Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

HIV-AIDS

Disusun Oleh:

KELOMPOK
 Vika Puspita Sari : PK 115 017 039
 Serlin Tondu : PK 115 017 036
 Delvita Kolu : PK 115 017 008
 Yul Nutricia : PK 115 017 040
 Nur Fadilah : PK 115 017 047

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI

HIV adalah singkatan dari human Immunodeficiency Virus


merupakan virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS. Virus ini
menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh,
sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi Yang menyebabkan
defisiensi (kekurangan) sistem imun.

Aids adalah singkatan dari Acquired imune deficiency syndrome yaitu


menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit karena adanya
infeksi virus HIV (human Immunodeficiency virus). Antibodi HIV positif tidak
diidentik dengan AIDS, karena AIDS harus menunjukan adanya satu atau lebih
gejala penyakit skibat defisiensi sistem imun selular.

AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana


mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau
kurang ) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999)

B. ETIOLOGI

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human


immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan
lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus
kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan
keduanya disebut HIV.
C. PATOFISIOLOGI

Tubuh mempunyai suatu mekanisme untuk membasmi suatu infeksi


dari benda asing, misalnya : virus, bakteri, bahan kimia, dan jaringan asing dari
binatang maupun manusia lain. Mekanisme ini disebut sebagai tanggap kebal
(immune response) yang terdiri dari 2 proses yang kompleks yaitu :

Kekebalan humoral dan kekebalan cell-mediated. Virus AIDS (HIV)


mempunyai cara tersendiri sehingga dapat menghindari mekanisme pertahanan
tubuh. “ber-aksi” bahkan kemudian dilumpuhkan.

Virus AIDS (HIV) masuk ke dalam tubuh seseorang dalam keadaan


bebas atau berada di dalam sel limfosit. Virus ini memasuki tubuh dan terutama
menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4. Sel-sel CD4-positif (CD4+)
mencakup monosit, makrofag dan limfosit T4 helper. Saat virus memasuki
tubuh, benda asing ini segera dikenal oleh sel T helper (T4), tetapi begitu sel T
helper menempel pada benda asing tersebut, reseptor sel T helper .tidak
berdaya, bahkan HIV bisa pindah dari sel induk ke dalam sel T helper tersebut.
Jadi, sebelum sel T helper dapat mengenal benda asing HIV, ia lebih dahulu
sudah dilumpuhkan. HIV kemudian mengubah fungsi reseptor di permukaan
sel T helper sehingga reseptor ini dapat menempel dan melebur ke sembarang
sel lainnya sekaligus memindahkan HIV. Sesudah terikat dengan membran sel
T4 helper, HIV akan menginjeksikan dua utas benang RNA yang identik ke
dalam sel T4 helper.

Dengan menggunakan enzim yang dikenal sebagai reverse


transcriptase, HIV akan melakukan pemrograman ulang materi genetik dari sel
T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA (DNA utas-ganda).
DNA ini akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan
kemudian terjadi infeksi yang permanen.

Fungsi T helper dalam mekanisme pertahanan tubuh sudah


dilumpuhkan, genom dari HIV ¬ proviral DNA ¬ dibentuk dan diintegrasikan
pada DNA sel T helper sehingga menumpang ikut berkembang biak sesuai
dengan perkembangan biakan sel T helper. Sampai suatu saat ada mekanisme
pencetus (mungkin karena infeksi virus lain) maka HIV akan aktif membentuk
RNA, ke luar dari T helper dan menyerang sel lainnya untuk menimbulkan
penyakit AIDS. Karena sel T helper sudah lumpuh maka tidak ada mekanisme
pembentukan sel T killer, sel B dan sel fagosit lainnya. Kelumpuhan
mekanisme kekebalan inilah yang disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) atau Sindroma Kegagalan Kekebalan.

