Abstract
Rendahnya ketersediaan benih kentang yang bermutu menyebabkan harga benih kentang G4 di
pasaran sebesar Rp. 20.000/kg, sehingga dengan kebutuhan 1,5 ton/ha maka petani mengalokasikan
Rp. 30jt/ha untuk pengadaan benih kentang atau 60 % dari biaya produksi. Alternatif lain selain
penggunaan benih umbi yaitu dengan perbanyakan vegetatif cara stek pucuk. Tujuannya untuk
mendapatkan bibit tanaman kentang dalam waktu singkat yang mempunyai kualitas sama dengan
indukannya. Akan tetapi pelaksanaannya, petani belum banyak mengetahui pada umur berapa bibit
kentang stek itu siap tanam, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui umur
transplantasi yang sesuai di lapang dan penambahan auksin untuk merangsang pembentukan akar
dan membantu kesiapan tanam kentang. Penelitian dilakukan di rumah kaca yang bertempat di
Dusun Ngadirejo, desa Tutur, Kecamatan Nongkojajar, Kabupaten Malang. Lokasi mempunyai
ketinggian tempat 1700 dpl. Penelitian dilakukan mulai bulan April sampai dengan Juli akhir 2014.
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan Faktorial. Penelitian
dilakukan dalam 3 ulangan dengan perlakuan utama adalah umur transplantasi yang dibagi 3
macam yaitu P1: 2 MSS (minggu setelah stek), P2: 3 MSS, P3: 4 MSS yang didalamnya ada
penambahan konsentrasi larutan auksin yaitu Z-1: 1,87 mg , Z-2: 3,74 mg , Z-3 : 5,61 mg dan Z4
: 0 mg (kontrol). Hasil analisis statistik didapat bahwa umur transplantasi 3 MSS (P2) menunjukan
umur optimal untuk di transplantasikan ke lahan. Penambahan auksin pada tahap pembibitan
berpengaruh nyata pada masing-masing perlakuan umur transplantasi dan membantu kesiapan
tanam pada tahap transplantasi. Berat umbi panen terbanyak dimiliki oleh perlakuan P2-Z2 (3
MSS+3,74 mg) 7,25 g dan P2-Z1 (3 MSS+1,87 mg) 6,69 g.
102
103 PRIMORDIA VOLUME 12, NOMOR 2, OKTOBER 2016
dan Nongkojajar umbi panen berkisar penanaman umbi G0 diperoleh umbi G-1/
Rp.15.000 – Rp. 18.000 /kg. Harga ini lebih basic seed B. Selanjutnya dari penanaman G-1
murah karena petani mengambil benih saat dihasilkan umbi G-2 /foundation seed dan dari
panen kentang secara langsung, dan umbi di G-2 dihasilkan umbi G-3/ stock seed. Apabila
perlakukan seed treatment oleh petani sendiri. kualitas G-3 masih bagus dengan syarat
Produksi benih kentang varietas Granola tingkat serangan penyakit rendah maka
sebesar Rp. 66,5 juta/ha atau 1,73 kali lipat dilanjutkan untuk menghasilkan G-4/
dibandingkan usaha kentang konsumsi. extension seed. Penanaman umbi G-0 dan G-1
Kebutuhan benih kentang nasional (2005) dilakukan dirumah kaca dengan media tanam
mencapai 114,894 ton dan baru bisa dipenuhi steril dan lingkungan yang terisolir hama dan
5,508 ton (4,79%) dari dalam negeri (Sinar penyakit tanaman, sedang G-2, G-3 dan G-4 di
Tani, 2006). Artinya permintaan benih kentang tanam di lapang (Wardiyati, 2003).
sangat besar dan tidak dapat dipenuhi dari Penelitian perbanyakan stek kentang
benih umbi saja. Untuk mendapatkan benih mulai dilakukan, sebagai upaya mengatasi
umbi siap tanam petani harus menunggu 3 bulan kerbatasan bibit kentang akan benih umbi
setelah musim tanam. Dengan perbanyakan maka dilakukan suatu upaya perbanyakan
stek, ketersediaan bibit kentang dengan kualitas tanaman kentang dengan cara stek pucuk.
sama induknya dapat tercukupi. Alur perbanyakan benih kentang sebagai
Bahan stek kentang untuk perbanyakan berikut:
biibit berasal dari bagian pucuk tanaman.
