteks
Keadaan yang melingkupi pembelajaran memberikan petunjuk-petunjuk yang
penting tentang apa yang akan terjadi selama pembelajaran.
2. Input
Para pembelajar menuntut adanya sensori input untuk terjadinya pembelajaran
apapun. Oleh karena kita mempunyai lima indra, maka input ini bisa berupa
visual, audio, kenestetik, penciuman, dan perasa.

Pada suatu waktu seorang pembelajar mungkin lebih memilih inputeksternal


(yang berasal dari sumber dari luar) dan pada waktu berikutnya akan lebih
memilih input internal (yang diciptakan dalam pikiran).

3. Pemrosesan
Sebuah rangkaian tindakan atau perubahan yang sistematis menyangkut
informasi, kebersamaan rangkaian tersebut membentuk pemikiran manusia.
Dalam tahap ini otak yang bertugas untuk memproses informasi tersebut.

4. Respons
Merupakan tahap dimana pembelajar menanggapi input atau rangsangan yang
telah diterima dan diproses untuk dilakukannya sebuah respon atau tanggapan.

a. Tokoh-tokoh
1. Dr.Paul Maclean

mencetuskan konsep tiga otak dalam satu kepala (otak triune). Menurut
teori ini, otak manusia sebenarnya terdiri dari tiga bagian otak. Otak reptil, otak
mamalia, dan otak neo kortex. Otak reptil bermula dari batang otak yang terletak
di dasar otak dan terhubung dengan tulang belakang. Otak ini berfungsi sebagai
pusat kendali, sistem syaraf otonomi, dan untuk mengatur fungsi utama tubuh.
Juga mengatur reaksi seseorangterhadap bahaya atau ancaman. Ketika otak reptil
ini aktif,orang tidak akan bisa berpikir, yang bekerja adalah insting atau nalurinya.
Otak reptil aktif bila seseorang kurang tidur, terancam, takut, stres, atau pada saat
kondisi tubuh dan pikiran yang lelah.

21
2. Prof Roger Sperry

penerima Nobel tahun 1981 melalui penelitian panjangnyabertahun-tahun,


mengungkapkan hasil temuannya tentang gelombang otak, makaparadigma baru muncul dan
berkembang. Hipotesisnya telah dibuktikannya sendiri bahwa setiap aktivitas yang berbeda
memunculkan gelombang otak yang berbeda pula. Temuan inisungguh-sungguh mengubah
cara pandang tentang potensi dan kreativitas otak manusia. Hal yang mengejutkan, rata-rata otak
membagi kegiatannya secara jelas ke dalam kegiatan"otak belahan kiri" (korteks kiri) dan
kegiatan"otak belahan kanan" (korteks kanan). Saat korteks kanan sedang aktif,
korteks kiri cenderung tenang atau istirahat, demikian sebaliknya.Kegiatan yang paling mudah
diamati tentang pergantian aktivitas otak adalah saat kita berjalan. Kaki kanan digerakkan oleh
aktivitas otak belahan kiri, saat kaki kiri bergerak otak belahan kanan mengambil alih. Setiap otak
memiliki keterampilan yang khas dalam urutankerja yang sangat rapi.Kondisi penuh harapan
dari olahan dan kembangan penemuan ini adalah setiap orangmemiliki banyak sekali
keterampilan intelektual, berpikir, dan kreativitas, yang belumdigunakan sepenuhnya. Mengacu
pada beberapa definisi bakat terdahulu, jelas bahwabakat-bakat yang dipenuhi oleh potensi
intelektual, keterampilan dan kreativitas masih dapat terus digali dari diri kita.Hal ini memberikan
harapan besar dan makna sangat dalam, yakni kita tidak pernah menduga bahwa ternyata
kita bukannya tidak berbakat menggambar atau tidak berbakat matematika. Yang
terjadi adalah kita tidak memberi kesempatan pada kedua belahan otak untuk menggali diri dan
unjuk maksimal.Orang cenderung bukannya menggali dan memaksimalkan fungsi perbedaan
kegiatan otak belahan kanan dan kiri, namun justru membatasi. Diketahui bahwa otak belahan
kiri melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan logika, analisis, kuantitatif, fakta,
rencana,organisasi, detail/perinci, sekuensial.