Pathway

HIV masuk ke dalam Menginfeksi sel yang Mengikat molekul


tubuh manusia mempunyai molekul CD4 CD4

Memiliki sel target dan


Imunitas tubuh menurun Sel limfosit T hancur
memproduksi virus

Infeksi opurtinistik

Sistem pernafasan Sistem pencernaan Sistem integumen Sistem neurologis

Peradangan pada Infeksi jamur peristaltik Timbul lesi / Peningkatan


jaringan paru bercak putih suhu, kehilangan
Diare kronis kesadaran
Peradangan
Gatal, nyeri ,
Sesak, demam mulut
kulit bersisik Kejang, nyeri
Cairan output
kepala
Batuk tidak Sulit menelan, Turgor kulit
Efektif mual, bibir kering, Resiko tinggi
intake kurang kekurangan Intoleransi
Gangguan rasa
volume cairan Aktivitas
nyaman : Nyeri
Ketidakefektifan
pola nafas Anoreksia,
penurunan BB

Ketidakseimbang
an nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut WHO:
1. Gejala mayor:
 Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
 Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
 Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
 Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
 Demensia/ HIV ensefalopati
2. Gejala Minor
 Batuk menetap lebih dari 1 bulan
 Dermatitis generalisata
 Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
 Kandidias orofaringeal
 Herpes simpleks kronis progresif
 Limfadenopati generalisata
 Retinitis virus Sitomegalo

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research


(MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.
1. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-
tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti
demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar
getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita
HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.
2. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun
atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel
imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang
kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala
yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan
pendek.
3. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih
setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut
akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS.

E. STADIUM HIV-AIDS
Perjalanan penyakit HIV/AIDS dibagi dalam tahap -tahap berdasarkan
keadaan klinis dan jumlah CD4(Cluster of Differentiaton). Menurut WHO
(2006) tahapan infeksi HIV/AIDS terbagi menjadi 4 stadium klinis:
1. Stadium klinis I – Periode Jendela
 Sejak virus masuk sampai terbentuk anti body (berlangsung 15 hari – 3
bulan).
 Keluhan yang sering muncul seperti sakit flu biasa dan bila diberi obat
akan berkurang atau sembuh, kadang terdapat limfadenopati
generalisata.
 Hasil tes negatif, namun orang yang sudah terinfeksi ini sudah dapat
menularkan pada orang lain.
 CD4 nya 500-1000.
2. Stadium klinis II – HIV posotif asimtomatik (tanpa gejala)
 Terlihat seperti orang sehat pada umumnya. Waktunya antara 3 bulan
s/d 5-10 tahun.
 Virus HIV mulai berkembang. Hasil tes positif.
 CD4 nya 500-750.
3. Stadium klinis III – Muncul gejala
 Sudah tampak gejala tetapi masih umum seperti penyakit lainnya.
 Keluhan yang sering muncul : sariawan, kandidiasis mulut persisten,
selera makan hilang, demam berkepanjangan > 1 bulan, diare kronis
yang tidak jelas penyebabnya > 1 bulan, kehilangan BB > 10%, timbul
bercak-bercak merah di bawah kulit, pembesaran kelenjar limfe
(kelenjar getah bening) secara tetap dan merata dan tidak hanya muncul
di satu tempat berlangsung >1 bulan.
 CD4 nya 100-500
4. Stadium klinis IV – Masuk ke kondisi AIDS
 Sistem kekebalan tubuh rusak parah, tubuh menjadi lemah terhadap
serangan penyakit apapun
 Ditandai dengan adanya bermacam-macam penyakit, meliputi
Toksoplasmosis pada otak, Kandidiasis pada saluran tenggorokan,
pernafasan, paru-paru dan berbagai kanker

F. CARA PENULARAN

Empat prinsip dasar penularan HIV/AIDS (KPAD, 2010) adalah :


1. Exit yakni terdapat virus yang keluar tubuh
2. Survival yakni virus bertahan hidup
3. Suffient yakni jumlah virus yang cukup
4. Enter yakni terdapat pintu masuk bagi virus ke dalam tubuh