Pemakaian stek pucuk sebagai bibit belum
banyak diminati petani, karena petani masih
belum mengetahui pada umur berapa hari
bibit kentang bisa ditransplantasikan. Umur
transplantasi bibit sangat berhubungan dengan
kesiapan tanam. Umur transplantasi stek yang
didapat dapat menjadi petunjuk masyarakat
tani dalam melakukan budidaya tanaman
kentang dan mengurangi ketergantungan akan
benih umbi. Untuk mempersiapkan umur
transplantasi stek yang cepat dan memiliki
Perbanyakan produk benih kentang
pertumbuhan normal maka penambahan
dilakukan dengan pemanfaatan metode
hormon auksin pada awal pembibitan
bioteknologi kultur jaringan. Teknik kultur
diharapkan dapat memacu pertumbuhan akar jaringan adalah suatu metode untuk
dan tunas daun. Auksin berperan dalam mengisolasi bagian dari tanaman, seperti
pembelahan sel, pemanjangan sel dan protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan,
differensiasi sel. dan organ, serta menumbuhkannya dalam
Perbanyakan tanaman dengan stek yang kondisi aseptik sehingga bagian-bagian
dipadukan dengan pemberian konsentrasi tersebut dapat memperbanyak diri dan
auksin (ZPT) merupakan cara alternatif yang beregenerasi menjadi tanaman lengkap
diharapkan dapat menyediakan kebutuhan (Gunawan, 1987). Dilanjutkan dengan
benih sehat dan berkualitas dalam waktu cepat. aklimatisasi yaitu pemindahan plantlet dari
lingkungan in vitro ke lingkungan semi
Perkembangan Generasi Turunan Kentang steril di rumah kaca. Pada tahap ini
Umbi yang dihasilkan oleh planlet plantlet diadaptasikan dari lingkungan
ataupun mother plant disebut sebagai umbi heterotrof ke lingkungan autorotrof dann
G0/ basic seed A atau umbi mini, sedang dari induksi untuk membentuk tunas sebagai
R.Noerriwan Budi S, IK. Prasetyo, Eny Dyah Y Pengaruh Umur Transplantasi. 104
bahan stek yang siap tanam (Rainiyati,dkk, dan banyak, sehingga membutuhkan biaya
2011). Perbanyakan stek selanjutnya yang cukup tinggi (BPTH, 2009).
dengan cara stek pucuk yang dipanen
setelah kentang berumur 1 bulan yang Peranan Auksin terhadap pertumbuhan
dapat dilakukan dengan selang waktu 2 akar
minggu (Karjadi dan Buchory, 2008). Zat pengatur tumbuh sintetis yang
Penggunaan teknik perbanyakan stek di dikenal salah satunya Rootone F. Zat pengatur
samping meningkatkan jumlah stek yang tumbuh ini berbentuk tepung berwarna putih
berkualitas, juga untuk mempersingkat yang terkandung di dalamnya merupakan
masa penyediaan benih (Suyamto dkk, golongan auksin. Auksin merupakan substansi
2005). yang merangsang perpanjangan sehingga
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat meningkatkan pembentukan perakaran
merupakan suatu cara perbanyakan tanaman dan tunas tanaman (Munawaroh, 2004).
menggunakan bagian-bagian tanaman seperti Zat pengatur tumbuh sintetis ini
batang, cabang, ranting, pucuk, daun, umbi mengandung naftalene asetamida (NAD)
dan akar untuk menghasilkan tanaman baru 0,067%, metil-1- naftalene asetamida (m-
yang sama dengan induknya. Perbanyakan NAD) 0,013% , metil-1- naftalene asetic acid
tanaman secara vegetatif itu tanpa melalui (MNAA) 0,003% dan Indole-3-butirat
perkawinan atau tidak menggunakan biji dari 0,057%. Indol-3-butirat atau IBA adalah suatu
tanaman induk (BPTH, 2009). senyawa auksin sintetis yang mempunyai
Beberapa cara perbanyakan vegetatif keaktifan biologis dan dipergunakan sebagai
antara lain dengan cara okulasi, cangkok dan hormon akar untuk mendorong pertumbuhan
stek batang. Stek (cutting atau stuk) atau akar pada stek (Wattimena, 1988).