b. Implementasi Teori Kerja Otak Dalam Pembelajaran


Belajar merupakan interaksi antara keadaan internal dan proses kognitif siswa
dengan stimulus dari lingkungan. Untuk dikatakan berhasilnya proses
pembelajaran, maka cara kerja otak tersebut menghasilkan hasil belajar. Hasil
belajar tersebut terdiri dari:

1. Informasi verbal: kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam


bentuk bahasa, baik lisan atau tertulis.
2. Keterampilan intelektual: kecakapan yang berfungsi untuk berhubunga
dengan lingkungan hidup.
3. Strategi kognitif: Kemampuan menyalurkan dan mengarahkan akivitas
kognitifnya sendiri.
4. Keterampilan motorik: kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani.
5. Sikap: kemampuan menerima atau menolak obyek berdasakan penilaian
terhadap obyek tesebut.

Penerapan lainnya adalah dengan cara kita sebagai manusia harus


meningkatkan atau memaksimalkan kinerja otak untuk mengasah otak atau
dengan meningkatkan konsetrasi otak. Semakin sering di asah, otak kita akan
cenderung lebih tangkap dalam meneria informasi. Dengan begitu akan
memudahkan kita menerima segala proses pembelajaran jika otak kita siap untuk
menerima pemikiran dari luar dan juga untuk mamancarkan pemikiran kepada
otak orang lain.

C. Fungsi atau peran teori belajar dan pembelajaran

Sebuah teori pembelajaran biasanya memiliki 3 fungsi yang berbeda


namun saling terkait dengan erat. Antara lain fungsi – fungsi tersebut ialah :

1). Teori pembelajaran adalah pendekatan terhadap suatu bidang pengetahuan; suatu
cara menganalisis, membicarakan dan meneliti pembelajaran. Teori pembelajaran
berfungsi menggambarkan sudut pandang peneliti mengenai aspek-aspek
pembelajaran yang paling bernilai untuk dipelajari, variabel-variabel independen
yang harus dimanipulasi dan variabel-variabel dependen yang harus dikaji, teknik
– teknik penelitian yang hendak digunakan, dan bahasa apa yang harus digunakan
untuk mendekripsikan temuan-temuannya.
2). Teori pembelajaran berupaya meringkas sekumpulan besar pengetahuan mengenai
hukum-hukum pembelajaran ke dalam ruang yang cukup kecil. Teori-teori
pembelajaran, dalam upayanya meringkas sejumlah besar pengetahuan kehilangan
akutasi dan kekompakkannya.

23
3). Teori pembelajaran secara kreatif berupaya menjelaskan apa itu pembelajaran dan
mengapa pembelajaran berlangsung seperti adanya hukum-hukum menunjukkan
bagaimana pembelajaran terjadi teori-teori berupaya menunjukan menyapa
pembelajaran terjadi.
Jadi teori pembelajaran berupaya menghasilkan pemahaman pokok
tersebut yang merupakan salah satu tujuan khusus pengetahuan dan juga bentuk-
bentuk kegiatan ilmiah lainya teori berupaya merepresentasikan upaya terbaik
manusia untuk memastikan struktur apa yang melandasi dunia tempat kita hidup.
Penerapan dari beberapa teori belajar sangat bermanfaat dalam proses
pembelajaran, diantaranya yaitu :
1) Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar
2) Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran
3) Memandu guru untuk mengelola kelas
4) Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil
belajar siswa yang telah dicapai
5) Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif
6) Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa
sehingga dapat
7) mencapai hasil prestasi yang maksimal.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ciri – ciri belajar :


a) Belajar mencari makna.
b) Konstruksi makna.
c) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar dengan
dunia fisik dengan lingkungannya.
d) Hasil belajar tergantung pada apa yang sudah diketahui pelajar, tujuan
serta motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan
yang sudah dipelajari.

II. Teori belajar


a) Teori Humanistik
b) Teori Behavioristik
c) Teori Kognitive
d) Teori Kontrutivitik
e) Pemrosesan Informasi
f) Kecerdasan Ganda
g) Kerja Otak

III. Peranan teori belajar


1) Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar
2) Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses
pembelajaran
3) Memandu guru untuk mengelola kelas
4) Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru
sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai
5) Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif
6) Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan
kepada siswa sehingga dapat
7) mencapai hasil prestasi yang maksimal.

25

Anda mungkin juga menyukai