Menurut Martono (2006) virus HIV dapat ditularkan melalui beberapa


cara yaitu :
1. Hubungan seksual
Dengan orang yang menderita HIV/AIDS baik hubungan seksual
secara vagina, oral maupun anal, karena pada umumnya HIV terdapat pada
darah, sperma dan cairan vagina. Ini adalah cara penularan yang paling
umum terjadi. Sekitar 70-80% total kasus HIV/AIDS di dunia (hetero
seksual >70% dan homo seksual 10%) disumbangkan melalui penularan
seksual meskipun resiko terkena HIV/AIDS untuk sekali terpapar kecil
yakni 0,1-1,0%.
2. Tranfusi darah yang tercemar HIV
Darah yang mengandung HIV secara otomatis akan mencemari
darah penerima. Bila ini terjadi maka pasien secara langsung terinfeksi HIV,
resiko penularan sekali terpapar >90%. Transfusi darah menyumbang kasus
HIV/AIDS sebesar 3-5% dari total kasus sedunia.
3. Tertusuk atau tubuh tergores oleh alat yang tercemar HIV
Jarum suntik, alat tindik, jarum tattoo atau pisau cukur yang
sebelumnya digunakan oleh orang HIV (+) dapat sebagai media penularan.
Resiko penularannya 0,5-1-1% dan menyumbangkan kasus HIV/AIDS
sebesar 5-10% total seluruh kasus sedunia.
4. Ibu hamil yang menderita HIV (+)
kepada janin yang dikandungnya dan cairan ASI dengan resiko
penularan ±30% dan berkontribusi terhadap total kasus sedunia sebesar 5-
10%.

BKKN (2007) menegaskan bahwa HIV/AIDS tidak dapat menular


melalui aktifitas seperti :
 Berjabat tangan
 Makan bersama
 Menggunakan telepon bergantian
 Bergantian pakaian
 Tinggal serumah dengan ODHA
 Mandi bersama di kolam renang
 Gigitan nyamuk
 Batuk/bersin
 Ciuman
 Duduk bersama

G. KOMPLIKASI
1. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
- kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan
isolasi social.
- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek :
sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
- Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
3. Gastrointestinal
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
4. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas
pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
5. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek
nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
6. Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis eksternal akut

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Melakukan tes VCT (Voluntary Counseling and Testing). Konseling dan tes
HIV sukarela yang terdapat hampir di seluruh rumah sakit.
 Pemeriksaan laboratorium untuk HIV/AIDS dibagi atas tiga kelompok:
1. Pembuktian adanya antibodi (Ab) atau antigen (Ag) HIV.
HIV terdiri dari selubung , kapsid dan inti.Masing- masing terdiri
dari protein yang bersifat sebagai antigen dan menimbulkan pembentukan
antibodi dalam tubuh yang terinfeksi. Jenis antibody yang penting untuk
diagnostik diantaranya adalah antibody gp41, gp140, dan p24.
Teknik pemeriksaan adalah sebagai berikut.
a. Tes untuk menguji Ab HIV. terdapat berbagai macam cara yaitu ELISA,
Western Blot, RIPA dan IFA
b. Tes untuk menguji antigen HIV dapat dengan cara pembiakan virus,
antigen P24 dan PCR
2. Pemeriksaan status imunitas
Pada pasien AIDS dapat ditemui anemia leukopenia/limfopenia,
trombositopenia dan displasia sumsum tulang normo atau hiperselular. Test
kulit DHT (Delayed Type Hypersensitiviti) untuk tuberkulin dan kandida
yang hasilnya negatif atau energi menunjukan kegagalan imunitas selular.
Dapat terjadi poliklonal hypergamma globulinemiayang menunjukan
adanya rangsangan nonspesifik terhadap sel B untuk membentuk imunitas
humoral
3. Pemeriksaan terhadap infeksi oportunistik dan keganasan
Infeksi oportunistik atau kanker sekunder yang ada pada pasien
AIDS diperiksa sesuai dengan metoda diagnostik penyakitnya masing-
masing. Misalnya pemeriksaan makroskopik untuk kandidiasis, PCP,TBC
Paru dll. Adapun pemeriksaan peunjang lain seperti aboraturium rutin,
serologis, radiologis, USG, CTScan, bronkoskopi, pembiakan,
histopatologis dll.