potongan adalah menumbuhkan bagian atau Auksin digunakan secara komersial di
potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman dalam perbanyakan vegetatif tumbuhan
baru. melalui stek, baik stek daun dan batang, yang
Keuntungan pembibitan secara diberi serbuk pengakaran yang mengandung
vegetatif antara lain keturunan yang didapat auksin, seringkali menyebabkan terbentuknya
mempunyai sifat genetik sama dengan akar adventif dekat permukaan potongan
induknya, tidak memerlukan peralataan (Dewi, 2008)
khusus, alat dan teknik yang tinggi kecuali Torrey (1950) dalam Wilkins (1989)
untuk produksi bibit dalam skala besar, menerangkan, salah satu respon pertama
produksi bibit tidak tergantung pada sebagai ciri auksin adalah mendorong
ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat pembentukan akar. Daun muda dan kuncup
secara kontinyu dengan mudah sehingga dapat dipangkas, jumlah pembentukan akar samping
diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup berkurang, penginduksian auksin akan
banyak, meskipun akar yang dihasilkan merangsang kemampuan pembentukan akar
dengan cara vegetatif pada umumnya relatif kembali.
dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun Penambahan auksin pada stek kentang
lama kelamaan akan berkembang dengan baik akan mempercepat pertumbuhan akar adventif
seperti tanaman dari biji, umumnya tanaman dan panjang akar tanaman. Dengan
akan lebih cepat bereproduksi dibandingkan pertumbuhan akar diharapkan bibit akan siap
dengan tanaman yang berasal dari biji tanam dan mempercepat waktu tanam serta
(Pudjiono, 1996). Selain itu, tanaman yang menyediakan bibit kentang sesuai musim
berasal dari perbanyakan secara vegetatif lebih tanamnya.
cepat berbunga dan berbuah. Kelemahan dari
perbanyakan tanaman secara vegetatif, adalah
membutuhkan pohon induk yang lebih besar
105 PRIMORDIA VOLUME 12, NOMOR 2, OKTOBER 2016
mudah patah. Setelah di pindah tanam, Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman, jumlah
tanaman disiram setiap pagi dan di sore hari daun, jumlah tunas dan biomas
seandainya cuaca tampak panas/kering. tanaman bibit stek pra tanam.
Stek Pra Tanam
Tinggi Jumlah Jumlah Biomas
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Perlakuan
tanaman Daun Tunas tanaman
Tahap Pembibitan (cm) (lembar) (buah) (g)
Persentase Tumbuh 2 mss +
3,40 e 8,13 bcd 1,80 c
0,071
Perlakuan 2 MSS + 1,87 mg memiliki 1,87 mg de
persentase bibit hidup sebesar 90%. 2 mss + 3,73 0,083
3,57 de 9,43 ab
3,74 mg ab cde
Persentase bibit tumbuh sebesar 100% pada 2 mss + 2,87 0,074
umur tanam 3 minggu dalam perlakuan 3 MSS 3,35 e 9,20 abc
5,61 mg bc cde
didapat pada konsentrasi 3,74 mg dan 5,61 mg 3 mss + 3,00
3,80 de 10,20 a 0,064 e
seperti terlihat dalam Tabel 1. kontrol bc
3 mss + 4,22 0,092
5,82 bc 9,11 abc
1,87 mg ab bcde
Tabel 1. Persentase tumbuh stek tahap
3 mss + 3,33 0,093
pembibitan 5,53 bc 8,78 abc
3,74 mg abc bcde
Perlakuan Persentase tumbuh 3 mss + 4,22 0,11
6,20 ab 7,78 bcd
5,61 mg ab bcd
2 mss + 1,87 mg 90,0 a
3 mss + 4,11 0,082
2 mss + 3,74 mg 86,7 a 4,73 cd 7,78 bcd
kontrol ab cde
2 mss + 5,61 mg 86,7 a 4 mss + 4,29
5,60 bc 804 bcd 0,14 ab
3 mss + control 80,0 a 1,87 mg ab
3 mss + 1,87 mg 90,0 a 4 mss + 4,31
5,93 ab 6,75 d 0,12 abc
3,74 mg ab
3 mss + 3,74 mg 100,0 a
4 mss +
3 mss + 5,61 mg 100,0 a 7,07 a 8,80 abc 4,90 a 0,16 a
5,61 mg
3 mss + control 80,0 a 4 mss + 3,78 0,098
4 mss + 1,87 mg 86,7 a 5,03 bc 7,33 cd
kontrol ab bcde
4 mss + 3,74 mg 86,7 a Ket : Huruf yang sama menunjukan tidak berbeda
4 mss + 5,61 mg 93,3 a nyata pada taraf 5% dengan menggunakan
uji Duncan.
