tumbuhan dikotil yang bijinya berkeping dua. Klasifikasi tanaman mangga menurut
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Orde : Sapindales
Famili : Anacardianceae
Genus : Mangifera
Indonesia. Mangga merupakan tumbuhan yang berasal dari India. Mangga berasal
dari India dan sudah ada sejak peradaban India (Gunastri, 2012). Mangga adalah
salah satu tanaman yang mudah tumbuh di Indonesia karena mangga cocok ditanam
pada tempat yang tropis seperti di Indonesia. Mangga mempunyai nama lokal yang
biasa di ucapkan dalam kehidupan sehari-hari contohnya “pelem” berasal dari Bahasa
Jawa. Kata “pelem” merupakan kata yang berasal dari Bahasa Jawa yang artinya
memiliki kandungan air dan unsur hara yang cukup. Syarat tumbuh mangga adalah
ketersediaan air serta unsur hara yang cukup di dalam tanah (Sandrawati dkk, 2017).
Habitat tumbuhan mangga adalah pada dataran dengan keadaan tanahnya subur dan
gembur serta memiliki kandungan hara yang cukup baik. Pada daerah tropik seperti
di Indonesia tumbuhan mangga dapat tumbuh dengan subur karena tanahnya subur
Akar mangga memiliki warna coklat dan akan berwana lebih gelap lagi jika
dewasa. Pohon mangga memiliki akar yang berwarna coklat tua dan semakin tua pada
saat dewasa (Amin 2015). Buah mangga bermanfaat untuk mengatasi sembelit,
karena kandungan vitamin dan serat dari buah mangga yang dapat melancarkan
saluran pencernaan. Ekstrak buah mangga asli mampu melawan pertumbuhan bakteri
Hama merupakan hewan yang sangat merugikan tanaman, salah satu hama penting
yang menyerang tanaman Mangga adalah Penggerek pucuk mangga (Sternochetes genioenemis
marshall) yang biasanya menyerang tunas atau malai bunga. Penggerek manga merupakan jenis
hama pada batang pohon dengan melubangi batang tersebut (Szentesei dkk., 2011). Penggerek
pucuk manga menyerang dengan cara menggerek pucuk yang masih muda dan malai bunga dengan
cara mengerek tunas atau malai menuju kebawah. Penggerek pucuk manga dapat ditangulangi
dengan cara matikan larva penggerek yang ada di cabang yang telah dipotong dengan membelah
Hama selanjutnya pada tanaman manga adalah kutu putih (Bemisia tabaci) yang biasanya
menrusak pada daun tanaman manga. Kutu putih akan menyerang dengan hinggap didaun dan
menghisap cairan sel daun (Sinaga, 2014). Serangga hama kutu putih menyebabkan pertumbuhan
dan produksi dan produksi tanaman terhambat. Hama kutu putih dapat dikendalikan dengan cara
menyemprotkan insektisida yang sesuai dosis jumlah hama tersebut (Siregar, 2011)
Kutu putih tanaman manga memiliki ambang batas. Ambang batas pada kutu putih daun
manga adalah 5 ekor pada setiap daun tetapi perkembangbiakannya dibantu dengan semut, jika
lebih dari itu maka perlu diperlakukan pengendalian. (Kartika dkk. 2016) Penggerek tanaman manga
memiliki ambang batas. Amabang batas pengerek tanaman manga adalah pada umumnya 13 –
15%, jika kerugian lebih dari itu maka perlu dilakukan penanggulangan (Muqqodas dkk. 2017).
tanaman Mangga adalah hama kutu putih dan Penggerek tanaman Mangga. H al ini
sesuai dengan pendapat Szentesei dkk, (2011) yang menyatakan bahwa Penggerek manga
merupakan jenis hama pada batang pohon dengan melunagngi batang tersebut. Penggerek pucuk
manga menyerang dengan cara menggerek pucuk yang masih muda dan malai bunga dengan cara
mengerek tunas atau malai menuju kebawah. Hal ini sesuai dengan pendapat Tuswanto dkk, (2013)
yang menyatakan bahwa menanggulangi penggerek pucuk manga dengan cara menggerek daun
muda dan malai bunga. Hama kutu putih (Bemisia tabaci) yang biasanya merusak pada daun
tanaman manga. Hal ini sesuai dengan pendapat Sinaga (2014) yang menyatakan bahwa Kutu putih
akan menyerang dengan hinggap didaun dan menghisap cairan sel daun. Serangga hama kutu putih
menyebabkan pertumbuhan dan produksi dan produksi tanaman terhambat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Siregar (2011) yang menyatakan bahwa mengendalikan hama kutun putih dengan cara
Dapussssssssss
Riska, S. Y., L. Cahyani, dan M. I. Rosadi. 2015. Klasifikasi jenis tanaman mangga
gadung dan mangga madu berdasarkan tulang daun. J. Buana Informatika, 6 (1)
: 41 – 50.
Gunastri, C. T. 2012. Mangga Top di Kebun dan Pot. Swadaya. Malang.
Damariswara, R. 2016. Analisis ketidaktepatan penggunaan Bahasa Jawa krama alus
mahasiswa PGSD angkatan 2012 UN PGRI Kediri dalam mata kuliah Bahasa
Daerah. J. Pendidikan Dasar Nusantara, 2 (1) : 50 – 64
Sandrawati, A., A. Suriadikusumah, dan A. D. Yuningtyas. 2017. Identifikasi zona
agrokologi dan kesesuaian lahan komoditas mangga arumanis (Mangifera
indica L.) di Kabupaten Probolinggo. J. Soilrens, 15 (1) : 29 – 37.
Wardiningsih, S., R. M. Syahadat, P. T. Putra, dan R Purwati. 2017. Konsep
perencanaan tata hijau lanskap sempadan setu mangga bopong sebagai area
konservasi tumbuhan bernilai ekologis dan budaya. J. Arsitektur NALAR, 16
(2) : 135 – 144.
Tuswanto, Abdul Fadlil, 2013. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Hama dan Penyakit
Tanaman Mangga Menggunakan Certainty Factor. J. Sarjana Teknik
Informatika. 1 (1) : 2338 – 5197
Szentesi, A., P. D. Greany & D. L. Chambers. 2011. Oviposition Behavior of
Laboratory-Reared and Wild Caribbean Fruit Flies Anastrepha suspense
(Diptera: Tephritidae): I. Selected Chemical Influences. Entomologia
Experimentalis et Applicata 26: 227−238.
Sinaga JCH. 2014. Identifikasi kutu daun (Hemiptera: Aphididae) pada tanaman buah
di Bogor [skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Amin, N. 2015. Tumbuhan peneduh di hutan kota banda aceh sebagai media
pembelajaran biologi. J. Biotik, 2(1) : 495 – 501.
Harjiyanti, M. D., Y. B. Pramono, dan S. Mulyani. 2013. Total Asam, Viskositat, dan
Kesukaan pada Yougurt Drink dengan Sari Buah Mangga (Mangifera indica
L.) Sebagai Perasa Alami. J. Aplikasi Teknologi Pangan, 2 (2) : 104 - 107.