I. PENATALAKSANAAN

Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi HIV


perlu dilakukan. Pencegahan berarti tidak kontak dengan cairan tubuh yang
tercemar HIV.
a. Pengendalian Infeksi Oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi yang
aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis
harus dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik
traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya < 3 .
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency
Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3.
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas sistem imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus
pada prosesnya. Obat-obat ini adalah : didanosine, ribavirin,
diedoxycytidine, dan recombinant CD 4 dapat larut.
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan
keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang
pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
1) Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan-
makanan sehat, hindari stress, gizi yang kurang, alkohol dan obat-obatan
yang mengganggu fungsi imun.
2) Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T
dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya,
progresi kelelahan / malaise, Perubahan pola tidur
Tanda: Kelemahan otot, menurunnya massa otot
Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi
jantung, pernapasan
2. Sirkulasi
Gejala: Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan
lama pada cedera (jarang terjadi)
Tanda: Takikardia, perubahan TD postural, Menurunnya volume nadi
perifer, Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler
3. Integritas ego
Gejala:
- Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan
keluarga, hubungan dengan orang lain
- Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual
- Mengkhawatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB
- Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna,
rasa bersalah, Kehilangan kontrol diri dan depresi
Tanda:
- Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri
- Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata
kurang
- Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala
yang sama
4. Eliminasi
Gejala:
- Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai
kram abdominal
- Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda:
- Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan narah, Diare pekat yang
sering
- Nyeri tekan abdominal, Lesi atau abses rectal, personal
- Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin
5. Makanan / cairan
Gejala:
- Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual /
muntah, Disfagia, nyeri retrostenal saat menelan
- Penurunan berat badan: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan
/ massa otot, turgor kulit buruk, Lesi pada rongga mulut, adanya
selaputnya putih dan perubahan warna
- Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal
- Edema (umum, dependen)
6. Higiene
Gejala: Tidak dapat menyelesaikan aktivitas
Tanda: Memperlihatkan penampila yang kurang rapi, Kekurangan dalam
banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri
7. Neurosensori
Gejala:
- Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental. Kehilangan
ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak
mampu mengingat dan konsentrasi menurun, Kerusakan sensasi atau
indera posisi dan getaran
- Kelemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan
- Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan
perubahan paling awal)
Tanda:
- Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai
dimensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis,
retardasi psikomotor / respon melambat
- Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak
realistis
- Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya
berjalan ataksia
- Tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motorik
- Vocalis: hemi paresis; kejang
- Hemoragi retina dan eksudat
8. Nyeri / kenyamanan
Gejala :
- Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki
- Sakit kepala (keterlibatan ssp)
- Nyeri dada pleuritis
Tanda:
- Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan
- Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang
- Gerak otot melindungi bagian yang sakit
9. Pernapasan
Gejala:
- Napas pendek yang progresif
- Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda
awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam)
- Bendungan atau sesak dada
Tanda:
- Takipnea, distres pernapasan
- Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius
- Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum)
10. Keamanan
Gejala :
- Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses
penyembuhannya
- Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis:
hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis)
- Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut
- Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS
- Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten /
memuncak; berkeringat malam
Tanda:
- Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem,
psoriasis, perubahan warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya
- Rektum, luka-luka perianal atau abses
- Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh
atau lebih (mis: leher, ketiak, paha)
- Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya
berjalan
11. Seksualitas
Gejala:
- Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual
dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas
seksual yang tidak terlindung dan seks anal
- Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks
- Penggunaan kondom yang tidak konsisten
- Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan
terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat karena peningkatan
kekurangan (pribilitas vagina)
Tanda: Kehamilan atau resiko terhadap hamil
12. Genetalia: Manifestasi kulit (mis: herpes, kulit); rabas
13. Interaksi sosial
Gejala:
- Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat /
orang terdekat, teman, pendukung, rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan / kehilangan
pendapatan
- Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang
meninggal akibat AIDS
- Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu
membuat rencana
Tanda:
- Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat
- Aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan karena adanya
keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan
gelisah.
2. ketidakseimbangan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
mual, peradangan mulut, sulit menelan
3. resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare kronis
4. resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi
dan ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan)
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi
metabolisme, ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi,
kejang
C. RENCANA KEPERAWATAN