4 mss + control 80,0 a
Ket : Huruf yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata pada taraf 5% dengan menggunakan
Akar
uji Duncan. Pengaruh auksin 3,74 mg pada umur
transplantasi 2 MSS memberikan jumlah akar
Tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas terbanyak sebesar 7,2 buah dan untuk
dan biomas tanaman perlakuan 3 MSS pengaruh auksin hampir
Jumlah tunas dengan perlakuan merata, demikian pula perlakuan 4 MSS.
konsentrasi auksin 3,74 mg untuk 2 MSS Pengamatan panjang akar, pengaruh auksin
pada perlakuan 2 MSS + 3,74 mg, dan 4 MSS
menghasilkan jumlah tunas tertinggi yaitu 3,73 + 5,61 mg masing-masing menghasilkan
tunas, dan hal ini lebih tinggi dibandingkan panjang akar sebesar 3,66 cm dan 11,88 cm.
dengan perlakuan lain dalam minggu yang Pengaruh auksin tertinggi terhadap
sama. Pada perlakuan 4 MSS konsentrasi pengamatan berat biomas akar didapat pada
auksin 5,61 mg memiliki jumlah tunas pemberian auksin 3 MSS + 5,61 mg dan 4
terbanyak yaitu 4,9 buah. Berat biomas MSS + 5,61 mg (Tabel 3).
tanaman bibit pengaruh auksin pada masing
umur tanam pada perlakuan 2 MSS + 3,74 mg
0,083 g, 3 MSS + 5,61 mg 0,11 g dan 4 MSS +
5,61 mg 0,16 g seperti dalam Tabel 2.
107 PRIMORDIA VOLUME 12, NOMOR 2, OKTOBER 2016
Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah, Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah,
panjang dan biomas akar bibit stek diameter dan berat umbi bibit stek
pra tanam pra tanam
Perlakuan Stek Pra Tanam Perlakuan Stek Pra Tanam
Jumlah Diameter Berat
Jumlah Panjang Biomas umbi umbi umbi
akar akar akar (buah) (mm) (g)
(helai) (cm) (g)
2 mss + 1,87 mg 0,90 ab 0,427 d 0,12 c
2 mss + 1,87 mg 5,56 a 2,59 e 0,001 de
2 mss + 3,74 mg 0,70 b 0,475 cd 0,18 c
2 mss + 3,74 mg 7,20 a 3,66 be 0,004 de
2 mss + 5,61 mg 4,87 a 3,37 e 0,002 de 2 mss + 5,61 mg 1,13 ab 0,740 bcd 0,24 c
0,762
3 mss + kontrol 5,00 a 2,51 e 0,001 e 3 mss + kontrol 1,00 ab 0,33 c
abcd
3 mss + 1,87 mg 5,32 a 4,64 cde 0,008 de 3 mss + 1,87 mg 1,00 ab 0,934 ab 0,48 bc
0,009
3 mss + 3,74 mg 4,93 a 7,55 bc 3 mss + 3,74 mg 1,13 ab 1,173 a 0,63 bc
cde
0,011
3 mss + 5,61 mg 5,00 a 7,51 bc 3 mss + 5,61 mg 0,80 b 0,860 abc 0,48 bc
cde
0,013 0,810
3 mss + kontrol 6,20 a 6,90 bcd 3 mss + kontrol 0,93 ab 0,53 bc
bcd abcd
4 mss + 1,87 mg 6,42 a 7,17 bc 0,022 ab
4 mss + 1,87 mg 1,08 ab 1,057 ab 1,28 a
4 mss + 3,74 mg 5,22 a 8,94 ab 0,02 abc
4 mss + 3,74 mg 1,31 ab 1,158 ab 1,36 a
4 mss + 5,61 mg 7,07 a 11,88 a 0,026 a
4 mss + 5,61 mg 2,25 a 1,137 ab 0,94 ab
4 mss + kontrol 5,80 a 7,83 bc 0,02 abc
Ket : Huruf yang sama menunjukan tidak berbeda 4 mss + kontrol 1,07 ab 0,973 ab 0,93 ab
nyata pada taraf 5% dengan uji Duncan. Ket : Huruf yang sama menunjukan tidak berbeda
nyata pada taraf 5% dengan uji Duncan
Umbi
Hasil analisis jumlah umbi kentang Tanaman Setelah Transplantasi
didapat umbi terbanyak dimiliki perlakuan
auksin pada perlakuan 2 MSS + 5,61 mg Persentase Tumbuh
sebanyak 1,13 umbi, 3 MSS + 3,74 mg Tabel 5. Persentase tumbuh bibit setelah
sebanyak13 umbi dan 4 MSS + 5,61 mg transplantasi.