No Dx. Kep Tujuan & KH Intervensi Rasional

1 Nyeri Tujuan : nyeri 1.Kaji keluhan nyeri, 1.Mengindikasikan kebutuhan


berhubungan berkurang/terkontr perhatikan lokasi, untuk intervensi dan juga
dengan inflamasi/ ol, dengan KH : intensitas, frekuensi tanda-tanda
kerusakan jaringan dan waktu. perkembangan komplikasi.
- ekspresi wajah
karena adanya 2.Kaji reaksi nonverbal 2.Mengetahui nyeri yang
klien rileks
keluhan nyeri, misalnya gelisah, dirasakan klien
- klien dapat tidur
perubahan denyut takikardia, meringis.
atau beristirahat
nadi, kejang otot, 3.Ajarkan teknik 3.Membantu mengurangi rasa
secara adekuat
ataksia, lemah otot relaksasi/nafas dalam nyeri
dan gelisah. 4.Berikan analgesik atau 4.Memberikan penurunan
antipiretik narkotik. nyeri/tidak nyaman,
Gunakan ADP mengurangi demam. Obat
(analgesic yang yang dikontrol pasien berdasar
dikontrol pasien) untuk waktu 24 jam dapat
memberikan analgesia mempertahankan kadar
24 jam. analgesia darah tetap stabil,
mencegah kekurangan atau
kelebihan obat-obatan.

2 ketidakseimbangan Tujuan : kebutuhan 1. Kaji kemampuan untuk 1. Lesi mulut, tenggorokan dan
nutrisi yang nutrisi terpenuhi, mengunyah, perasakan esophagus dapat
kurang dari dengan KH : dan menelan. menyebabkan disfagia,
kebutuhan tubuh penurunan kemampuan
- mempertahanka
berhubungan mual, pasien untuk mengolah
n berat badan
peradangan mulut, makanan dan mengurangi
atau
sulit menelan keinginan untuk makan.
memperlihatkan 2. Auskultasi bising usus
2. Hipermotilitas saluran
peningkatan
intestinal umum terjadi dan
berat badan
- bebas dari tanda- dihubungkan dengan muntah
tanda malnutrisi dan diare, yang dapat
- menunjukkan mempengaruhi pilihan diet
perbaikan 3. Anjurkan makan atau cara makan.
tingkat energy. sedikit tapi sering 3. Membantu mencegah dan
berupa makanan padat menghindari rasa mual
nutrisi

4. Batasi makanan yang 4. Rasa sakit pada mulut atau


menyebabkan mual ketakutan akan mengiritasi
atau muntah. Hindari lesi pada mulut mungkin akan
menghidangkan menyebabakan pasien enggan
makanan yang panas untuk makan. Tindakan ini
dan yang susah untuk akan berguna untuk
ditelan meningkatakan pemasukan
5. Berikan obat anti makanan.
emetic misalnya 5. Mengurangi insiden muntah
metoklopramid. dan meningkatkan fungsi
gaster

3 Resiko tinggi Tujuan : 1. Pantau pemasukan oral 1. Mempertahankan


kekurangan kekurangan dan pemasukan cairan keseimbangan cairan,
volume cairan volume cairan sedikitnya 4 gelas/hari. mengurangi rasa haus dan
berhubungan terpenuhi, dengan melembabkan membrane
dengan diare KH : mukosa.
kronis mempertahankan 2. Kaji turgor kulit, 2. Indicator tidak langsung dari
hidrasi dibuktikan membrane mukosa dan status cairan.
oleh membrane rasa haus.
3. Anjurkan untuk 3. Membantu mengurangi
- mukosa lembab
mengurangi makanan kemungkinan diare
- turgor kulit baik
yang potensial
- tanda-tanda vital menyebabkan diare,
dalam batas yakni yang pedas,
normal berkadar lemak tinggi,
kacang, kubis, susu.