Perlakuan Persentase tumbuh (%)
sebanyak 2,25 umbi. Untuk pengamatan
diameter umbi didapat interaksi antara 2 mss + 1,87 mg 53,3 b
Pembentukan diameter umbi analisis Masih mudanya umur bibit dan akar belum
statistik menunjukan pengaruh auksin pada sempurna bisa jadi penyebabnya.
tahap pembibitan. Pengaruh auksin pada
semua perlakuan P1 (2 MSS), P2 (3 MSS) dan
P3 (4 MSS) masing-masing menunjukan
peningkatan. Makin lamanya waktu tanam
akan meningkatkan peran auksin. Dimana
setelah akar terbentuk dan tunas tumbuh maka
auksin endogen akan terbentuk dari pucuk-
pucuk tunas muda (Grafik 6).
Hasil analisis diameter umbi didapat
interaksi perlakuan P3 dan semua konsentrasi
hormon memberikan nilai yang hampir sama
yakni P3-Z1 (4 MSS + 1,87 mg ) 1,057 mm, Grafik 7. Persentase tumbuh tanaman setelah
P3-Z2 (4 MSS + 3,74 mg ) 1,158 mm dan P3- transplantasi
Z3 (4 MSS + 5,61 mg ) sebesar 1,137 mm. Ini
Tinggi tanaman, jumlah tunas, jumlah
menunjukan bahwa interaksi 2 perlakuan ini
daundan biomas tanaman
mampu merangsang pembentukan umbi.
Hasil analisis ragam menyebutkan
Perlakuan P2 (3 MSS) yakni umur stek 3
tinggi tanaman tertinggi dimiliki oleh
minggu pada semua konsentrasi hormon juga
perlakuan P2-Z2 (3 MSS + 3,74 mg ) dan P3-
mampu memberikan nilai yang tidak berbeda
Z3 (3 MSS + 5,61 mg ) yakni 14,78 cm dan
nyata.
12,83 cm. Perlakuan lain memberikan nilai
Auksin mempengaruhi berat umbi
yang juga tidak berbeda nyata. Perlakuan P2-
masing-masing umur tanam. Pada P1
Z2 (3 MSS + 3,74 mg ) memiliki jumlah daun
penambahan konsentrasi auksin meningkatkan
yang juga tinggi yakni 6,00 lembar, diikuti
berat umbi dari 0,12, 0,18 dan 0,24 g. Begitu
perlakuan P2-Z3 (3 MSS + 5,61 mg ), P2-Z1
pula pada umur tanam P2 (3 MSS) dan P3.
(3 MSS + 1,87 mg ). Perbedaan umur
Makin lamanya umur tanam mempengaruhi
transplantasi yang cepat atau lama tidak serta
perlakuan P3-Z2 (4 MSS + 3,74 mg) pada
merta mempunyai nilai yang lebih tingggi.
berat umbi1,36 g diikuti oleh P3-Z1 dan P3-Z3
Jumlah tunas tertinggi dimiliki oleh
yaitu sebesar 1,28 g dan 0,94 g.
perlakuan P3-Z2 (4 MSS +3,74 mg ), P3-Z3 (4
MSS + 5,61 mg ) dan P3-Z1 masing-masing
Tanaman SetelahTransplantasi
4,92, 4,90 dan 4,29 buah. Hasil yang tidak
Persentase Tumbuh
terlalu berbeda dimiliki oleh ketiga perlakuan
Hasil analisis ragam, pada perlakuan
tersebut. Sedang perlakuan lain memberikan
P2-Z2 (3 MSS + 3,74 mg) menunjukan
perbedaan yang nyata. Ada variasi jumlah
pertumbuhan yang lebih baik dibanding
tunas yang tumbuh mungkin disebabkan oleh
perlakuan lainnya dengan nilai 86,7 % (Grafik
pengaruh hormon ini terhadap konsentrasi
7). Persentase tumbuh yang tidak yang diberikan saat awal pembibitan dan
mencapai 60 % ke atas pada umur tanam 2 pemeliharaan tanaman (Grafik 8). Penanaman
mingu kemungkinan disebabkan oleh perlakuan 2 minggu (P1) ternyata belum
belum maksimalnya perakaran yang mampu untuk tumbuh optimal. Hal ini di duga
terbentuk sehingga tanaman tidak dapat perakaran yang terlalu muda dan tanaman
tumbuh secara normal, banyak tanaman mengalami stagnasi pertumbuhan.
yang sudah di tanam terganggu dan mati.
113 PRIMORDIA VOLUME 12, NOMOR 2, OKTOBER 2016
Akar
Hasil analisis ragam didapat bahwa
perlakuan umur transplantasi 2 minggu (P1)
dan pemberian hormon memberi peran lebih
banyak dalam hal merangsang pembentukan
akar utama. Perlakuan P1-Z3 (2 MSS+5,61
mg) dan P1-Z1 (2 MSS + 1,87 mg )
menghasilkan jumlah akar 5,89 dan 5,67 helai
(Grafik 10) dan diikuti oleh perlakuan lainnya.
Pengamatan terhadap jumlah akar utama
sangat penting. Ini dikarenakan akar
Grafik 8. Tampilan tinggi tanaman, jumlah merupakan bagian pertama dalam penyerapan
tunas, jumlah daun setelah unsur hara yang merupakan makanan bagi
transplantasi. tanaman. Pada perbanyakan vegetatif cara stek
pemberian auksin diharapkan mampu
Pengaruh auksin pada perkembangan sel merangsang pembentukan akar lebih cepat,
menunjukkan indikasi auksin menaikkan terutama akar adventif dan lateral.
tekanan osmotik, meningkatkan sintesis
protein, permeabilitas sel terhadap air dan
melunakkan dinding sel diikuti menurunnya
tekanan dinding sel yang disertai dengan
kenaikan volume sel. Kenaikan sintesis protein
digunakan sebagai sumber tenaga dalam
pertumbuhan (Hatmann dan Kester, 1975 ).
Penambahan jumlah tunas, jumlah
daun meningkatkan tinggi tanaman dan berat
biomas tanaman. Terbentuknya jumlah tunas
meningkatkan konsentrasi auksin. Auksin
terbentuk pada tunas muda tanaman dan
merangsang proses pembelahan sel tanaman.
Imbasnya adalah meningkatnya berat biomas Grafik 10. Tampilan jumlah akar, panjang
tanaman. Biomas tanaman tertinggi didapat akar setelah panen
perlakuan P2-Z2 (3 MSS+3,74 mg ) 0,382 g,
P2-Z3 (3 MSS + 5,61 mg ) 0,33 g (Grafik 9). Adanya jumlah akar utama yang
tumbuh kemudian merangsang serabut-serabut
akar untuk berkembang. Perkembangan akar
ini mengakibatkan perubahan panjang akar
pada masing perlakuan. Merujuk dari analisis
statistik didapat tidak adanya perbedaan atau
selisih pada panjang akar yang nyata.
Perlakuan P1-Z1 (2 MSS + 1,87 mg ) dan P2-
Z2 (3 MSS + 3,74 mg ) memiliki panjang yang
tidak berbeda nyata yakni 11,24 cm dan 11,02
cm. Nilai yang tinggi pada P1-Z1 (2 MSS +
1,87 mg ) disebabkan umur tanam bibit lebih
awal sehingga tanaman yang ditransplantasi
Grafik 9. Biomas tanaman setelah panen
R.Noerriwan Budi S, IK. Prasetyo, Eny Dyah Y Pengaruh Umur Transplantasi. 114
memerlukan waktu lebih kurang 3-4 bulan dari Pengaruh umur transplantasi dan auksin
panen sedangkan luasan lahan yang siap tanam lebih banyak ditunjukan oleh umur
lebih banyak. Sehingga terjadi kekurangan transplantasi stek 3 minggu dan pemberian
akan bibit umbi berkualitas dikalangan petani. hormon Z2 (Grafik 7-12). Kondisi tanaman
Permasalahan ketersediaan bibit yang terbatas setelah transplantasi lebih penting dibanding
selama ini menjadi kendala dalam budidaya pada saat stek kentang masih dipembibitan.