4. Berikan obat-obatan 4. Menurunkan jumlah dan


anti diare misalnya keenceran feses, mungkin
ddifenoksilat (lomotil), mengurangi kejang usus dan
loperamid Imodium, peristaltis.
paregoric.
4 Resiko tinggi pola Tujuan : pola nafas 1. Auskultasi bunyi 1. Memperkirakan adanya
nafas tidak efektif tidak efektif nafas, tandai daerah perkembangan komplikasi
berhubungan teratasi, dengan paru yang mengalami atau infeksi pernafasan,
dengan proses KH : penurunan, atau misalnya pneumoni
infeksi dan ketidak kehilangan ventilasi,
- mempertahanka
seimbangan dan munculnya bunyi
n pola nafas
muskuler adventisius. Misalnya
efektif
(melemahnya otot- krekels, mengi, ronki.
- tidak mengalami 2. Takipnea, sianosis, tidak
otot pernafasan) 2. Catat kecepatan
sesak nafas. dapat beristirahat, dan
pernafasan, sianosis,
peningkatan nafas,
peningkatan kerja
menunjukkan kesulitan
pernafasan dan
pernafasan dan adanya
munculnya dispnea,
kebutuhan untuk
ansietas
meningkatkan pengawasan
atau intervensi medis
3. Meningkatkan fungsi
3. Tinggikan kepala
pernafasan yang optimal dan
tempat tidur.
mengurangi aspirasi atau
Usahakan pasien
untuk berbalik, batuk,
menarik nafas sesuai infeksi yang ditimbulkan
kebutuhan. karena atelektasis
4. Berikan tambahan O2
Yang dilembabkan 4. Mempertahankan oksigenasi
melalui cara yang efektif untuk mencegah atau
sesuai misalnya memperbaiki krisis
kanula, masker, pernafasan
inkubasi atau ventilasi
mekanis
5 Intoleransi Tujuan : klien 1. Kaji pola tidur dan 1. Berbagai factor dapat
aktivitas dapat melakukan catat perunahan dalam meningkatkan kelelahan,
berhubungan aktivitas secara proses berpikir atau termasuk kurang tidur,
dengan penurunan mandiri sesuai berperilaku tekanan emosi, dan
produksi kemampuan, efeksamping obat-obatan
metabolisme, dengan KH : 2. Bantu klien dalam 2. Membantu klien seperlunya
ketidakseimbangan memilih posisi yang dalam melakukan aktivitas
- Klien
kemampuan untuk nyaman untuk istirahat
melaporkan
berkonsentrasi, dan tidur
peningkatan
kejang 3. Rencanakan 3. Periode istirahat yang sering
energy
perawatan untuk sangat yang dibutuhkan
- Melakukan
menyediakan fase dalam memperbaiki atau
aktivitas secara
istirahat. Atur aktifitas menghemat energi.
mandiri sesuai
pada waktu pasien
kemampuan.
sangat berenergi
4. Dorong pasien untuk
4. Memungkinkan penghematan
melakukan apapun
energy, peningkatan stamina,
yang mungkin,
dan mengijinkan pasien untuk
misalnya perawatan
lebih aktif tanpa
diri, duduk dikursi,
menyebabkan kepenatan dan
berjalan, pergi makan
rasa frustasi
DAFTAR PUSTAKA

https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/39371622/ASKEP_AIDS_H
IV.docx

https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/54851904/LAPORAN_PEN
DAHULUAN_HIVAIDS_MITHA.docx

https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/53524119/ASKEP_pasien_d
engan_Kasus_HIV_AIDS.docx

https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/56748290/KELOMPOK_4_
HIV_AIDS.docx

diunduh tanggal 22 Mei 2019

Anda mungkin juga menyukai