tanaman kentang. Alternatif teknologi yang Kondisi dilapang akan memperlihatkan
dikembangkan adalah pemanfaatan bagian pengaruh-pengaruh kedua perlakuan tersebut
tanaman melalui perbanyakan stek tanaman. terhadap tanaman tanaman. Ada beberapa
Mengandalkan perbanyakan stek pucuk pilihan yang dapat menjadi pilihan petani
saja tanpa mengetahui umur transplantasi stek antara lain perlakuan P2 dan P3 dengan semua
yang tepat dan tanpa pemberian hormon akan pemberian auksin.
menyebabkan perbanyakan tanaman kentang Untuk perlakuan umur transplantasi
ini kurang optimal. Oleh karena itu perlu bibit 2 minggu tidak disarankan, disebabkan
adanya perlakuan untuk mendapatkan kondisi tanam yang masih muda dan perakaran
pengaruh perlakuan yang tepat terhadap yang belum tumbuh maksimal.
pertumbuhan tanaman stek. Perpaduan umur
transplantasi dan hormon diharapkan mampu 4. KESIMPULAN
memberikan solusi akan ketersediaan dan Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, antara
keterbatasan akan bibit kentang yang bermutu lain: (1) tahap pembibitan menunjukan hasil
di masyarakat. semua variabel pengamatan tidak berbeda
Hasil analisis yang telah diperoleh nyata, (2) tahap transplantasi menunjukkan
membuktikan bahwa perlakuan umur hasil tidak beda nyata pada pengamatan tinggi
transplantasi bibit memberikan pengaruh tanaman, jumlah daun, jumlah tunas dan
terhadap pertumbuhan tanaman. Umur biomas tanaman, (3) Beda nyata antar
transplantasi bibit 3 minggu (P2) (Grafik 7-12) perlakuan pada tahap transplantasi terjadi pada
bisa menjadi pilihan dalam pengembangan parameter akar, untuk pengaruh auksin
perbanyakan ini. Umur transplantasi 4 minggu terhadap panjang akar ditunjukan oleh
(P3) juga bisa menjadi pilihan jika musim perlakuan P1Z2 (2 MSS + 3,74 mg ), P3Z3 (4
tanam masih bisa di undur. Kedua umur MSS + 5,61 mg) masing-masing 3,66 cm dan
transplantasi bibit diatas sama memiliki 11,88 cm. Perlakuan P2 (3 MSS) pengaruh
kelebihan yaitu pada perlakuan P2 tanaman auksin tidak beda nyata di Z2 (3,74 mg) dan
sudah cukup umur untuk tumbuh dan Z3 (5,61 mg) yakni 7,55 dan 7,51 cm, (4)
perakaran sudah banyak serta tak terlalu muda variabel jumlah umbi pada tahap transplantasi,
atau ketuaan. Pada perlakuan P3 dengan umur umbi terbanyak dimiliki pengaruh auksin pada
transplantasi 4 minggu memiliki kondisi perlakuan P1-Z3 (2 MSS + 5,61 mg) 1,13
tanaman dan akar yang siap tanam tetapi untuk umbi, P2-Z2 (3 MSS + 3,74 mg) 1,13 umbi
musim tanam cepat P3 mungkin kurang dan P3-Z3 (4 MSS + 5,61 mg) 2,25 umbi.
diminati oleh petani. Pemberian auksin selain Pengaruh auksin pada umur transplantasi 2
pembentukan akar juga merangsang MSS (P1) dan 3 MSS (P2) memberikan nilai
percabangan akar lateral seperti disampaikan yang tidak berbeda nyata, (5) Persentase
oleh Dewi (2008) bahwa pemberian tumbuh tanaman setelah transplantasi
kandungan auksin dalam mutan Arabidopsis , perlakuan P2-Z2 (3 MSS + 3,74 mg)
memperlihatkan perbanyakan akar lateral yang menunjukan pertumbuhan yang lebih baik
ekstrim ternyata menyebabkan kandungan dibanding perlakuan lainnya dengan nilai 86,7
auksin berubah konsentrasi 17 kali lipat dari % (6) Perlakuan setelah transplantasi
konsentrasi yang normal. berpengaruh tidak nyata pada variabel
R.Noerriwan Budi S, IK. Prasetyo, Eny Dyah Y Pengaruh Umur Transplantasi. 116
pengamatan tinggi tanaman, jumlah tunas, Hartmann, H. T. and D. E. Kester. 1975. plant
jumlah daun dan biomas tanaman, jumlah akar propagation principle and 'Practices.
dan jumlah umbi London: Prentice Hall Inc.
Kusumo, S. 1984. zat Pengatur Tumbuh
Tanaman. Bogor: Yasaguna
5. REFERENSI
Karyadi. A.K dan Buchory A. 2008. Pengaruh
Anonymous. 2005. Peranan Auksin. Dalam Auksin dan Sitokinin terhadap
http://repository.usu.ac.id/bitstream. Pertumbuhan dan Perkembangan
Diakses 2 April 2014. Jaringan Meristem Kentang Kultivar
Anonymous. 2011. Pola Pertumbuhan Granola. Jurnal Hortikultura. Pusat
Vegetatif. Jendela pertanian. penelitan Tanaman Hortikultura. Bogor.
http://fandicka.wordpress.com/2011/04/ .Munawaroh, U,H. 2004. Cara Pemberian
04/pola-pertumbuhan-fase-vegetatif/. Rootone F pada Berbagai Macam Ruas
Diakses April 2014. Batang Stek Poinsettia (Euphorbia
BPTH Balinusra. 2009. Pengembangan pulcherina). Fakultas Pertanian
Teknologi Perbanyakan Tanaman Universitas Brawijaya. Malang. P:8-11.
Secara-Vegetatif. http://bpthbalinusra. Pudjiono, S., 1996. Dasar-dasar Umum
net/index. Pembuatan Stek Pohon Hutan.
Baharrudin, T. Kuswinanti, S.E. Lamba. 2012. Informasi Teknis No. 1/1996. Balai
Percepatan Ketersediaan Benih Kentang Penelitian dan Pengembangan
Unggulan Lokal Melalui Introduksi Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman
Paket Bioteknologi Ramah Lingkungan Hutan. Yogyakarta. Dalam
di Kabupaten Toraja Utara dalam http://www.forda-mof.org/files/
Prosiding InSinas 2012. Disajikan 29-30 TEKNIK_ PERBANYAKAN_
Nop 2012. http://insentif.ristek.go.id VEGETATIF_JENIS_ TANAMAN_
/PROSIDING2012/ file-PG-Word_57. Acacia_mangium.pdf
pdf. Di akses 4 Desember 2013. Rainiyati, Jasminarni, Neliyati dan Henny H.
BPS. 2014. Luas panen, Produksi dan 2011. Proses Penyediaan Bahan Setek
Produktifitas Kentang tahun 2009-2013. Kentang asal Kultur Jaringan untuk
Http:// www.bps.go.id. Produksi Bibit Kentang Mini pada
Dewi. R.A. 2008. Makalah Skripsi : Peranan Kelompok Tani Kentang di Kecamatan
dan Fungsi Fitohormon bagi Kayu Aro Kabupaten kerinci Provinsi
Pertumbuhan Tanaman. Faperta. Unpad. Jambi. Jurnal Pengabdian Masyarakat.
Bandung. Http://pustaka.unpad.ac No. 52 tahun 2011. repository.usu.ac.id.
.id/wp-content/uploads/2009/06 Diakses 26 Desember 2014.
/makalah_fitohormon.pdf. Diakses 2 Suyamto, Karyadi, K.A., dan S.U. Nugroho.
April 2014. 2005. Teknologi Produksi Benih
Deptan. 2012. Memilih Varietas Kentang Kentang. Pusat Penelitian dan
Yang Ditanam. Http://cybex.deptan. Pengembangan Hortikultura. Badan
go.id/penyuluhan/memilih-varietas- Penelitian dan Pengembangan
kentang-yang-ditanam. Di akses 20 Pertanian. Departemen Pertanian
Maret 2014. Jakarta.
Gunawan , L.W. 1987. Teknik Kultur Jaringan Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh
Tumbuhan. Pusat Antar Universitas Tanaman. Institut Pertanian .Bogor.
(PAU), Bioteknologi, IPB. Bogor. Hlm. Bogor. 143 hlm
6-19. Wilkins, M.B., 1989. Fisiologi Tanaman.
Gardner, F.P., R. B. Pearce, Roger L.
Cetakan Kedua. Bina Aksara,
Mitchell., 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Penerjemah Herawati Susilo
Jakarta.
dan Pendamping Subiyanto. Cetakan Wardiyati, T. 2003. Teknologi Pembibitan
Pertama.Penerbit Universitas Indonesia Kentang di Jawa Timur. Fakultas
Press, Jakarta. Pertanian. Universitas Brawijaya.
Malang.